Analisis Pengaruh Return On Asset, Debt To Equity Ratio, Current Ratio, dan Price Eraning Ratio Terhadap Return Saham

(1)

ANALISIS PENGARUH RETURN ON ASSET, DEBT TO EQUITY RATIO, CURRENT RATIO, DAN PRICE ERANING RATIO TERHADAP

RETURN SAHAM

(Studi Kasus pada Perusahaan Garment dan Textile yang listing di BEI Periode 2011-2014)

SKIRPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memunuhi Syarat-syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh:

Damar Arif Widodo NIM: 108081000097

JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama : Damar Arif Widodo

Nama panggilan : Damar

Jenis Kelamin : Laki-laki

Tempat, tanggal lahir : Tangerang, 19 September 1989 Kewarganegaraan : Indonesia

Agama : Islam

Alamat : Jl. Kayu Manis II RT.01/RW.02 No 45 Kelurahan Pondok Cabe Udik, Kecamatan Pamulang, Kota Tangerang Selatan

E-mail address : damararifw63@gmail.com

PENDIDIKAN

 Tamat th. 2001 : SDN Pondok Cabe Udik III  Tamat th. 2004 : SLTP Negri 1 Pamulang  Tamat th. 2007 : SMA Negri 1 Ciputat

 Tamat th. 201.. : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta LATAR BELAKANG KELUARGA

Ayah : Sugiyanto

Ibu : Mulyati

Anak ke/dari : 3/4 bersaudara

Alamat : Jl. Kayu Manis II RT.01/RW.02 No 45, Kelurahan Pondok Cabe Udik, Kecamatan Pamulang, Kota Tangerang Selatan

PENGALAMAN BERORGANISASI  Ketua OSIS SLTP Negri 1 Pamulang  Anggota PMII

KEMAMPUAN KOMPUTER

 Ms Word : Baik

 Ms Excel : Baik


(7)

ABSTRACT

Problems in the study of previous studies showed inconsistent result, this research was conducted to re-examine the influence of fundamental factors consisting of return on assets (ROA), debt to equity ratio (DER), current ratio (CR), and price earning ratio (PER) together on Stock return garment and textile companies in Indonesia stock exchange in 2011 - 2014.

The sample size used in this studied was of 16 garment and textile companies went public on the stock exchange with the determination of the sample purposive sampling. The type of data using secondary data using documentation.

Return on asset (ROA) has significant influence on stock return garment and textile companies listed on the Indonesia Stock Exchange. Debt to equity ratio (DER) has a significant influence on stock return garment and textile companies listed on the Indonesia Stock Exchange. Current ratio (CR) has no significant effect on stock return garment and textile companies listed on Indonesia Stock Exchange. And Price Earning Ratio (PER) has significant influence on stock return garment and textile companies listed on Indonesia Stock Exchange. Taken together (simultaneously) return on asset, debt to equity ratio, current ratio and price earning ratio has a significant influence on stock return garment and textile companies listed on the Indonesia Stock Exchange.

Keywords: Return on asset, debt to equity ratio, price earning ratio, current ratio and stock return.


(8)

ABSTRAK

Dalam penelitian-penelitian sebelumnya menunjukkan hasil yang tidak konsisten, dan penelitian ini dilakukan untuk mengulang apakah ada pengaruh dari faktor fundamental yang terdiri dari return on assets (ROA), debt to equity ratio (DER), current ratio (CR), and price earning ratio (PER) secara bersama-sama terhadap return saham perusahaan garment dan textile yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia pada tahun 2011-2014.

Sampel data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah 16 perusahaan garment dan textile yang mempublikasikan saham pada bursa efek dan dengan menggunakan Metode purposive sampling dalam menentukan datanya. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dan dengan dokumentasi atau pencatatan.

Return on asset (ROA) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap return saham perusahaan garmen dan textile yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Debt to equity ratio (DER) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap return saham perusahaan garmen dan textile yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia. Current ratio (CR) tidak memiliki pengaruh terhadap return saham perusahaan perusahaan Garment dan textile yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia, dan

Price Earning Ratio (PER) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap return saham perusahaan garmen dan textile yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia.

Secara bersama-sama return on asset, debt to equity ratio, current ratio and price earning ratio memiliki pengaruh yang signifikan terhadap return saham perusahaan garmen dan textile yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia.

Keywords: Return on asset, debt to equity ratio, price earning ratio, current ratio and stock return


(9)

i

KATA PENGANTAR Assalammu’alaikum Wr.Wb

Segala puji bagi Allah SWT., yang dengan nikmat-Nya sempurnalah segala macam kebajikan. Shalawat dan salam tetap tercurah atas manusia yang diutus Allah SWT, dengan membawa Al-Huda dan agama yang haq serta qudwah bagi ummat dunia, Nabi Muhammad SAW beserta keluarganya, para sahabatnya dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan cara yang baik, hingga akhir zaman.

Paper yang penulis susun ini berjudul “Analisis Pengaruh Return On Asset (ROA), Debt to Equity Ratio (DER), Current Ratio (CR), dan Price Earning Ratio (PER) terhadap return Saham”. Dalam penyusunan paper ini, penulis mengucapkan terimakasih atas bantuan yang diberikan oleh pihak-pihak terkait. Ucapan terimakasih diberikan kepada :

1. Bapak Dr. Indoyama Nasarudin SE MAB, selaku dosen pembimbing 1 2. Ibu Titi Dewi Warninda SE MSi, selaku dosen pembimbing 2

3. Bapak, Ibu, Kakak dan Adik dari penulis tercinta, serta semua keluarga besar yang selalu mendoakan secara tulus dan memberikan dorongan baik materi maupun immateri.

4. Pihak-pihak yang turut membantu baik langsung maupun tidak langsung dalam bentuk materi maupun immateri, dalam menyelesaikan karya ilmiah ini. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan paperini masih banyak kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan kritik, saran maupun masukan yang bersifat membangun. Demikian penyusunan paper ini penulis buat, semoga dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi semua pihak pada umumnya.

Wassalamu’alaikumwr.wb

Jakarta, Oktober 2015


(10)

ii DAFTAR ISI

Hal

Kata Pengantar... ... i

Daftar Isi... ... ii

Daftar Tabel... ... iii

Daftar Gambar... ... iii

BAB I PENDAHULUAN... ... 1

A. Latar Belakang... ... 1

B. Rumusan Masalah... ... 6

C. Tujuan dan Manfaat... ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... ... 9

A. Landasan Teori... ... 9

B. Penelitian Terdahulu ………. ... 38

C. Kerangka Pemikiran ………... ... 41

D. Hipotesis ……… ... ……….. 42

BAB III METODOLOGI PENELITIAN….... ... ... 44

A. Ruang Lingkup Penelitian ...… ... ………. 44

B. Metode Penentuan Sampel ....………. ... .. 44

C. Metode Pengumpulan Data ...……… ... 45

D. Metode Analisis Data ...………... ... 46

E. Definisi Operasional Variabel...…..…………... ... 53

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN………. ... 55

A. Gambaran Umum dan Deskriptif Data………… ... .. 55

B. Proses dan Analisis Data ... 56

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI A. Kesimpulan………... 67

B. Keterbatasan Penelitian ……….... ... 68

C. Saran……….. ... 68

DAFTAR PUSTAKA ... ... 69


(11)

iii DAFTAR TABEL

Nomor Keterangan Halaman

Tabel 2.1 Penelitian terdahulu 38

Tabel 4.1 Tabel data sampel perusahaan 55

Tabel 4.2 Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov

Regresi Berganda 54

Tabel 4.3 Hasil Uji Multikolinieritas 57

Tabel 4.4 Hasil Uji Durbin-Watson 59

Tabel 4.5 Hasil Perhitungan Regresi 61

Tabel 4.6 Hasil Uji F 63

Tabel 4.7 Hasil Uji t 64

Tabel 4.8 Hasil Perhitungan Koefisien Determinasi (R2) 65

DAFTAR GAMBAR

Nomor Keterangan Halaman

Gambar 4.1 Hasil Uji Heterokedastisitas 60

Lampiran-Lampiran Nomor Keterangan Hal 1. Polycheim Indonesia Tbk……….……….…..x

2. Argo Pantes Tbk……….……….x

3. Pt Century Textile Industry Tbk ……….………...xi

4. Pt Eratex Djaja Tbk………..………...xi

5. Pt Eratex Djaja Tbk………xii


(12)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Roda perekonomian akan berjalan dengan baik apabila semua komponen di dalamnya dikelola dengan baik. Modal akan menjadi salah satu elemen penting yang harus mendapatkan perhatian khusus dalam mengelolanya, modal dalam suatu perusahaan akan digunakan untuk pembiayaan kegiatan produksi dan rumah tangga atau pun dapat digunakan sebagai alat untuk melakukan ekspansi.

Modal dapat diperoleh dari dalam tubuh perusahaan atau yang bersifat eksternal. Sumber pembiayaan eksternal biasa didapatkan melalui pasar modal. Dalam memilih sumber dana yang digunakan, manajer akan berusaha mencari sumber dana yang mempunyai biaya paling murah pada tingkat risiko tertentu (Hanafi, 2004:4).

Pasar modal yang ada di Indonesia terdapat berbagai jenis sekuritas untuk dapat membiayai keuangan perusahaan baik modal pinjaman atau ekuitas, pemodal diberikan kesempatan untuk memilih berbagai instrumen tersebut yang cocok akan kebutuhannya. Saham atau ekuitas merupakan salah satu sekuritas yang mempunyai tingkat resiko yang cukup tinggi. Resiko tinggi tercermin ini dapat dari ketidakpastian return yang akan diterima oleh investor dimasa yang akan datang. Oleh sebab itu, para


(13)

2 pemilik modal (investor) yang ingin melakukan investasi saham pada suatu perusahaan harus melakukan pengamatan dan penilaian terhadap laporan keuangan perusahaan tersebut. Hal itu dilakukan dengan cara terus memantau laporan keuangan perusahaan, terutama perusahaan yang sudah go public. Berdasarkan laporan keuangan tersebut dapat diketahui kinerja perusahaan dalam menjalankan kegiatan usaha dan kemampuan perusahaan dalam mendayagunakan aktivitas usahanya secara efisien dan efektif serta faktor diluar perusahaan seperti ekonomi, politik, financial, dan lain-lain (Rasmin 2010).

