Topog Pemetaan Daerah Rawan Kebakaran Hutan dan Lahan di Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara.

2. Topog

Ka mencapai dari datar struktur ta terjadi pad cepat men menaiki le daerah ya Kabupaten Di Samosir y sehingga d grafi abupaten T hingga 2.2 r, landai, cu anah yang l da daerah y njalar meng ereng. Di ba ang memilik n Toba Sam Gambar 4. Lo i bawah ini yang memil dapat menja Toba Samo 200 mdpl, d uram dan s labil. Kebak yang datar h gikuti kontu awah ini me ki lereng y mosir. okasi Bekas K i dapat dili liki ketingg adi faktor pe osir terletak dan memilik sangat curam karan hutan hingga curam ur tanah kar erupakan lo yang curam Kebakaran di L ihat peta k gian diatas enyebab ter k pada wil ki kontur y m terjal. n dan lahan m. Pada da rena api me kasi bekas k m yang terd Lereng Curam ketinggian t permukaan rjadinya keb layah datar yang berane Wilayah in yang terjad erah yang c enjalar sang kebakaran y dapat di ke di Kecamatan tempat di K laut yang bakaran huta ran tinggi eka ragam m ni juga mem di di wilaya curam api s gat cepat ap yang terjadi ecamatan B n Balige Kabupaten beraneka r an dan laha yang mulai miliki ah ini sangat pabila i pada alige, Toba ragam an. Universitas Sumatera Utara G Gambar 5. Pe eta Ketinggiaan Tempat E Elevasi Kabu upaten Toba a Samosir Universitas Sumatera Utara Tabel 10. Ketinggian Tempat Elevasi di Kabupaten Toba Samosir Elevasi mdpl Luas Ha Luas 40 – 90 55,33 0,03 90 – 130 545,45 0,26 130 – 220 4.029,28 1,94 220 – 500 20.891,26 10,07 500 181.888,49 87,70 Luas Total Ha 207.409,81 100,00 Luas daerah Kabupaten Toba Samosir yang memiliki elevasi 40-90 mdpl yaitu 55,33 Ha, elevasi 90-130 mdpl seluas 545,45 Ha, elevasi 130-220 mdpl seluas 4.029,28 Ha, 220-500 mdpl seluas 20.891,26 Ha, dan daerah yang memiliki elevasi 500 mdpl seluas 181.888,49 Ha. Berdasarkan data tersebut daerah yang paling luas adalah daerah yang memiliki elevasi 500 mdpl. Wilayah Kabupaten Toba Samosir didominasi oleh ketinggian tempat elevasi 500 mdpl. Elevasi 500 mdpl terdapat diseluruh kecamatan di Toba Samosir, sedangkan untuk elevasi 40-90 mdpl, elevasi 90-130 mdpl, dan elevasi 130-220 mdpl hanya terdapat di Kecamatan Pintu Pohan Meranti dan Nassau. Daerah yang memiliki elevasi 130-220 mdpl paling banyak ditemukan di Kecamatan Pintu Pohan Meranti. Elevasi 220-500 mdpl terdapat di Kecamatan Pintu Pohan Meranti, Habinsaran dan Nassau, akan tetapi yang paling banyak terdapat di Kecamatan Nassau. Hampir sebahagian wilayah di Kecamatan Nassau memiliki ketinggian tempat elevasi 220-500 mdpl. Ketinggian tempat juga merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya kebakaran hutan dan lahan. Hal ini sesuai dengan literatur Clar dan Chatten 1994 yang menyatakan bahwa kemiringan lereng dan ketinggian lokasi tempat diatas permukaan laut menentukan cepat rambatnya api bereaksi, yaitu berpengaruh pada penjalaran dan kecepatan pembakaran. Universitas Sumatera Utara Iklim Ada beberapa komponen iklim yang menjadi faktor penyebab kebakaran hutan dan lahan. Komponen-komponen tersebut diantaranya adalah curah hujan, suhu udara, dan kecepatan angin. Curah Hujan Curah hujan merupakan salah satu faktor penyebab kebakaran hutan dan lahan. Curah hujan mempengaruhi suhu dan kelembaban suatu tempat dan juga