Santri Baju Koko Simbol Religius

47

5.1.4 Santri

Hanya sebuah kampung kecil, tapi disitulah anak-anak mengaji setiap sore. Sebuah kampung santri. DSA:11 Analisis : Simbol yang terdapat dalam data di atas adalah santri. Ini adalah simbol dikarenakan santri merupakan gambaran generasi muda Islam yang menuntut ilmu agama, khususnya agama Islam sebagai penerus tegaknya agama Allah SWT ini. Santri adalah orang yg mendalami agama Islam; orang yg beribadat dengan sungguh-sungguh; orang yg saleh KBBI, 2007:761. Santri adalah sebutan bagi murid yang mengikuti pendidikan di pondok pesantren. Pondok Pesantren adalah sekolah pendidikan umum yang persentasi ajarannya lebih banyak ilmu-ilmu pendidikan agama Islam http:id.wikipedia.orgwikiSantri. Hampir seluruh masyarakat di kawasan nusantara ini tidak asing lagi mendengar kata santri. Umumnya kata santri diidentikkan bagi seseorang yang tinggal di pondok pesantren yang kesehariannya mengkaji kitab-kitab salafi atau kitab kuning, dengan menggunakan sarung, peci, serta pakaian koko menjadi pelengkap atau menambah ciri khas tersendiri bagi mereka. Santri sangat dikenal di Indonesia karena semakin banyaknya pondok-pondok pesantren yang menjadi tempat para santri tersebut belajar menuntut ilmu agama. Selain ilmu agama, di pondok pesantren tempat para santri itu menuntut ilmu juga biasanya diajarkan ilmu-ilmu sosial lainya yang menunjang kehidupannya dalam bermasyarakat. Universitas Sumatera Utara 48

5.1.5 Baju Koko

Ada seseorang duduk dibawahnya.... Seorang pemuda... berbaju koko, memakai peci layaknya ikhwan... sedang membaca Al-Quran. Pemuda itu menghentikan bacaannya ketika ia sampai di tempat itu. Berdiri perlahan dan mengucapkan salam kepadanya. DSA:12 Analisis : Simbol religius yang terdapat dalam data di atas adalah baju koko, peci, ikhwan, dan Al-Quran. Berbaju koko merupakan simbol dari seorang lelaki muslim yang taat beragama. Baju koko identik dipakai dalam peribadatan dan acara-acara keagamaan lainya. Baju koko merupakan modifikasi baju sehari-hari lelaki Tionghoa pada abad ke-19 yang disebut tui-khim. Masyarakat Tionghoa biasa mengenakannya dengan celana komprang. Karena nyaman dan sopan, baju ini kemudian populer sebagai baju santai untuk semua orang. Lebih dari sekadar gaya pakaian, baju koko mencerminkan perjuangan Muslim Tionghoa dalam membentuk identitasnya sebagai Tionghoa sekaligus pemeluk Islam di Indonesia. Saat itu, Belanda mencegah mereka memeluk Islam karena tak ingin ada kedekatan antara Tionghoa dan Muslim pribumi. Kedekatan ini dikhawatirkan bisa memicu perlawanan. Jadi, baju koko dikenakan untuk menyiasati politik Belanda. Untuk menghindari kecurigaan Belanda, Muslim Tionghoa memakai baju itu setiap pergi beribadah ke masjid. Dengan begitu, mereka mempertahankan identitas Tionghoa sekaligus menyesuaikan dengan Islam dan menjadi budaya pada masyarakat Islam hingga saat ini. Universitas Sumatera Utara 49

5.1.6 Peci