Kegiatan investasi pada pasar modal adalah kegiatan menempatkan dana pada satu atau lebih aset selama periode ter- tentu dengan harapan dapat memperoleh pendapatan atau peningkatan dana atas nilai investasi awal yang bertujuan untuk memaksimalkan return yang diharapkan (Jogiyanto, 2000 : 12).

Saham perusahaan go public sebagai komoditi investasi tergolong berisiko tinggi karena sifatnya yang peka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi, baik oleh pengaruh yang bersumber dari luar atau dalam negeri, perubahan dalam bidang politik, ekonomi moneter, Undang-undang atau perubahan peraturan yang terjadi dalam industry dan perusahaan yang mengeluarkan saham itu sendiri. Hal-hal tersebut menyebabkan investor memerlukan data-data dari perusahaan yang


(14)

3 bersangutan untuk dijadikan sebagai bahan pertimbangan investasi yang akan investor lakukan.

Untuk menilai kondisi keuangan dan prestasi perusahaan, analisis keuangan memerlukan beberapa tolok ukur yaitu rasio atau indeks. Analisis dan interpretasi dari macam-macam rasio dapat memberikan informasi yang lebih baik tentang kondisi keuangan dan prestasi keuangan perusahaan. (Kristiana dan Sriwidodo, 2012).

Return saham merupakan kelebihan harga jual saham diatas harga belinya. Semakin tinggi harga jual dari harga belinya, maka semakin tinggi pula return yang diperoleh investor. Apabila seorang investor menginginkan return yang tinggi maka ia harus bersedia menanggung risiko lebih tinggi, namun jika investor hanya menginginkan return yang rendah maka risiko yang akan ditanggung juga rendah. Menurut Jogiyanto (2010: 205) return dibedakan menjadi dua yaitu return realisasian dan return ekspetasian. Bagi para investor laporan keuangan (financial statement) merupakan catatan informasi keuangan suatu perusahaan yang dapat digunakan untuk menggambarkan kinerja perusahaan tersebut. Menurut Statement of Financial Accounting Concept (SFAC) No.1 tujuan pelaporan keuangan adalah menyediakan informasi yang relevan bagi investor dan kreditor mau pun pemakai potensial lainnya dalam pengambilan keputusan investasi dan kredit, serta dalam penaksiran mengenai jumlah, waktu dan ketidakpastian dari penerimaan arus kas


(15)

4 netto prospektif. Return saham sebagai indikator prestasi perusahaan secara langsung maupun tidak langsung dipengaruhi oleh berbagai faktor. Untuk menganalisis faktor-faktor tersebut menggunakan alat ukur rasio-rasio keuangan.

Investasi yang dilakukan para investor diasumsikan selalu didasarkan pada pertimbangan yang rasional, sehingga informasi diperlukan untuk pengambilan keputusan investasi. Secara garis besar informasi yang diperlukan investor terdiri dari informasi yang bersifat fundamental dan informasi yang bersifat teknikal. Melalui dua pendekatan informasi tersebut diharapkaninvestor yang melakukan investasi mendapatkan keuntungan yang signifikan ataupun dapat menghindari kerugian yang harus ditanggung (Sakti, 2010).

Bagi pemegang saham, faktor fundamental memberikan gambaran yang jelas serta bersifat analisis terhadap prestasi manajemen perusahaan dalam mengelola perusahaan yang menjadi tanggung jawabnya. Harga saham yang meningkat menggambarkan bahwa nilai perusahaan meningkat atau prestasi manajemen dalam mengelola perusahaannya sangatlah baik. Peningkatan prestasi manajemen dapat dicapai apabila penggunaan modal yang dimiliki digunakan secara efektif dan efisien, hasil yang optimal akan dicapai dengan menggunakan keseluruhan modal perusahaan yang diinvestasikan dalam aktiva untuk menghasilkan laba atau keuntungan (Widoatmodjo, 1996 dalam Martono, 2009).


(16)

5 Faktor fundamental perusahaan mempunyai pengaruh yang signifikan, Faktor fundamental yang terdiri dari return on asset (ROA) dan price to book value (PBV) terbukti berpengaruh signifikan terhadap return saham (Hardiningsih, dkk; 2009). Debt to Equity Ratio (DER). Menurut Helfert (1998), DER adalah suatu upaya untuk memperlihatkan 3 proporsi relatif dari klaim pemberi pinjaman terhadap hak kepemilikan, dan digunakan sebagai ukuran peranan hutang. Studi empiris mengenai hubungan DER dengan return saham digambarkan sebagai hubungan yang signifikan terhadap nilai return saham. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Natarsyah (2000) dan Budi Prasetyo (2005). Perubahan return saham dipengaruhi oleh variabel-variabel return on asset (ROA), price to book value (PBV), earning per share (EPS) dan nilai tukar. Sedangkan variabel

debt to equtity ratio (DER) terbukti tidak mempunyai pengaruh yang signifikan (Martono; 2009).

Hasil yang berbeda ditunjukkan oleh Rohmah dan Rina (2004) menyatakan bahwa variabel economic value added (EVA), return on asset

(ROA), return on equity (ROE) dan return on sales (ROS) baik secara simultan maupun parsial tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap return pemegang saham. Ratnawati (2009) menunjukkan hasil bahwa variabel debt to equtity ratio (DER) dan Beta berpengaruh signifikan terhadap return saham sedangkan variabel return on equity


(17)

6 (ROE), current ratio (CR), dan earning per share (EPS) tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham. Sakti (2010) menunjukkan hasil bahwa variabel debt to equtity ratio (DER) terbukti memiliki pengaruh negative dan signifikan terhadap return saham sedangkan variabel return on asset (ROA) tidak terbukti berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham (Astohar, 2010).

Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya, penelitian kali ini menggunakan variabel independen yaitu Return On Asset (ROA), Current Ratio (CR), Price Earning Ratio (PER), Debt to Equity Ratio (DER) dan variable dependen return saham. Sehingga penelitian ini berjudul Analisis pengaruh Return On Asset (ROA), Debt to Equity Ratio (DER), Current Ratio (CR) dan Price Earning Ratio terhadap return saham ”. Jika pada penelitian Desy Lestari dan Astohar (2012) periode pengamatan tidak dilakukan dengan periode waktu yang panjang, periode yakni periode 2007 – 2009, maka peneltian kali ini mencoba dengan periode yang sedikit lebih panjang dan 1 variable independen yang berbeda yaitu tahun 2011-2014 dan variable Price Earning Ratio (PER), hal ini sesuai dengan saran penelitian. Tujuan penelitian ini adalah menguji pengaruh Current Ratio (CR), Price Earning Ratio (PER), Debt to Equity Ratio (DER), Return On Asset (ROA) terhadap return saham. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan kepada investor khususnya dan mahasiswa pada umumnya dalam melakukan


(18)

7 investasi saham terutama dalam mempertimbangkan cermat pada perusahaan mana investasi yang menguntungkan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diungkapkan oleh peneliti sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa perumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh Return On Asset (ROA), Debt to Equity Ratio

(DER), Curren Ratio (CR), Price Earning Ratio (PER) terhadap Return

Saham secara simultan?

2. Bagaimana pengaruh Return On Asset (ROA), Debt to Equity Ratio

(DER), Curren Ratio (CR), Price Earning Ratio (PER) terhadap Return

Saham secara simultan?

3. Faktor apa yang paling dominan mempengaruhi Return Saham?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk menemukan bukti pengaruh Price Earning Ratio (PER), Return On Asset (ROA), Debt to Equity Ratio (DER), dan Current Ratio (CR) terhadap return saham.


(19)

8 2. Manfaat Penelitian

Dibuatnya penelitian ini adalah untuk memberikan manfaat:

a. Bagi para investor memberikan informasi kepada investor dalam melakukan investasi terhadap saham terutama dalam mempertimbangkan rasio keuangan pada perusahaan penerbit. b. Bagi perusahaan agar menjadi bahan masukkan dan bahan acuan

mengenai faktor-faktor yang berpotensi mempengaruhi return saham yang akan diterbitkan.

c. Bagi akademisi/peneliti memberikan pembelajaran kepada mahasiswa dan penelitian selanjutnya mengenai ratio keuangan yang mempengaruhi return saham.


(20)

9 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori 1. Pasar Modal

Menurut Undang-Undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995, pasar modal didefinisikan sebagai kegiatan yang berkaitan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek.

Menurut Fabozzi (1999) pasar keuangan menyediakan suatu mekanisme penciptaan dan pertukaran aktiva keuangan.

Capital Market Securites include instruments with maturities greater, than one year and those with no-designed maturity at all” (Elton

dan Gruber, 2003)

Elton dan Gruber (2003) dalam bukunya menjelaskan bahwa pasar modal terdiri dari instrumen yang memiliki kematangan lebih dari satu tahun (obligasi) dan bahkan untuk dirancang untuk tidak memiliki kematangan sama sekali (saham)


(21)

10 Menurut Sundjaja dan Ridwan (2010) pasar modal adalah tempat kegiatan yang mempertemukan penjual dan pembeli dana jangka panjang dalam menunjang pengembangan usaha.

Pasar modal (Hariyani dan Serfianto, 2010) adalah adalah tempat memperdagangkan berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, misalnya saham (ekuiti/penyertaan), obligasi (surat hutang), reksadana, produk derivatif, maupun instrumen lainnya.

Dalam arti sempit pasar modal adalah suatu pasar (tempat berupa gedung) yang disiapkan guna memperdagangkan saham-saham, obligasi-obligasi dan surat berharga lainnya dengan memakai jasa para perantara pedagang efek (Sunariyah, 2011)

Pasar modal dalam istilah asing yang disebut „ capital market’, pada hakikatnya adalah suatu kegiatan yang mempertemukan penjual dan pembeli dana. Dana yang diperjual belikan itu digunakan untuk jangka panjang dalam menunjang pengembangan usaha. Tempat penawaran atau penjualan dana ini dilaksanakan dalam suatu lembaga resmiyang disebut Bursa Efek.

Pada saat ini di Indonesia terdapat Bursa Efek Indonesia. Pasar modal mempertemukan antara pemilik dana (supplier of fund) dengan pengguna dana (user of fund) untuk tujuan investasi jangka menengah


(22)

11 (midddle-term investment) dan panjang (long-term investment), kedua pihak melakukan jual beli modal yang berwujud efek (Nasarudin, 2004).