berpengaruh terhadap pengeringan bahan bakar yang menjadi sumber kebakaran hutan dan lahan pada suatu daerah. Curah hujan pada suatu daerah berbeda dengan curah hujan di daerah lain. Curah hujan yang rendah merupakan faktor terjadinya kebakaran karena pada saat tersebut keadaan suhu udara berarti tinggi dan dalam kondisi yang kering kelembaban rendah. Stasiun curah hujan yang termasuk dalam kabupaten Toba samosir terdiri dari 4 stasiun yang terletak di Kecamatan Borbor, Silaen, Sigumpar, dan Balige. Rata-rata curah hujan bulanan tahun 2010 di kabupaten Toba Samosir pada masing-masing stasiun yaitu Borbor 172 mm, Silaen 150 mm, Sigumpar 133 mm, dan Balige 164 mm. Fluktuasi curah hujan di Kabupaten Toba Samosir setiap tahun berubah, akan tetapi perubahan curah hujan tersebut tidak jauh berbeda setiap tahunnya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel curah hujan di bawah ini. Tabel 11. Rata-Rata Curah Hujan Bulanan Tahun 2010 di Kabupaten Toba Samosir Curah Hujan mm Luas Ha Luas 97 – 162 103.621,40 49,95 163 – 228 103.820,52 50,05 Luas Total Ha 207.441,92 100,00 Universitas Sumatera Utara Gam mbar 6. Peta a Rata-Rata C Curah Hujan Bulanan Ka abupaten Tobba Samosir Universitas Sumatera Utara Berdasarkan tabel curah hujan bulanan di Kabupaten Toba Samosir, diketahui bahwa rata-rata curah hujan bulanan di Kabupaten Toba Samosir terbagi menjadi 2 kelas yaitu rata-rata 97-162 mm dan 163-228 mm. Rata-rata curah hujan bulanan sebesar 97-162 mm terdapat di Kecamatan Lumban Julu, Bonatua Lunasi, Porsea, Uluan, Parmaksian, Siantar Narumonda, Silaen, Sigumpar, Laguboti, Habinsaran, Pintu Pohan Meranti dan sebagian kecil di Nassau dengan luas total daerah yang memiliki rata-rata curah hujan bulanan 97-162 mm seluas 103.621,40 Ha. Sementara itu, rata-rata curah hujan bulanan sebesar 163-228 mm terdapat di Kecamatan Ajibata, Lumban Julu, Uluan, Laguboti, Balige, Tampahan, Habinsaran, Borbor dan Nassau dengan luas total daerah pada curah hujan tersebut seluas 103.820,52 Ha. Luas daerah yang memiliki rata-rata curah hujan bulanan sebesar 163-228 mm lebih besar 50,05 dibanding daerah yang memiliki rata-rata curah hujan bulanan sebesar 97-162 mm yang hanya 45,95 sehingga dapat disimpulkan bahwa Kabupaten Toba Samosir didominasi oleh rata-rata curah hujan bulanan sebesar 163-228 mm. Suhu Udara Suhu udara merupakan salah satu unsur iklim yang menjadi faktor penyebab terjadinya kebakaran hutan dan lahan. Suhu udara sebagai faktor penyebab terjadinya kebakaran hutan dan lahan berperan dalam mempercepat pengeringan bahan bakar sehingga bahan bakar akan lebih mudah untuk terbakar karena telah memiliki kadar air yang rendah. Apabila suhu udara tinggi maka proses pengeringan bahan bakar akan semakin cepat dan sebaliknya. Stasiun suhu udara untuk wilayah sekitar kabupaten Toba Samosir terletak di kecamatan Sibolga, Aek Godang, dan Parapat. Rata-rata suhu udara bulanan Universitas Sumatera Utara pada masing-masing stasiun yaitu Sibolga 26,32 ○ C, Aek Godang 26,25 ○ C, dan Parapat 21,79 ○ C. Setelah dilakukan pemetaan suhu udara maka Kabupaten Toba Samosir hanya memiliki 2 kelas rata-rata suhu udara bulanan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 12. Rata-Rata Suhu Udara Bulanan Tahun 2010 di Kabupaten Toba