c. Pembelajaran berbasis masalah lebih cocok untuk mengembangkan pemahaman, sedangkan mengembangkan aspek konsep, keterampilan dan
emosi secara keseluruhan kurang mendapat perhatian. d. Pada beberapa disiplin waktu yang memadai bagi siswa untuk menentukan
sendiri permasalahan dan dugaan hipotesis yang diperlukan, karena telah dipilih terlebih dahulu oleh guru.
Permendikbud No.59: 2014
2.3 Model Pembelajaran Think Pair Share TPS Dipadukan
dengan Problem Based Learning PBL
Model pembelajaran think pair share TPS dipadukan dengan problem based learning PBL adalah model pembelajaran inovatif yang dirancang guna
meningkatkan kemampuan berpikir dan komunikasi siswa dengan merangsang kemampuan berpikir siswa melaului pemecahan suatu masalah. Model
pembelajaran ini merupakan perpaduan dua model pembelajaran yaitu model pembelajaran kooperatif tipe think pair share dengan model problem based
learning. Perpaduan ini diharapkan agar mampu memaksimalkan pembelajaran yang akan dilakukan. Perpaduan ini mengacu pada sintaks model pembelajaran
think pair share dan model problem based learning. Berikut ini merupakan sintaks model pembelajaran think pair share TPS dipadukan dengan problem
based learing PBL yang disajikan dalam Tabel 2.2.
Tabel 2.2 Sintaks model pembelajaran think pair share TPS dipadukan dengan problem based learing PBL
Tahap Kegiatan Guru
Tahap 1 Memberikan
orientasi tentang
permasalahan kepada siswa Guru
menyampaikan tujuan
pembelajaran dan memotivasi siswa untuk terlibat dalam kegiatan mengatasi
masalah.
Tahap 2 Perencanaan pembuatan kelompok
Guru memandu
siswa untuk
berpasangan. Tahap 3
Membantu bekerja mandiri dan kelompok
Guru mendorong
siswa untuk
mendapatkan informasi yang tepat, melaksanakan eksperimendiskusi dan
mencari solusi.
Tahap 4 Mempresentasikan hasil
Guru meminta beberapa pasangan untuk membagi jawaban mereka terhadap
pertanyaan atau gagasan mereka kepada seluruh kelas.
Tahap 5 Analisis dan evaluasi
Guru menganalisis dan mengevaluasi proses
pembelajaran yang
telah dilaksanakan.
2.4 Berpikir Kritis
Proses belajar diperlukan untuk meningkatkan pemahaman konsep materi yang disampaikan. Dalam proses belajar seseorang tidak lepas dari berpikir. Ada
beberapa macam kemampuan berpikir. Menurut Liliasari, sebagaimana dikutip Yulianto 2001: 11 mengemukakan keterampilan berpikir dapat dibedakan
menjadi berpikir kritis dan berpikir kreatif. Kedua jenis berpikir ini disebut juga sebagai keterampilan berpikir tingkat tinggi.
Berpikir kritis critical thinking sering disamakan artinya dengan berpikir konvergen, berpikir logis logical thinking, dan reasoning. Menurut Norris
Ennis, sebagaimana dikutip oleh Fisher 2009: 4, berpikir kritis adalah pemikiran
yang masuk akal dan reflektif yang berfokus untuk memutuskan apa yang mesti dipercaya atau dilakukan.
Upaya mengembangkan kemampuan berpikir kritis perlu memperhatikan unsur dan indikator yang terdapat dalam berpikir kritis. Beberapa kategori berpikir
kritis menurut Carin Sund 1998:160 sebagaimana dikutip Yulianti 2009: 54 yaitu a mengklasifikasi; b mengasumsi; c memprediksi dan hipotesis; d
menginterpretasi data; e mengiferensi atau membuat kesimpulan; f mengukur; g merancang sebuah penyelidikan; h mengamati; i membuat grafik; j
meminimalkan kesalahan percobaan; k mengevaluasi; l menganalisis. Kategori di atas menurut Gulo 2004:65 sebagaimana dikutip oleh Wiyanto dan Yulianti
2009: 54 dijabarkan sebagai berikut: a Mengklasifikasi : mengelompokan atau memisahkan objekdata atau memuat
sesuatu ke dalam bagan yang sudah diambil dari pengamatan. b Mengasumsi : perkiraan, praanggapan, atau perandaian.
c Memprediksi : membuat sesuatu gagasan untuk hasil yang diharapkan dari pokok kesimpulan.
Menghipotesis atau merumuskan hipotesis : cara atau teknik menjawab masalah.
d Menginterpretasi data adalah menjelaskan kejadian dalam tabeldiagram, grafk dan juga dapat menerangkan sesutu dengan grafik atau tabel.
Mengiferensi atau membuat kesimpulan adalah pengembangan dasar gagasan pengamatan yang memerlukan penilaian dan keputusan pada akhir
pengalamannya.
e Mengukur : membandingkan objek pada satuan perubahan standar tertentu. f Merancang sebuah penyelidikan untuk memecahkan masalah.
g Mengamatimengobservasi : menggunakan satu atau lebih panca indera untuk mencari informasi termasuk juga menggunakan alat.
h Membuat grafik : mengubah besaran-besaran dalam bentuk bilangan ke dalam bentuk diagram yang dapat menunjukkan hubungan antar besaran.
i Mengevaluasi : kegiatan untuk mengambil keputusan, menyatakan pendapat atau memberi penilaian berdasarkan kriteria-kriteria tertentu baik kualitatif
maupun kuantitatif. Upaya meningkatkan kemampuan berpikir kritis perlu memperhatikan
unsur dan indikator yang terdapat dalam berpikir kritis. Unsur berpikir kritis menurut Ennis 1996: 4 adalah sebagai berikut:
1. Focus fokus Langkah awal dari berpikir kritis adalah mengidentifikasi masalah dengan baik.
Permasalahan yang menjadi fokus bias terdapat dalam kesimpulan sebuah argumen.
2. Reasons alasan Apakah alasan-alasan yang disampaikan logis atau tidak untuk disimpulkan
seperti yang tercantum dalam fokus. 3. Inference kesimpulan
Jika alasannya tepat, apakah alasan itu cukup untuk sampai pada kesimpulan yang diberikan.
4. Situation situasi
Apabila pikiran sudah fokus kemudian mencocokkan dengan situasi yang sebenarnya.
5. Clarity kejelasan Harus ada kejelasan mengenai istilah-istilah yang dipakai dalam argumen tersebut
sehingga tidak terjadi kesalahan dalam membuat kesimpulan. 6. Overview tinjauan ulang
Artinya kita perlu mengecek apa yang sudah ditemukan, diputuskan, diperhatikan, dipelajari, dan disimpulkan.
2.5 Deskripsi Materi Fluida Statis