Dampak Bus Lintas USU Terhadap Pendapatan Penarik Becak Di Kampus USU Padang Bulan Medan

(1)

SKRIPSI

DAMPAK KEHADIRAN BUS LINTAS USU TERHADAP PENDAPATAN PENARIK BECAK DI KAMPUS USU

PADANG BULAN MEDAN

Diajukan guna memenuhi salah satu syarat Untuk memperoleh Gelar Sarjana Sosial

Universitas Sumatera Utara

Diajukan oleh:

INDRA FAUZI HASIBUAN

110902007

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL Nama : INDRA FAUZI HASIBUAN

NIM : 110902007

ABSTRAK

Dampak Bus Lintas USU Terhadap Pendapatan Penarik Becak Di Kampus USU Padang Bulan Medan

(Skripsi terdiri dari 6 bab,86 halaman, 19 tabel serta 24 kepustakaan) Pada dasarnya manusia menginginkan suatu kehidupan yang baik dengan mampu memenuhi segala kebutuhan jasmani, rohani maupun sosial hidupnya baik moral maupun material, namun tidak semua kebutuhan tersebut dapat dipenuhi, terutama bagi mereka yang berekonomi lemah salah satunya adalah penarik becak yang merupakan pekerja sektor informal, salah satu dari kelompok masyarakat yang hidup dalam belenggu kemiskinan. Pendapatan mereka yang kecil dan tidak menentu dalam sehari hari menyebabkan mereka dapat dikategorikan dalam kategori keluarga prasejahtera. Masalah yang dibahas dalam skripsi ini adalah dampak kehadiran Bus Lintas USU terhadap pendapatan penarik becak.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksplanatif dengan pendekatan kuantitatif dengan menguji hipotesis. Penelitian ini dilaksanakan di Kampus USU Padang Bulan Medan. Adapun jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 20 sampel dengan menggunakan metode penarikan sampel Purposive Sampling. Teknik pengumpulan data melalui kuesioner,observasi dan wawancara. Data yang didapat ditabulasikan kedalam tabel kemudian dianalisis dengan teknik Uji t. Dikampus USU sendiri pada tahun 2013 program asri USU telah menghadirkan program baru yaitu kehadiran Bus Lintas USU yang menyangkut mahasiswa, dengan kehadiran bus tersebut memberikan dampak negatif bagi penarik becak di Kampus USU dengan menurunnya pendapatan penarik becak. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, maka dapat diketahui bahwa terdapat dampak negatif dari pendapatan penarik becak di Kampus USU setelah kehadiran Bus Lintas USU. Hal ini dapat dilihat dari pendapatan sebelum kehadiran Bus Lintas USU dan setelah hadirnya Bus Lintas USU terjadinya penurunan pendapatan .


(3)

UNIVERSITY OF NORTHERN SUMATRA

FACULTY OF SOCIAL SCIENCE AND POLITICAL SCIENCE DEPARTMENT OF SOCIAL WELFARE

Name: Indra Fauzi Hasibuan Nim: 110902007

ABSTRACT

Impact Bus Traffic USU Income Withdrawal Against Pedicab On Campus USU Medan Padang Bulan

( Thesis consists of 6 chapters , 86 pages , 19 tables and 24 bibliography )

Basically people want a good life to be able to meet all the needs of physical, spiritual and social life both moral and material , however, not all needs can be met , especially for those weaker economies such as pedicab drivers who are employees of the informal sector , one of a group of people living in poverty. Their incomes are low and erratic in their daily cause can be categorized in the category of disadvantaged families . The issues discussed in this paper is the impact of the presence of USU Bus Traffic on revenue rickshaw pullers .

The method used is an explanatory method with quantitative approach to test the hypothesis . This research was conducted at the Campus USU Medan Padang Bulan . The number of samples in this study is 20 samples using sampling purposive sampling method .The technique of collecting data through questionnaires, observations and interviews . The data obtained are tabulated into a table and then analyzed by t test . USU campus itself in 2013 USU beautiful program has presented a new program that is the presence of Bus Traffic USU concerning students , with the bus 's presence adversely affected rickshaw pullers in the USU campus with declining revenue rickshaw pullers .

Based on the results of research and data analysis , it can be seen that there is a negative impact on revenue in the rickshaw puller after attendance Bus Campus USU. It can be seen from the presence of Bus Traffic revenue before and after the presence Bus USU the decline in revenue .


(4)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI... i

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang... 1

1.2Perumusan Masalah... 11

1.3Tujuan dan Manfaat Penelitian... 11

1.3.1 Tujuan Penelitian... 11

1.3.2 Manfaat Penelitian... 11

1.4 Sistematika Penulisan... 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Dampak... 14

2.2 Pekerja Sektor Informal... 14

2.3 Becak dan Sejarahnya... 16

2.3.1 Karakter dan Wilayah Operasi Becak... 18

2.3.2 Kehidupan Sosial Ekonomi Penarik Becak... 19

2.4 Kehidupan Ekonomi... 21

2.4.1 Pendapatan... 23


(5)

2.5.1 Tujuan Kesejahteraan Sosial... 29

2.5.2 Sasaran Kesejahteran Sosial... 30

2.6 Kemiskinan... 30

2.7 Kerangka Pemikiran... 34

2.8 Hipotesis... 37

2.9. Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional... 38

2.9.1 Defenisi Konsep... 38

2.9.2 Defenisi Operasional... 40

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian... 42

3.2 Lokasi Penelitian... 42

3. 3 Populasi dan Sampel... 43

3.3.1 Populasi... 43

3.3.2 Sampel... 43

3.4 Teknik Pengumpulan Data... 44

3.5 Teknik Analisa Data... 45


(6)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL Nama : INDRA FAUZI HASIBUAN

NIM : 110902007

ABSTRAK

Dampak Bus Lintas USU Terhadap Pendapatan Penarik Becak Di Kampus USU Padang Bulan Medan

(Skripsi terdiri dari 6 bab,86 halaman, 19 tabel serta 24 kepustakaan) Pada dasarnya manusia menginginkan suatu kehidupan yang baik dengan mampu memenuhi segala kebutuhan jasmani, rohani maupun sosial hidupnya baik moral maupun material, namun tidak semua kebutuhan tersebut dapat dipenuhi, terutama bagi mereka yang berekonomi lemah salah satunya adalah penarik becak yang merupakan pekerja sektor informal, salah satu dari kelompok masyarakat yang hidup dalam belenggu kemiskinan. Pendapatan mereka yang kecil dan tidak menentu dalam sehari hari menyebabkan mereka dapat dikategorikan dalam kategori keluarga prasejahtera. Masalah yang dibahas dalam skripsi ini adalah dampak kehadiran Bus Lintas USU terhadap pendapatan penarik becak.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksplanatif dengan pendekatan kuantitatif dengan menguji hipotesis. Penelitian ini dilaksanakan di Kampus USU Padang Bulan Medan. Adapun jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 20 sampel dengan menggunakan metode penarikan sampel Purposive Sampling. Teknik pengumpulan data melalui kuesioner,observasi dan wawancara. Data yang didapat ditabulasikan kedalam tabel kemudian dianalisis dengan teknik Uji t. Dikampus USU sendiri pada tahun 2013 program asri USU telah menghadirkan program baru yaitu kehadiran Bus Lintas USU yang menyangkut mahasiswa, dengan kehadiran bus tersebut memberikan dampak negatif bagi penarik becak di Kampus USU dengan menurunnya pendapatan penarik becak. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, maka dapat diketahui bahwa terdapat dampak negatif dari pendapatan penarik becak di Kampus USU setelah kehadiran Bus Lintas USU. Hal ini dapat dilihat dari pendapatan sebelum kehadiran Bus Lintas USU dan setelah hadirnya Bus Lintas USU terjadinya penurunan pendapatan .


(7)

UNIVERSITY OF NORTHERN SUMATRA

FACULTY OF SOCIAL SCIENCE AND POLITICAL SCIENCE DEPARTMENT OF SOCIAL WELFARE

Name: Indra Fauzi Hasibuan Nim: 110902007

ABSTRACT

Impact Bus Traffic USU Income Withdrawal Against Pedicab On Campus USU Medan Padang Bulan

( Thesis consists of 6 chapters , 86 pages , 19 tables and 24 bibliography )

Basically people want a good life to be able to meet all the needs of physical, spiritual and social life both moral and material , however, not all needs can be met , especially for those weaker economies such as pedicab drivers who are employees of the informal sector , one of a group of people living in poverty. Their incomes are low and erratic in their daily cause can be categorized in the category of disadvantaged families . The issues discussed in this paper is the impact of the presence of USU Bus Traffic on revenue rickshaw pullers .

The method used is an explanatory method with quantitative approach to test the hypothesis . This research was conducted at the Campus USU Medan Padang Bulan . The number of samples in this study is 20 samples using sampling purposive sampling method .The technique of collecting data through questionnaires, observations and interviews . The data obtained are tabulated into a table and then analyzed by t test . USU campus itself in 2013 USU beautiful program has presented a new program that is the presence of Bus Traffic USU concerning students , with the bus 's presence adversely affected rickshaw pullers in the USU campus with declining revenue rickshaw pullers .

Based on the results of research and data analysis , it can be seen that there is a negative impact on revenue in the rickshaw puller after attendance Bus Campus USU. It can be seen from the presence of Bus Traffic revenue before and after the presence Bus USU the decline in revenue .


(8)

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah

Perkembangan kota di segala bidang tampaknya tidak hanya memberikan nuansa positif bagi kehidupan masyarakat. Tetapi juga melahirkan persaingan hidup, sehingga muncul fenomena kehidupan yang berujung pada kemiskinan. Kemiskinan perkotaan yang melanda kota-kota besar di Indonesia di sebabkan oleh gejolak ekonomi yang semakin menyengsarakan masyarakat dan menimbulkan masalah baru yang cukup kompleks. Diperparah lagi oleh keadaan birokrasi terhadap pelayanan masyarakat yang tidak berpihak kepada masyarakat bawah, bahkan lebih cenderung memojokkan masyarakat bawah.

Kemiskinan terus menjadi masalah sosial yang fenomenal sepanjang sejarah di Indonesia. Di negara ini, nampaknya tidak ada persoalan yang lebih besar, selain persoalan kemiskinan. Kemiskinan merupakan masalah individual, masalah keluarga, masalah sosial, masalah nasional sekaligus masalah internasional. Disebut sebagai masalah individu karena setiap orang menginginkan kehidupan yang sejahtera. Tidak seorang pun yang menginginkan dirinya miskin. Sebaliknya, merupakan cita-cita setiap orang untuk mampu memenuhi kebutuhan hidup dan dapat hidup secara layak sebagai seorang manusia yang memiliki harkat martabat. Ketidak mampuan memenuhi kebutuhan hidup secara mandiri bagi setiap orang merupakan suatu masalah serius, khususnya bagi orang dewasa dan secara jasmani dan rohani (Siagian, 2011:137).


(9)

Kemiskinan merupakan salah satu bentuk persoalan masyarakat akibat terjadinya ketidak seimbangan antara pertumbuhan penduduk, keterbatasan ketersediaan lapangan kerja, kebutuhan akan jaminan sosial, kebutuhan akan cara kerja yang profesional, serta berbagai tekanan yang ditimbulkan. Disamping itu, faktor keterbatasan terhadap akses informasi, akses perbankan, akses mendapatkan sumber-sumber pendapatan,akses mendapatkan sumber-sumber kesehatan juga menjadi penyebab utama kemiskinan. Masalah kemiskinan yang dihadapi di setiap Negara akan selalu bersamaan dengan laju pertumbuhan penduduk yang kemudian menghasilkan pengangguran, ketimpangan dalam distribusi pendapatan Nasional dan pendidikan yang menjadi modal utama untuk dapat bersaing didunia kerja. (depdagri.go.id/09/10/2011).

