bisa menguasai kawasan Sumatera Timur terutama sekali ditujukan terhadap penguasaan bahan-bahan mentah yang sangat banyak di kawasan Sumatera
Timur. Seperti minyak dan hasil perkebunan. Untuk tujuan tersebut, militer Jepang sebelum menaklukan kawasan
Sumatera Timur, telah mempersiapkan suatu badan yang akan melakukan penaklukan seluruh objek yang dianggap vital. Tugas tersebut diserahkan kepada
koloni ke-5. Tugas utamanya adalah menciptakan basis sosial masyarakat sebagai
pendukung dan membantu militer Jepang yang akan mendarat dan menduduki kawasan Sumatera Timur.
3.2 Pada Saat Jepang Menduduki Kawasan Sumatera Timur
Setelah kekuasaan diambil alih sepenuhnya dari Belanda, jabatan
Gubernur selanjutnya berada di tangan Jenderal Nakashima. Sebagai orang
pertama yang berhak menentukan pemerintahan meliter Jepang di kawasan Sumatera Timur, Nakashima mempunyai anjuran terhadap raja-raja di Sumatera
Timur. Anjurannya adalah agar masa selanjutnya memanfaatkan kekuasan mereka memimpin rakyat dengan tujuan mendukung pasukan Jepang di kawasan
Sumatera Timur. Jenderal Nakashima membuat beberapa tindakan dengan anjuran-
anjurannya. Anjuran pertamanya adalah memberikan jaminan terhadap persediaan bahan makanan. Hal tersebut dipenuhi dan dituruti oleh raja-raja Sumatera Timur
pada masa permulaan tahun1942. Anjuran keduanya adalah menyerahkan
Universitas Sumatera Utara
pengawasan kepada polisi rahasia Jepang yakni kampetai. Hal tersebut ditempuh karena pasukan yang disebut Fujiwarakikan F.kikan bertindak sewenang-
wenang dan membuat gerakan bawah tanah yang dipelopori oleh barisan oposisi yang menentang kekuasaan raja.
Pasukan F.kikan melakukan sikap terang-terangan yang membuat jalan pemerintahan jepang terganggu. Banyak yang menjadi korban pembantaian yakni
tokoh-tokoh F.kikan. Hal tersebut mencerminkan pemerintahan yang dipimpin oleh Nakashima adalah ciri-ciri pemerintahan fasisme.
Kebijakan yang diambil oleh Nakashima merupakan konsekwensi dari pembentukan pola pemerintahan yang bertujuan mempertahankan strategi
penjajahannya. Sementara waktu masih menyembunyikan paham yang menganggap kedatangan Jepang hanyalah untuk membebaskan kawasan Sumatera
Timur dari cengkraman kulit putih yakni Belanda. Selain itu kebijakan Nakashima berikutnya adalah menciptakan keamanan dan ketertiban di kawasan Sumatera
Timur. Tujuannya adalah untuk tidak mendapatkan hambatan demi berlangsungnya sistem pemerintahannya.
Bukti kebijakan tersebut terjadi saat penindasan terhadap pemberontak
yang dipelopori oleh tokoh-tokoh Gerindo yang memperalat F.kikan untuk
mencetuskan gerakan Aron. Gerakan Aron secara terbuka mengadakan perlawanan dan pembangkangan terhadap raja-raja di daerah pedalaman seperti
Pancur Batu. Kemudian Nakashima memberikan kebebasan kepada Inoe Tetsuro
untuk mengatasi kerusuhan.
Universitas Sumatera Utara
Pemuda-pemuda yang ada di Sumatera Timur dimanfaatkan oleh Nakashima untuk melancarkan realisasi pemerintahannya. Pada tanggal 28
November 1943 dibentuk Badan Oentoek Membantoe yang disebut BOMPA.
Pemuda di Sumatera Timur masuk dalam keanggotaan BOMPA. Pemuda dibekali pembenahan sugesti psikologis yakni untuk menanamkan semangat nasionalisme
prajurit Jepang dan agar selalu anti sekutu yang berbau barat.
Selain BOMPA, didirikan organisasi serupa yang disebut Gyugun.
Gyugun memiliki fungsi yang lebih penting daripada BOMPA, karena tugas dan posisinya ditempatkan pada geografis penting yakni di daerah pantai. Selain itu
Gyugun dibekali semangat militer Jepang yang penuh dengan kekerasan. Demikianlah srategi pemerintahan Nakashima yang memanfaatkan potensi intern
dan tenaga pemuda di Sumatera Timur untuk memperoleh prajurit personil militer Jepang.
