Teori Semiotik Landasan Teori .1 Teori Struktural

19 karya sastra, baik dengan jenis yang sama maupun berbeda, memiliki unsur-unsur yang berbeda. Karya sastra dikatakan memiliki kekhasan, otonom, tidak bisa digeneralisasikan. Setiap penilaian akan menghasilkan hasil yang berbeda. Sehubungan dengan itu, perlu dikemukakan unsur-unsur pokok yang terkadung dalam prosa novel. Mukarovsky dan Vodica dalam Ratna, 2004:93 menyebutkan unsur-unsur prosa, di antaranya tema, peristiwa atau kejadian, latar atau setting, penokohan atau perwatakan, alur atau plot, sudut pandang, dan gaya bahasa. Berdasarkan pandangan tersebut dapat disimpulkan bahwa analisis strukturalisme dinamik berusaha memaparkan dan menunjukan unsur-unsur yang membangun karya sastra serta menjelaskan bahwa antara unsur-unsur tersebut kurang berfungsi tanpa adanya interaksi. Untuk dapat memecahkan masalah, maka digunakan analisis simbol religius dalam novel DSA dengan tinjauan strukturalisme semiotik.

2.2.2 Teori Semiotik

Penelitian ini menggunakan teori semiotika tanda yang dikemukakan Charles Sanders Peirce dan didukung oleh teori Riffaterre dan Preminger. Menurut Peirce Ratna, 2004:97, ”Kehidupan manusia dipenuhi dengan tanda, dengan perantaraan tanda-tanda, proses kehidupan menjadi lebih efisien, dengan perantaraan tanda-tanda pula manusia dapat berkomunikasi dengan sesamanya sekaligus mengadakan pemahaman yang lebih baik terhadap dunia. Dengan demikian manusia adalah homo semioticus”. Studi sastra yang bersifat semiotik adalah usaha untuk menganalisis sastra sebagai suatu sistem tanda-tanda dan menemukan konvensi-konvensi apa yang memungkinkan karya sastra mempunyai arti Pradopo, 1995:142. Penelitian sastra Universitas Sumatera Utara 20 dengan pendekatan semiotik ini sesungguhnya merupakan kelanjutan dari pendekatan strukturalisme. Peirce Santoso, 1993:15 menjelaskan tentang hubungan antara tanda dengan yang ditandakan, yaitu: 1. Ikon, yaitu suatu tanda yang secara inheren memiliki kesamaan dengan arti yang ditunjuk. Misalnya : foto. 2. Indeks, yaitu hubungan tanda dengan objek dikarenakan sebab akibat, seperti : asap menandakan adanya api. 3. Simbol, yaitu hubungan tanda dengan objek karena kesepakatan, seperti : bendera merah sebagai simbol kematian. Tanda menurut Peirce terdiri dari simbol tanda yang muncul dari kesepakatan, ikon tanda yang muncul dari perwakilan fisik dan indeks tanda yang muncul dari hubungan sebab-akibat. Sedangkan acuan tanda ini disebut objek Ikon dapat pula dikatakan sebgai tanda yang menyerupai benda yang diwakilinya, atau suatu benda yang menggunakan kesamaan atau ciri-ciri yang sama dengan apa yang dimaksudkannya. Misalnya, foto Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebagai kepala negara adalah ikon dari Republik Indonesia. Peta Jakarta adalah ikon dari wilayah ibu kota Indonesia. Cap jempol SBY adalah ikon dari pak SBY. Benda-benda tersebut mendapatkan sifat tanda dengan adanya relasi persamaan di antara tanda dan denotasinya. Indeks adalah tanda yang sifat tandanya tergantung dari keberadaan suatu denotasi, sehingga dalam terminologi Pierce merupakan suatu secondness. Indeks dengan demikian adalah suatu tanda yang mempunyai kaitan atau kedekatan dengan apa yang diwakilinya. Indeks dapat juga merupakan tanda yang memiliki hubungan Universitas Sumatera Utara 21 sebab akibat dengan apa yang diwakilinya. Atau disebut juga tanda sebagai bukti. Contohnya asap dari api, asap menunjukkan adanya api. Tanda tangan signature adalah indeks dari keberadaan seseorang yang menorehkan tanda tangan itu. Simbol merupakan tanda berdasarkan konvensi, peraturan, atau perjanjian yang disepakati bersama. Simbol baru dapat dipahami jika seseorang sudah mengerti yang telah disepakati sebelumnya. simbol adalah sebuah tanda yang hubungan dengan acuannya terbentuk secara konvensional. Jadi sudah ada persetujuan antara pemakai tanda tentang hubungan tanda dengan acuannya. Misalnya, bunga melati bagi bangsa Indonesia merupakan lambang kesucian tetapi bagi sebagian orang yang berbeda latar belakang dengan bangsa Indonesia bunga melati merupakan bunga yang biasa saja. Peristiwa jabat tangan, rambu lalu lintas, dan lain sebagainya. Simbol disebut juga lambang, lambang adalah sesuatu seperti tanda lukisan,lencana,dsb yang menyatakan sesuatu hal atau atau mengandung maksud tertentu KBBI, 2007:526. Dengan simbol kita lebih mudah untuk memehami sesuatu maksud atau tujuan yang diutarakan melalui tanda baik yang kongkret maupun yang bersifat abstrak. Penelitian sastra dengan pendekatan semiotik ini sesungguhnya merupakan lanjutan dari pendekatan strukturalisme. Dikemukakan Junus dalam Jabrohim, 2003: 67 bahwa semiotik itu merupakan lanjutan atau perkembangan strukturalisme. Strukturalisme itu tidak dapat dipisahkan dari semiotik. Alasannya adalah bahwa karya sastra itu merupakan struktur tanda-tanda yang bermakna. Tanpa memperhatikan tanda, tanda dan maknanya, dan konvensi tanda, karya sastra tidak dapat dimengerti maknanya secara optimal. Universitas Sumatera Utara 22 Semiotik adalah ilmu tentang tanda-tanda, semiotik itu memelajari sistem- sistem, aturan-aturan, konvensi-konvensi yang memungkinkan tanda-tanda tersebut mempunyai arti. Tanda mempunyai dua aspek yaitu penanda signifier dan petanda signifi. Penanda adalah bentuk formal yang menandai sesuatu yang ditandai oleh petanda itu yaitu artinya Preminger dalam Jabrohim, 2003: 68. Berdasarkan teori semiotika yang telah dipaparkan di atas, penelitian ini menggunakan satu jenis tanda berdasarkan hubungan antara tanda dengan yang ditandakan, yaitu simbol. Analisis Simbol religius dalam novel DSA karya Ari Nur Utami dengan tinjauan semiotik dilakukan. Analisis ini ingin mengetahui makna simbol religius dalam novel DSA dengan teori yang dikemukakan oleh Charles Sanders Peirce dan didukung teori Riffaterre dan Preminger. Riffaterre yaitu dengan membaca secara heuristik dan hermeuneutik. Preminger yang menyatakan semiotik adalah ilmu tentang tanda-tanda, semiotik itu mempelajari sistem-sistem, aturan- aturan, konvensi-konvensi yang memungkinkan tanda-tanda tersebut mempunyai arti.

2.3 Tinjauan Pustaka