sehingga pada akhir pembelajaran hasil yang diperoleh siswa dapat lebih optimal.
7. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi. Sistem kerja sama yang diterapkan dalam model pembelajaran think pair share menuntut siswa untuk
dapat bekerja sama dalam tim, sehingga siswa dituntut dapat belajar berempati, menerima pendapat orang lain atau mengakui secara sportif jika
pendapatnya tidak diterima. Sedangkan kelemahan-kelemahan dari model pembelajaran think pair share
sebagai berikut: 1. Tidak selamanya mudah bagi siswa untuk mengatur cara berpikir sistematik.
2. Lebih sedikit ide yang masuk. 3. Jika ada selisihan, tidak ada penengah dari siswa dalam kelompok yang
bersangkutan sehingga banyak kelompok yang melapor dan dimonitor. 4. Jumlah murid yang ganjil berdampak pada saat pembentukan kelompok,
karena ada satu murid tidak mempunyai pasangan. 5. Jumlah kelompok yang terbentuk banyak.
6. Menggantungkan pada pasangan.
2.2 Model Problem Based Learning PBL
Pembelajaran berbasis masalah merupakan sebuah model pembelajaran yang menyajikan berbagai permasalahan nyata dalam kehidupan sehari-hari
peserta didik bersifat kontekstual sehingga merangsang peserta didik untuk belajar. Menurut Murdiono sebagaimana dikutip Gilang 2012 bahwa model
pembelajaran berbasis masalah problem based learning dapat menjadi program yang mendorong kompetensi, tanggung jawab, dan partisipasi siswa, belajar
menilai dan mempengaruhi kebijakan umum, memberanikan diri untuk berperan serta dalam kegiatan antar sesama. Sedangkan menurut Arends, sebagaimana
dikutip oleh Trianto 2007, model problem based learning merupakan suatu pendekatan pembelajaran di mana siswa mengerjakan permasalahan yang otentik
dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan keterampilan berpikir tingkat lebih tinggi, mengembangkan
kemandirian dan percaya diri. Tujuan dan hasil dari pembelajaran berbasis masalah ini adalah untuk
mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi, mendorong kerjasama dalam menyelesaikan tugas, melibatkan peserta didik dalam penyelidikan
permasalahan pilihan sendiri yang memungkinkan mereka menginterpretasikan dan menjelaskan fenomena dunia nyata dan membangun pemahamannya tentang
fenomena tersebut. Menurut Arends, sebagaimana dikutip oleh Trianto 2007, karakteristik
pembelajaran berbasis masalah sebagai berikut: a. Pengajuan pertanyaan atau masalah.
b. Berfokus pada keterkaitan antar disiplin. c. Penyelidikan autentik.
d. Menghasilkan produk dan memamerkannya. e. Kolaborasi.
Langkah-langkah dalam menerapkan problem based learning di kelas dan perilaku guru dalam setiap fasenya ditunjukkan pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Langkah-langkah model problem based learning Syntax
Perilaku Guru Fase 1
Orientasi peserta didik kepada masalah
Menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, memotivasi peserta didik untuk
terlibat aktif dalam pemecahan masalah yang dipilih
Fase 2 Mengorganisasikan
peserta didik Membantu
peserta didik
mendefinisikan dan
mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut
Fase 3 Membimbing
penyelidikan individu dan kelompok
Mendorong peserta didik untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk
mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah
Fase 4 Mengembangkan dan
menyajikan hasil
karya Membantu peserta didik dalam merencanakan dan
menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, model dan berbagi tugas dengan teman
Fase 5 Menganalisa
dan mengevaluasi proses
pemecahan masalah Mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah
dipelajarimeminta kelompok presentasi hasil kerja
Berikut mengenai fakta empirik kelebihan problem based learning: a. Dengan PBL akan terjadi pembelajaran bermakna. Peserta didik yang belajar
memecahkan suatu masalah maka mereka akan menerapkan pengetahuan yang dimilikinya atau berusaha mencari informasi yang diperlukan untuk
memecahkan masalah yang mereka hadapi. Belajar dapat semakin bermakna dan dapat diperluas ketika peserta didik berhadapan dengan situasi dimana
konsep diterapkan.
b. Dalam situasi PBL peserta didik mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan secara simulta dan mengaplikasikannya dalam konteks yang
relevan. c. PBL dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif
peserta didik dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar, dan dapat mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok.
d. Peserta didik memperoleh pengetahuan dasar basic sciences berguna untuk memecahkan masalah bidang keteknikan yang dijumpainya.
e. Peserta didik belajar secara aktif dan mandiri dengan sajian materi terintegrasi dan relevan dengan kenyataan sebenarnya, yang sering disebut
student-centered. f.
Peserta didik mampu berpikir kritis, dan mengembangkan inisiatif. Selain kelebihan-kelebihan tersebut, berikut kelemahan-kelamahan model
pembelajaran problem based learning: a. Bagi peserta didik yang kurang berkomitmen, akan mengalami kesulitan
dalam merumuskan permasalahan dan mengungkapkan hubungan antara dugaan-dugaan hipotesis, sehingga pada gilirannya akan menimbulkan
frustasi. b. Tidak efisien untuk mengajar jumlah siswa banyak, karena membutuhkan
waktu yang lama untuk membantu mereka menemukan teori hipotesis dan menentukan pemecahan masalah lainnya.
c. Pembelajaran berbasis masalah lebih cocok untuk mengembangkan pemahaman, sedangkan mengembangkan aspek konsep, keterampilan dan
emosi secara keseluruhan kurang mendapat perhatian. d. Pada beberapa disiplin waktu yang memadai bagi siswa untuk menentukan
sendiri permasalahan dan dugaan hipotesis yang diperlukan, karena telah dipilih terlebih dahulu oleh guru.
Permendikbud No.59: 2014
2.3 Model Pembelajaran Think Pair Share TPS Dipadukan