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan jumlah penduduk miskin di Sumatera Utara pada Maret 2015 sebanyak 1.463.670 orang (10,53%).Angka ini bertambah sebanyak 103.070 orang bila dibandingkan dengan jumlah penduduk miskin September 2014 yang berjumlah 1.360.600 orang (9,85%). Penduduk miskin di daerah perkotaan pada Maret 2015 sebesar (10,16 %), naik dibanding September 2014 yang sebesar (9,81%). Begitu juga dengan penduduk miskin daerah pedesaan yaitu dari (9,89%) pada September 2014 naik menjadi (10,89%) pada Maret 2015.

Perubahan yang signifikan dari keberadaan bangsa Indonesia yang terpuruk akibat krisis moneter yang berkepanjangan sejak pertengahan Agustus 1997 mengakibatkan krisis multidimensi yang terus menimbulkan kerugian bagi


(10)

masyarakat. Selain kemiskinan salah satu masalah yang memprihatinkan adalah pengangguran yang mengakibatkan berjuta-juta pekerja mengalami penderitaan. Kesulitan-kesulitan hidup dirasakan hampir seluruh penduduk Indonesia. Upaya-upaya yang dilakukan pemerintah belum cukup membuat keresahan masyarakat berhenti, terutama dalam bidang ekonomi. Menurut Tobing (2002) mereka yang gagal memperoleh pekerjaan di sektor formal yang nyatanya sampai saat ini masih merupakan pekerjaan ideal, karena berbagai alasan memasuki jenis pekerjaan disektor informal.

Kehadiran tenaga sektor informal memberikan kontribusi positif dalam perkembangan ekonomi lokal dan perannya cukup signifikan dalam menunjang dan menopang kehidupan sehari- hari. Namun disatu sisi keberadaan para pekerja sektor informal menjadi persoalan yang cukup merepotkan bagi penataan tata kota. Mereka kebanyakan berada dikawasan legal dan illegal di inti kota dan tidak ada penataan dan aturan yang jelas terhadap sektor informal untuk mengatur diri sendiri. Rata rata pekerja sektor informal kesulitan untuk melepaskan diri dari himpitan ekonomi yang berujung pada kemiskinan. Didaerah perkotaan sering diidentikkan bahwa masyarakat miskin adalah masyarakat yang bekerja dibidang informal. (Winarno,2005 : 2).

Banyak tenaga kerja yang menganggur terutama didaerah perkotaan yang tidak lain disebabkan sulitnya memperoleh pekerjaan di sektor formal. Dalam usaha memenuhi berbagai kebutuhan hidup,setiap orang harus melakukan berbagai upaya untuk dapat memperoleh penghasilan yang layak. Tetapi menjadi permasalahan bahwa terdapat kecenderungan akhir-akhir ini semakin sulit


(11)

mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan yang diinginkan,dan karena itu terpaksa hidup dari belas kasihan lingkungan dan negara atau berupaya menyambung hidup disektor informal. Bagi banyak orang, pekerjaan informal ini merupakan pilihan–pilihan terakhir, tetapi bukan tidak banyak yang memilih menjadi penganggur ataupun setengah penganggur. Umumnya yang terlibat pada sektor ini berpendidikan rendah, miskin, tidak terampil dan kebanyakan para migran. Karena itu, cakrawala mereka terbatas untuk mencari kesempatan kerja dan dapat menghasilkan pendapatan langsung bagi dirinya sendiri. (http://www.theindonesianinstitute.org/daily022002.htm).

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan telah terjadi peningkatan pengangguran di Sumatera Utara, Tingkat Pengangguran terbuka (TPT) di Sumatera Utara pada Februari 2015 mencapai 6,39 % , mengalami peningkatan sebesar 0,16 poin disbanding TPT Agustus 2014, yaitu sebesar 6,23 % atau dari 391 ribu pada Agustus 2014 menjadi 421 ribu pada Februari 2015. Bila dilihat dari status pekerjaan utamanya, sebanyak 2,48 juta orang atau (40,10%) bekerja pada kegiatan formal (berusaha dibantu buruh tetap dan sebanyak 3,70 juta orang atau (59,90%) bekerja pada kegiatan informal. Data ini menunjukkan bahwa sektor informal masih mendominasi jumlah tenaga kerja di Sumatera Utara termasuk kota Medan. Penduduk yang bekerja di sektor informal dikatakan penduduk marginal karena motivasi kerja mereka semata mata untuk mempertahankan kelangsungan hidup sehari-hari bukan meraih kekayaan. (Todaro, 2004: 4).


(12)

Transportasi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan untuk memindahkan suatu (orang atau barang) dari suatu tempat ke tempat yang lain secara terpisah Keberadaan transportasi tidak lain adalah sebagai penunjang aktifitas manusia sehari-hari, dan merupakan sarana mobilitas manusia di darat, laut dan udara. Dengan sistem pengaturan dan kendali tertentu (manajemen lalu lintas, sistem operasi, maupun prosedur perangkat (Jinca, 2007: 8). Salah satu alat transporasti darat adalah becak, Becak motor adalah salah satu alat transportasi darat tumbuh dan berkembang cukup pesat sejak 2003 telah menjadi salah satu primadona angkutan alternatif. Becak motor mempunyai kemampuan menjangkau seluruh wilayah kota/perkotaan. Penarik becak adalah seseorang yang bekerja di sektor informal.

Penarik becak merupakan salah satu dari kelompok masyarakat yang hidup dalam belenggu kemiskinan. Banyaknya becak merupakan lambang kemiskinan di Negara-negara sedang berkembang. Menjadi pengemudi becak merupakan lapangan kerja terakhir yang dipilih seseorang karena tidak membutuhkan keahlian khusus untuk bisa mengemudikan becak, yang terpenting sehat secara jasmani dan kuat untuk mengayuh becaknya. Di kota-kota dengan tingkat pendapatan per kapita yang rendah khususnya di Medan persaingan antar pengemudi untuk mendapatkan penumpang tinggi, sehingga pendapatan yang tersisa menjadi rendah sekali. Mengemudikan becak merupakan salah satu profesi pilihan bagi penduduk usia produktif yang tidak memiliki pendidikan dan


(13)

(http://id.wikibooks.org/wiki/Profil_Becak/Pemilikan_becak diakses pada tanggal 17 Januari 2012, pukul 02.15).

Becak merupakan salah satu alat transportasi yang banyak dijumpai dikota kota Indonesia. Hanya saja modelnya yang berbeda-beda disetiap kota tersebut. Dikota Medan sendiri becak merupakan salah satu alat transportasi yang cukup populer. Becak dapat ditemukan di setiap sudut kota Medan, baik itu becak dayung yang digerakkan oleh sepeda yang didayung oleh tenaga manusia maupun becak mesin yang digunakan oleh tenaga mesin dengan menggunakan bensin.Populasi becak mesin sekarang ini lebih banyak ditemukan di kota Medan, dibandingkan dengan becak dayung yang sudah mulai langka keberadaannya. Menurut data yang diperoleh dari Dinas Perhubungan kota Medan, jumlah becak mesin yang beroperasi dikota Medan saat sekarang ini berjumlah 115.212 buah, dengan rincian 15.715 buah becak dayung dan 99.497 buah becak mesin (Data Dinas Perhubungan kota Medan).

Medan salah satu kota yang diramaikan dengan alat transportasi yang bernama becak. Hal ini menjadi keunikan yang dimiliki kota Medan, karena terdapat dua jenis becak. Becak bermotor yang dapat ditemui hampir diseluruh Medan, dan becak biasa becak dayung yang hanya terdapat di daerah-daerah atau prapatan jalan tertentu saja, yang pada umumnya jalan-jalan pinggiran kota. Dikota Medan, kehidupan tukang becak masih menyimpan berbagai masalah. Misalnya masalah ekonomi yang tampak jelas dengan masih banyaknya yang hidup dibawah garis kemiskinan. Dengan hasil pencarian sehari-hari yang tidak seberapa mereka harus mencukupi kebutuhan hidup .(Wikipedia, 2007).


(14)

Dengan hasil pencarian yang tidak seberapa, penarik becak harus mencukupi kebutuhan hidup diantaranya membayar uang kontrakan rumah, membiayai uang sekolah anak-anak mereka, serta untuk kebutuhan sehari hari. Bahkan dengan pendapatan rata rata sekitar 30 ribu per harinya, mereka juga harus membayar uang sewa becak yang digunakan, maka dana yang untuk memperbaikinya juga ditanggung oleh penarik becak. Kondisi ini dihadapi oleh penarik becak dayung lain halnya dengan becak bermotor, mereka harus membayar cicilan tiap bulannya untuk becak yang mereka pakai. Jelas pendapatan mereka berbeda dengan penarik becak dayung. Dari kesulitan-kesulitan yang mereka hadapi, timbullah percakapan dari para penarik becak yang sering berkumpul pada saat beristirahat di persimpangan jalan untuk membentuk satu organisasi penarik becak.

Selain itu ada juga penelitian yang dilakukan oleh Suwandi dan Harsono (2007) pada tukang becak di Medan. Dari hasil penelitiannya, ia menemukan bahwa motivasi utama mereka menjadi tukang becak adalah untuk mencukupi kebutuhan hidup. Di samping itu, Alasan lain adalah mereka tidak mau apabila menganggur ,dikarenakan gagalnya mendapat pekerjaan di sektor formal dan sulitnya mencari kerja dari pada menganggur tidak berpenghasilan lebih baik mendapat pekerjaan walaupun menjadi penarik becak.

Tukang becak sebagai salah satu profesi sektor infomal pada bidang jasa transportasi mengalami permasalahan sosial ekonomi,khususnya dalam memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Namun pendapatan mereka yang kecil dan tidak menentu dalam sehari menyebabkan mereka dapat dikategorikan dalam kategori keluarga prasejahtera.Menurut standar dari BKKBN, Keluarga dimasukkan dalam


(15)

kategori prasejahtera apabila tidak dapat memenuhi satu dari lima syarat berikut: melaksanakan ibadah menurut agamanya, makan dua kali sehari atau lebih, pakaian yang berbeda untuk berbagai keperluan, lantai rumah bukan dari tanah (http://www.bkkbn.go.id diakses pada tanggal 29 januari 2007).

Keberadaan becak dari hari ke hari semakin tergilas dengan perkembangan mode transportasi darat lainnya seperti ojek, angkutan kota dan taksi yang juga telah meramaikan kota Medan.Pendapatan mereka menjadi berkurang karena pengguna jasa becak (penumpang) mulai beralih .Ongkos yang lebih murah serta lebih efisiensi waktu membuat banyak orang orang yang beralih dari menumpang becak ke transportasi umum lainnya. Berkurangnya penumpang ini mengakibatkan berkurangnya pendapatan dari tukang becak. Bahkan tidak sedikit tukang becak yang telah berpindah mata pencaharian. Kenaikan harga barang kebutuhan pokok juga semakin mempersulit kehidupan tukang becak yang pendapatan semakin berkurang dari hari kehari.Tukang becak sebagai salah satu profesi sektor infomal pada bidang jasa transportasi mengalami permasalahan sosial ekonomi,khususnya dalam memenuhi kebutuhan hidup keluarga.

