Penelitian yang Relevan Tabel 5. Penelitian yang Relevan
peningkatan life skills
siswa yaitu model pembelajaran yang menekankan cara siswa untuk memaksimalkan potensi didalam dirinya
baik yang bersifat personal maupun sosial, cara siswa dalam memecahkan masalah yang rumit, berkomunikasi antar sesama dan
mampu bekerja sama dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Ciri pembelajaran life skills menurut Depdiknas dalam Anwar 2006: 21 adalah:
a. terjadi proses identifikasi kebutuhan belajar; b. terjadi proses penyadaran untuk belajar bersama;
c. terjadi keselarasan kegiatan belajar untuk mengembangkan diri,
belajar, usaha mandiri, usaha bersama; d. terjadi proses penguasaan kecakapan personal, sosial,
vokasional, akademik, manajerial, kewirausahaan; e. terjadi proses pemberian pengalaman dalam melakukan
pekerjaan dengan benar, menghasilkan produk bermutu; f.
terjadi proses interaksi saling belajar dari ahli; g. terjadi proses penilaian kompetisi, dan;
h. terjadi pendampingan teknis untuk bekerja atau membentuk usaha bersama.
Model pembelajaran problem based instruction merupakan model pembelajaran untuk melatih dan mengembangkan
life skills yang merupakan aspek afektif dari siswa, sesuai dengan kesimpulan dalam
penelitian Musta’in mahasiswa Institut Agama Islam Negeri Walisongo bahwa “pembelajaran problem based instruction dapat meningkatkan
keterampilan proses dan aspek afektif peserta didik pada saat proses belajar mengajar yang tampak pada hasil observasi saat proses belajar
mengajar”.
Saat melaksanakan model pembelajaran problem based instruction peserta didik dapat memaksimalkan dirinya dalam berfikir kritis untuk
memecahkan masalah hal ini menjadikan pengetahuan yang didapat
siswa lebih awet. Lalu siswa dilatih untuk berkomuikasi dan bekerjasama dengan siswa lain, kerjasama ini terlihat pada saat siswa
dibagi dalam kelompok-kelompok untuk memecahkan masalah.
Pemecahan suatu masalah yang diselesaikan secara berkelompok akan membantu melatih siswa untuk bekerjasama secara baik dengan teman-
temannya. Siswa memperoleh pengetahuan dari berbagai sumber belajar yang didapatkan dari lingkungan sekitar maupun interaksi sosial
yang terjadi pada saat kegiatan pemecahan masalah. Pengetahuan dari berbagai sumber belajar ini akan memperkaya khazanah ilmu
pengetahuan siswa. Kendala dalam model pembelajaran ini adalah alokasi waktu yang kurang pada setiap pertemuan pembelajaran
sedangkan waktu yang dibutuhkan sangat banyak.
Model pembelajaran problem based instruction lebih menekankan pada teori konstruktivistik yang mengakomodasi keterlibatan siswa dalam
belajar dan pemecahan masalah otentik. Dalam pemrolehan informasi dan pengembangan pemahaman tentang topik-topik, siswa belajar
bagaimana mengkonstruksi kerangka masalah, mengorganisasikan dan menginvestigasi masalah, mengumpulkan dan menganalisis data,
menyusun fakta, mengkonstruksi argumentasi mengenai pemecahan masalah, bekerja secara individual atau kolaborasi dalam pemecahan
masalah.
Selain itu problem based instruction juga dapat berhubungan dengan teori humanistik dimana sesuai dengan pendapat Dewey bahwa
problem based instruction adalah interaksi antara stimulus dengan respon, atau dapat pula didefinisikan sebagai sebuah interaksi antara
dua arah belajar dan lingkungan. Lingkungan membantu siswa menyediakan masalah-masalah tertentu, sedangkan sistem syaraf otak
membantu menafsirkan bantuan sehingga masalah yang tersedia di lingkungan dapat terpecahkan dengan baik. Pengalaman siswa dalam
memecahkan masalah dapat dijadikan sebagai materi untuk memperoleh pengertian.
Pembelajaran contextual teaching and learning menurut Depdiknas 2007 : 3 dan Nurhadi dalam Muslich, 2009 : 41, adalah konsep
belajar yang membantu guru mengkaitkan antara materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Pengetahuan dan keterampilan
siswa diperoleh dari usaha siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan ketempilan baru ketika ia belajar.
Keunggulan pendekatan contextual teaching and learning yaitu pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil. Artinya siswa dituntut
untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat
mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu akan berfungsi secara fungsional, akan tetapi
materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa, sehingga tidak akan mudah dilupakan. Kekurangan model ini adalah
memerlukan waktu yng lumayan banyak dalam pelaksanaannya. Model problem based instruction dan model contextual teaching and
learning sama-sama memiliki interaksi sosial dan kerja sama, namun