Samosir Suhu Udara o C Luas Ha Luas ≥ 21 – 22 193.567,96 93,31 26 – 27 13.873,96 6,69 Luas Total Ha 207.441,92 100,00 Berdasarkan tabel di atas, Kabupaten Toba Samosir terbagi dalam 2 kelas rata-rata suhu udara yaitu rata-rata suhu udara bulanan ≥ 21-22 o C dan 26-27 o C. Rata-rata suhu udara bulanan ≥ 21-22 o C terdapat di seluruh kecamatan di Kabupaten Toba Samosir yaitu Kecamatan Ajibata, Lumban Julu, Laguboti, Uluan, Silaen, Tampahan, Siantar Narumonda, Parmaksian, Porsea, Pintu Pohan Meranti, Habinsaran, Balige, Sigumpar, Borbor, dan Nassau, akan tetapi pada Kecamatan Borbor dan Nassau hanya sebahagian daerah saja yang memiliki rata- rata suhu udara bulanan ≥ 21-22 o C. Sementara itu, rata-rata suhu udara bulanan 26-27 o C hanya terdapat di sebahagian daerah pada Kecamatan Borbor dan Nassau. Luas daerah yang memiliki rata-rata suhu udara bulanan ≥ 21-22 o C yaitu 193.567,96 Ha 93,31 sedangkan luas daerah yang memiliki rata-rata suhu udara bulanan 26-27 o C yaitu 13.873,96 Ha 6,69. Dengan demikian Kabupaten Toba Samosir didominasi oleh daerah yang memiliki suhu udara ≥ 21- 22 o C. Untuk lebih jelasnya peta suhu udara Kabupaten Toba Samosir dapat dilihat di bawah ini. Universitas Sumatera Utara Ga ambar 7. Peta a Rata-Rata S Suhu Udara Bulanan Kab bupaten Tobba Samosir Universitas Sumatera Utara Kecepatan Angin Selain curah hujan dan suhu udara, kecepatan angin juga mempengaruhi terjadinya kebakaran hutan dan lahan. Suhu merupakan faktor penyebab terjadinya kebakaran karena suhu mempengaruhi pengeringan bahan bakar yang merupakan komponen utama segitiga api. Apabila suhunya tinggi maka bahan bakar akan sangat cepat mengering sehingga mudah terbakar. Begitu pula dengan kecepatan angin, faktor ini juga mempengaruhi pengeringan bahan bakar. Semakin tinggi kecepatan angin maka semakin cepat bahan bakar mengering dan sebaliknya semakin rendah kecepatan angin maka semakin lambat bahan bakar mengering mengurangi kadar airnya. Stasiun pengukuran kecepatan angin di daerah kabupaten Toba Samosir terletak pada 3 stasiun. Stasiun pengukuran kecepatan angin tersebut sama seperti stasiun pengukuran suhu udara yaitu terletak di kecamatan Sibolga, Aek Godang, dan Parapat. Berdasarkan data yang diperoleh dari BMKG, rata-rata kecepatan angin bulanan di stasiun Sibolga 6 Knot, Aek Godang 5 Knot, dan Parapat 1 Knot. Satuan kecepatan angin yang digunakan adalah Knot, dimana 1 Knot sama dengan 1,8 kmjam. Setelah dilakukan pemetaan kecepatan angin, wilayah kabupaten Toba Samosir hanya memiliki kecepatan angin sebesar 1 dan 5 Knot saja. Untuk lebih jelas melihat klasifikasi rata-rata kecepatan angin di Kabupaten Toba Samosir dapat dilihat pada peta kecepatan angin tahun 2010 di bawah ini. Universitas Sumatera Utara Gamb bar 8. Peta R Rata-Rata Keccepatan Ang gin Bulanan K Kabupaten T Toba Samosir r Universitas Sumatera Utara Tabel 13. Rata-Rata Kecepatan Angin Bulanan Tahun 2010 di Kabupaten Toba Samosir Kecepatan Angin Knot Luas Ha Luas 0 -1 193.567,96 93,31 4 – 5 13.873,96 6,69 Luas Total Ha 207.441,92 100,00 Berdasarkan tabel di atas, Kabupaten Toba Samosir terbagi dalam 2 kelas rata-rata kecepatan angin yaitu rata-rata kecepatan angin bulanan 0-1 knot dan 4-5 knot. Rata-rata kecepatan angin bulanan 0-1 knot terdapat di seluruh