Dikampus USU sendiri becak memang sangat penting bagi mahasiwa yang tidak memiliki kendaraan pribadi, tetapi disamping itu dengan harga becak yang cukup tinggi bagi mahasiswa, sehingga sebagian mahasiswa memilih untuk berjalan kaki dari pintu gerbang sampai ke fakultas mereka. Melihat kondisi ini membuat rasa iba para petinggi USU untuk mencetus program baru. Tujuannya agar mahasiswa yang tidak memiliki kendaraan pribadi dan tidak memiliki uang


(16)

saku yang cukup untuk menaiki transportasi umum seperti becak maka dibuatlah suatu program baru.

Pada awal 2013 para pengambil kebijakan di USU mulai merancang program transportasi gratis Bus Lintas USU. Layanan Bus Kampus USU telah dioperasikan mulai Sabtu, 9 Maret 2013. Bus yang digunakan secara gratis itupun telah melakukan layanan kepada mahasiswa. yang difungsikan sebagai halte pada beberapa tempat tersebar di lingkungan kampus USU Padang Bulan dalam melayani transportasi internal terutama mahasiswa di dalam kampus secara gratis dan hanya perlu menunjukan kartu tanda Mahasiswa. Menurut Pembantu Rektor II USU Prof. Armansyah Ginting, penyediaan layanan bus kampus tersebut merupakan program USU Asri yakni merupakan program andalan universitas yang dinilai mampu memberikan inisiasi awal pengembangan universitas menuju cita-cita "national achievement with global reached" dan akan berkelanjutan hingga tahun 2015.

Padang bulan adalah kelurahan di kecamatan Medan Baru, Medan, Sumatera Utara, Indonesia, kampus USU terletak di wilayah Kelurahan Padang Bulan. Penepatan Bus Lintas USU sebagai alat tranportasi gratis disekitar kampus memang efektif terutama mahasiswa, namun dengan adanya kehadiran Bus Lintas USU tersebut memberikan dampak terhadap pendapatan penarik becak di sekitaran kampus.Seluruh mahasiswa yang biasanya menggunakan jasa penarik becak kini beralih ke Bus Lintas USU. Becak jauh lebih dulu ada dari pada Bus Lintas USU. Becak sudah lama menjadi sarana transportasi andalan bagi


(17)

mahasiswa. Namun dengan keberadaan Bus Lintas USU, eksistensi becak dikhawatirkan akan bergeser dan fungsinya menurun dari pada sebelumnya.

Kondisi penarik becak di kampus USU pada sebelum kehadiran Bus Lintas USU sudah bersaing dengan beberapa transportasi umum modern lainnya seperti taksi, angkutan umum dan sesama tukang becak untuk mendapatkan penumpang. Ditambah lagi dengan kehadiran Bus Lintas USU, yang pastinya pendapatan tukang becak akan menurun. Dampak terburuk dari situasi ini adalah semakin melemahnya eksistensi becak, mengakibatkan menurunnya standar hidup tukang becak di kampus USU dan keberadaannya yang terlupakan. Dulunya becaklah yang banyak diburu penumpang dan mahasiswa, tetapi sekarang becaklah yang mencari penumpang. Situasi merupakan perubahan sosial yang telah terjadi..

Penelitian ini penting untuk diteliti karena mengetahui seberapa derastisnya penurunan pendapatan penarik becak di kampus USU setelah kehadiran Bus Lintas USU (sebelum dan sesudah adanya) dan diharapkan dapat menemukan solusi yang efektif dalam rangka pemecahan masalah yang semakin parah. Bagaimana cara penarik becak untuk tetap bertahan dalam keadaan apapun. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas maka penulis merasa tertarik untuk meneliti bagaimana Dampak Kehadiran Bus Lintas USU Terhadap Pendapatan Penarik Becak dan bagaimana cara cara penarik becak untuk tetap bertahan hidup. Maka penulis menyusun penelitian ini dengan judul “ Dampak Kehadiran Bus Lintas USU Terhadap Pendapatan Penarik Becak Di Kampus USU Padang Bulan Medan“.


(18)

1.2 Perumusan Masalah

Untuk mengarahkan penelitian dan memperlancar data dan fakta ke dalam bentuk penulisan ilmiah, maka perlu perumusan masalah dengan jelas sehingga dapat digunakan sebagai bahan kajian dan pedoman arah penelitian. Rumusan masalah sering diartikan sebagai pembatasan masalah atau formulasi data. Rumusan masalah mencerminkan pokok penelitian (Danim, 2002: 90). Berdasarkan permasalahan yang menjadi perhatian penulis dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : “Bagaimana dampak kehadiran Bus Lintas USU terhadap pendapatan penarik becak di kampus USU Padang Bulan Medan”.

1.3 Tujuan dan manfaat penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Setiap penelitian yang dilakukan terhadap suatu masalah tertentu mempunyai tujuan tertentu. Tujuan penelitian adalah jawaban atas pernyataan apa yang akan dicapai dalam penelitian itu menurut misi ilmiah (Danim, 2002: 91). Adapun tujuan penelitian penulis dalam melakukan penelitian ini adalah: “Untuk mengetahui bagaimana dampak kehadiran Bus Lintas USU terhadap pendapatan penarik becak di kampus USU Padang Bulan Medan”.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara langsung maupun tidak langsung , antara lain sebagai berikut:


(19)

1. Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan, pengembangan dan menambah wawasan bagi penulis maupun bagi pihak-pihak yang menaruh minat tentang kehidupan penarik becak dan terhadap studi Ilmu Kesejahteraan Sosial.

2. Pengembangan konsep, teori teori serta pengukuran kemiskinan dan sebagai sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu pengetahuan lebih lanjut, juga sebagai langkah awal untuk penelitian-penelitian berikutnya.

1.4 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah: BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian,manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini menguraikan secara teoritis tinjauan-tinjauan yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan,kerangka pemikiran,perumusan hipotesis, defenisi konsep dan defenisi operasional.

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini berisikan tentang tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data serta teknik analisis data.

BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini berisikan gambaran umum mengenai lokasi dimana peneliti melakukan penelitian


(20)

BAB V : ANALISA DATA

Bab ini berisikan tentang uraian data yang diperoleh dari hasil penelitian dan analisisnya.

BAB VI : PENUTUP

Berisikan kesimpulan dan saran yang bermanfaat sehubungan dengan penelitian yang dilakukan.


(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Dampak

Dampak adalah suatu perubahan yang terjadi akibat suatu aktivitas. Aktivitas tersebut dapat bersifat alamiah, baik sosial, ekonomi, fisik, kimia maupun biologi. Sedangkan menurut KBBI dampak adalah benturan, pengaruh yang mendatangkan akibat baik positif maupun negatif. Pengaruh adalah daya yang ada dan timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut membentuk watak kepercayaan atau perbuatan seseorang. Adapun dampak memberikan pengaruh berupa :

1. Dampak Positif yaitu dampak yang berpengaruh positif, 2. Dampak Negatif yaitu dampak yang berpengaruh negatif.

3. Dampak langsung yaitu dampak yang dirasakan langsung dan berkaitan dengan dampak positif

4. Dampak tidak langsung yaitu dampak tidak langsung yang dirasakan dengan adanya suatu pengaruh.

2.2 Pekerja Sektor Informal

Pekerja Sektor Informal adalah Pekerja atau kelompok usaha ekonomi yang tidak mempunyai majikan atau mempunyai hubungan kerja dan tidak berbadan hukum (Pasal 1 ayat 5 Peraturan Dirjen Perbenda-haraan no. 30 tahun 2006). Menurut Keith Hartt (1973), seorang Antropolog Inggris, yang kemudian


(22)

dikembangkan oleh International Labor Organization (ILO), pekerja sektor informal dapat dikelompokkan ke dalam 3 (tiga) kategori:

1. Kategori 1 adalah pekerja yang menjalankan sendiri modalnya yang sangat kecil, misalnya pedagang kaki lima, pedagang asongan, pedagang pasar dan penarik becak.Meski mereka bekerja mandiri, pekerja informal jenis ini secara ekonomis sangat tergantung pada orang lain, misalnya usahawan lain yang memasok barang dagangan untuk kelangsungan bisnis mereka.

2. Kategori 2 adalah pekerja informal yang bekerja pada orang lain.Golongan ini termasuk buruh upahan yang bekerja pada pengusaha kecil atau pada suatu keluarga dengan perjanjian lisan dengan upah harian atau bulanan.Pembantu rumah tangga dan buruh bangunan termasuk pada golongan ini

3. Kategori 3 adalah pemilik suatu usaha yang sangat kecil.Termasuk dalam kelompok ini para petani kecil dengan mempekerjakan satu atau beberapa buruh tani, atau pemilik kios kecil dengan mempekerjakan seorang pembantu. Nelayan dengan 1-2 orang pembantu.

Menurut Keith Hart (1996: 73), pekerja sektor informal umumnya miskin, kebanyakan berada dalam usia kerja utama, berpendidikan dan berpenghasilan rendah, serta memiliki modal usaha yang kecil. Namun, kesempatan kerja di sektor formal dirasakan semakin sulit karena tidak dapat menanggung pengangguran. Konsep sektor informal pertama kali di pergunakan oleh Keirt Hard dari University of Manchester pada tahun 1973 yang menggambarkan bahwa sektor informal adalah bagian angkatan kerja di kota yang berada di luar pasar tenaga kerja yang terorganisir. Kemudian konsep informal di kembangkan


(23)

oleh ILO dalam berbagai penelitian di Dunia Ketiga. Sejak Hart (Dalam Auliya: 2013) memperkenalkan konsep sektor informal, konsep itu sering digunakan untuk menjelaskan bahwa sektor informal dapat mengurangi pengangguran di kota Negara sedang berkembang.

2.3 Becak dan sejarahnya

Perkembangan transportasi dalam sejarah bergerak dengan sangat perlahan, berevolusi dengan terjadi perubahan sedikit demi sedikit. Transportasi diawali dengan penemuan roda pada sekitar 3500 tahun sebelum masehi yang digunakan untuk mempermudah memindahkan suatu barang. . Keberadaan transportasi tidak lain adalah sebagai penunjang aktifitas manusia sehari-hari, dan merupakan sarana mobilitas manusia di darat, laut dan udara .Dan pada tahun 1790 Sepeda pertama sekali digunakan dan sepeda motor pada tahun 1893 baru muncul dan digunakan.. Perkembangan transportasi berjalan dengan sangat cepat demikian juga penggunaan transportasi berjalan dengan sangat cepat.

Becak termasuk alat transportasi darat ,becak berasal dari bahasa Hokkien, yaitu “be chia” yang artinya kereta kuda. Dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) becak adalah kendaraan umum seperti sepeda,beroda tiga, roda satu di belakang dan dua didepan dijalankan dengan tenaga manusia. Be chia adalah suatu moda transportasi beroda tiga yang umumnya dapat ditemukan di Indonesia dan sebagian Negara Asia lainnya. Di negara Jepang becak dikenal dengan nama "Jinrikisha”. Di jepang, penarik Jinrikishabiasanya di beri upah tiap minggu, dan


(24)

Jinrikisha ini biasanya di gunakan oeh bangsawan Jepang.Di Indonesia ada dua becak yang sering digunakan, yaitu:

1. Becak Dayung yaitu becak yang mengendarainya menggunakan sepeda, dimana si pengendara harus menggunakan kakinya untu mengayuh becak. Becak ini sering di jumpai di Yogyakarta.