Pihak sekutu yakni Belanda kembali berusaha untuk mengambil kembali wilayah yang dijajah Jepang termasuk Sumatera. Sekutupun mulai berhasil
menggeser militer Jepang. BOMPA dan Gyugun yang didirikan untuk mendukung Jepang, tidak dipercaya lagi karena Jepang mengetahui penduduk pribumi mulai
memberontak terhadap Jepang. Tindakan keras dan kejam yang dilakukan Jepang saat mengatasi kerusuhan, membuat anggota BOMPA dan Gyugun tidak respect
terhadap Jepang. Nakashima kembali menganjurkan kepada Inoe Tetsuro agar mendirikan
kembali organisasi yang mendukung Jepang untuk merealisasikan kekuasaannya
Universitas Sumatera Utara
di Sumatera Timur. Organisasi tersebut adalah Talapetaka yakni taman latihan pemuda tani. Pada tanggal 11 dan 12 Maret 1942 pasukan Imperial Guard yang
dipimpin oleh Jenderal Kono tiba di pantai Prupuk Tanjung Tiram Batu Bara.
Kemudian melanjutkan perjalannya ke Medan dengan mengendarai sepeda dan tiba di Medan tanggal 13 Maret 1942.
Ketika pasukan Stoottrop Jepang lewat di depan istana Sultan Serdang di Perbaungan sebagian opsirnya masuk ke Istana yang sudah dipenuhi oleh wanita
dan gadis-gadis penduduk Perbauangan yang takut diperkosa tentara Jepang.
Sultan Sulaiman yang sudah lanjut usia menerima opsir Jepang di tingkat dua ruangan Istana. Beliau duduk dibawah gambar Tenno Heika Meiji , yaitu
merupakan bapak dari Tenno Heika Hirohito. Dimana ketika Sultan Sulaiman
melakukan perjalanan ke Jepang, Sultan diterima dengan baik dan diberikan oleh- oleh yakni gambar kaisar Jepang beserta tanda tangannya. Melihat gambar
tersebut berada di atas tempat duduk Sultan Serdang, dengan serentak senua tentara Jepang sujud dan tidak berani menaikkan kepalanya sebelum gambar itu
ditutup dengan kain kuning. Sejak itu Sultan Serdang diperlakukan Jepang dengan
Istimewa sekali. Selain itu rakyat serdang tidak dipaksa menjadi Romusha atau Heiho dan juga tidak ada pemerkosaan terhadap wanita dan gadis-gadis.
Sementara itu konvoi pasukan KNIL dan Stadwatch Belanda berlarian
menuju Tanah Karo dan bertahan di Gunung SetanTanah Alas. Tetapi karena sisa pasukan Belanda yang 3000 orang tidak sanggup untuk melawan Jepang yang
berjumlah 30.000 orang yang telah terlatih dan mempunyai pengalaman perang,
maka pada tanggal 29 Maret 1942 Jenderal Overakker dan Kolonel Gosensen
Universitas Sumatera Utara
membuat rel kereta api maut dengan tujuan Thailand-Birma. Perjalananya menembus hutan belantara yang lebat.
Di Sumatera, militer Jepang hampir tidak melakukan perubahan sistem
pemerintahan yang ada. Setiap residensi disebut SHU dibawah pengawasan
seorang pejabat militer Gunseibu, dan disampingnya ada seorang residen
merangkap polisi yang disebut SHU CHOKAN. Tugasnya mengatur kegiatan pemerintahan sipil sehari-hari. Shu Chokan yag pertama adalah Kolonel
Hakagawa yang 3 bulan kemudian menyerahkan jabatannya kepada Tetsuo Nakashima.