kecamatan di Kabupaten Toba Samosir yaitu Kecamatan Ajibata, Lumban Julu, Laguboti, Uluan, Silaen, Tampahan, Siantar Narumonda, Parmaksian, Porsea, Pintu Pohan Meranti, Habinsaran, Balige, Sigumpar, Borbor, dan Nassau, akan tetapi pada Kecamatan Borbor dan Nassau hanya sebahagian daerah saja yang memiliki rata-rata suhu udara bulanan 0-1 knot. Sementara itu, rata-rata kecepatan angin bulanan 4-5 knot hanya terdapat di sebahagian daerah pada Kecamatan Borbor dan Nassau. Luas daerah yang memiliki rata-rata kecepatan angin bulanan 0-1 knot yaitu 193.567,96 Ha 93,31 sedangkan luas daerah yang memiliki rata-rata kecepatan angin bulanan 4-5 knot yaitu 13.873,96 Ha 6,69 . Dengan demikian Kabupaten Toba Samosir didominasi oleh daerah yang memiliki rata- rata kecepatan angin bulanan 0-1 knot. Itu berarti rata-rata kecepatan angin di Kabupaten Toba Samosir rendah. Universitas Sumatera Utara Jarak dari Pemukiman Kabupaten Toba Samosir memiliki cukup banyak lokasi pemukiman desa. Desa di kabupaten ini tersebar diseluruh kecamatan yang ada di Kabupaten Toba Samosir Gambar 9. Peta Lokasi Pemukiman di Kabupaten Toba Samosir. Jarak lokasi pemukiman merupakan faktor penyebab kebakaran hutan dan lahan. Hal ini dikarenakan pengaruh dari aktivitas manusia yang selalu berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Semakin dekat lokasi pemukiman dengan hutan atau tutupan lahan lainnya yang dapat menjadi faktor penyebab kebakaran hutan dan lahan maka akan semakin besar pula kemungkinan kebakaran hutan dan lahan akan terjadi. Akan tetapi, sebaliknya apabila jarak lokasi pemukiman jauh dari hutan atau tutupan lahan lainnya yang dapat menjadi faktor penyebab terjadinya kebakaran hutan dan lahan maka semakin kecil pula kemungkinan untuk terjadinya kebakaran hutan dan lahan karena apabila hutan jauh dari lokasi pemukiman maka akan semakin sedikit pula aktivitas manusia yang berinteraksi langsung dengan hutan. Jarak lokasi pemukiman di Kabupaten Toba Samosir dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 14. Jarak Lokasi Pemukiman Terhadap Tutupan Lahan di Kabupaten Toba Samosir Jarak Pemukiman m Luas Ha Luas 0 – 1000 61.303,63 29,55 1000 – 2000 47.937,06 23,11 2000 – 3000 32.702,94 15,76 3000 – 4000 21.109,80 10,18 4000 44.388,50 21,40 Luas Total Ha 207.441,93 100,00 Universitas Sumatera Utara Berdasarkan tabel di atas, pada jarak lokasi pemukiman 0-1000 m merupakan jarak lokasi pemukiman terhadap hutan lahan kering sekunder, pertanian lahan kering, lahan terbuka, hutan tanaman, semak belukar, sawah, hutan tanaman, dan pemukiman. Lokasi pemukiman tersebut berada di seluruh kecamatan di Kabupaten Toba Samosir yaitu Kecamatan Ajibata, Lumban Julu, Porsea, Nassau, Borbor, Parmaksian dan kecamatan lainnya dengan luasan 61.303,63 Ha. Jarak lokasi pemukiman 1000-2000 m terhadap hutan lahan kering sekunder, pertanian lahan kering, semak belukar, lahan terbuka, hutan tanaman dan sawah juga terdapat di seluruh kecamatan di Kabupaten Toba Samosir dengan luasan 47.937,06 Ha. Jarak lokasi pemukiman 2000-3000 m merupakan jarak lokasi pemukiman terhadap hutan lahan kering sekunder, semak belukar, dan pertanian lahan kering. Lokasi ini di temukan di Kecamatan Ajibata, Lumban Julu, Pintu Pohan Meranti, Silaen, Habinsaran, Borbor