2. Becak Motor, yaitu becak yang menggunakan motor sebagai penggerak. Becak ini bisa kita jumpai di daerah Sumatera.(http://bukucatatan-part1.blogspot.com/2010/02/becak-dan-asal-mulanya-dan-bentor.html). Dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) becak adalah kendaraan umum seperti sepeda, beroda tiga, roda satu di belakang dan dua didepan dijalankan dengan tenaga manusia (Salim Peter, :1995). Becak juga rupanya telah berputar lumayan jauh. Becak didatangkan ke Jakarta dari Singapura dan Hongkong pada 1930-an. Pada pertengahan hingga akhir tahun 1950-an ada kira-kira 25.000 hingga 30.000 becak di kota. Pada awal tahun 1970 jumlah becak di kota meningkat lima kali lipat (100.000 hingga 150.000) sehingga jumlah tukang becak membengkak sepuluh kali lipat (250.000 hingga 350.000). Jumlah becak menurun menjadi hanya 55.000 pada tahun 1980.Masuknya bemo pada tahun 1960-an dan helicak pada tahun 1970 - an menjadikan tukang becak mengalami kesulitan karena adanya bemo dan helicak tersebut. (Jellinek, 2003 : 20). Pada tahun 1970-1972 pemerintah kota mengeluarkan sejumlah peraturan yang bertujuan membatasi operasi becak di kota.Pada tahun 1980 pemerintah mendatangkan 10.000 minica (bajaj,helicak,minicar) untuk menggantikan 150.000 becak. Pemerintah ketika itu memprogramkan para tukang becak beralih profesi


(25)

menjadi pengemudi kendaraan bermotor itu. Ketika Suprapto menjadi gubernur kota jakarta, Beliau mengeluarkan keputusan bahwa becak akan dihapuskan dari kota pada tahun 1985. Program penghapusan itu tidak hanya di Jakarta Pusat tetapi di semua wilayah kota. Becak benar-benar punah dari ibukota pada tahun 1990-1991. Tapi, di daerah Jakarta Utara, terutama di Kecamatan Tanjung Priok, becak bermunculan kembali pada tahun 1994 sampai sekarang (Linda, 2003:1).

2.3.1. Karakter dan Wilayah Operasi Becak

Becak merupakan alat untuk mengangkut orang atau barang dalam jumlah kecil, menggunakan dasar sepeda yang dimodifikasi menjadi kendaraan beroda tiga yang dilengkapi dengan kabin penumpang. Becak kemudian dimodifikasi yang diperlengkapi dengan motor penggerak, menjadi becak bermotor. Penarik becak ialah orang yang berprofesi sebagai pengemudi becak merupakan bekerja di sektor informal (Suharso, 2005). faktor utama adalah masalah penarik becak adalah masalah ekonomi yaitu masalah pendapatan yang berada dibawah garis kemiskinan.

Sifat becak atau aktivitas berkaitan dengan becak yang banyak dikenal secara umum antara lain, becak termasuk kategori kendaraan non-bising,non- polusi , ramah lingkungan, relatif ringan, kecepatan rendah, sebagai angkutan orang maupun barang, harga relatif murah dan sederhana. Berbagai kelakuan negatif dari pelaku becak yang sering menyebabkan kemacetan karena sering melanggar lampu merah, menyebrang arus lalu lintas tanpa perduli, sering berlawanan arah, sering mangkal dengan nyaman di area yang sarat lalu lintas. Wilayah operasi becak biasanya pada daerah atau tempat- tempat yang dianggap dapat menarik


(26)

keuntungan yaitu perumahan, pasar, sekolah, kampus, rumah sakit, daerah wisata. Daerah kegiatan proyeksi becak mempunyai arti penting untuk membentuk suatu perkumpulan dan kekuatan bila terjadi suatu masalah. (http://id.wikipedia.org/wiki/becak).

Perda di kota Medan No 22 tahun 2009 ini tentang kendaraan umum pada pasal 22 ayat kedua menyebutkan bahwa pengemudi becak yang mengoperasikan becak dilarang membawa atau menarik penumpang melewati jalan-jalan yang dinyatakan terlarang bagi becak (bebas becak), memarkirkan becak dipersimpangan jalan, melawan arah lalu lintas, meminjamkan becak yang tidak memiliki SIM becak, melanggar peraturan rambu lalu lintas.

2.3.2. Kehidupan Sosial Ekonomi Penarik Becak

Kehidupan sosial penarik becak berkaitan dengan pola hubungan interaksi antara penarik becak sesama tukang becak, tukang becak dengan organisasi, tukang becak dengan penumpang dan tukang becak dengan lingkungan sekitarnya. Kehidupan sosial penarik Becak Motor tidak lepas dari perubahan perilaku sosial yang terjadi di dalam masyarakat. Dimana dalam konteks prilaku sosial membahas tentang perubahan perilaku menghargai waktu, perubahan mobilitas geografis, perubahan yang menyangkut dengan keamanan dan perubahan perilaku emosi.Kehidupan Ekonomi pengendara becak motor merupakan kegiatan ekonomi keluarga karena mereka berusaha memperoleh pendapatan dengan harapan dapat mencukupi kebutuhan hidup keluargannya.”Pendapatan dapat diartikan sebagai hasil berupa uang atau hasil


(27)

material lainnya yang di capai dari penggunaan kekayaan atau jasa- jasa manusia bebas” (Winardi, 1995:245).

Kehidupan Sosial Ekonomi, yaitu yang berkaitan dengan cara manusia memenuhi kebutuhannya yang ditentukan oleh tingkat pendapatan yang di terima. Kebutuhan merupakan segala yang diperlukan untuk melangsungkan kehidupan manusia yang didasarkan kepada kondisi perumahan, kondisi kesehatan, kondisi pendidikan anak, kondisi pangan, dan kondisi pendapatan. Adapun indikator yang di ukur dari Kehidupan Sosial Ekonomi Penarik Becak Motor adalah sebagai berikut:

1. Kondisi pendapatan yaitu jumlah upah yang di terima sebagai imbalan jasa dengan satuan perhitungan bulanan. Perhitungan yang digunakan adalah dalam perbulannya yaitu:

a. Rendah : Di bawah Rp. 1.000.000

b. Sedang : Antara Rp. 1.000.000 sampai Rp. 1.500.000 c. Tinggi: diatas 1.500.000

2. Kondisi Pengeluaran yaitu jumlah dana yang di habiskan untuk memenuhi kebutuhan dalam kehidupan sehari-hari. Perhitungan yang digunakan dalam perbulannya, yaitu:

a. Rendah : Di bawah Rp. 1.000.000

b. Sedang : Antara Rp.1.000.000 - Rp. 1.500.000 c. Tinggi : Antara Rp. 1.500.000 - Rp. 2.000.000


(28)

2.4. Kehidupan Ekonomi

Istilah ekonomi secara etimologi berasal dari bahasa yunani yaitu “Oikos” yang artinya rumah tangga dan “Nomos” artinya mengatur. Jadi secara harafiah ekonomi berarti cara mengatur rumah tangga. Ini adalah pengertian yang paling sederhana. Namun seiring dengan perkembangan dan perubahan masyarakat, maka pengertian ekonomi juga sudah lebih luas. Ekonomi juga sering diartikan sebagai cara manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Teori ekonomi yang baik merupakan salah satu faktor yang penting untuk membangun masyarakat yang sejahtera dan berusaha memperoleh pendapatan dengan harapan dapat mencukupi kebutuhan hidup.

Melly G. Tan mengatakan untuk melihat kondisi kehidupan sosial ekonomi keluarga atau masyarakat itu dapat dilihat melalui tiga aspek yaitu pekerjaan, pendidikan, dan pendapatan. Berdasarkan hal ini maka keluarga atau kelompok masyarakar itu dapat digolongkan memiliki sosial ekonomi rendah, sedang, dan tinggi ( Tan dalam Koentjaningrat, 1981).

1. Golongan berpenghasilan rendah

Yaitu keluarga yang menerima pendapatan lebih rendah dari keperluan untuk memenuhi tingkat hidup yang minimal. Untuk memenuhi tingkat hidup yang minimal, mereka perlu mendapatkan pinjaman dari orang lain karena tuntutan kehidupan yang keras, perkembangan anak dari keluarga itupun menjadi agresif. Sementara itu orang tua yang sibuk mencari nafkah


(29)

untuk memenuhi kebutuhan ekonomi tidak sempat memberikan bimbimgan dan pengawasan terhadap perilaku anaknya.

2. Golongan berpenghasilan sedang

Yaitu pendapatan yang hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok. 3. Golongan berpenghasilan tinggi

Yaitu selain dapat memenuhi kebutuhan pokok, sebagian dari pendapatan yang diterima dapat ditabung dan digunakan untuk kebutuhan lain ataupun kebutuhan di masa mendatang.

Sejalan dengan pertumbuhan manusia sebagai mahluk sosial, manusia memiliki kebutuhan yang semakin banyak dan beranekaragam. Kebutuhan- kebutuhan hidup tersebut dapat dipenuhi dengan baik apabila adanya pendapatan yang mendukung. Namun tidak semua kebutuhan tersebut dapat dipenuhi oleh masyarakat, terutama bagi masyarakat yang ekonomi lemah. Tidak dapat dipungkiri bahwa manusia dalam hidupnya selalu dihadapkan pada berbagai masalah baik itu masalah sosial maupun masalah ekonomi. Masalah ekonomi merupakan masalah yang sangat penting bagi setiap manusia. Karena permasalahan ekonomi merupakan problema yang menyangkut pada kesejahteraan dan pemenuhan kebutuhan hidup orang banyak. Secara sederhana M alinoski (dalam Sairin, 2002: 2) menyatakan bahwa kebutuhan hidup manusia itu dapat di bagi pada tiga kategori besar yaitu:

a. Kebutuhan alamiah-biologi : manusia harus makan dan minum untuk menjaga kestabilan temperatur tubuhnya agar tetap berfungsi dalam hubungan harmonis secara menyeluruh dengan organ-organ tubuh lainnya.


(30)

b. Kebutuhan kejiwaan psikologi: manusia membutuhkan perasaan tenang yang jauh dari perasaan takut, keterpencilan, gelisah dan lain-lain.

c. Kebutuhan sosial : manusia membutuhkan hubungan untuk dapat melangsungkan keturunan, untuk tidak merasa dikucilkan, dapat belajar mengenai kebudayaannya, untuk dapat mempertahankan diri dari serangan musuh dan lain-lain.

Untuk mewujudkan kebutuhan manusia tersebut, maka manusia membutuhkan kegiatan-kegiatan berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan hidup. Kegiatan ini dinamakan juga sebagai sebuah kegiatan ekonomi. Sebagaimana yang didefinisikan Polanyi (dalam S airin, 2002: 16-17) bahwa kegiatan ekonomi sebagai upaya manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup di tengah lingkungan alam dan lingkungan sosialnya.

