maka akan timbul konflik kepentingan. Keuntungan sampingan yang dibayarkan kepada antara pemilik dan manajer yang semula sepenuhnya
dinikmati sendiri, sekarang dibayar sebagian kepada pemilik baru.
2.1.2.3 Asymmetric Information Theory
Menurut Bringham dan Houston 2006 Asymmetric Information adalah situasi dimana manajer memiliki informasi yang
berbeda yang lebih baik dari pada investor. Akan tetapi dengan adanya masalah asymetric information maka manajer tidak bisa hanya
menyampaikan informasi yang bagus tersebut, karena bisa jadi manajer lain juga menyampaikan hal yang sama yang dapat menimbulkan
kurangnya kepercayaan para investor. Para investor tentunya dapat membedakan apakah perusahaan
tersebut memiliki kinerja yang bagus atau sebaliknya. Hal ini dilakukan dengan melihat struktur modal perusahaan dan biasanya investor akan
memberikan nilai value yang lebih tinggi apabila suatu perusahaan mempunyai porsi hutang yang lebih besar. Penerbitan hutang
merupakan berita bagus karena manajer memiliki keyakinan akan kinerja perusahaan di masa yang akan datang sehingga dapat
meningkatkan harga saham melalui pengumuman adanya kenaikan hutang. Sementara di sisi lain penerbitan ekuitas berupa saham
dianggap sebagai berita buruk karena adanya kemungkinan turunnya earnings di masa yang akan datang sehingga menyebabkan turunnya
harga saham akibat adanya pengumuman penerbitan saham baru.
2.1.2.4 Pecking Order Theory
Teori ini diperkenalkan pertama kali oleh Donalson pada tahun 1961, teori ini disebut Pecking Order karena teori ini menjelaskan
mengapa perusahaan akan menentukan kedudukan sumber dana yang paling disukai.
Secara singkat Teori Pecking Order adalah sebagai berikut : a. Perusahaan memilih pandangan internal. Dana internal tersebut
diperoleh dari laba keuntungan yang dihasilkan dari kegiatan perusahaan.
b. Perusahaan menhitung target rasio pembayaran didasarkan pada perkiraan kesempatan investasi.
c. Karena kebijakan deviden yang konstan, digabung dengan fluktuasi keuntungan dan kesempatan investasi yang tidak bisa diprediksi,
akan menyebabkan aliran kas yang diterima oleh perusahaan akan lebih besar dibandingkan dengan pengeluaran investasi pada saat
saat tertentu dan akan lebih kecil pada saat yang lain. d. Jika padangan eksternal diperlukan, perusahaan akan mengeluarkan
surat berharga yang paling aman terlebih dulu. Perusahaan akan memulai dengan hutang, kemudian dengan surat berharga
campuran seperti obligasi konvertibel, dan kemudian barangkali saham sebagai pilihan terakhir.
Teori Pecking Order ini bisa menjelaskan mengapa perusahaan yang mempunyai tingkat keuntungan yang lebih tinggi justru
mempunyai tingkat hutang yang lebih kecil. 2.1.2.5 Teori Pendekatan Modigliani dan Miller
Teori ini bermula pada tahun 1958, ketika Profesor Franco Modligliani dan Profesror Merton Miller yang selanjutnya disebut MM,
mempublikasikan artikel keuangan yang berjudul “The Cost of capital, Corporation Finance, and The Theory of Invesment”. Dalam teori ini
berpendapat bahwa struktur modal tidak mempengaruhi Perusahaan. Dalam hal ini telah dimasukkan faktor pajak. Sehingga nilai perusahaan
dengan hutang lebih tinggi dibandingkan dengan nilai perusahan tanpa hutang, kenaikan tersebut dikarenakan adanya penghematan pajak.
Pada tahun 1963, MM menerbitkan makalah lanjutan yang berjudul “Corporate Income Taxes and The Cost of Capital: A
Correction” yang melemahkan asumsi tidak ada pajak perseroan. Peraturan perpajakan memperbolehkan pengurangan pembayaran bunga
sebagai beban, tetapi pembayaran deviden kepada pemegang saham tidak dapat dikurangkan. Perlakuan yang berbeda ini mendorong
perusahaan untuk menggunakan hutang dalam struktur modalnya. MM membuktikan bahwa karena bunga atas hutang dikurangkan dalam
perhitungan pajak, maka nilai perusahaaan meningkat sejalan dengan makin besarnya jumlah hutang dan nilainya akan mencapai titik
maksimum bila seluruhnya dibiayai dengan hutang Brigham dan Houston, 2006.
Hasil yang tidak relevan juga tergantung pada asumsi bahwa tidak ada biaya kebangkrutan. Namun dalam prateknya biaya
kebangkrutan sangat mahal. Perusahaan yang bangkrut mempunyai biaya hukum dan akuntasi yang sangat tinggi. Masalah yang terkait
muncul apabila perusahaan menggunakan lebih banyak hutang dalam struktur modalnya Brigham dan Houston, 2006.
2.1.2.6 Teori Trade-Off