Pasar modal merupakan alternatif penghimpunan dana selain sistem perbankan. Menurut Suad Husnan (1994), pasar modal adalah pasar dari berbagai instrumen keuangan (sekuritas) jangka panjang yang dapat diperjual belikan, baik dalam bentuk hutang (obligasi) maupun modal sendiri (saham) yang diterbitkan pemerintah dan perusahaan swasta.

Secara terminologi financial market disebut efek yang dapat berupa saham, obligasi atau sertifikat atas saham atau dalam bentuk surat berharga lainya atau surat berharga yang merupakan derivatif dari bentuk surat saham atau sertifikat yang diperjualbelikan di pasar modal. Dalam bahasa inggris disebut securities yang berarti surat berharga tersebut memberikan jaminan atau garansi yang dapat dicairkan dengan sejumlah uang sesuai dengan nilai yang tercantum dalam surat berharga itu.

a. Manfaat Pasar Modal

Menurut Hariyani dan Serfianto (2010), dapat dijelaskan bahwa manfaat dari keberadaan pasar modal adalah

1) Menyediakan sumber pembiayaan jangka panjang bagi dunia usaha sekaligus memungkinkan terciptanya alokasi sumber dana secara optimal.


(23)

12 2) Memberikan wahana investasi bagi investor, sekaligus

memungkinkan adanya upaya diversifikasi portofolio investasi. 3) Penyebaran kepemilikan perusahaan sampai ke lapisan

masyarakat menengah.

4) Memberikan kesempatan memiliki perusahaan yang sehat dan prospektif.

5) Menciptakan iklim usaha yang sehat, terbuka dan profesional. 6) Menciptakan lapangan kerja atau profesi yang menarik.

b. Pasar Modal di Indonesia

Pasar modal di Indonesia sudah berdiri sejak zaman kolonial Belanda, tepatnya pada 1912 di Batavia. Saat itu, pasar modal didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda untuk kepentingan pemerintah kolonial atau VOC. Meskipun pasar modal sudah ada sejak 1912, perkembangan dan pertumbuhannya tidak berjalan seperti yang diharapkan. Bahkan kegiatannya mengalami kevakuman pada beberapa periode, antara lain disebabkan oleh Perang Dunia I dan II, perpindahan kekuasaan dari pemerintah kolonial Belanda kepada pemerintah Republik Indonesia, dan berbagai kondisi yang menyebabkan operasi bursa efek tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya. Pemerintah Republik Indonesia mengaktifkan kembali pasar modal pada 1977. Beberapa tahun kemudian, pasar modal mengalami


(24)

13 pertumbuhan seiring dengan berbagai insentif dan regulasi yang dikeluarkan Pemerintah RI.

Roda perekonomian akan berjalan dengan baik apabila semua komponen di dalamnya dikelola dengan baik. Modal akan menjadi salah satu elemen penting yang harus mendapatkan perhatian khusus dalam mengelolanya, modal dalam suatu perusahaan akan digunakan untuk pembiayaan kegiatan produksi dan rumah tangga atau pun dapat digunakan sebagai alat untuk melakukan ekspansi.

2. Saham

Saham disebut juga sebagai instrumen atau surat-surat berharga yang diperdagangkan dipasar modal. Menurut fakhruddin m. hendy dalam bukunya tanya jawab pasar modal (2008:30) saham adalah surat berharga yang menunjukkan kepemilikan seorang investor didalam suatu perusahaan yang artinya jika seseorang membeli saham suatu perusahaan, itu berarti dia telah menyertakan modal kedalam suatu perusahaan tersebut sebanyak jumlah saham yang dibeli.

Saham adalah surat berharga yang menunjukkan adanya kepemilikan seseorang atau badan hukum terhadap perusahaan penerbit saham bagian modal suatu perusahaan (simatupang, 2010:19). Dari beberapa definisi yang ada dapat di ambil kesimpulan bahwa saham adalah surat berharga sebagai bukti penyertaan atau pemilikan individu


(25)

14 maupun institusi yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT).

Ada pula yang mendefinisikan saham adalah tanda bukti memiliki perusahaan dimana pemiliknya disebut sebagai pemegang saham (shareholder atau stockholder) ( Samsul, 2006:45).

a. Jenis - Jenis atau Klasifikasi Saham

Saham dapat juga dibedakan antara saham biasa (common stock) dan saham preferen (preferred stock) (Siamat, 2005:507). Perbedaan kedua jenis saham ini antara lain adalah sebagai berikut : 1) Saham Biasa (Common Stock)

a. Deviden dibayarkan sepanjang perusahaan memperoleh laba. b. Memiliki hak suara (one share one vote)

c. Hak memperoleh pembagian kekayaan perusahaan apabila bangkrut dilakukan setelah semua kewajiban perusahaan dilunasi.

2) Saham Preferen (Preferred Stock)

a. Memiliki hak paling dahulu memperoleh deviden. b. Tidak memiliki hak suara.

c. Dapat mempengaruhi manajemen perusahaan terutama dalam pencalonan pengurus.

d. Memiliki hak pembayaran maksimum sebesar nilai nominal saham terlebih dahulu setelah kreditor apabila perusahaan dilikuidasi.


(26)

15 e. Kemungkinan dapat memperoleh tambahan dari pembagian laba

perusahaan disamping penghasilan diterima secara tetap.

Klasifikasi saham menurut martalena dan malinda (2011:37) terbagi menjadi 3 jenis saham berdasarkan nilai kapitalisasinya, yaitu:

1) Big-cap

Big-cap atau yang sering disebut saham blue chip merupakan kelompok saham yang berkapitalisasi besar dengan nilai kapitalisasi diatas Rp. 1 triliun. Saham-saham ini diterbitkan oleh perusahaan yang sudah mapan.

2) Mid-cap

Mid cap merupakan kelompok saham yang berkapitalisasi besar antara Rp 100 milyar sampai dengan Rp. 1 triliun. Saham ini sering disebut juga saham lapis kedua.

3) Small-cap

Small cap merupakan kelompok saham yang nilai kapitalisasinya dibawah Rp. 100 milyar, bisa disebut saham lapis ketiga.

Berdasarkan fundamental perusahaan dan kondisi perekonomian, saham dibagi menjadi :


(27)

16 1) Income Stock

Saham yang mampu memberikan deviden yang lebih besar dari rata-rata daviden yang diberikan saham lain.

2) Growth Stocks

Saham yang emitennya perusahaan memiliki pertumbuhan penjualan dan pendapatan yang lebih tinggi.

3) Speculative Stock

Saham yang diterbitkan oleh perusahaan yang pendapatannya tidak stabil.

4) Cyclical Stock

Saham yang pergerakannya searah dengan pergerakan perekonomian makro dan pendapatannya berfluktuasi bisnis industry.

5) Defensive Stock

Saham yang tak terpengaruh oleh perekonomian makro. b. Keuntungan dan Risiko Saham

Ada dua keuntungan yang diproleh investor dengan membeli atau memiliki saham (Siamat, 2005:508), yaitu :

1)Deviden

Deviden merupakan pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan dan berasal dari keuntungan yang dihasilkan


(28)

17 perusahaan. Deviden diberikan setelah mendapat persetujuan pemegang saham perusahaan dalam RUPS. Jika seorang pemodal ingin mendapatkan deviden, maka pemodal tersebut harus memegang saham tersebut dalam kurun waktu yang relative lama yaitu hingga kepemilikan saham tersebut berada dalam periode dimana diakui sebagai pemegang saham yang berhak mendapat deviden. Deviden yang dibagikan perusahaan dapat berupa deviden tunai, yang artinya kepada setiap pemegang saham diberikan deviden berupa uang tunai dalam jumlah rupiah tertentu untuk setiap saham atau dapat pula berupa deviden saham yang berarti kepada setiap pemegang saham diberikan deviden sejumlah saham sehingga saham yang dimiliki seorang investor akan bertambah dengan adanya pembagian saham tersebut.

2) Capital Gain

Capital gain yaitu kondisi dimana investor menjual saham lebih tinggi dari harga beli. Capital gain terbentuk dengan adanya aktivitas perdagangan saham dipasar sekunder.

Sebagai instrument investasi, saham juga memiliki risiko apabila investor kurang jeli dalam menilai kinerja keuangan perusahaan yang bersangkutan (Siamat, 2005:509). Risiko tersebut adalah :


(29)

18 1). Capital Loss

Merupakan kebalikan dari capital gain, yaitu suatu kondisi dimana investor menjual saham lebih rendah dari harga beli sehingga mengalami kerugian.

2). Risiko Likuidasi

Perusahaan yang sahamnya dimiliki dinyatakan bangkrut oleh pengadilan atau peusahaan tersebut dibubarkan. Dalam hal ini hak klaim dari pemegang saham mendapat prioritas terakhir setelah seluruh kewajiban perusahaan dapat dilunasi (dari hasil penjualan kekayaan perusahaan). Jika mendapat sisa dari daril penjualan kekayaan tersebut, maka sisa tersebut dibagi secara proporsional kepada seluruh pemegang saham. Namun jika tidak terdapat sisa kekayaan perusahaan, maka pemegang saham tidak memperoleh hasil dari likuidasi tersebut.

Kondisi ini merupakan risiko yang terberat dari pemegang saham. Untuk itu seorang pemegang saham dituntut untuk secara terus menerus mengikuti perkembangan perusahaan.

3. Nilai Saham

Menurut Simatupang (2010:20), setiap saham yang di perdagangkan di pasar modal memiliki 3 jenis nilai yang melekat pada suatu saham perusahaan go-public. Nilai dari saham tersebut perlu


(30)

19 dipahami investor karena akan sangat membantu para investor dalam mempertimbangkan melakukan investasi saham dipasar modal. Adapun nilai saham tersebut yaitu :

a. Nilai Nominal

Nilai nominal saham adalah nilai yang tertera di dalam saham, yang diperoleh dari hasil pembagian total modal perusahaan terhadap jumlah saham yang beredar. Nilai nominal digunakan lebih kepada kepentingan akuntansi dan hukum. Nilai nominal tidak mengukur nilai riil suatu saham tetapi hanya digunakan untuk menentukan besarnya modal disetor penuh dalam neraca. Sehingga besar kecilnya nilai nominal sangat tergantung dari besarnya modal disetor perusahaan dan jumlah saham yang diterbitkan.

b. Nilai Wajar Saham

Nilai wajar saham adalah nilai yang diberikan oleh para investor atau analisis pasar modal terhadap setiap saham yang diperdagangkan di bursa efek dengan berpedoman kepada masing-masing industry dari setiap perusahaan tersebut dan penggunaan metode-metode perhitungan nilai/harga suatu saham yang berlaku umum seperti misalnya dengan menggunakan Metode Gross Profit Margin (GPM), Operating Profit Margin (OPM), Net Profit Margin (NPM), Return On Asset (ROA).