2.4.1 Pendapatan

Menurut Melly G. Tan bahwa kedudukan sosial ekonomi meliputi tiga faktor yaitu pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan. (Melly dalam Susanto, 1984: 120).Dari pendapat tersebut kemampuan seseorang untuk dapat menempatkan diri dalam lingkungannya sehingga dapat menentukan sikap berdasarkan atas apa yang dimilikinya dan kemampuan mengenai keberhasilan menjalankan usaha dan berhasil mencukupi hidupnya.Christoper dalam Sumardi (2004) mendefinisikan pendapatan berdasarkan kamus ekonomi adalah uang yang diterima oleh seseorang dalam bentuk gaji,upah sewa, bunga, dan lain sebagainya. Ilmu ekonomi mengenal istilah pendapatan yang terdiri atas :


(31)

a. pendapatan berupa uang

1. Usaha sendiri yang meliputi hasil bersih dari usaha sendiri,komisi atau penjualan dari kerajinan rumah.

2. Hasil investasi yakini pendapatan yang di peroleh dari hak milik tanah. 3. Keuntungan sosial yakini pendapatan yang di peroleh dari kerja sosial. b. Pendapatan berupa barang

1. Bagian pembayaran upah dan gaji yang di bentuk dalam beras, pengobatan dan transportasi, rekreasi.

2. Barang yang diproduksi dan dikonsumsi dirumah antara lain pemakaian barang yg diproduksi dirumah atau di sewa yang seharusnya di keluarkan terhadap rumah sendiri yang ditempati.

3. Penerimaan yang bukan pendapatan,yaitu pengambilan tabungan penjualan barang yang di pakai,hadiah/ pemberian, warisan atau menang judi (Mulyanto Sumardi,1985:45).

Pendapatan dapat dilihat dalam dua istilaah yaitu relatif dan mutlak. Pendapatan mutlak sebagaimana diteorikan oleh ekonom John Maynard Keynes, adalah hubungan yang seiring dengan kenaikan pendapatan, sehingga akan miningkatkan konsumsi,tetapi tidak pada tingkat yang sama. Pendapatan relatif menentukan seseorang atau tabungan keluarga dan konsumsi berdasarkan pendapatan keluarga dalam kaitannya dengan orang lain. Pendapatan adalah sebuah ukuran yang umumnya digunakan sebagai status sosial ekonomi masyarakat karena relatif mudah untuk mengetahui seseorang.


(32)

Berdasarkan penggolongannya, BPS membedakan pendapatan masyarakat menjadi 4 golongan yaitu:

1. Golongan pendapatan sangat tinggi jika pendapatan rata- rata lebih dari Rp.3.500.000,00 per bulan.

2. Golongan pendapatan tinggi adalah jika pendapatan rata-rata antara Rp. 2.500.000,00 s/d Rp. 3.500.000,00 per bulan.

3. Golongan pendapatan sedang adalah jika pendapatan rata-rata dibawah antara Rp. 1.500.000,00 s/d Rp. 2.500.000,00 per bulan.

4. Golongan pendapatan rendah adalah jika pendapatan rata-rata Rp.1.500.000,00 per bulan. (www.bps.go.id/penggolongan_pendapat ka pendapata rata-rata patan. Diakses pada tanggal 18 Januari 2015 pukul 22 : 56 WIB).

2.5 Kesejahteraan Sosial

Kesejahteraan sosial sering diidentikkan dengan kesejahteraan masyarakat dan kesejahteraan umum. Kesejahteraan sosial dalam artian yang sangat luas mencakup berbagai tindakan yang dilakukan manusia untuk mencapai tingkat kehidupan masyarakat yang lebih baik. Menurut Elizabeth Wickenden kesejahteraan sosial adalah peraturan perundangan, program, tunjangan dan pelayanan yang menjamin atau memperkuat pelayanan untuk memenuhi kebutuhan sosial yang mendasar dari masyarakat serta menjaga ketentraman dalam masyarakat. Sementara itu dalam UU No. 11 tahun 2009 tentang ketentuan umum Kesejahteraan Sosial Pasal 1 ayat 1 disebutkan bahwa kesejahteraan sosial


(33)

adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga Negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya. (Grafika, 2009: 2).

Berikut ini adalah Indikator yang digunakan BKKBN dalan pentahapan keluarga sejahtera (dalam Ade Cahyat):

1. Pra Sejahtera (sangat miskin) diartikan sebagai ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal, seperti kebutuhan akan pengajaran agama, pangan, sandang, papan dan kesehatan.

2. Keluarga Sejahtera I (Miskin) diartikan sebagai keluarga yang mampu memenuhi kebutuhan kebutuhan dasarnya tetapi belum mampu memenuhi kebutuhan sosial psikologisnya.

3. Keluarga Sejahtera II adalah keluarga yang karena alasan ekonomi tidak dapat memenuhi salah satu atau lebih indikator meliputi:

a. Memiliki tabungan keluarga

b. Makan bersama sambil berkomunikasi c. Mengikuti kegiatan masyarakat

d. Rekreasi bersama (6 bulan sekali) e. Meningkatkan pengetahuan agama

f. Memperoleh berita dari surat kabar, radio, TV, dan Majalah g. Menggunakan Sarana Transportasi

4. Keluarga Sejahtera III ialah keluarga yang sudah dapat memenuhi beberapa indikator, meliputi:


(34)

a. Memiliki tabungan keluarga

b. Makan bersama sambil berkomunikasi c. Mengikuti kegiatan masyarakat

d. Rekreasi bersama (6 bulan sekali) e. Meningkatkan pengetahuan agama

f. Memperoleh berita dari surat kabar, radio, TV, dan Majalah g. Menggunakan Sarana Transportasi

Belum dapat memenuhi beberapa indikator, meliputi:

a. Aktif memberikan sumbangan material secara teratur b. Aktif sebagai pengurus organiasai kemasyarakatan

5. Keluarga Sejahtera III plus ialah keluarga yang sudah dapat memenuhi beberapa indikator meliputi:

a. Aktif memberikan sumbangan material secara teratur b. Aktif sebagai pengurus organisasi kemasyarakatan

Kesejahteraan mencakup berbagai tindakan yang dilakukan manusia untuk mencapai taraf hidup yang lebih baik. Tidak hanya secara ekonomi dan fisik tetapi juga sosial, mental dan segi kehidupan spiritual. Adi (2003) melihat kesejahteraan sosial melalui empat sudut pandang, yaitu:

1. Kesejahteraan Sosial sebagai suatu Keadaan (Kondisi)

Sebagai suatu kondisi Kesejahteraan sosial ialah suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial materil maupun spiritual. Yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan dan ketentraman lahir batin, yang memungkinkan bagi setiap warga Negara untuk mengadakan usaha pemenuhan kebutuhan-kebutuhan jasmaniah,


(35)

rohaniah dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri, keluarga serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak-hak asasi serta kewajiban manusia sesuai dengan Pancasila dimana dalam hal ini tidak menempatkan lebih penting dari aspek lainnya, ada keseimbangan antara aspek jasmani maupun rohani keseimbangan antara aspek material dan spiritual.

2. Kesejahteraan Sosial sebagai suatu Ilmu

Sebagai suatu ilmu, merupakan ilmu yang mencoba mengembangkan pemikiran, strategi dan tehnik untuk meningkatkan kesejahteraan suatu masyarakat, baik level mikro, mezzo maupun makro. Ilmu kesejahteraaan social mengembangkan beberapa metode intervensi (termasuk didalamnya aspek strategi dan tehnik) guna meningkatkan taraf hidup sasaran.

3. Kesejahteraan Sosial sebagai suatu Kegiatan

Sebagai suatu kegiatan, kesejahteraan sosial merupakan pelayanan (kegiatan) yang digunakan guna meningkatkan taraf hidup masyarakat.

4. Kesejahteraan Sosial sebgai suatu Gerakan

Sebagai suatu gerakan, kesejahteraan sosial dapat dilihat dari pengertian yang dikembangkan dari Pre-Conference Working Committe For the 15th International Conference Of Social Welfare. Kesejahteraan social adalah keseluruhan usaha yang terorganisir dan mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan taraf hidup masyrakat berdasarkan konteks sosialnya. Mencakup unsure kebijakan dan pelayanan terkait dengan berbagai kehidupan dalam masyarakat, seperti: pendapatan, kesehatan, pendidikan, tradisi budaya dan lain sebagainya. Kesejahteraan sosial memainkan peranan penting dalam memberikan sumbangan


(36)

untuk secara efektif menggali dan menggerakkan sumber-sumber daya manusia agar berhasil menanggulangi kebutuhan-kebutuhan social yang ditimbulkan oleh perubahan.

2.5.1 Tujuan dan Fungsi Kesejahteraan Sosial

Fahrudin (2012) menyebutkan dua tujuan Kesejahteraan sosial yaitu:

1. Untuk mencapai kehidupan sejahtera dalam arti tercapainya standar kehidupan pokok seperti sandang, perumahan, pangan, kesehatan dan relasi-relasi yang harmonis dengam lingkungannya.

2. Untuk mencapai penyesuaian diri yang baik khususnya dengan masyarakat di lingkungannya, misalnya dengan menggali sumber-sumber, meningkatkan, dan mngembangkan taraf hidup yang memuaskan.

Dalam Undang-Undang Nomor 11 tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial, penyelenggaraan kesejahteraan sosial bertujuan untuk :

a. Meningkatkan taraf kesejahteraan, kualitas dan kelangsungan hidup. b. Meningkatkan ketahanan sosial masyarakat dalam mencegah dan

menangani masalah kesejahteraan sosial.

c. Meningkatkan kemampuan, kepedulian dan tanggung jawab social dunia usaha dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial secara melembaga dan berkelanjutan.


(37)

e. Meningkatkan kemampuan dan kepedulian masyarakat dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial secara melembaga dan berkelanjutan dan

f. Meningkatkan kualitas manajemen penyelenggaraan kesejahteraan sosial. Sedangkan fungsinya Kesejahteraan sosial mempunyai lima fungsi pokok yaitu:

a. Perbaikan secara progresif dari pada kondisi-kondisi kehidupan orang. b. Pengembangan sumber daya.

c. Berorientasi orang terhadap perubahan sosial dan penyesuaian diri.

d. Penggerakan dan penciptaan sumber-sumber komunitas untuk tujuan-tujuan pembangunan.

e. Penyediaan struktur-struktur institusional untuk berfungsinya pelayanan-pelayanan yang terorganisir lainnya (Adi, 2007).

2.5.2 Sasaran Kesejahteraan Sosial

Negara bertanggung jawab atas penyelenggaraan kesejahteraan sosial. Penyelenggaraan kesejahteraan sosial ini ditujukan kepada: perseorangan, keluarga, kelompok, dan/atau masyarakat. Sedangkan yang menjadi prioritas utama adalah mereka yang tidak layak secara kemanusiaan dan memiliki kriteria masalah sosial: kemiskinan, ketelantaran, kecacatan, keterpencilan, ketunaan sosial, dan penyimpangan perilaku, korban bencana, dan/atau korban tindak kekerasan, eksplitasi dan diskriminasi (Fahrudin, 2012).


(38)

2.6 Kemiskinan

Sebagai suatu kondisi kemiskinan adalah suatu fakta dimana seseorang atau sekelompok orang hidup dibawah atau lebih rendah dari kondisi hidup layak sebagai manusia disebabkan ketidakmampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, sementara sebagai suatu proses kemiskinan merupakan proses menurunnya daya dukung terhadap hidup sseorang atau sekelompok orang sehingga pada gilirannya ia atau kelompok tersebut tidak mampu mencapai taraf kehidupan yang dianggap layak sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai manusia (Siagian, 2012).

