Mira Benita Maharama : Pengaturan Hukum Internasional Atas Pemanfaatan Tenaga Nuklir Dan Dampak Lingkungan Yang Mungkin Ditimbulkannya, 2008.
USU Repository © 2009
Jepang untuk ”go nuclear”. Selain itu perhatian lainnya adalah pengembangan senjata nuklir China dan klaim teritorialnya di China Selatan, yang melibatkan
sejumlah negara ASEAN Brunei, Vietnam, Filipina, Malaysia. Dengan latar belakang ini, suatu KBSN yang mencakup wilayah daratan dan ekstended
maritime zones di Asia Tenggara dinilai akan sangat membantu mengatasi perhatian lama ASEAN mengenai kebijakan nuklir negara-negara besar di Asia
Pasifik dan implikasi persaingan nuklir itu terhadap kawasan.
32
C. Pengaturan Dan Perkembangan Hukum Nasional Tentang Pemanfaatan
Tenaga Nuklir
Pemanfaatan tenaga nuklir di berbagai bidang kehidupan manusia, dewasa ini sudah semakin berkembang dan maju pesat, dengan tujuan untuk kesejahteraan
rakyat. Demi keselamatan, keamanan, ketentraman dan keselamatan pekerja dan masyarakat, dan perlindungan terhadap lingkungan hidup, pemanfaatan tenaga
nuklir harus dilakukan secara tepat dan hati-hati dan ditujukan untuk maksud damai dan keuntungan sebesar-besarnya bagi kesejahteraan dan kemakmuran
rakyat. Disamping memberikan manfaat yang besar, tenaga nuklir juga mempunyai potensi bahaya radiasi terhadap pekerja, masyarakat dan lingkungan
hidup. Oleh sebab itu pemanfaatan tenaga nuklir harus diatur dan ada pengawasan dari pemerintah. Untuk itu pemerintah mengeluarkan Undang-Undang Nomor 10
Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran. Ketenaganukliran adalah hal yang
32
Ibid., hlm. 277.
Mira Benita Maharama : Pengaturan Hukum Internasional Atas Pemanfaatan Tenaga Nuklir Dan Dampak Lingkungan Yang Mungkin Ditimbulkannya, 2008.
USU Repository © 2009
berkaitan dengan pemanfaatan, pengembangan, dan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi nuklir serta pengawasan kegiatan yang berkaitan dengan tenaga
nuklir. Tenaga nuklir sendiri diartikan sebagai tenaga dalam bentuk apapun yang dibebaskan dalam proses transformasi inti, termasuk tenaga yang berasal dari
sumber radiasi pengion. Pengertian pemanfaatan dalam undang-undang tersebut adalah kegiatan
yang berkaitan dengan tenaga nuklir yang meliputi penelitian, pengembangan, penambangan, pembuatan, produksi, pengangkutan, penyimpanan, pengalihan,
ekspor, impor, penggunaan, dekomisioning, dan pengelolaan limbah radioaktif untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Pemanfaatan tenaga nuklir yang telah digunakan dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu untuk energi dan non energi. Pemanfaatan tenaga nuklir untuk energi
adalah kegiatan yang mempergunakan reaktor nuklir dalam bentuk Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir PLTN, dimana di dalam reaktor nuklir terjadi reaksi
nuklir yang mengakibatkan timbulnya panas dan panas ini diubah menjadi uap yang selanjutnya uap akan dipergunakan memutar turbin yang pada akhirnya
terjadi listrik. Menurut Undang-Undang, istilah reaktor nuklir adalah alat atau instalasi yang dijalankan dengan bahan bakar nuklir yang dapat menghasilkan
reaksi inti berantai yang terkendali dan digunakan untuk pembangkitan daya, atau penelitian, danatau produksi radioisotop.
Sedangkan pemanfaatan tenaga nuklir dalam bentuk non energi sangat banyak didapati dan digunakan di Indonesia dalam bidang kesehatan, industri dan
Mira Benita Maharama : Pengaturan Hukum Internasional Atas Pemanfaatan Tenaga Nuklir Dan Dampak Lingkungan Yang Mungkin Ditimbulkannya, 2008.
USU Repository © 2009
penelitian, seperti sinar x untuk rontgen, radiografi, logging dan penggunaan zat radioaktif seperti sumber Cobalt, Iodium dan lain-lain.
33
Pada perkembangan berikutnya, untuk lebih meningkatkan penguasaan di bidang iptek nuklir, pada tahun 1965 diresmikan pengoperasian reaktor atom
pertama Triga Mark II di Bandung. Kemudian berturut-turut, dibangun pula Kegiatan pengembangan dan pengaplikasian teknologi nuklir di Indonesia
diawali dari pembentukan Panitia Negara untuk Penyelidikan Radioaktivitet tahun 1954.
Pembentukkannya dilatarbelakangi oleh adanya percobaan ledakan nuklir pada tahun 1950-an oleh beberapa negara terutama Amerika Serikat di beberapa
kawasan Pasifik, sehingga menimbulkan kekhawatiran tentang jatuhnya zat radioaktif di wilayah Indonesia. Tugas dari panitia ini adlah untuk menyelidiki
akibat percobaan ledakan nuklir, mengawasi penggunaan tenaga nuklir dan memberikan laporan tahunan kepada pemerintah.