(31)

20 c. Nilai Pasar

Nilai pasar atau harga pasar saham suatu perusahaan go- public adalah nilai yang diperdagangkan di bursa efek. Nilai pasar berbeda dengan nilai nominal dan nilai wajar. Nilai pasar tebentuk dari perkiraan para investor terhadap prospek perusahaan. Semakin banyak para investor yang memperkirakan kinerja perusahaan akan semakin baik di masa akan datang, maka semakin banyak para investor melakukan pembelian dan semakin tinggi harga saham dan sebaliknya semakin banyak investor memperkirakan kinerja perusahaan akan menurun, maka akan semakin banyak investor yang melakukan penjualan saham dan harga saham akan menurun.

Pendapat lain menurut Martalena dan Malinda (2011:37), nilai dari suatu saham dapat memiliki 4 konsep yaitu :

a. Nilai Nominal

Merupakan nilai per saham yang berkaitan dengan akuntansi dan hukum. Ini diperlihatkan pada neraca perusahaan dan merupakan modal disetor penuh dengan jumlah saham yang diedarkan.

b. Nilai Buku

Nilai buku perlembar saham yang merupakan nilai aktiva bersih perlembar saham yang merupakan nilai ekuitas di bagi dengan jumlah lembar saham.


(32)

21 c. Nilai Pasar

Nilai suatu saham yang ditentukan oleh permintaan dan penawaran yang terbentuk di bursa saham.

d. Nilai Intrinsic

Merupakan harga wajar saham yang mencerminkan harga saham yang sebenarnya. Nilai intrinsic ini merupakan nilai sekarang dari semua arus kas di masa mendatang (yang berasal dari capital gain dan deviden)

4. Harga Saham

Harga saham adalah nilai jual saham dalam rupiah pada setiap perusahaan sector industry barang konsumsi yang terdaftar dibursa efek Indonesia (BEI), harga saham ditentukan berdasarkan harga penutupan yang merupakan harga yang diminta dan ditawarkan oleh penjual dan pembeli.

Harga saham menurut Martono (2007:13) yaitu refleksi dari keputusan-keputusan investasi, pendanaan (termasuk kebijakan deviden) dan pengelolaan asset. Sedangkan menurut kesuma (2009-40) harga saham adalah nilai nominal penutupan (closing price) dari penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas yang berlaku secara regular di pasar modal.

Menurut Rusdin (2008:66) harga saham ditentukan menurut hukum permintaan-penawaran atau kekuatan tawar menawar. Maka


(33)

22 makin banyak orang yang ingin membeli, maka harga saham tersebut cenderung naik. Sebaliknya, makin banyak orang yang ingin menjual saham, maka saham tersebut akan bergerak turun.

Menurut Widioatmojo (2001:45) harga saham dibedakan menjadi delapan :

a. Harga Nominal

Harga yang tercantum dalam sertifikat saham yang ditetapkan oleh emiten untuk menilai setiap lembar saham yang dikeluarkan. Besarnya harga nominal menentukan arti penting saham karena biasanya deviden ditetapkan berdasarkan nilai nominal.

b. Harga Perdana

Harga ini merupakan pada waktu harga saham tersebut dicatat di bursa efek. Harga saham pada pasar perdana biasanya ditetapkan oleh peminjam emisi (underwrtitter) dan emiten. Dengan demikian akan diketahui berapa harga saham emiten itu akan dijual kepada masyarakat, biasanya hal tersebut dilakukan untuk menentukan harga perdana.

c. Harga Pasar Saham

Harga pasar merupakan harga jual emisi dari perjanjian emisi kepada investor, maka harga pasar adalah harga jual dari investor yang satu dengan investor yang lama. Harga ini terjadi setelah saham tersebut


(34)

23 dicatatkan di bursa. Transaksi ini tidak lagimelibatkan emiten dari penjamin emisi, harga ini yang disebut sebagai harga di pasar sekunder dan harga inilah yang benar-benar mewakili harga perusahaan penerbitnya, karena pada transaksi di pasar sekunder, kecil sekali negosiasi harga investor dengan perusahaan penerbit. Harga yang setiap hari diumumkan di surat kabar atau media lain adalah harga pasar.

d. Harga Pembukaan

Setelah saham dicatatkan di bursa, saham ini akan diperdagangkan setiap hari. Jika harga pasar adalah besarnya nilai rupiah yang disepakati oleh penjual dan pembeli saat transaksi, maka harga pembukaan adalah harga yang diminta oleh penjual dan pembeli pada saat jam bursa dibuka.

e. Harga Penutupan

Harga penutupan merupakan harga yang diminta oleh penjual atau pembeli dan pada saat akhir bursa.

f. Harga Tertinggi

Transaksi atas suatu saham tidak hanya terjadi sekali atau dua kali dalam satu bursa, tetapi bisa berkali-kali dan tidak terjadi pada harga yang sama. Bisa saja pada awal hari bursa harga satu saham mencapai harga yang tertinggi, kemudian terus menurun pada akhir bursa atau


(35)

24 sebaliknya. Harga yang paling tinggi pada satu bursa inilah yang dimaksud dengan harga tertinggi.

g. Harga Rendah

Harga ini adalah lawan dari harga tertinggi. h. Harga rata-rata

Harga rata-rata merupakan perataan dari harga tertinggi dan terendah. Mengetahui ketiga harga ini (harga tertinggi, harga terendah, dan harga rata-rata) cukup penting, sebab dari sini investor dapat mengetahui seberapa jauh kekuatan dan kelemahan suatu saham dalam satu hari bursa, satu bulan bursa.

5. Return Saham

Return (kembalian) adalah tingkat keuntungan yang dinikmati oleh pemodal atas suatu investasi yang dilakukan (Ang, 1997). Husnan (1994) juga menyatakan bahwa return saham merupakan hasil yang diperoleh dari suatu investasi. Investasi harus benar-benar menyadari bahwa di samping akan memperoleh keuntungan tidak menutup kemungkinan mereka akan mengalami kerugian. Keuntungan atau kerugian tersebut sangat dipengaruhi oleh kemampuan investor menganalisis keadaan harga saham rnerupakan penilaian sesaat yang dipengaruhi oleh banyak faktor termasuk diantaranya kondisi (performance) dari perusahaan, kendala-kendala eksteral, kekuatan


(36)

25 penawaran dan permintaan saham di pasar, serta kemampuan investor dalam menganalisis investasi saham perhari atau satu tahun bursa.

Return dapat berupa return realisasi yang sudah terjadi atau return ekspektasi yang belum terjadi tetapi yang diharapkan dimasa mendatang. Return realisasi merupakan return yang telah terjadi, dihitung berdasarkan data historis. Return realisasi penting karena digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja dari perusahaan. Return

historis ini berguna sebagi dasar penentuan return ekspektasi dan risiko di masa mendatang (Ang, 1997). Konsep risk dan return

mempunyai peranan yang sangat besar dimana perilaku investor seringkali didasarkan pada konsep ini. Husnan (1998) dalam Martono (2009) mengungkapkan teori keuangan yang membahas tentang analisis investasi yang memiliki risiko tinggi, para investor mensyaratkan tingkat return yang semakin tinggi pula. Return ekspektasi merupakan

return yang belum terjadi tetapi yang diharapkan di masa mendatang. Sebagai individu yang rasional, investor akan mempertimbangkan return

yang diharapkan akan diterima (expected return) dan besaran risiko yang harus ditanggung sebagai konsekuensi logis dari keputusan yang telah diambil.


(37)

26 6. Rasio Keuangan

a. Pengertian Rasio Keuangan

Seorang analis keuangan dapat mengevaluasi kondisi keuangan serta kinerja dari sebuah perusahaan dengan cara melakukan pemeriksaan atas berbagai aspek kesehatan keuangan perusahaan. Alat yang sering digunakan untuk pemeriksaan tersebut adalah rasio keuangan atau indeks yang menghubungkan dua angka akuntansi dan didapat dengan membagi angka lainnya (Home dan JM. Machowicz, 2009-:201).

Kasmir (2009:104) berpendapat bahwa rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan dengan cara membagi satu angka dengan angka lainnya. Dimana perbandingan tersebut dapat dilakukan antara satu komponen dengan komponen dalam satu laporan keuangan antar komponen yang ada di antara laporan keuangan. Angka yang diperbandingkan dalam rasio keuangan ini dapat berupa angka-angka dalam satu atau beberapa periode. Kemudian hasil dari rasio keuangan dapat digunakan untuk menilai kinerja perusahaan dalam satu periode apakah mencapai target seperti yang telah ditetapkan.

Sedangkan menurut Sugiono (2009:64) analisa rasio keuangan merupakan suatu angka yang menunjukkan hubungan antara


(38)

unsur-27 unsur dalam laporan keuangan, dimana hubungan tersebut dinyatakan dalam bentuk matematika yang sederhana.

Dari berbagai pendapat tersebut, maka jelas bahwa rasio keuangan merupakan salah satu alat analisis yang dapat digunakan untuk melakukan penilaian terhadap kinerja keuangan. Akan tetapi manfaat yang sebenarnya dari setiap rasio keuangan sangat ditentukan oleh tujuan spesifik dari analis. Rasio-rasio yang bermanfaat dapat menunjukkan perubahan dalam kondisi keuangan atau kinerja operasi dan membantu menggambarkan kecenderungan serta pola perubahan tersebut, yang ada pada gilirannya dapat menunjukkan kepada analis risiko dari peluan perusahaan yang ditelaah.

b. Tujuan dan Manfaat Rasio Keuangan

Tujuan dari analisis rasio adalah untuk menentukan tingkat likuiditas, solvabilitas, keefektifan serta keuntungan perusahaan (profitability). Sedangkan manfaat dari penggunaan analisis rasio keuangan menurut Mardiyanto (2009:65) setidaknya ada 3 (tiga) manfaat yang dapat dirasakan bagi 3 (tiga) pihak berbeda diantaranya sebagai berikut :

1)Manajer, berfungsi sebagai peralatan analisis perencanaan dan pengendalian keuangan.

