63
penafsiran terhadap ketentuan perundang-undangan, perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama.
b. Perselisihan kepentingan adalah perselisihan yang timbul dalam hubungan kerja karena tidak adanya kesesuaian pendapat mengenai
pembuatan, dan atau perubahan syarat-syarat kerja yang ditetapkan dalam perjanjian kerja, atau peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja
bersama. c. Perselisihan pemutusan hubungan kerja adalah perselisihan yang
timbul karena tidak adanya kesesuian pendapat mengenai pengakhiran hubungan kerja yang dilakukan oleh salah satu pihak.
d. Perselisihan antar serikat pekerjaserikat buruh adalah perselisihan antara serikat pekerjaserikat buruh dengan serikat pekerjaserikat
buruh lain hanya dalam satu perusahaan, karena tidak adanya persesuaian paham mengenai keanggotaan pelaksanaan hak, dan
kewajiban serikat pekerja.
3. Prosedur Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial
a. Menurut Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1957 tentang Penyelesaian Perselisihan Perburuhan
1 Penyelesaian oleh P4D
Pada prinsipnya setiap perselisihan perburuhan yang terjadi diselesaikan secara musyawarah melalui perundingan antara
majikan dan buruh,namun jika perundingan tersebut oleh pihak-
64
pihak yang berselisih tidak dapat menyelesaikan perselisihan mereka, dan tidak bermaksud untuk menyelesaikan perselisihan
mereka melalui badan arbitrase, maka perselisihan tersebut harus diselesaikan melalui perantaraan pegawai Departemen Tenaga
Kerja, permintaan penyelesaian harus disampaikan secara tertulis.Pegawai Departemen Tenaga Kerja berwajiban
menyelenggarakan proses perantaraan dalam jangka waktu 7 hari terhitung sejak surat diterima.namun jika pegawai perantara
tersebut tidak dapat menyelesaikan maka oleh pegawai tersebut harus disampaikan kepada Panitia Penyelesaian Daerah P4D.
Setiap tindakan yang akan diambil oleh pihak yang berselisih harus diberitahukan dengan surat kepada Ketua P4D. Tindakan tersebut
diatas hanya dapat dilakukan jika jika pihak yang bermaksud untuk mengambil tindakan telah menerima surat tanda terima oleh P4D
tentang maksud tersebut.surat tanda terima tersebut dikirim oleh P4D dalam jangka waktu 7 hari terhitung sejak tanggal penerimaan
surat pemberitahuan oleh P4D. Tindakan yang dapat diambil tersebut meliputi:
a. dari pihak majikan: menolak buruh-buruh seluruhnya atau
sebagian untuk menjalankan pekerjaan sebagai akibat perselisihan perburuhan, dilakukan dengan maksud untuk
menekan atau membantu majikan lain menekan supaya buruh
65
menerima hubungan kerja, syarat-syarat kerja danatau keadaan perburuhan.
b. Dari pihak buruh: secara kolektif menghentikan atau
memperlambat jalannya pekerjaan, sebagai akibat perselisihan perburuhan, dilakukan dengan maksud untuk menekan atau
membantu golongan buruh lain menekan supaya majikan menerima hubungan kerja, syarat-syarat kerja danatau keadaan
perburuhan. Tindakan-tindakan tersebut diatas dapat diambil jika :
a Ternyata perundingan yang telah dilakukan sebelumnya telah gagal, atau
b Perundingan pernah ditolak oleh pihak lain, atau c Telah dua kali dalam jangka waktu dua minggu tidak berhasil
mengajak pihak lainnya untuk maju ke meja perundingan. Hasil persetujuan yang diperoleh dengan perantaraan P4D
memiliki kekuatan hukum yang sama dengan perjanjian perburuhan yang diakui kedua belah pihakWidjaja, 2001:43.
2 Penyelesaian oleh P4P Putusan P4D yang bersifat mengikat dapat diajukan
pemeriksaan ulang oleh salah satu pihak yang berselisih kepada P4P. Permintaan pemeriksaan ulang diajukan kepada P4D yang
memutus, yang selanjutnya mencatat permintaan tersebut dalam daftar yang disediakan khusus untuk itu,dan meneruskan kepada
66
P4P berikut dokumen-dokumen yang berhubungan dengan perkara tersebut.
Putusan P4D bersifat mengikat dan dapat dilaksanakan jika dalam waktu 14 hari Menteri tenaga kerja tidak membatalkan atau
menunda pelaksanaanya.mentri tenaga kerja berhak untuk membatalkandanatau menunda pelaksanaan putusan P4P, jika
menurutnya perlu untuk memelihara ketertiban umum serta melindungi kepentingan Negara.
3 Arbitrase Para pihak yang berselisih, baik atas kehendak sendiri, atau
atas anjuran pegawai Depnaker atau P4D yang memberikan perantara, dapat menyerahkan penyelesaian perselisihan mereka
pada seorang juru pemisah arbiter atau suatu dewan pemisah majelis arbritase. Penyerahan tersebut harus dibuat secara tertulis
dalam bentuk perjanjian kedua belah pihak di hadapan pegawai Depnaker atau P4D. Dalam surat perjanjian tersebut diterangkan:
a pokok-pokok persoalan yang menjadi perselisihan yang akan diserahkan kepada juru atau dewan pemisah untuk
diselesaikan; b nama-nama pengurus atau wakil serikat buruh dan majikan
serta tempat kedudukan mereka; c siapa yang ditunjuk sebagai juru atau dewan pemisah serta
tempat tinggalnya;
67
d dahwa kedua pihak akan tunduk kepada putusan yang diambil oleh juru.dewan pemisah, setelah putusan ini mempunyai
kkuatan hukum; e hal-hal lain yang dianggap perlu untuk kelancaran penyelesaian
masalah melalui arbitrase. Penunjukan jurudewan pemisah dan proses jalannya
arbritrase diserahkan sepenuhnya kepada para pihak yang berselisih.
Putusan jurudewan pemisah yang telah disahkan oleh P4P mempunyai kekuatan yang sama dengan keputusan P4P Widjaja,
2001:49. Terhadap putusan oleh jurudewan pemisah ini tidak
diadakan pemeriksaan ulang. Sebagai bahan perbandingan dibawah ini ketentuan penyelesaian
perselisihan hubungan industrial menurut Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2004 penulis
b. Menurut Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004