dan Nassau dengan luasan 32.702,94 Ha. Jarak lokasi pemukiman 3000-4000 m terhadap hutan lahan kering sekunder, semak belukar, dan pertanian lahan kering terdapat di kecamatan Lumban Julu, Bonatua Lunasi, Habinsaran, Pintu Pohan Meranti, Borbor, dan Nassau dengan luasan 21.109,80 Ha. Jarak Lokasi pemukiman 4000 m terhadap terhadap hutan lahan kering sekunder, semak belukar, dan pertanian lahan kering terdapat di kecamatan Lumban Julu, Bonatua Lunasi, Habinsaran, Pintu Pohan Meranti, Borbor, dan Nassau dengan luasan 44.388,50 Ha. Di bawah ini dapat dilihat peta lokasi pemukiman di Kabupaten Toba Samosir. Universitas Sumatera Utara Gambar 9. Peta Lokaasi Pemukiman Kabupate en Toba Sam mosir Universitas Sumatera Utara Tingkat Kerawanan Kebakaran Hutan dan Lahan di Kabupaten Toba Samosir Berdasarkan hasil pemetaan, Kabupaten Toba Samosir merupakan wilayah yang didominasi oleh tingkat bahaya kebakaran kelas kerawanan sedang dengan luas 131.303,18 Ha, sedangkan kelas kerawanan tinggi seluas 27.581,85 Ha, kelas kerawanan rendah seluas 44.609,77 Ha, dan kelas kerawanan sangat rendah seluas 30.888,77 Ha. Sementara itu kelas kerawanan sangat tinggi tidak ditemukan pada wilayah ini. Hal ini dapat dilihat pada peta rawan kebakaran hutan dan lahan Gambar 10 dan luasnya dapat dilihat pada tabel 15 dibawah ini. Tabel 15. Nilai Rawan Kebakaran Hutan dan Lahan Berdasarkan Kelas Rawan Menurut Luasannya Kecamatan Luas Kebakaran Hutan dan Lahan Berdasarkan Kelas Rawan Kebakaran Ha Luas Total Ha Luas Total Sangat Rendah Rendah Sedang Menengah Tinggi Ajibata 28,66 269,07 4.897,19 − 5.194,92 2,22 Balige 11.364,50 536,33 4.645,22 − 16.546,05 7,06 Bonatua Lunasi 788,93 3.192,92 3.961,76 − 7.943,61 3,39 Borbor 2.032,11 8.202,00 17.579,55 20.637,28 48.450,93 20,67 Habinsaran 1.964,21 7.707,84 23.661,65 − 33.333,70 14,22 Laguboti 3.340,29 15,65 4.727,41 − 8.083,34 3,45 Lumbanjulu 22,24 4.772,49 8.585,40 − 13.380,13 5,71 Nassau 184,97 12.028,80 14.065,28 6.944,57 33.223,62 14,17 Parmaksian 995,39 − 1.771,29 − 2.766,67 1,18 Pintu Pohan Meranti 372,40 7.534,90 24.299,38 − 32.206,68 13,74 Porsea 1.860,43 − 2.072,98 − 3.933,41 1,68 Siantar Narumonda 867,26 − 2.620,30 − 3.487,56 1,49 Sigumpar 1.070,53 − 1.212,40 − 2.282,94 0,97 Silaen 1.822,57 − 9.137,62 − 10.960,19 4,68 Tampahan 3.961,33 349,78 1.996,40 − 6.307,51 2,69 Uluan 212,98 − 6.069,35 − 6.282,33 2,68 Luas Total Ha 30.888,77 44.609,77 131.303,18 27.581,85 234.383,56 100,00 Di bawah ini dapat dilihat peta rawan kebakaran hutan dan di Kabupaten Toba Samosir. Universitas Sumatera Utara Gamba ar 10. Peta Rawan Kebak karan Hutan d dan Lahan dii Kabupaten Toba Samos sir Universitas Sumatera Utara Berdasarkan hasil pemetaan, secara umum sebaran hotspot umumnya terjadi pada wilayah atau zona dengan tingkat kerawanan kebakaran hutan dan lahan sedangmenengah, sedangkan pada zona tingkat kerawanan kebakaran hutan dan lahan sangat rendah hanya ditemukan satu hotspot saja. Hal ini menunjukkan bahwa zona bahaya kebakaran hutan dan lahan yang dibuat mempunyai hubungan yang positif atau cukup erat dengan terjadinya kebakaran hutan dan lahan. Berdasarkan tabel di atas, kebakaran hutan dan lahan yang paling berpotensi terdapat di Kecamatan Borbor, Kabupaten Toba Samosir. Hal ini ditandai dengan adanya