2)Analis kredit perbankkan, berfungsi untuk menilai kemampuan permohonan kredit dalam membayar hutangnya.


(39)

28 3)Analis sekuritas, berfungsi untuk menilai dan prospek harga

sekuritas termasuk untuk menentukan peringkat hutang jangka panjang.

c. Jenis-jenis Rasio Keuangan

Moeljadi (2006:68) menggolongkan rasio-rasio keuangan menjadi sebagai berikut :

1). Rasio Likuiditas

Rasio ini bertujuan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar semua kewajuban finansialnya pada saat jatuh tempo. Kewajiban tersebut merupakan kewajiban jangka pendek atau kewajiban jangka panjang yang sudah segera jatuh tempo. Rasio ini terbagi atas :

a. Current Ratio (CR)

Rasio ini digunakan untuk mengetahui seberapa jauh aktiva lancar perusahaan digunakan untuk melunasi hutang lancar (kewajiban jangka pendek) yang akan jatuh tempo atau segera dibayar. Sebagai pedoman umum current ratio 200% sudah dianggap baik, khususnya bagi perusahaan industry. Perhitungan current ratio (CR) dirumuskan sebagai berikut (Sugiono, 2009:68) :

Current Ratio = Aktiva Lancar Hutang Lancar


(40)

29 b. Quick ratio (QR)

Dalam rasio ini pos persediaan tidak dihitung, karena persediaan merupakan pos yang tidak liquid dalam aktiva lancar. Hal ini disebabkan oleh panjangnya tahap yang dilalui untuk menjadi kas. Perhitungan quick Ratio (QR) dirumuskan sebagai berikut (Sugiono, 2009:69) :

Quick Ratio = Aktiva Lancar - Persediaan Hutang Lancar

c. Cash Ratio (CR)

Rasio ini menunjukkan kemampuan kas perusahaan untuk melunasi seluruh hutang lancarnya tanpa harus mengubah aktiva lancar bukan kas (piutang dagang dan persediaan) menjadi kas. Perhitungan Cash Ratio (CR) dirumuskan sebagai berikut (2009:69) :

Cash Ratio = Kas Hutang Lancar

2). Rasio Solvabilitas

Rasio ini bertujuan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajiban finansialnya apabila perusahaan dilikuidasi. Rasio ini terbagi atas :


(41)

30 a. Debt Ratio (DR)

Rasio yang membandingkan total utang dengan total aktiva. Semakin rendah semakin baik, karena jika nilainya semakin tinggi maka semakin besar risikonya bagi perusahaan. Perhitungan Debt Ratio (DR) dirumuskan sebagai berikut (Sugiono, 2009:71) :

Debt Ratio = Total Hutang Total aktiva

b. Debt to Equity Ratio (DER)

Rasio ini menunjukkan perbandingan utang dan modal. Selain itu rasio ini dinilai penting karena member pengaruh positif dan negative terhadap rentabilitas modal sendiri dari perusahaan tersebut. Semakin tinggi rasio ini maka semakin rendah kemampuan modal sendiri dalam menjamin hutang jangka panjangnya, sehingga akan semakin berisiko bagi perusahaan dan begitu pula jika sebaliknya. Perhitungan Debt to Equity Ratio (DER) dirumuskan sebagai berikut (sugiono, 2009:71) :

Debt Equity Ratio = Total Hutang Total modal


(42)

31 3). Rasio Aktivitas

Rasio ini bertujuan untuk mengukur seberapa efektif perusahaan mengelola aktivanya. rasio ini terbagi atas :

a. Total Asset Turn Over (TATO)

Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam mengelola seluruh asset atau investasi untuk menghasilkan penjualan. Semakin besar nilai rasio ini maka semakin bagus kemampuan perusahaan dalam mengelola asetnya, begitu pula sebaliknya. Perhitungan total Asset Turn Over (TATO) dirumuskan sebagai berikut (Sugiono, 2009:70) :

Total Asset Turn Over = Penjualan Total aktiva

b. Inventory Turn Over (ITO)

Rasio ini menunjukkan beberapa kali persediaan dapat berputar dalam satu tahun. Semakin tinggi perputaran persediaan, maka semakin cepat dana yang tertanam dalam persediaan berputar kembali menjadi uang kas, begitu pula sebaliknya. Perhitungan Inventory Turn Over (ITO) dirumuskan sebagai berikut (Sugiono, 2009:73) :

Inventory Turn Over = HPP Persediaan


(43)

32 c. Working Capital Turn Over (WCTO)

Rasio ini menunjukkan kemampuan modal kerja yang berputar dalam siklus kas dari perusahaan. Perputaran modal kerja yang tinggi diakibatkan oleh rendahnya modal kerja yang tertanam dalam persediaan piutangnya, begitu pula sebaliknya. Perhitungan Working Capital Turn Over (WCTO) dirumuskan sebagai berikut (Sugiono, 2009:77) :

WCTO = Penjualan

Aktiva Lancar - Hutang Lancar

4). Rasio Profitabilitas

Rasio ini bertujuan untuk mengukur efektivitas manajemen yang tercermin pada imbalan atau hasil investasi melalui kegiatan perusahaan atau dengan kata lain mengukur kinerja perusahaan lsecara keseluruhan dan efisiensi dalam pengelolaan kewajiban dan modal. Rasio ini terdiri dari :

a. Net Profit Margin (NPM)

Rasio ini menunjukkan seberapa besar keuntungan bersih yang diperoleh perusahaan. Jika profit margin suatu perusahaan lebih rendah dari rata-rata industry, hal itu dapat disebabkan oleh harga jual atau harga pokok penjualan yang lebih rendah dari perusahaan pesaing. Perhitungan Net profit Margin (NPM) dirumuskan sebagai berikut (Sugiono, 2009:79) :


(44)

33

Net Profit Margin = Laba bersih Penjualan

b. Return On Asset (ROA)

Rasio ini mengukur tingkat pengembalian modal yang di investasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bersih dari sebuah bisnis yang dijalankan oleh perusahaan. Semakin tinggi rasio ini berarti perusahaan semakin mampu mendayagunakan asset dengan baik untuk memperoleh keuntungan, begitu pula sebaliknya. Perhitungan Return On Asset (ROA) dirumuskan sebagai berikut :

Return On Asset = Laba Bersih Total Aktiva

c. Return On Equity (ROE)

Rasio ini mengukur tingkat pengembalian dari bisnis atas seluruh modal yang ada, selain itu ROE juga merupakan salah satu indikator yang digunakan oleh pemegang saham untuk mengukur keberhasilan bisnis yang dijalani. Perhitungan Return On Equity (ROE) dirumuskan sebagai berikut (Sugiono, 2009:81) :

Return OnEquity = Laba Bersih Total Equitas


(45)

34 5). Rasio Nilai Pasar

Rasio ini bertujuan untuk menjadi tolak ukur yang menhubungkan harga saham biasa dengan pendapatan perusahaan dari nilai perbuku saham. Dengan kata lain rasio ini mencerminkan performance perusahaan secara keseluruhan yang mengaitkan kondisi internal dengan kondisi pasar. Rasio ini terdiri dari :

a. Price to Book Value (PVB)

Rasio ini menggambarkan seberapa besar pasar menghargai nilai buku saham suatu perusahaan. Makin tinggi rasio ini, berarti pasar makin percaya akan prospek perusahaan tersebut, begitu pula sebaliknya. Perhitungan Price to Book Value (PBV) dirumuskan sebagai berikut (Sugiono, 2009:84) :

Price to Book Value = Harga Pasar Per Saham Nilai Buku Per Saham

Dimana :

Nilai Buku Per Saham = Total Equitas Jumlah Saham Beredar

b. Price Earning Ratio (PER)

Rasio ini diperoleh dari harga pasar saham dibagi dengan laba per saham sehingga semakin tinggi rasio ini mengindikasikan kinerja perusahaan semakin baik, dan begitu pula sebaliknya.


(46)

35 Perhitungan Price Earning Rasio (PER) dirumuskan sebagai berikut (Sugiono, 2009:83) :

PER = Harga Pasar Per Saham EPS

Dimana :

EPS = Laba Bersih

Jumlah Saham yang Beredar

d. Keunggulan dan Kelemahan Rasio Keuangan

Menurut Harahap (2010:293) keunggulan-keunggulan yang dimiliki analisis rasio jika dibandingkan dengan teknik yang lain adalah:

1). Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang mudah ditafsirkan.

2). Rasio merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit. 4). Dapat digunakan untuk mengetahui posisi perusahaan di tengah

industry yang lain.

5). Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model pengambilan keputusan dan model memprediksi Z-Score.

6). Menstandarisasi size perusahaan.

7). Lebih mudah membandingkan perusahaan atau melihat perkembangan perusahaan secara periodic atau time series.


(47)

36 8). Lebih mudah melihat trend perusahaan untuk memprediksi

kondisi keuangan dimasa yang akan datang.

Selain memiliki keunggulan rasio keuangan juga memiliki kelemahan. Kelemahan dari rasio keuangan menurut Atmaja (2008:427), diantaranya :

a. Data Pembanding

Rasio-rasio keuangan pada suatu perusahaan yang beroperasi dibanyak atau industry yang berbeda sulit dicarikan data pembanding. Pada umumnya data pembanding berupa angka rata-rata rasio keuangan. Kondisi rata-rata-rata-rata bukanlah tujuan perusahaan, oleh karena itu data pembanding yang baik bisa jadi adalah rasio keuangan papan atas pada industry tersebut.

b. Efek Inflasi

Dapat menyebabkan distorsi besar pada neraca, akibatnya perbandingan rasio keuangan dari waktu ke waktu (trend) maupun perbandingan data industry yang tidak sama waktunya dapat saja menyesatkan.

c. Widow Dressing

Manajemen perusahaan dapat saja dengan sengaja memanipulasi kondisi keuangan menjelang penyusuran neraca.

d. Kebijakan operasi seperti keputusan untuk menyewa (leasing) dari pada meminjam aktiva yang membawa dampak pada rasio keuangan keuangan.


(48)

37 e. Sebagian perusahaan mungkin memiliki sebagian rasio yang

kurang baik dan sebagian lagi baik, hal ini membuat sulit untuk menyatakan bagaimana kondisi perusahaan pada umumnya, baik atau buruk.