Menurut Mencher (dalam Siagian, 2012) mengemukakan kemiskinan adalah gejala penurunan kemampuan seseorang atau sekelompok orang atau wilayah sehingga mempengaruhi daya dukung hidup seseorang atau sekelompok orang tersebut, dimana pada suatu titik waktu secara nyata mereka tidak mampu mencapai kehidupan yang layak.

Berbicara persoalan kemiskinan merupakan fenomena yang bersifat multimensional. Pada prinsipnya kemiskinan bukan sekedar fenomena, tetapi merupakan proses yang teredukasi dari berbagai faktor (Sulistiyani: 2004). Kemiskinan menajdi isu yang sangat sentral dan menjadi fenomena dimana-mana. Selama ini kemiskinan diasumsikan bahwa orang miskin tidak mampu menolong dirinya sendiri. Kemiskinan dipandang sebagai gejala rendahnya kesejahteraan. Hal yang juga dijumpai dalam pengukuran kemiskinan, konsep tentang taraf heidup atau “lefel of living” misalnya tidak cukup hanya melihat tingkat


(39)

pendapatan akan tetapi juga perlu melihat tingkat pendidikan, kesehatan, perumahan dan lainnya. Untuk member pemahanan konseptual terdapat 2 pengertian kemiskinan:

1. Secara kualitatif yaitu kemiskinan merupakan suatu kondisi yang didalamnya hidup manusia yang tidak bermartabat atau hidup manusia yang tidak layak sebagai manusia.

2. Secara kuantitatif kemiskinan merupakan suatu kondisi dimana hidup manusia serba kekurangan atau dengan bahasa lazim disebut tidak berharta benda.

Didalam membicarakan masalah kemiskinan kita akan menemukan istilah kategoritatif kemiskinan seperti:

1. Kemiskinan absolut yaitu seseorang yang dikatakan miskin apabila tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya untuk memelihara fisiknya dan untuk dapat bekerja.

2. Kemiskinan relatif yaitu kemiskinan yang muncul jika kondisi seseorang atau sekelompok orang dibandingkan dengan kondisi orang atau sekelompok orang lain.

3. Kemiskinan struktural yaitu kemiskinan yang timbul akibat adanya suatu kekuatan yang berada diluar seseorang atau kelompok yang membelenggu, yang memaksa seseorang atau sekelompok orang tersebut agar tetap miskin.


(40)

4. Kemiskinan situasional yaitu kemiskinan yang terjadi jika seseorang atau sekelompok orang tinggal didaerah yang tidak menguntungkan misalnya darah yang tanahnya tidak subur, oleh karenanya menjadi miskin

5. Kemiskinan yang dikarenakan budaya atau kultur masyarakat yang menghendaki tetap miskin (Sumardi: 2003).

Kemiskinan menjadi suatu lingkaran setan dari kurangnya pendidikan, tingginya pengangguran, rendahnya pendapatan, tidak mampu memenuhi kebutuhan hidup, menjadi sumber daya yang tidak produktif. John Friedmann dalam review “Empowerment”. Menguraikan Kaum Birokrat mendefinisikan istilah kemiskinan sebagai berikut:

a. Garis kemiskinan: Tingkat konsumsi rumah tangga minimum yang dapat diterima secara sosial.

b. Kemiskinan absolut: kemiskinan diambang garis kemiskinan, dimana tidak dapat memenuhi standart konsumsi minimum, praktis membutuhkan derma. c. Kemiskinan relatif: kemiskinan sedikit diatas ambang garis kemiskinan, tapi

jika dibandingkan dengan kelompok yang sedikit mampu mereka dianggap miskin.

d. Kemiskinan tidak parah (negatif): kemiskinan yang diakibatkan oleh kemalasan atau kevenderungan untuk mengerjakan hal-hal criminal, mereka mampu menyediakan kebutuhan hidup disekitar lapangan kerja namun tidak puas dengan upah yang ditawarkan.


(41)

e. Kemiskinan tidak parah (positif): kelompok masyarakat yang menggantungkan pada upah pabrik, tidak bersifat kriminal, biasanya mempunyai perilaku jujur dan bersih mandiri.

Memahami kemiskinan untuk lebih lanjut akan lebih mudah diidentifikasi sifat, keluasan dan kedalaman masalah. Badan Pusat Statistik (BPS) memberikan defenisi kemiskinan seseorang/keluarga dikatakan miskin apabila setidaknya 9 dari 13 variabel tersebut terpenuhi memiliki kategori sebagai berikut:

1. Luas bangunan kurang dari 8m2 per ubin atau semen.

2. Jenis lantai hunian bukan berasal dari keramik, traso, tegel, ubin atau semen. 3. Tidak memilikii fasilitas jamban /wc.

4. Hanya mengkonsumsi daging atau ayam 1 kali seminggu.

5. Tidak mampu membeli pakaian minimal satu set pertahun untuk setiap anggota keluarga.

6. Tidak memiliki asset rumah tangga seperti lemari tv dan peralatan kebutuhan lainnya.

7. Bahan bakar untuk memasak sehari hari adalah kayu bakar, arang, minyak tanah.

8. Pendidikan tertinggi tamatan SD.

9. Hanya sanggup makan sebanyak dua kali sehari. 10.Sumber penghasilan dibawah Rp.600.000,00 per bulan 11.Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik. 12.Tidak sanggup membayar pengobatan di puskesmas/ poliklinik.


(42)

13.Tidak memiliki tabungan atau barang yang dijual dengan minimal Rp.500.000,00.

14.Sumber air minum untuk sehari hari berasal dari sumur atau mata air tidak terlindungi.

2.7 Kerangka Pemikiran

Transportasi ada sejak manusia lahir di muka bumi. Keberadaan transportasi tidak lain adalah sebagai penunjang aktifitas manusia sehari-hari, dan merupakan sarana mobilitas manusia di darat, laut dan udara. Dahulu, kegiatan transportasi masih sangat terbatas seperti disungai hanya ada perahu sederhana untuk menyebrang. Dan saat sekarang, di Indonesia transportasi selalu mengalami perkembangan dari masa ke masa seiring dengan laju perkembangan dunia saat ini. Peradaban manusia dan pengaruh kemajuan teknologi menjadikan transportasi berkembang kian modern.,Peranan Transportasi adalah usaha masyarakat dalam mengatasi jarak sehingga transportasi akan berpengaruh pada penyebaran fasilitas.Dalam praktek pengembangan kota di Indonesia sarana dan prasarana transportasi sering dijadikan instrumen dalam mengarahkan perkembangan kota.

Program USU Asri memberikan layanan yaitu menghadirkan salah satu alat transportasi darat yaitu Bus lintas USU yang merupakan transportasi gratis bagi setiap mahasiswa yang berada disekitaran kampus USU. program ini merupakan salah satu perwujudan USU Asri yang terintegrasi relevan dan berkesinambungan untuk meningkatkan pelayanan dan kualitas akademik. berkapasitas 30 tempat duduk dan diperkirakan bisa menampung 50 orang mahasiswa yang tersebar pada


(43)

14 titik, 12 titik halte reguler dan 2 titik haltea khusus yakni di Rumah Sakit USU dan Fakultas Kedokteran.Kehadiran Bus Lintas USU pasti memberi dampak positif bagi mahasiswa yang sering menggunakan transportasi umum karena tidak mengeluarkan biaya untuk mengendarai Bus Lintas USU.

Pekerja sektor Informal adalah Pekerja atau kelompok usaha ekonomi yang tidak mempunyai majikan dan/ atau mempunyai hubungan kerja dan tidak berbadan hukum. Salah satu pekerja sektor informal adalah penarik becak. becak adalah transportasi darat kendaraan umum beroda tiga untuk mengantar penumpang ketempat tujuan, sedangkan penarik becak adalah orang yang bekerja di sektor informal. Di padang bulan sekitar kampus USU banyak penarik becak yang bekerja mencari/mendapatkan penumpang. Kehadiran Bus Lintas USU memang meemberikan dampak positif bagi mahasiswa, namun pasti memberikan dampak negatif terhadap pendapatan penarik becak dan susahnya mencari penumpang.

Kehidupan penarik becak sebelumnya sudah memprihatinkan hidup dengan pas pasan dan harus bersaing mendapatkan penumpang dengan transportasi darat lainnya seperti taksi, angkutan umum. Ditambah lagi kehadiran Bus Lintas USU yang menyebabkan semakin sulitnya penarik becak mendapatkan penumpang. Kehadiran Bus Lintas USU pastinya akan memberikan dampak negatif bagi penarik becak karena penghasilan pendapatan penarik becak akan menurun dan dikhawatirkan tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya yang berujung pada kemiskinan yang lebih parah.


(44)

Melalui penelitian ini nantinya diketahui dampak dari kehadiran Bus Lintas USU terhadap pendapatan penarik becak sebelum hadirnya dan sesudah hadirnya Bus Lintas USU, lebih detailnya mengenai kondisi penarik becak apakah golongan berpendapatan sedang, rendah, dan sangat rendah. Untuk lebih jelas alur pemikiran, penulis membuat bagan yang menggambarkan isi dari pemikiran diatas yaitu:

Bagan Alur Pemikiran

Perkembangan Transportasi di kampus USU

Kehadiran Bus Lintas USU

Pekerja Sektor Informal: (Penarik

becak)

Dampak Terhadap Penarik Becak


(45)

2.8Hipotesis

Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu pernyataan yang menegaskan hubungan antara dua atau lebih variabel dimana pernyataan tersebut merupakan jawaban yang bersifat sementara atas masalah penelitian. Selain itu, hipotesis adalah arahan sementara untuk menjelaskan fenomena yang diteliti (Siagian, 2011). Hipotesis yang digunakan dalam proposal penelitian ini dapat diartikan sebagai jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti benar melalui data yang dikumpulkan. Hipotesis itu bisa ditolak (H-) dan bisa juga diterima (H+), atau bisa juga tidak terpengaruh sama sekali terhadap penelitian yang dilakukan. Hipotesa tidak diterima dan tidak pula ditolak dan biasa disebut dengan hipotesa nol (Ho). Adapun hipotesis dari penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

Ha : Terdapat hubungan yang signifikan antara kehadiran Bus Lintas USU terhadap pendapatan penarik becak di kampus USU.

Ho : Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kehadiran Bus Lintas USU terhadap pendapatan penarik becak di kampus USU.

2.9Defenisi Konsep dan Operasional 2.9.1 Defenisi Konsep

Perumusan defenisi konsep dalam suatu penelitian ilmiah menunjukkan bahwa peneliti ingin mencegah salah pengertian akan konsep yang diteliti. Peneliti berupaya menggiring para pembaca hasil penelitian itu memaknai konsep itu sesuai dengan yang diinginkan dan dimaksud oleh si peneliti, jadi defenisi konsep


(46)

adalah pengertian yang terbatas dari suatu konsep yang dianut dalam suatu penelitian (Siagian, 2011). Berdasarkan uraian yang terdapat pada kerangka teori maka peneliti merumuskan konsep-konsep penelitian sebagai berikut:

1. Dampak

Yang dimaksud dengan dampak dalam penelitian ini adalah suatu akibat yang ditimbulkan oleh suatu objek terhadap keadaan serta kondisi, dalam hal ini adalah akibat kehadiran Bus Lintas USU terhadap pendapatan penarik becak di kampus USU Padang Bulan Medan.