sejumlah hotspot yang ditemukan di kecamatan tersebut. Luasan daerah rawan kebakaran hutan dan lahan di Kecamatan Borbor ini seluas 20.637,28 Ha. Kecamatan Borbor memiliki kelas kerawanan tinggi kebakaran hutan dan lahan karena daerah ini memiliki suhu udara yang tinggi, kecepatan angin yang tinggi, tutupan lahannya berupa semak belukar, hutan lahan kering sekunder dan pertanian lahan kering serta lokasinya dekat dengan pemukiman. Apabila terjadi kebakaran hutan dan lahan di kabupaten ini maka kebakaran tersebut akan sulit dipadamkan karena akses untuk memasuki daerah pada Kecamatan Borbor ini sangat sulit karena topografinya terjal. Kebakaran hutan dan lahan yang juga berpotensi besar terjadi di Kecamatan Nassau. Luasan daerah rawan kebakaran hutan dan lahan di Kecamatan Nassau ini seluas 6.944,57 Ha. Pada Kecamatan Nassau juga terdapat kelas kerawanan kebakaran yang tinggi. Hal ini dikarenakan pada kecamatan ini suhu udara dan kecepatan anginnya tinggi, tutupan lahannya yaitu semak belukar, pertanian lahan kering dan hutan lahan kering sekunder serta lokasi pemukiman yang dekat dengan tutupan lahan tersebut. Topografi di daerah ini juga terjal Universitas Sumatera Utara sehingga apabila terjadi kebakaran hutan dan lahan di kabupaten ini maka kebakaran tersebut akan sulit dipadamkan karena akses untuk memasuki daerah pada Kecamatan Nassau ini sangat sulit. Kecamatan Habinsaran juga merupakan kecamatan yang berpotensi terjadinya kebakaran hutan dan lahan. Luas daerah rawan kebakaran hutan dan lahan di kabupaten ini seluas 23.661,65 Ha kelas rawan sedang. Kebakaran yang terjadi di daerah ini disebabkan oleh curah hujan yang rendah, tutupan lahannya berupa hutan lahan kering sekunder, pertanian lahan kering, semak belukar serta ada beberapa lokasi yang dekat dengan pemukiman. Sedangkan faktor kebakaran lain seperti kecepatan angin dan suhu udara pada kecamatan ini rendah, sehingga kecamatan ini didominasi oleh tingkat rawan kebakaran hutan dan lahan sedangmenengah. Hampir seluruh Kabupaten Toba Samosir didominasi oleh tingkat rawan kebakaran hutan dan lahan sedangmenengah. Akan tetapi untuk daerah yang paling kecil tingkat rawan kebakaran hutan dan lahannya yaitu Kecamatan Lumbanjulu dengan luas daerah rawan kebakaran seluas 22,24 Ha. Hal ini disebabkan, pada kecamatan ini suhu udara dan kecepatan anginnya rendah sehingga bahan bakar akan sulit terbakar, elevasinya tinggi sehingga api tidak mudah menjalar. Perbedaan kelas rawan kebakaran hutan dan lahan yang terjadi pada seluruh kecamatan di Kabupaten Toba Samosir tidak hanya dapat dilihat pada satu parameter faktor penyebab kebakaran hutan dan lahan saja, karena semua parameter akan saling mempengaruhi terjadinya kebakaran hutan dan lahan. Universitas Sumatera Utara Nilai Rawan Kebakaran Hutan dan Lahan Berdasarkan Masing-Masing Faktor Kebakaran Hutan dan Lahan di Kabupaten Toba Samosir 1. Tutupan Lahan Berdasarkan hasil peta rawan kebakaran hutan dan lahan di Kabupaten Toba Samosir, dapat dihitung nilai rawan kebakaran hutan dan lahan berdasarkan tutupan lahannya. Luasan masing-masing kelas rawannya dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 16. Nilai Rawan Kebakaran Hutan dan Lahan Berdasarkan Jenis Tutupan Lahan Menurut