(49)

38 C. Peneletian Terdahulu

Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu

No Peneliti Judul Alat

Analisi Variabel Independen Terbaik Hasil Penelitian 1. Desy dan Astohar (2010) Analisis faktor-fator yang mempengaruhi return saham Regresi berganda

Debt to Equity Ratio (DER) Price to Book

Value (PBV)

Debt to Equity Ratio dan Price to Book Value berpengaruh positif terhadap return saham. 2. Budialim Giovanni (2013) Pengaruh kinerja keuangan dan risiko

terhadap return saham

Regresi berganda

Current Ratio (CR) dan Debt to

Equity Ratio

Current Ratio (CR) dan Debt to

Equity Ratio (DER) berpengaru h positif terhadap return saham

3. Zuliarni Sri (2012) Pengaruh kinerja keuangan terhadap harga saham Regresi Berganda Price Earning Ratio (PER) dan Devidend Payout Ratio (DPR) Price Earning Ratio (PER) berpengaruh positif terhadap Harga saham,


(50)

39

No Peneliti Judul Alat

Analisi Variabel Independen Terbaik Hasil Penelitian sedangkan Devidend Payout Ratio berpengaruh negative terhadap harga saham. 4. Purnama I Gusti Kresna Surya (2013) Pengaruh kinerja makro ekonomi terhadap kinerja industry dan kinerja keuangan serta return

saham Analisis jalur (Path analysis) Kinerja ekonomi Kinerja ekonomi makro tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap return saham.

5. Sutriani Anis (2014)

Pengaruh Profitabilitas, Leverage,dan Likuiditas terhadap return saham dengan

nilai tukar sebagai variable moderasi pada

saham LQ-45 Regresi Linear Berganda Return On Asset (ROA) dan Debt to Equity Ratio (DER) Return On Asset dan Debt to Equity Ratio (DER) memiliki pengaruh yang positif terhadap return saham.


(51)

40

No Peneliti Judul Alat

Analisi Variabel Independen Terbaik Hasil Penelitian

6 Rangga Arayoga

(2009)

Analisis pengaruh Kinerja Keuangan dan

Return Saham Di Bursa Efek Indonesia

Regresi Linier

ROA

CR, DER, dan TATO tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap return saham. ROA meiliki pengaruh Yang signifikan terhadap Return Saham

7 Sakti 2009

Pengaruh ROA dan DER terhadap Return

Saham pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI tahun

2003-2007 Regresi Linier ROA dan DER ROA dan DER memiliki pengaruh yang signifikan terhadap return saham perusahaan

8 Astohar 2010

Pengaruh Debt to Equity Ratio, Return On Asset,

Price Book Value Added, dan Earning Per

Share terhadap return Saham Perusahaan Manufacture di Bursa

Efek Indonesia Regresi Linier DER, ROA dan EPS DER, ROA dan EPS memiliki pengaruh yang signifikan terhadap return saham perusahaan manufaktur


(52)

41 D. Kerangka Pemikiran

Return saham

Uji asumsi klasik -uji normalitas -uji heteroskedastisitas

-uji miltikoloniearitas Return

On Asset (ROA)

Debt to Equity

Ratio (DER)

Laporan keuangan tahunan

Current Ratio (CR)

Price Earning

Ratio (PER)

Regresi Linear Berganda

Uji Hipotesis 1. Uji R 2. Uji F 3. Uji t

Kesimpulan BEI


(53)

42 E. Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :

Ha : Return On Asset berpengaruh positif terhadap return saham. Semakin tinggi return on asset nya maka return sahamnya akan semakin tinggi.

H0 : Tidak ada pengaruh antara Return On Asset terhadap return saham. Ha : Debt to Equity ratio berpengaruh positif terhadap return saham,

semakin tinggi Debt to Equity Ratio maka semakin rendah return sahamnya.

H0 : Tidak ada pengaruh Debt to Equity Ratio terhadap return saham. Ha : Current ratio berpengaruh positif terhadap return saham, semakin

tinggi nilai Current Ratio maka semakin tinggi nilai return sahamnya.

H0 : Tidak ada pengaruh Current Ratio terhadap return saham

Ha : Price Earning ratio berpengaruh positif terhadap return saham, Semakin tinggi nilai Price Earning Rationya maka semakin tinggi nilai return sahamnya

H0 : Tidak ada pengaruh Price Earning Ratio terhadap return saham. Ha : Return On Asset, Debt to Equity Ratio, Current Ratio, dan Price


(54)

43 semakin baik nilai Return On Asset, Debt to Equity Ratio, Current Ratio, dan Price Earning Ratio maka semakin baik Return sahamnya.

H0 : Tidak ada pengaruh Return On Asset, Debt to Equity Ratio, Current Ratio, dan Price Earning Ratio terhadap Return saham.


(55)

44 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Dalam penelitian ini penulis memilih BEI sebagai tempat melakukan observasi. Jadi penelitian yang dilakukan adalah observasi tidak langsung berupa data sekunder dengan menggunakan data yang ada pada situs www.idx.co.id. Untuk menganalisis permasalahan yang ada, penulis mendata laporan keuangan dari perusahaan.

B. Metode Penentuan Sampel

Dalam penelitian ini, metode yang digunakan oleh penulis adalah pemilihan sampel berdasarkan pertimbangan (judgment sampling). Metode

judgment sampling atau purposive pengumpulan data atas dasar strategi kecakapan atau pertimbangan pribadi semata (Hamid, 2012:29).

Judgment sampling yaitu teknik sampling yang satuan samplingnya dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu dengan tujuan untuk memperoleh satuan sampling yang memiliki karakteristik atau kriteria yang dikehendaki dalam pengambilan sampel.

Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode

purposive sampling. Dalam pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan pusposive sampling dengan kriteria sebagai berikut:


(56)

45 1. Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode tahun

2011-2014.

2. Perusahaan yang mempublikasikan laporan keuangan selama tahun 2011-2014.

3. Perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan yang dinyatakan dalam rupiah dan berakhir pada tanggal 31 Desember selama periode pengamatan tahun 2010-2014.

C. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kepustakaan, yaitu data diperoleh dari beberapa literatur yang berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti, penelusuran data ini dilakukan dengan cara:

1. Penelusuran secara manual untuk data dalam format kertas hasil cetakan. Data yang disajikan dalam format kertas hasil cetakan antara lain berupa jurnal, buku, dan tesis.

2. Penelusuran dengan menggunakan komputer untuk data dalam format elektronik. Data yang disajikan dalam format elektronik ini antara lain berupa catalog perpustakaan, laporan-laporan BEI, dan situs internet.


(57)

46 D. Metode Analisis Data

1. Analisis Deskriptif

Berisi pembahasan secara deskriptif data sekunder yang telah dikumpulkan. Tujuannya adalah untuk mengetahui karakteristik variabel yang diteliti. Statistik deskriptif tidak menyertakan pengambilan keputusan atau pembuatan kesimpulan.

2. Uji Asumsi Klasik

Penelitian ini menggunakan empat uji asumsi klasik meliputi uji heterokedastisitas, autokorelasi, multikolinearitas dan normalitas. Penjelasan masing-masing pengujian asumsi klasik akan diuraikan seperti di bawah ini.

a. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedestisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan kepengamatan yang lain. Jika varians dari residual satu pengamatan kepengamatan yang lain tetap maka disebut homoskedastisitas, jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah homoskedastisitas (Imam Ghozali, 2006:139).

Deteksi ada atau tidaknya heteroskedestisitas dapat dialihat dari ada atau tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot. Jika ada pola tertentu seperti titik-titik yang membentuk pola tertentu yang


(58)

47 teratur (bergelombang, melebar, kemudian menyempit) maka mengidikasikan bahwa telah terjadi heteroskedestisitas. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik yang menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y maka tidak terjadi heteroskedestisitas (Imam Ghozali, 2006:139).

Cara untuk mendeteksinya adalah dengan melihat grafik

Scater Plot antara nilai prediksi variable terikat (z variabel), dengan residualnya (s residual):

1)Jika ada pola tertentu yang teratur, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang,melebar, kemudian menyempit), maka mengidentifikasikan telah terjadi heterokesdastisitas.

2)Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titiknya menyebar di atas dan dibawah angka nol (0) pada sumbu Y, maka tidak terjadi heterokesdastisitas (Ghozali, 2006:139).

b. Uji Autokorelasi

Ghozali (2006) menyatakan bahwa uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah suatu model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain.


(59)

48 Uji yang digunakan untuk mendeteksi adanya autokorelasi adalah Durbin Watson (DW).

Kriteria pengambilan kesimpulan dalam uji Durbin Watson adalah sebagai berikut(Ghozali, 2006) :

1)Angka D-W dibawah -2, ada autokorelasi positif 2)Angka D-W antara -2 sampai 2, tidak ada autokorelasi 3)Angka D-W diatas 2, ada autokorelasi negative

c. Uji Multikolinieritas

Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen (Imam Ghozali, 2006: 105). Deteksi ada atau tidaknya multikolonieritas dalam model regresi adalah dilihat dari besaran VIF (Variance Inflation Factor) dan tolerance (TOL).Regresi bebas dari masalah multikolonieritas jika nilai VIF <10 dan nilai TOL >0.1 (Imam Ghozali, 2006: 106).

d. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk munguji apakah dalam model regresi, variabel independen dan dependen keduanya mempunyai distribusi normal atau mendekati normal (Imam Ghozali, 2006:160). Dalam penelitian ini, uji normalitas menggunakan normal probability plot (P-P Plot).Suatu variabel dikatakan normal jika


(60)

49 gambar distribusi dengan titik-titik data searah mengikuti garis diagonal (Imam Ghozali, 2006:163).

Pengujian normalitas pada model regresi yang dibuat menggunakan nilai error term. Pada prinsipnya deteksi normalitas dilakukan dengan melihat grafik normal probability plot. Dasar pengambilan keputusannya adalah sebagai berikut:

1) Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukan pola distibusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.

2) Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram yang tidak menunjukan pola distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas (Ghozali, 2006:163).

2. Analisis Regresi Linear Berganda

Analisis regresi berganda adalah alat untuk meramalkan nilai pengaruh dua variabel bebas atau lebih terhadap satu variabel terikat, yang bertujuan untuk membuktikan ada tidaknya hubungan fungsional atau hubungan kausal antara dua atau lebih variabel bebas (Nugroho, 2005:43).