2. Bus Lintas USU

Bus Lintas USU merupakan salah satu alat transportasi darat yang digunakan mahasiswa dan penyediaan layanan. Bus kampus tersebut merupakan program USU Asri yakni merupakan program andalan universitas yang dinilai mampu memberikan inisiasi awal pengembangan universitas menuju cita-cita "national achievement with global reached" yang akan berkelanjutan. Difungsikan sebagai halte pada beberapa tempat tersebar di lingkungan kampus USU Padang Bulan dalam melayani transportasi internal terutama mahasiswa di dalam kampus secara gratis.

3. Pendapatan

Pendapatan adalah uang yang diterima oleh seseorang dalam bentuk gaji,upah sewa, bunga, dan lain sebagainya untuk pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari.


(47)

Penarik becak adalah salah satu pekerja sektor informal yakni orang yang bekerja tidak berbadan hukum dengan menggunakan becak sebagai transportasi umum beroda tiga yang dijalankan oleh penarik becak untuk mengangkut barang dan penumpang.

2.9.2 Defenisi Operasional

Ditinjau dari proses atau langkah-langkah penelitian, dapat dikemukakan bahwa perumusan defenisi operasional merupakan langkah lanjutan dari perumusan defenisi konsep. Jika perumusan defenisi konsep ditujukan untuk mencapai keseragaman pemahaman tentang konsep-konsep, baik berupa objek, peristiwa maupun fenomena yang diteliti, maka perumusan defenisi operasional ditunjukkan dalam upaya transformasi konsep kedunia nyata sehingga konsep penelitian dapat diobservasi (Siagian, 2011). Dalam penelitian ini yang menjadi defenisi operasionalnya diukur dari beberapa indikator sebagai berikut:

1. Dampak nyata, meliputi bagaimana pendapatan penarik becak sebelum kehadiran Bus Lintas USU dan sesudah kehadiran Bus Lintas USU,

2. Pendapatan penarik becak. Pendapatan adalah sebuah ukuran yang umumnya digunakan sebagai status sosial ekonomi masyarakat karena relatif mudah untuk mengetahui seseorang. Adapun indikator yang di ukur dari kehidupan pendapatan penarik becak adalah kondisi pendapatan yaitu jumlah upah yang di terima sebagai imbalan jasa dengan satuan perhitungan bulanan. Perhitungan yang digunakan adalah dalam perbulannya yaitu:

a. Golongan berpendapatan sedang. b. Golongan berpendapatan rendah.


(48)

c. Golongan berpendapatan sangat rendah.

3. Pengeluaran penarik becak yaitu kondisi pengeluaran jumlah dana yang di habiskan untuk memenuhi kebutuhan dalam kehidupan sehari-hari. Perhitungan yang digunakan dalam perbulannya, yaitu:

a. Pengeluaran rendah b. Pengeluaran sedang c. Pengeluaran tinggi d. Sangat Tinggi

4. Pentetapan pengukuran penarik becak sebagai keluarga sejahtera sub indikatornya:

a. Pra Sejahtera (Miskin sekali) b. Keluarga Sejahtera I (Miskin) c. Keluarga Sejahtera II


(49)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian

. Penelitian ini tergolong penelitian eksplanatif dengan pendekatan kuantitatif yaitu penelitian yang dilakukan dengan tujuan menguji atau membuktikan hipotesis menggunakan metode kuantitatif digunakan untuk menjelaskan suatu masalah yang hasilnya dapat di generalisasikan hasil analisis disajikan dalam bentuk angka-angka yang kemudian dijelaskan dan diinterprestasikan dalam bentuk uraian. Berdasarkan hasil analisis data statistik inferensial akan diketahui apakah hipotesis yang dirumuskan diterima atau ditolak, atau apakah anggapan yang ada dalam hipotesis penelitian terbukti atau tidak secara empiris (Burhan, 2005).

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di daerah sekitar kampus USU yang terletak diwilayah Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru. Alasan memilih lokasi ini adalah karena hadirnya program USU asri dengan memberikan pelayan kampus yaitu Bus Lintas USU . Dimana dengan kehadiran Bus Lintas USU akan berdampak sejauh mana menurunnya pendapatan penarik becak dilokasi tersebut sehingga banyak penarik becak yang akan kehilangan penumpang.


(50)

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi

Populasi dapat diartikan sebagai sekumpulan objek, benda, peristiwa atau imdividu yang akan dikaji dalam suatu penelitian. Berdasarkan pengertian ini, dapat dipahami bahwa mengenal populasi merujuk pada sekumpulan individu atau objek yang memiliki cirri atau sifat yang sama. Tidak seragam namun diantara mereka harus ada persamaan. (Siagian, 2011). Berdasarkan pendapat tersebut maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah penarik becak disekitaran kampus USU yang sudah bekerja sebelum hadirnya Bus Lintas USU dan sesudah hadirnya Bus Lintas USU jumlahnya 120 penarik becak.

3.3.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari objek, kejadian atau individu yang dipilih dari populasi yang akan diambil datanya atau yang akan diteliti. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa sampel adalah bagian yang bersifat representatif dari populasi yang diambil datanya secara langsung. Hal ini berarti bahwa sampel bukan sekedar dari populasi, melainkan bagian yang benar-benar mewakili populasi. Roscoue menyebutkan apabila populasi lebih atau pas dari 100 maka dianjurkan untuk menentukan jumlah sampel antara 10% - 20% dari populasi (siagian, 2011).

Dalam menentukan sampel dari populasi yang akan diteliti dalam penelitian ini maka penulis menggunakan metode penarikan sampel berupa “purposive


(51)

sampling”, yaitu teknik yang digunakan peneliti berdasarkan kriteria-kriteria tertentu yang telah dibuat terhadap objek sesuai dengan tujuan dalam penelitian. Dengan demikian kriteria dalam penarikan sampel adalah penarik becak yang bekerja di sekitar kampus USU sebelum kehadiran Bus Lintas USU. Dengan demikian sampel dalam penelitian ini adalah 20% X 100= 20 penarik becak.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang diperlukan maka dalam penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

1. Studi kepustakaan yaitu, pengumpulan data atau informasi yang menyangkut masalah yang akan diteliti melalui penelaahan buku, jurnal, surat kabar, karya ilmiah dan bahan tulisan lainnya yang berkaitan dengan masalah yang diteliti

2. Studi lapangan adalah proses pengumpulan data dan informasi yang berkaitan dengan masalah yang diteliti, yang diperoleh melalui kegiatan penelitian ke lokasi penelitian untuk mencari fakta-fakta yang berkaitan dengan masalah yang ada.

Dengan demikian instrumen penelitian disini adalah alat yang digunakan dalam rangka studi lapangan yaitu :

1. Observasi, yaitu mengumpulkan data mengenai gejala tertentu yang dilakukan dengan mengamati, mendengar, dan mencatat kejadian yang menjadi sasaran peneliti.


(52)

2. Wawancara, yaitu mengumpulkan data dengan mengadakan dialog secara langsung dan mengajukan pertanyaan mengenai permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini kepada pihak yang telah ditetapkan.

3. Kuesioner, yaitu kegiatan mengumpulkan data dengan meyebar daftar pertanyaan untuk dijawab responden sehingga peneliti memperoleh data dan informasi yang diperlukan dalam penelitian (Siagian, 2011).

3.5Teknik Analisa Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis statistik inferensial yaitu melakukan kajian terhadap dua variabel dengan tujuan mengetahui pengaruh atau hubungan yang ada di antara variabel-variabel penelitian (Siagian, 2011). Untuk melihat hubungan antara variabel-variabel penelitian, teknik pengujian hipotesis korelasi yang digunakan adalah uji t. Uji t dilakukan dengan mengambil data dua kali dan hanya pada penarik becak. Data yang dikumpulkan, yaitu :

1. Pendapatan penarik becak sebelum hadirnya Bus Lintas USU di kampus USU Padang bulan Medan.

2. Pendapatan penarik becak setelah hadirnya Bus Lintas USU di kampus USU Padang bulan Medan.


(53)

t

=

∑ �

� ∑ � − ∑ � �−

Keterangan:

t = Nilai mean kelompok sampel

d = Perbedaan skor antara subyek

D2 = Kuadear perbedaan skor

N = Jumlah sampel.

Dimana:

∑ D : Jumlah keseluruhan nilai x1 (perlakuan pertama) dan x2 (perlakuan kedua)

∑ D2

: Jumlah keseluruhan selisih dari kuadrat perlakuan pertama dan perlakuan kedua

N : Sampel


(54)

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

4.1Gambaran Umum Kelurahan Padang Bulan 4.1.1 Secara Geografis

Kelurahan Padang Bulan adalah salah satu kelurahan yang terdapat di Kecamatan Medan Baru. Secara geografis, Kelurahan Padang bulan memiliki area seluas 1,68 km2 dengan batas wilayah dari :

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Merdeka Kecamatan Medan Baru

b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Titi Rante Kecamatan Medan baru

c. Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Padang Bulan selayang 1 Kecamatan Medan Selayang

d. Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Polonia Kecamatan Medan Polonia.

Kelurahan Padang Bulan terdiri dari 12 lingkungan .imana masing masing lingkungan dikepalai oleh seorang Kepala Lingkungan. Luas wilayah di Kelurahan Padang Bulan terbagi berdasarkan pemanfaatan wilayah yaitu :


(55)

Tabel 4.1

Penggunaan Tanah Wilayah Kelurahan Padang Bulan

No Manfaat Luas (km2)

1 Pemukiman 0,79

2 Pekarangan 0,28

3 Taman 0,01

4 Perkuburan/tanah wakaf 0,04

5 Perkantoran 0,20

6 Prasarana utama lainnya 0,36

Jumlah 1,68

Sumber : Sistem pendataan, profil kelurahan 2015

Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 4.1 Manfaat penggunaan tanah di wilayah kelurahan Padang Bulan digunakan sebagai pemukiman dengan luas (0,79 km2), Prasarana yang lainnya dengan luas (0,36 km2), digunakan sebagai pekarangan dengan tanah seluas (0,28 km2), digunakan sebagai perkantoran dengan tanah seluas (0,20 km2 ), digunakan sebagai perkuburan atau tanah wakaf dengan tanah seluas (0,04 km2 ), dan digunakan sebagai taman dengan tanah seluas (0,01 km2). Jadi total luas tanah di Kelurahan Padang Bulan adalah (1,68 km2 ).


(56)

4.1.2 Secara Demografis

Menurut data Kelurahan Padang Bulan dalam angka tahun 2015, penduduk berjumlah 11.430 jiwa yang terdiri dari 5.480 jiwa laki-laki dan 5.950 jiwa perempuan dengan jumlah Kepala Keluarga (KK) adalah 2.857 KK. Masyarakatnya heterogen dimana penduduknya terdiri dari berbagai macam etnis dan agama. Adapun tabulasi data jumlah penduduk yang dilihat berdasarkan usia,tingkat pendidikan, mata pencaharian, agama dan suku/adat-istiadat bisa dilihat dibawah ini :

Tabel 4.2

Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) Persentase ( % )

1 Laki-laki 5480 47.94

2 Perempuan 5950 52.06

Jumlah 11430 100

Sumber:Sistem pendataan profil kelurahan 2015

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa mayoritas penduduk Kelurahan Padang bulan berdasarkan jenis kelamin adalah perempuan dengan jumlah sebanyak 5.950 jiwa sebanyak (52,06 % ) lebih banyak dibandingkan dengan laki-laki dengan jumlah 5.480 jiwa sebanyak (47,94%).