Tentara Jepang ke-25 membagi Sumatera Timur dalam 5 pusat konsentrasi militer yaitu sekitar binjaipadang berahrang, sungai karanggalang, dolok
merangir, kisaran dan perkebunan Wingfoot. Divisi kedua “Imperial Guard” bermarkas bear di medan yang meliputi wilayah aceh. Di Tapanuli berkuasa
Brigade ke 25 sedangkan di palembang diduduki divisi ke 9 angkatan udara. Di dalam kota Medan terjadi perampokan terhadap tokoh-tokoh dan
rumah-rumah orang Belanda. Untuk menggertak maka kempetaiintel Jepang menangkap 5 orang cina dan ditengah-tengah orang banyak di depan Bioskop
Chatay, kepala mereka dipacung Jepang dan digantungkan di tempat itu juga. Sejak itu lenyaplah perampokan di Medan . Sementara itu anggota Fujiwarakikan
yang ada di Sumatera Timur unjuk aksi , dan kemudian ditangkap oleh militer Jepang karena tenaga mereka tidak diperlukan lagi dan organisator mereka
Matsubushi diam-diam berangkat ke aceh.
Universitas Sumatera Utara
Gedung-gedung perkebunan bekas kantor pusat H.V.A. Handels Vereening Amsterdam merupakan tempat yang dijadikan markas tentara Jepang.
Selain itu komplek gereja katholik jalan pemuda Medan dijadikan markas kempetai yang digunakan sebagi tempat menyiksa tahanan.
Sebagai pengganti Asisten resinden dari Afdeeling Deli Serdang,
ditunjuklah Tuan Inouye untuk berkedudukan di Medan sebagai BUN SHU CHO kepala kepolisian Jepang. Bulan April 1943, Saiko Sikikan Jenderal Y.Saito
digantikan oleh Jenderal Tanabe sebagai Panglima Rikugun dan diberi gelar SUMATORA HOMEN SAIKO SIKIKAN. Selaku Gunseibu yang pertama di
Sumatera Kolonel Furukawa yang 5 bulan kemudian digantikan Mayor Jenderal Tetsuro Nakshima tetap menjadi TOKAIGANSHUCHOKAN untuk residensi
Sumatera Timur sampai Jepang menyerah kalah pada tahun 1945. Oleh karena itu sedikitnya opsir Jepang maka banyak kedudukan yang dahulu dipegang orang
Belanda kini diserahkan kepada orang Indonesia. Tindakan Jepang yang keras dan kejam hampir dirasakan oleh seluruh
rakyat yang berada di Kawasan Sumatera Timur. Dari Langkat, Deli Serdang, Asahan, Labuhan Batu, Tanah Karo, Simalungun, Tanjung Balai, Pematang
Siantar, Tebing Tinggi, Medan , Binjai hingga Tapanuli juga diduduki oleh Jepang. Masing-masing daerah tersebut memiliki cerita masa pendudukan militer
Jepang yang penuh dengan sistem pemerintahan yang diterapkan oleh Jepang. Rakyat yang ada di Kawasan Sumatera Timur, pada saat penjajahan
Jepang dididik pada suatu balai pendidikan yaitu disebut dengan Tyu Gakka.
Universitas Sumatera Utara
Selain itu ada pendidikan bahasa Jepang yang disebut dengan Nobura Na Gakka. Setiap pagi seluruh anak sekolah diharuskan untuk Seikire yakni memberi hormat
dan membungkukan badan ke arah matahari terbit sebagai penghormatan kepada negeri dan kaisar Jepang dan menyanyikan lagu kebangsaan yaitu Kimigayo. Hal
tersebut sangat tampak saat Jepang menduduki daerah Tapanuli. Pertentangan atas peraturan yang dibuat oleh Jepangpun menghiasi sistem
pemerintahannya. Dari Romusha yang dijalankannya, didirikannya organisasi merekrut pemuda untuk menjadi prajurit militer Jepang, kemudian tindakan yang
tidak etis terhadap kaum perempuan, memperlihatkan kekerasan diliputi kekejaman, hal-hal tersebut merupakan hal yang menjadi kepedihan untuk rakyat
yang ada di Sumatera Timur pada saat itu. Setelah lebih kurang tiga setengah tahun Jepang berkuasa di Indonesia
maka akhirnya Jepang harus menyerah kalah kepada sekutu. Tahun 1945 yaitu pada bulan Agustus pihak sekutu telah menjatuhkan bom atom di Hiroshima dan
Nagasaki. Dengan demikian maka berakhirlah masa pendudukan Jepang di Indonesia. Jepangpun mengosongkan wilayah jajahannya di Indonesia termasuk
Sumatera Timur dan kembali ke negaranya.
Universitas Sumatera Utara
3.3 Setelah Jepang Menyerahkan Kepemimpinan Pemerintahan