Rumus regresi linier berganda:


(61)

50 Dimana:

Y = Stock return

a = Harga Y bila X = 0 (harga konstan).

b 1 = Koefisien regresi Price Earning Ratio (PER)

X1 = Price Earning Ratio (PER)

b2 = Koefisien regresi Current Ratio (CR)

X2 = Current Ratio (CR)

b3 = Koefisien regresi Return On Asset (ROA) X3 = Return On Asset

b3 = Koefisien regresi Debt to Equity Ratio (DER) X3 = Debt to Equity Ratio (DER)

e = Standar error

a. Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan variabel independent menjelaskan variabel dependent. Kelemahan mendasar dalam penggunaan koefisien determinasi adalah bisa terhadap jumlah variabel

independent yang dimasukkan ke dalam model (Ghozali, 2006:83). Setiap tambahan satu variabel independent, maka R2 pasti meningkat tidak peduli apakah variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependent. Oleh karena itu, banyak peneliti yang menganjurkan untuk menggunakan nilai Adjusted R2 pada saat


(62)

51 mengevaluasi mana model regresi yang terbaik. Tidak seperti nilai R2, nilai Adjusted R2 dapat naik atau turun apabila satu variabel

independent ditambahkan ke dalam model. Dalam kenyataan nilai

adjusted R2 dapat bernilai negatif, walaupun yang dikehendaki harus bernilai positif. Menurut Gujarati dalam (Ghozali, 2006:81), jika dalam uji empiris didapat nilai adjusted R2 negatif, maka nilainya dianggap nol.

b. Uji t (Uji Parsial)

Uji statistik t menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas atau independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen dan digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh masing-masing variabel independen secara individual terhadap variabel dependen yang diuji pada tingkat signifikansi 0,05.

Menurut Santoso (2010:168), dasar pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:

1)Jika nilai probabilitas lebih besar dari 0,05, maka H0 diterima atau Ha ditolak, ini berarti menyatakan bahwa variabel independen atau bebas tidak mempunyai pengaruh secara individual terhadap variabel dependen atau terikat.

2)Jika nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05, maka H0 ditolak atau Ha diterima, ini berarti menyatakan bahwa variabel independen


(63)

52 atau bebas mempunyai pengaruh secara individual terhadap variabel dependen atau terikat.

c. Uji F (Uji Simultan)

Uji statistik F menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen atau terikat. Uji statistik F digunakan untuk mengetahui pengaruh semua variabel independen yang dimasukkan dalam model regresi secara bersama-sama terhadap variabel dependen yang diuji pada tingkat signifikan 0,05.

Menurut Santoso (2010:120), dasar pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:

1)Jika nilai probabilitas lebih besar dari 0,05, maka H0 diterima atau Ha ditolak, ini berarti menyatakan bahwa semua variabel independen atau bebas tidak mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen atau terikat.

2)Jika nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05, maka H0 ditolak atau Ha diterima, ini berarti menyatakan bahwa semua variabel independen atau bebas mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen atau terikat.


(64)

53 E. Operasionalisasi Variabel

Variabel operasional adalah sebuah konsep yang mempunyai variasi nilai yang diterapkan dalam suatu penelitian. Adapun cara pengukuran dari variabel ini adalah dengan menggunakan skala pengukuran Rasio. Berikut ini adalah variabel-variabel yang akan diteliti, yaitu:

1. Return On Asset (ROA)

Return On Asset (ROA) adalah salah satu bentuk dari rasio profitabilitas yang dimaksudkan untuk mengukur kemampuan perusahaan atas keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktivitas yang digunakan untuk aktivitas operasi perusahaan dengan tujuan menghasilkan laba dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Sugiono (2009:80) Return On Asset (ROA) diperoleh dengan cara membandingkan net income terhadap total asset. Secara matematis ROA dapat dirumuskan sebagai berikut:

ROA = Net Income x 100% Total Asset

2. Debt to Equity Ratio (DER)

Rasio ini menunjukkan perbandingan utang dan modal. Selain itu rasio ini dinilai penting karena member pengaruh positif dan negative terhadap rentabilitas modal sendiri dari perusahaan tersebut. Semakin tinggi rasio ini maka semakin rendah kemampuan modal sendiri dalam menjamin hutang jangka panjangnya, sehingga akan semakin berisiko


(65)

54 bagi perusahaan dan begitu pula jika sebaliknya. Perhitungan Debt to Equity Ratio (DER) dirumuskan sebagai berikut (Sugiono, 2009:71) :

Debt Equity Ratio = Total Hutang Total Modal

3. Cash Ratio (CR)

Rasio ini menunjukkan kemampuan kas perusahaan untuk melunasi seluruh hutang lancarnya tanpa harus mengubah aktiva lancar bukan kas (piutang dagang dan persediaan) menjadi kas. Perhitungan Cash Ratio (CR) dirumuskan sebagai berikut (Sugiono, 2009:69) :

Cash Ratio = Kas Hutang Lancar

4. Price Earning Ratio (PER)

Rasio ini diperoleh dari harga pasar saham dibagi dengan laba per saham sehingga semakin tinggi rasio ini mengindikasikan kinerja perusahaan semakin baik, dan begitu pula sebaliknya. Perhitungan Price Earning Rasio (PER) dirumuskan sebagai berikut (Sugiono, 2009:83) :

PER = Harga Pasar Per Saham EPS

Dimana :

EPS = Laba Bersih


(66)

55 BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum dan Deskriptif Data Objek Penelitian 1. Objek Penelitian

Obyek penelitian yang digunakan didalam penelitian ini adalah Perusahaan Textile dan Garment yang menerbitkan saham dan saham tersebut diperdagangkan periode 2011 – 2014. Dari total keseluruhan perusahaan yang ada, maka setelah memenuhi kriteria sampling yang ditetapkan, maka diperoleh 20 perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian ini dengan 16 unit saham.

Tabel 4.1

Tabel data sampel perusahaan

NO NAMA PERUSAHAAN KODE

SAHAM

1 PT POLYCHEM INDONESIA Tbk ADMG

2 PT CENTURY TEXTILE INDUSTRY Tbk CNTX

3 PT ARGO PANTES Tbk ARGO

4 PT ERATEX DJAJA Tbk ERTX

5 PT EVER SHINES TEX Tbk ESTI

6 PT PANASIA INDO RESOURCES Tbk HDTX

7 PT INDO RAMA SYNTHETICS Tbk INDR

8 PT ICTSI JASA PRIMA Tbk KARW

9 PT APAC CITRA CENTERTEX Tbk MYTX

10 PT PAN BROTHERS Tbk PBRX

11 PT ASIA PASIFIC FIBERS Tbk POLY

12 PT RICKY PUTRA GLOBALINDO Tbk RICY 13 PT NUSANTARA INTI CORPORA Tbk UNIT 14 PT SUNSON TEXTILE MANUFACTURE STAR 15 PT TIFICO FIBER INDONESIA Tbk TFCO 16 PT TRISULA INTERNATIONAL Tbk TRIS Sumber: data diolah


(67)

56

Data perusahaandalam penelitian ini diperoleh dari data laporan keuangan tahunan perusahaan yang ada di BEI. Data yang digunakan adalah data akhir tahun 2011 sampai 2014.

B. Proses dan Hasil Analisis 1. Uji Asumsi Klasik

Sebelum model regresi digunakan dalam pengujian hipotesis, terlebih dahulu model tersebut akan diuji apakah model tersebut memenuhi asumsi klasik atau tidak, yang mana asumsi ini merupakan asumsi yang mendasari analisis regresi. Pengujian asumsi klasik ini dimaksudkan untuk memastikan bahwa model yang diperoleh benar-benar memenuhi asumsi dasar dalam regresi yang meliputi: tidak terjadi autokorelasi, tidak terjadi multikolinearitas dan tidak terjadi heteroskedastisitas.

a. Uji Normalitas

Uji yang dilakukan dalam penelitian ini untuk menentukan normalitas suatu data adalah dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Kriteria yang digunakan yaitu menerima H0 apabila nilai signifikan lebih dari tingkat alpha yang telah ditentukan yaitu 5% (0,05).

H0 diterima apabila sig > 0, 05 H0 ditolak apabila sig. < 0, 05


(68)

57

Tabel 4.2

Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov Regresi Berganda One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 256

Normal Parametersa,b Mean ,0000000

Std. Deviation ,75717731

Most Extreme Differences

Absolute ,044

Positive ,044

Negative -,044

Kolmogorov-Smirnov Z ,663

Asymp. Sig. (2-tailed) ,757

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

Sumber : Data Diolah

Dilihat dari tabel 4.2 menunjukan bahwa nilai signifikansi sebesar 0,757 lebih besar dari nilai alpha 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa H0 diterima. Artinya bahwa data tersebut berdistribusi normal.

b. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Jika variabel independen saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak orthogonal. Variabel orthogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi antar sesama variabel independen sama dengan nol (Ghozali, 2006). Untuk mengetahui apakah terjadi multikolinearitas dapat dilihat dari nilai VIF yang terdapat pada masing–masing variabel seperti terlihat pada Tabel 4.3 berikut ini.


(69)

58

Tabel 4.3

Hasil Uji Multikolinieritas Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

Standa rdized Coeffici ents

T Sig. Collinearity

Statistics

B Std.

Error

Beta Tolera

nce VIF

1

(Constant) 6,027 1,053 5,881 ,000

PER ,832 ,081 ,506 10,735 ,000 ,948 1,027

CR -,003 ,005 -,028 -,559 ,577 ,958 1,044

ROA ,137 ,024 ,304 5,120 ,000 ,796 1,194

DER -1,153 ,291 -,316 -5,930 ,000 ,574 1,672

a. Dependent Variable: RETURNSAHAM

Sumber: data sekunder yang diolah

Suatu model regresi dinyatakan bebas dari multikolinearitas adalah jika mempunyai nilai Tolerance diatas 0,1 dan nilai VIF dibawah 10. Data yang digunakan untuk uji multikolinearitas ini adalah data yang telah dihilangkan outlier-nya. Dari tabel tersebut diperoleh bahwa semua variabel bebas memiliki nilai Tolerance di atas 0.1 dan nilai VIF jauh di bawah angka 10. Dengan demikian dalam model ini tidak ada masalah multikolinieritas.

c. Uji Autokorelasi

Untuk mengetahui terjadi atau tidaknya autokolerasi pada model regresi digunakan uji Durbin–Watson.Panduan mengenai angka D-W untuk mendeteksi autokorelasi bisa dilihat pada tabel D-D-W,


(70)

59

yang bisa dilihat pada buku statistik yang relevan. Namun demikian secara umum bisa diambil patokan : (Santoso, 2000:219)

1) Angka D-W dibawah -2 berarti ada autokorelasi positif.

