BAB III MASA PENDUDUKAN
MILITER JEPANG DI KAWASAN SUMATERA TIMUR
3.1 Latar Belakang Ekspansi Jepang ke Kawasan Sumatera Timur
Pada saat perang Dunia ke-II terjadi, militer Jepang menyerang negara- negara dan daerah jajahan yang ada di Asia serta menduduki wilayah tersebut
dalam waktu yang singkat. Begitu juga halnya dengan wilayah kekuasannya di Hindia Belanda yakni Indonesia. Jepang menggantikan Belanda yang telah
menguasai Indonesia selama 350 tahun sebagai jajahan militer Jepang. Belanda yang menyerahkan kekuasaannya tanpa syarat kepada militer
Jepang berlangsung pada tanggal 08 Maret 1942 di kalijati Jawa Barat.
Penyerahan tersebut dipimpin oleh Letnan Jenderal H.Terpoorten selaku
Panglima Angkatan Perang Hindia Belanda dan atas nama Angkatan Perang
Sekutu di Indonesia. Kemudian diserahkan tanpa syarat oleh Letnan Jenderal Hitoshi Imamura.
Setelah seluruh daerah Hindia Belanda Indonesia diduduki, Jepang menetapkan dan memperlancar kekuasaannya dengan membentuk pemerintahan
militer untuk membantu kemenangan Jepang dalam Perang Asia Timur Raya.
Universitas Sumatera Utara
Jepang memasuki wilayah kawasan Sumatera pada saat menyerahnya
Mayor Jenderal R.T. Overakker di Sumatera tahun 1942. Pada tanggal 20 maret
1942 markas besar tentara ke-25 di Singapura, mengangkat pegawai pemerintahan militer Jepang sebanyak 31 orang. Pada tanggal 28 Maret 1942 militer Jepang
berangkat menuju markasnya di Sumatera. Kemudian menyerbu Sumatera.
Penyerbuan itu dilaksanakan oleh divisi 25 yang disebut Rikugun. Pada tangggal
1 Mei 1943 markas besar Rikugun yang sebelumnya berkedudukan di Singapura memindahkan markasnya ke Bukit Tinggi. Dilatarbelakangi adanya kemungkinan
wilayah Sumatera merupakan loncatan untuk mengadakan operasi-operasi militer. Operasi militer Jepang salah satunya diarahkan pada kawasan Sumatera
Timur. Jepang memasuki kawasan Sumatera Timur dengan upaya mendapatkan dukungan dari kaum feodal agar dapat mengendalikan politik pemerintahan di
kawasan Sumatera Timur. Pengendalian politik awalnya memihak kepada golongan oposisi dan memberikan hak pengelolaan kepada pendukung yang
membantu melaksanakan kemiliterannya di Sumatera Timur. Namun militer Jepang mencermati keadaan dengan menyadari
pemerintahan masih terletak di tangan para penguasa pribumi yakni raja-raja. Militer Jepang pun membuat strategi untuk meraih kekuasaan. Secara samar-
samar mendukung raja-raja dengan jalan membiarkan pemerintahan yang dipimpin oleh raja tetap dipelihara dan dipertahankan secara utuh.
Tujuan strategi yang dilakukan militer Jepang adalah untuk mendapat jaminan dukungan menduduki kawasan Sumatera Timur. Harapan Jepang untuk
Universitas Sumatera Utara
bisa menguasai kawasan Sumatera Timur terutama sekali ditujukan terhadap penguasaan bahan-bahan mentah yang sangat banyak di kawasan Sumatera
Timur. Seperti minyak dan hasil perkebunan. Untuk tujuan tersebut, militer Jepang sebelum menaklukan kawasan
Sumatera Timur, telah mempersiapkan suatu badan yang akan melakukan penaklukan seluruh objek yang dianggap vital. Tugas tersebut diserahkan kepada
koloni ke-5. Tugas utamanya adalah menciptakan basis sosial masyarakat sebagai
pendukung dan membantu militer Jepang yang akan mendarat dan menduduki kawasan Sumatera Timur.
3.2 Pada Saat Jepang Menduduki Kawasan Sumatera Timur