Penentuan Skoring Pemetaan Daerah Rawan Kebakaran Hutan dan Lahan di Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara.

d. Peta lokasi pemukiman diperoleh dengan cara membuffer peta lokasi pemukiman yang ada di kabupaten Toba Samosir. e. Peta titik panas hotspot Selanjutnya peta-peta tersebut diatas di skoring dan dioverlaykan untuk mendapatkan peta rawan kebakaran hutan dan lahan di Kabupaten Toba Samosir.

3. Penentuan Skoring

Penutupan Lahan Untuk tipe vegetasi atau penutupan lahan pemberian bobot dilakukan dengan berdasarkan kepada kepekaan tipe vegetasi yang bersangkutan terhadap terjadinya kebakaran. Nilai bobot 1 diberikan kepada tipe vegetasi yang sangat peka yaitu yang sangat mudah terbakar, sampai nilai 7 untuk sulit terbakar. Di sini pembobotan mengacu pada klasifikasi dan pembobotan yang dilakukan oleh Ruecker 2002, Hoffman 2000 serta Barus dan Gandasasmita 1996. Tabel 2. Tipe vegetasi atau penutupan lahan dan pembobotannya Tipe Vegetasi atau Penutupan Lahan KelasBobot Belukar Belukar rawa Hutan mangrove primer Hutan mangrove sekunder Hutan lahan kering primer Hutan lahan kering sekunder Hutan Tanaman Industri Hutan rawa sekunder Hutan rawa primer Perkebunan Pertanian lahan kering Pertanian lahan kering bercampur dengan semak Tambak Tanah terbuka Pertambangan PemukimanTransmigrasi 1 2 6 5 4 2 2 3 4 3 1 2 7 7 6 1 Sumber: Ruecker 2002, Barus dan Gandasasmita 1996, dan Hoffman 2000. Universitas Sumatera Utara Ketinggian Tempat mdpl Ketinggian tempat dari permukaan laut diperoleh dari hasil derivasi DEM resolusi 25 meter. Ketinggian tempat di atas permukaan laut diklasifikasikan dan diberi nilai bobot. Pada tempat-tempat yang rendah dikatakan mempunyai potensi yang tinggi untuk mudah terbakar dan diberi nilai bobot 1, seterusnya pada tempat yang lebih tinggi akan lebih sulit terbakar, sampai pada tempat tertinggi diberi nilai bobot 6. Untuk klasifikasi ketinggian tempat dan nilai bobotnya dapat dilihat pada tabel 3 dibawah ini. Tabel 3. Klasifikasi ketinggian tempat dan pembobotannya Ketinggian Tempat mdpl Kelasbobot 40 40 – 90 90 – 130 130 – 220 220 – 500 500 1 2 3 4 5 6 Sumber: Sumaryono, dkk. 2005 Curah Hujan Klasifikasi curah hujan dilakukan berdasarkan tipe iklim di daerah kabupaten Toba Samosir. Untuk wilayah yang paling kering akan lebih sensitif untuk terbakar, khususnya pada waktu musim kemarau dan diberi nilai bobot 1, sedangkan wilayah yang paling basah tidak akan mudah terbakar walaupun mengalami musim kemarau yang panjang. Hasil klasifikasi dan pembobotan curah hujan dapat dilihat pada tabel 4 di bawah ini. Tabel 4. Klasifikasi curah hujan bulanan dan pembobotannya Curah Hujan Bulanan mm Kelasbobot 31 – 96 97 – 162 163 – 228 229 – 294 295 – 360 360 1 2 3 4 5 6 Sumber: Pengkelasan menurut Sturges dalam Mangkuatmodjo 1997 dan modifikasi Universitas Sumatera Utara Suhu Udara Suhu mempengaruhi besarnya curah hujan, laju evaporasi dan transpirasi. Suhu juga dianggap sebagai salah satu faktor yang dapat memprakirakan dan menjelaskan kejadian dan penyebaran air di muka bumi. Dengan demikian adalah penting untuk mengetahui bagaimana menentukan besarnya suhu udara. Untuk klasifikasi dan pembobotan suhu udara dapat dilihat pada tabel 5 di bawah ini. Tabel 5. Klasifikasi suhu udara bulanan dan pembobotannya Suhu Udara Bulanan ₒ C Kelasbobot ≥ 21 – 22 22 – 23 24 – 25 25 – 26 26 – 27 27 6 5 4 3 2 1 Sumber: Pengkelasan menurut Sturges dalam Mangkuatmodjo 1997 dan modifikasi Kecepatan Angin Parameter tentang angin yang biasanya di kaji adalah kecepatan angin. Kecepatan angin penting karena dapat menentukan besarnya kehilangan air melalui proses evapotranspirasi dan mempengaruhi kejadian-kejadian hujan. Untuk klasifikasi dan pembobotan kecepatan angin dapat dilihat pada tabel 6 di bawah ini. Tabel 6. Klasifikasi kecepatan angin dan pembobotannya Kecepatan Angin Knot Kelasbobot 0 – 1 1 – 2 2 – 3 3 – 4 4 – 5 6 6 5 4 3 2 1 Sumber: Pengkelasan menurut Sturges dalam Mangkuatmodjo 1997 dan modifikasi Universitas Sumatera Utara Jarak dari Pemukiman Peta jarak diperoleh dari proses buffering data lokasi pemukiman dengan menggunakan perangkat lunak ArcView. Peta batas pemukiman dalam bentuk shapefile diolah dengan menggunakan fitur create buffer pada menu theme, sehingga diperoleh peta jarak dari pemukiman Nuarsa, 2005. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari penelitian Arianti 2006, jarak tempuh terjauh yang dapat dicapai oleh manusia adalah ± 4 km. Informasi ini dijadikan sebagai dasar untuk membagi kelas jarak dari pemukiman. Tabel 7. Klasifikasi jarak dari pemukiman dan pembobotannya Jarak dari Pemukiman m Kelasbobot 0 – 1000 1000 – 2000 2000 – 3000 3000 – 4000 4000 1 2 3 4 5 Sumber : Arianti 2006 dan modifikasi

4. Analisis Tumpang Susun