2) Angka D-W di antara -2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi.

3) Angka D-W di atas +2 berarti ada autokorelasi negatif. Tabel 4.4

Hasil Uji Durbin-Watson Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson

1 ,740a ,472 ,428 ,8173 1,766

a. Predictors: (Constant), PER, CR, ROA, DER b. Dependent Variable: RETURNSAHAM

Sumber : Data sekunder yang diolah

Dari table 4.4 di atas nilai Durbin Watson adalah 1,766. Dengan menggunakan table Durbin Watson dapat diketahui bahwa nilai 1,766 berada pada kisaran -2 sampai 2 yang berarti tidak ada autokorelasi, sehingga asumsi klasik mengenai tidak terjadinya gejala autokorelasi dapat terpenuhi oleh model regresi yang diperoleh.

d. Uji Heterokedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu


(71)

60

pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda akan disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah model yang tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2006).

Untuk menentukan heteroskedastisitas dapat menggunakan grafik scatterplot, titik-titik yang terbentuk harus menyebar secara acak, tersebar baik diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y, bila kondisi ini terpenuhi maka tidak terjadi heteroskedastisitas dan model regresi layak digunakan. Hasil uji heteroskedastisitas dengan menggunakan grafik scatterplot di tunjukan pada Gambar 4.1 dibawah ini:

Gambar 4.1 Uji Heterokedastisitas


(72)

61

Dengan melihat grafik scatterplot di atas, terlihat titik-titik menyebar secara acak, serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Maka dapat diambil kesimpulan bahwa tidak terdapat gejala heteroskedastisitas pada model regresi yang digunakan.

2. Hasil Analisis Regresi Berganda Tabel 4.5

Hasil Perhitungan Regresi

Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

Standardiz ed Coefficients

T Sig. Collinearity

Statistics

B Std. Error Beta Toleranc

e

VIF

1

(Constant) 6,027 1,053 5,881 ,000

PER ,832 ,081 ,506 10,735 ,000 ,948 1,027

CR -,003 ,005 -,028 -,559 ,577 ,958 1,044

ROA ,137 ,024 ,304 5,120 ,000 ,796 1,194

DER -1,153 ,291 -,316 -5,930 ,000 ,574 1,672

a. Dependent Variable: RETURNSAHAM

Sumber: data sekunder yang diolah

Dengan melihat tabel diatas, dapat disusun persamaan regresi linear berganda sebagai berikut :

STOCKRETURN = 6027 + 0,832PER + 0,137ROA - 1,153DER Dari tabel diatas didapati bahwa:


(1)

68 B. Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menyadari masih terdapat beberapa keterbatasan, diantaranya adalah:

1. Periode tahun yang digunakan adalah tahun 2011-2014 dimana pada periode itu sedang terjadi krisis secara global yang dapat mempengaruhi perekonomian di Indonesia terutama terhadap pasar modal.

2. Nilai R pada penelitian ini tidak dominan sehingga masih terdapat banyak faktor yang mempengaruhi variabel dependen yang perlu untuk diteliti lebih jauh sepertifaktor makro ekonomi, faktor sentimen pasar serta faktor politik negara.

3. Penelitian ini hanya menggunakan faktor Debt to Equity Ratio (DER),

Return On Asset (ROA), Current Ratio (ROA) dan Price Earning

Ratio (PER) padahal masih banyak faktor lain yang dapat ikut

mempengaruhi.

C. Saran

1. Dapat menambahkan variabel independen yang dapat mempengaruhi harga seperti kondisi makro ekonomi dan kondisi industri tempat perusahaan bernaung.

2. Mencari faktor-faktor yang lebih berpengaruh terhadap return saham sehingga nilai R square menjadi lebih besar. Jika faktor tersebut dapat ditemukan maka tentu saja akan sangat bermanfaat bagi para pelaku pasar modal atau pihak-pihak lain yang memerlukannya.


(2)

69 DAFTAR PUSTAKA

Astohar, “Pengaruh Return on Assets, Debt to Equity Ratio, Price Book to Value dan Eraning Per share terhadap Return Saham pada

Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia”, Eksplanasi, Vol

5, No 2, pp. 189 – 198. 2010.

Desy Arista dan Astohar, “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Re-turn Saham”, Jurnal Manajemen dan Akuntansi Terapan, Vol. 3,

No. 1. 2012.

Elton, Edwin J and MJ . Gruber, Modern Portfolio Theory and Investment

Analysis, Sixth Edition, John Wiley & Sons, New York, 2003

Fabozzi, Frank J, Manajemen Investasi, Salemba Empat: Jakarta, 1999

Ghozali, Imam. “Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program SPSS”.Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2006. Budialim, Giovani. Pengaruh Kinerja Keuangan dan Risiko Terhadap

Return Saham Perusahaan Sektor Consumer Goods Di Bursa Efek

Indonesia Periode 2007-2011. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas

Surabaya, Vol. 2, No. 1. 2013

Hendy, M Fakhrudin. Tanya Jawab Pasar Modal. Salemba Empat: Jakarta, 2008.

Hamid, Abdul. Panduan Penulisan Skripsi. Edisi Pertama. Jakarta: FEB UIN. 2010.

Hanafi, M.M. Manajemen Keuangan, Edisi 2004/2005. Yogyakarta: BPFE-UGM, 2004.

Hariyani, Iswi dan Dibyo Purnomo, Serfianto. Buku Pintar Hukum Bisnis Pasar Modal Strategi Tepat Investasi Saham, Obligasi, Waran,

Right, Opsi, Reksadana & Produk Pasar Modal Syariah. Jakarta:

Visi Media. 2010

Husnan, Suad, Dasar-Dasar Teori Portofolio Dan Analisis Sekuritas, Edisi Ke Empat, UPP AMP YKPN Yogyakarta, 2005.


(3)

70 Jogiyanto, 2007, Teori Portofolio dan Anal- isis Investasi, Edisi Keempat,

Cetakan Pertama, Yogyakarta: BPFE

Kasmir. Analisis Laporan Keuangan, Edisi 1, Cetakan ke-5. Jakarta: PT Raja Grafindo. 2012.

Moeljadi. Manajemen Keuangan Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif. Edisi satu. Malang : Bayumedia Publishing, 2006.

Martono, Nugroho Cahyo, Pengaruh Faktor Fundamental Perusahaan dan Nilai Tukar terhadap Return Saham pada Perusahaan yang

Terdaftar di BEI (Kasus pada Perusahaan Manufaktur Periode

Tahun 2003 –2007). Tesis, Program Pasca Sarjana Magister Manajemen Universitas Diponegoro, Semarang. 2009.

Nasarudin et al., Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2004)

Purwanto dan Haryanto, Agus, Pengaruh Perkembangan Informasi Rasio Laporan Keuangan Terhadap Fluktuasi Harga Saham dan Tingkat

Keuntungan Saham,Jurnal Akuntansi & Auditing, Vol. 1, No.1, h.

17-33, 2004

Rasmin, 2007, Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Harga Saham,

Skripsi, Program Strata 1 STIE Totalwin, Semarang. (tidak

dipublikasikan).

Riyanto, B., Dasardasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta: Yayasan Badan PenerbitGajah Mada, 1990

Sakti, Pengaruh Return On Asset dan Debt To Equity Ratio Terhadap

Return Saham Pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek

Indonesia (Kasus Pada Sektor Manufaktur Periode Tahun

2003-2007), Jurnal Ilmu Manajemen dan Akuntansi Terapan, Vol. 1 No. 1 pp. 1-12. 2010.

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, ALFABETA, Bandung. 2010.

www.idx.co.id, dikases pada tanggal 13 Oktober 2015.


(4)

Gambar I

Polycheim Indonesia Tbk

Gambar II Argo Pantes Tbk


(5)

Gambar III

PT CENTURY TEXTILE INDUSTRY Tbk

Gambar IV


(6)

Gambar V

PT EVER SHINES TEX Tbk

Gambar VI


Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Likuiditas (Current Ratio), Profitabilitas (Return On Equity, Return On Investment, Earning Per Share), dan Inventory Turnover Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Tekstil Dan Garmen Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

2 110 99

Pengaruh Return on Asset (ROA), Debt to Equity Ratio (DER), Current Ratio (CR), dan Firm Size (FS) terhadap Peringkat Obligasi Perusahaan Nonkeuangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

4 74 97

Analisisis Pengaruh Price Earning Ratio, Return on Equity dan Net Profit Margin Terhadap Harga Saham pada Industri Kimia dan Dasar yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

4 57 85

Pengaruh Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE), Return On Investment ( ROI), Debt to Equity Ratio ( DER), dan Book Value (BV) Per Share Terhadap Harga Saham Properti di Bursa Efek Indonesia

2 71 93

Analisis Pengaruh Price Earning Ratio (PER), Return On Equity (OEe) Dan Net Profit Margin (NPM) Terhadap Harga Saham Pada Industri Rokok Di Bursa Efek Indonesia

0 50 79

Analisis pengaruh rasio likuiditas, profitabiltas, aktivitas, leverage, dan frim size terhadap return saham: studi kasus pada perusahaan yang terdaftar di LQ 45

1 5 70

Pengaruh retrun on asset,current ratio,debt to equity ratio,dividen,laba bersih dan divide pay out ratio terhadap harga saham syariah pada perusahaan yang terdaftar di jakarta islamic index periode 2009-2014

0 7 0

Pengaruh return on asset,current ratio,debt to equity ratio,dividen,laba bersih dan dividend payout ratio terhadap harga saham syariah pada perusahaan yang terdaftar di Jakarta islamic index periode 2009-2014

1 26 123

Analisis Return on Asset, Current Ratio, Debt to Equity Ratio, dan Net Profit Margin Terhadap Nilai Perusahaan

0 6 118

PENGARUH CURRENT RATIO, RETURN ON ASSET, DAN DEBT TO EQUITY RATIO TERHADAP HARGA SAHAM

0 1 14