Luasan Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa luas daerah potensi rawan kebakaran hutan dan lahan yang paling besar terjadi pada tutupan lahan semak belukar yaitu seluas 17.853,11 Ha kelas rawan tinggi. Hal ini berarti menyatakan bahwa sumber bahan bakar terbesar yang menjadi penyebab kebakaran hutan dan lahan berasal dari semak belukar. Serasah dedaunan yang jatuh ke tanah, kemudian mengering merupakan sumber bahan bakar yang potensial untuk dapat menyebabkan kebakaran hutan dan lahan di kabupaten ini. Selain itu dapat juga kita lihat luas daerah potensi rawan kebakaran hutan dan lahan yang berikutnya Tutupan Lahan Luas Kebakaran Hutan dan Lahan Berdasarkan Kelas Rawan Kebakaran Ha Luas Total Ha Luas Total Sangat Rendah Rendah Sedang Menengah Tinggi Hutan Lahan Kering Sekunder − 34.729,74 20.236,32 9.178,18 64.144,24 27,37 Hutan Tanaman − 6.525,00 3.434,81 69,77 10.029,58 4,28 Lahan Terbuka 4.433,75 − 9,72 − 4.443,47 1,90 Pemukiman − − 497,59 − 497,59 0,21 Perkebunan − 193,70 88,15 − 281,84 0,12 Pertanian Lahan Kering − 2.723,19 76.167,72 480,78 79.371,69 33,86 Sawah 12.861,16 − 133,80 − 12.994,96 5,54 Semak Belukar − 449,61 30.735,07 17.853,11 49.037,80 20,92 Tubuh Air − 13.593,87 − − 13.593,87 5,80 Luas Total Ha 17.294,91 58.215,10 131.303,18 27.581,85 234.395,03 100,00 Universitas Sumatera Utara terjadi pada tutupan lahan hutan lahan kering sekunder yaitu seluas 9.178,18 Ha kelas rawan tinggi. Hutan lahan kering sekunder juga merupakan sumber bahan bakar yang dapat menyebabkan terjadinya kebakaran. Selain hutan lahan kering sekunder, pertanian lahan kering juga merupakan sumber bahan bakar yang menyebabkan terjadinya kebakaran hutan dan lahan sehinggga luas kebakarannya juga besar. Pertanian lahan kering juga berpotensi menyebabkan kebakaran hutan dan lahan di Kabupaten Toba Samosir dengan luas 480,78 Ha kelas rawan tinggi. Pertanian lahan kering banyak ditemukan di Kecamatan Ajibata, Lumban Julu, Habinsaran, Borbor, Nassau, Uluan dan Pintu Pohan Meranti. Oleh karena itu, daerah potensi rawan kebakaran hutan dan lahan banyak ditemukan di kecamatan tersebut. Berdasarkan kondisi di lapangan, tutupan vegetasi di hutan lahan kering sekunder didominasi oleh pinus Pinus merkusii. Daun pinus yang berguguran jatuh ke tanah hingga mengering. Pada saat serasah tersebut kering, ia akan menjadi bahan bakar yang sangat berpotensi untuk memicu terjadinya kebakaran karena serasah pinus tersebut mengandung resin yang tinggi dan serasah pinus yang telah mengering memiliki kadar air yang rendah sehingga akan mudah terbakar. Selain pinus, tutupan vegetasi di daerah ini juga tutupi oleh semak belukar yang cukup luas. Semak belukar ini banyak di jumpai di kecamatan Pintu Pohan Meranti, Borbor, Habinsaran, dan Nassau. Semak belukar juga dapat menjadi bahan bakar yang cukup berpotensi untuk menyebabkan terjadinya kebakaran apalagi bila semak belukar tersebut terdiri dari pohon atau anakan yang telah mati dan mengering. Hal ini sesuai dengan literatur Saharjo 2003 yang menyatakan Universitas Sumatera Utara bahwa serasah dan lapisan humus yang belum hancur merupakan lapisan bahan organik yang sudah mati terdiri dari daun-daun, cabang-cabang pohon yang mati. Serasah mudah dikeringkan oleh udara sehingga mudah terbakar.

2. Topografi