(57)

Tabel 4.3

Komposisi Penduduk Berdasarkan Suku dan Adat Istiadat

No Suku Jumlah (Jiwa) Persentase ( % )

1 Batak 8980 78.56

2 Jawa 1353 11.84

3 Minang 713 6.24

4 Aceh 306 2.68

5 Cina 14 0.12

6 Dan lain-lain 64 0.56

Jumlah 11430 100

Sumber: Sistem pendataan profil kelurahan 2015

Dari data diatas dapat diketahui bahwa penduduk Kelurahan Padang Bulan mayoritas bersuku batak dan minoritas terdiri dari berbagai macam suku. Penduduk terbanyak adalah suku batak dengan jumlah jiwa 8.980 sebesar (78,56 % ), suku kedua terbanyak adalah suku jawa dengan jumlah 1.353 jiwa sebanyak (11,84%), suku terbanyak ketiga adalah suku minang dengan jumlah 713 jiwa sebesar (6,24%), suku terbanyak keempat adalah suku aceh dengan jumlah 306 jiwa sebanyak (2,68%), suku terbanyak kelima adalah suku suku lainnya dengan jumlah 64 jiwa sebanyak (0,56%), dan suku paling sedikit yang keenam yaitu suku cina adalah 14 jiwa sebanyak (0,12%).


(58)

Tabel 4.4

Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama

No Agama Jumlah (Jiwa) Persentase

1 Islam 2851 24.94

2 Kristen 6626 57.97

3 Khatolik 1670 14.61

4 Hindu 137 1.2

5 Budha 146 1.28

Jumlah 11430 100

Sumber: Sistem pendataan profil kelurahan 2015

Dari data diatas dapat diketahui bahwa mayoritas penduduk Kelurahan Padang Bulan menganut agama Kristen sebesar 6.626 jiwa dengan persentase (57,97 %), yang kedua adalah menganut agama Islam sebanyak 2.851 jiwa dengan persentase (24,94 %) , yang ketiga adalah menganut agama Khatolik sebanyak 1.670 jiwa dengan persentase (14,61%), yang keempat adalah menganut agama Budha sebesar 146 jiwa dengan persentase (1,28%), yang kelima adalah menganut agama Hindu sebesar 137 jiwa dengan persentase (1,2%).


(59)

Tabel 4.5 Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

No Mata pencaharian Jumlah (jiwa) Persentase (%)

1 Buruh/swasta 552 4.83

2 Pegawai Negri 1082 9.47

3 Pengrajin 29 0.25

4 Pedagang 996 8.71

5 Penjahit 18 0.16

6 Tukang Batu 106 0.92

7 Tukang Kayu 213 1.86

8 Montir 32 0.28

9 Dokter 59 0.52

10 Sopir 62 0.54

11 Penarik Becak 250 2.19

12 TNI/POLRI 4 0.03

13 Pengusaha 272 2.38

14 Dan lain-lain atau pekerjaan tidak tetap/belum bekerja

7.755 67.85

Jumlah 11430 100


(60)

Berdasarkan data yang disajikan pada table 4.4 komposisi mata pencaharian penduduk di Kelurahan Padang bulan dapat diketahui masih banyak yang belum bekerja atau masih belum cukup umur berjumlah 7.785 jiwa dengan persentase (67,85%), mata pencaharian terbanyak adalah Pegawai Negeri berjumlah 1.082 jiwa dengan persentase (9,47%), mata pencaharian kedua terbanyak adalah Pedagang berjumlah 996 jiwa dengan persentase (8,71%), mata pencaharian ketiga terbanyak adalah Buruh/swasta berjumlah 552 jiwa dengan persentase (4,83%), mata pencaharian keempat terbanyak adalah Pengusaha berjumlah 272 jiwa dengan persentase (2,38%).

Mata pencaharian kelima terbanyak adalah Penarik becak berjumlah 250 jiwa dengan persentase (2,19%), mata pencahariaan keenam terbanyak adalah Tukang kayu berjumlah 213 jiwa dengan persentase (1,86%), mata pencaharian ketujuh terbanyak adalah Tukang batu berjumlah 106 jiwa dengan persentase (0,92%), mata pencaharian kedelapan terbanyak adalah Sopir berjumlah 62 jiwa dengan persentase (0,54%), mata pencahariaan kesembilan terbanyak adalah Dokter bejumlah 59 jiwa dengan persentase (0,52%), mata pencahariaan kesepuluh terbanyak adalah Montir berjumlah 32 jiwa dengan persentase (0,28%).

Mata pencahariaan kesebelas terbanyak adalah Pengrajin berjumlah 29 jiwa dengan persentase (0,25%), mata pencahariaan keduabelas terbanyak adalah penjahit berjumlah 16 jiwa dengan persentase (0,16%), mata pencaharian ketigabelas terbanyak adalah TNI/POLRI berjumlah 4 jiwa yaitu dengan persentase (0,03%).


(61)

4.2Bus Lintas USU dan sejarahnya

Transportasi ada sejak manusia lahir di muka bumi. Keberadaan transportasi tidak lain adalah sebagai penunjang aktifitas manusia sehari-hari, dan merupakan sarana mobilitas manusia di darat, laut dan udara. Di Indonesia transportasi selalu mengalami perkembangan dari masa ke masa seiring dengan laju perkembangan dunia saat ini. Transportasi sangat dibutuhkan manusia, Dikampus USU sendiri rata rata mahasiswa menggunakan transportasi umum maupun pribadi. Namun bagi mahasiswa yang menggunakan transportasi umum mengeluarkan biaya dan lebih memilih untuk berjalan kaki ke fakultasnya masing-masing.

Mengatasi masalah tersebut, para pengambil kebijakan di USU mulai merancang program Bus Lintas USU. Layanan Bus Kampus USU telah dioperasikan mulai Sabtu, 9 Maret 2013. Bus yang digunakan secara gratis itupun telah digunakan banyak mahasiswa. Menurut Pembantu Rektor II USU Prof. Armansyah Ginting, penyediaan layanan bus kampus tersebut merupakan program USU Asri yakni merupakan program andalan universitas yang dinilai mampu memberikan inisiasi awal pengembangan universitas menuju cita-cita "national achievement with global reached" dan akan berkelanjutan hingga tahun 2015 atau lebih. Dia mengatakan, program ini merupakan salah satu perwujudan USU Asri yang terintegrasi relevan dan berkesinambungan untuk meningkatkan pelayanan dan kualitas akademik.

Awal tahun 2013, sebagai tahapan awal disiapkan branding dan signage pemberhentian bus yang difungsikan sebagai halte pada beberapa tempat tersebar


(62)

di lingkungan kampus USU Padang Bulan dalam melayani transportasi internal terutama mahasiswa di dalam kampus secara gratis. Pada tahap awal ini dipersiapkan dengan mengoperasionalkan sementara dua bus medium USU yang ada berkapasitas 30 tempat duduk dan diperkirakan bisa menampung 50 orang mahasiswa yang tersebar pada 14 titik, 12 titik halte reguler dan 2 titik halte khusus yakni di Rumah Sakit USU dan Fakultas Kedokteran.

Untuk waktu pengoperasiannya, diberlakukan, Senin sampai dengan Jumat pukul 07:30-17:00 WIB. dan Sabtu pukul 07:30-13:00 WIB. Dengan mengoperasionalkan dua bus saat peak hours, waktu tunggu bagi pengguna di setiap halte antara 10-15 menit antara bus 1 dan bus 2. Sedangkan waktu berhenti pada setiap halte adalah 1 menit, dan diwajibkan untuk menggunakan halte sebagai tempat naik dan turun pengguna serta waktu tempuh rata-rata antara halte 1-3 menit.

Ketentuan lain yang harus diwajibkan kepada pengguna bus lintas USU ini adalah, larangan merokok, makan dan minum, membuang sampah sembarangan, berdiri dan bergantungan di pintu masuk bus, berjualan, mengamen, minta sumbangan dan wajib menjaga ketertiban, kesopanan dan kebersihan untuk kenyamanan bersama. Diharapkan kepada semua sivitas akademika baik mahasiswa maupun tenaga kependidikan, pegawai dan staf untuk bisa mematuhi peraturan dengan senantiasa menggunakan ID card, badge, pass dan kartu tanda mahasiswa sebagai pengguna bus kampus lintas USU. Namun tetap saja layanan bus itu belum dapat memenuhi kepuasan bagi warga USU khususnya mahasiswa.


(1)

Simpang Kampus USU (gerbang utama)


(2)

Gang sumber Nongko


(3)

(4)

DAFTAR PUSTAKA

Adi, Isbandi. 2004. Ilmu Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan sosial. Depok : FISIP UI Press.

Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara 2015. Statistik Kesejahteraan

Rakyat Provinsi Sumatera Utara. Medan.

Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara. 2015. Sumatera Utara Dalam

Angka. Medan.

Bungin, Burhan. 2005. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta : Kencana. Cahyat, Ade. 2004. Mengukur Kemiskinan dan Model Penghitungan di Indonesia. Jakarta.

Data Dinas Perhubungan Kota Medan 2008.

Danim, Sudirman. 2002. Menjadi peneliti Kualitatif. Bandung : Pustaka Setia. Fahrudi, Adi. 2012. Pengantar Kesejahteraan Sosial. Bandung : Refika Aditama. Hart, Keith. 1973. Sektor Informal dalam Urbanisasi, Pengangguran, dan sektor

informal kota. Penyunting Chris Manning, Tadjuddin Noer Effendi. Yayasan

Obor Indonesia. Jakarta.

Jellinek, Lea. 2003. Seperti Roda Berputar. Jakarta : PT Balai Pustaka.

Jinca, Yamin. 2007. Dasar-dasar Transportasi. Makassar : MKU Fakultas teknik UNHAS.

Koentjaningrat. 1981. Metode Penelitian Masyarakat Jakarta : Gramedia.

Sairin, Sjahfri. 2002. Perubahan Sosial Masyarakat Indonesia. Jogjakarta : Pustaka Belajar.


(5)

Salim, Peter. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Modern English Press.

Siagian, Matias. 2012. Kemiskinan dan Solusi. Medan : PT Grasindo Monoratama.

Siagian, Matias. 2011 Metode Penelitian Sosial. Medan : PT Grasindo Monoratama.

Sumardi, Mulyanto. 2003. Kemiskinan dan Kebutuhan Pokok. Jakarta : Rajawali Jakarta.

Suharso, Ana. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Semarang : Widya Karya.

Sulistiani. T. 2004. Kemitraan dan Model-model Pemberdayaan. Jogjakarta : Gava Media.

Todaro, Michael. 2004. Pembangunan Ekonomi Dunia ke 3. Jakarta : Gramedia Pustaka.

Sumber-sumber lain:

http://www.bkkbn.go.id/pentahapankeluargasejahtera diakses tanggal 1 Oktober 2015 pukul 15.30 WIB.

http://id.wikibooks.org/wiki/profil becak/ pemilikan becak. diakses tanggal 3 Oktober 2015 pukul 12.44 WIB.

http://buku catatanpart 1.blogspot.com/ becak dan asal mulanya.html diakses


(6)

http://www.theindonesianinstitue.org/daily022022.htm diakses tanggal 5 Oktober 2015 pukul 20.01 WIB.

Pasal 1 ayat 5 peraturan Dirjen Perbendaharaan no 30 tahun 2006.