Dengan memperhatikan perkembangan pendayagunaan dan pemanfaatan tenaga atom bagi kesejahteraan masyarakat, maka melalui Peraturan Pemerintah
No. 65 tahun 1958, pada tanggal 5 Desember 1958 dibentuklah Dewan Tenaga Atom dan Lembaga Tenaga Atom LTA. Tugas Lembaga Tenaga Atom adalah
untuk melaksanakan riset di bidang tenaga nuklir dan mengawasi penggunaan tenaga nuklir di Indonesia. Kemudian disempurnakan menjadi Badan Tenaga
Atom Nasional BATAN berdasarkan Undang-Undang No. 31 tahun 1964 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Tenaga Atom.
33
Amil Mardha, “Perangkat Hukum Nasional Dalam Penggunaan Tenaga Nuklir Pada Instalasi Pembangkit Tenaga Listrik”, http:www.legalitas.org?q=node212
Mira Benita Maharama : Pengaturan Hukum Internasional Atas Pemanfaatan Tenaga Nuklir Dan Dampak Lingkungan Yang Mungkin Ditimbulkannya, 2008.
USU Repository © 2009
beberapa fasilitas litbangyasa yang tersebar di berbagai pusat penelitian, antara lain Pusat Penelitian Tenaga Atom Pasar Jumat, Jakarta 1966, Pusat Penelitian
Tenaga Atom GAMA, Yogyakarta 1967, dan Reaktor Serba Guna 30 MW 1987 disertai fasilitas penunjangnya, seperti: fabrikasi dan penelitian bahan
bakar, uji keselamatan reaktor, pengelolaan limbah radioaktif dan fasilitas nuklir lainnya.
Sementara itu dengan perubahan paradigma pada tahun 1997 ditetapkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran yang
diantaranya mengatur pemisahan unsur pelaksana kegiatan pemanfaatan tenaga nuklir BATAN dengan unsur pengawas tenaga nuklir BAPETEN.
34
34
http:id.88db.comidServicesPost_Detail.pagepersonal_communityAnnouncement_ Message?PostID=99531
Badan Tenaga Atom Nasional BATAN bertugas untuk melaksanakan riset tenaga nuklir dan mengawasi penggunaan tenaga nuklir di Indonesia. Fungsi
pengawasan penggunaan energi nuklir tersebut dilaksanakan oleh unit yang berada di bawah BATAN, yang terakhir pada Biro Pengawasan Tenaga Atom
BPTA yang merupakan cikal bakal BAPETEN. Badan Pengawas Tenaga Nuklir BAPETEN berdasarkan Undang-
Undang Nomor 10 Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran dimana undang-undang ini mensyaratkan pemisahan fungsi organisasi antara badan pengawas yaitu
BAPETEN, dan badan peneliti yaitu BATAN.
Mira Benita Maharama : Pengaturan Hukum Internasional Atas Pemanfaatan Tenaga Nuklir Dan Dampak Lingkungan Yang Mungkin Ditimbulkannya, 2008.
USU Repository © 2009
Badan Pengawasan Tenaga Nuklir BAPETEN memiliki kewenangan untuk melaksanakan fungsi pengawasan terhadap penggunaan tenaga nuklir, yang
meliputi perizinan, inspeksi dan penegakan peraturan.
35
Pengawasan tenaga nuklir di Indonesia tidak bisa dihindari dan sangat diperlukan. Dengan makin berkembangnya teknologi nuklir dan penggunaannya
di masyarakat makin meluas, pengawasan ditujukan untuk memastikan keselamatan masyarakat dan lingkungan. Berdasarkan Undang-Undang,
Badan Pengawas Tenaga Nuklir BAPETEN adalah Lembaga Pemerintah non Departemen LPND yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
Presiden. BAPETEN bertugas melaksanakan pengawasan terhadap segala kegiatan pemanfaatan tenaga nuklir di Indonesia melalui peraturan perundangan,
perizinan dan inspeksi sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. BAPETEN didirikan pada tanggal 8 Mei 1998 dan mulai aktif berfungsi pada
tanggal 4 Januari 1999. Ledakan nuklir di Hiroshima dan Nagasaki di bulan Agustus 1945
melepaskan panas dan radiasi yang luar biasa, dan mengakibatkan banyak penderitaan, kehancuran dan korban jiwa. Sekalipun energi nuklir pernah
memberikan stikma buruk sebagai tenaga pemunah massal, berbagai aplikasi tenaga nuklir telah memberikan manfaat saat ini dan dikemudian hari, termasuk di
Indonesia.
35
“Badan Pengawas Tenaga Nuklir”, http:id.wikipedia.orgwikiBadan_Pengawas_ Tenaga_Nuklir
Mira Benita Maharama : Pengaturan Hukum Internasional Atas Pemanfaatan Tenaga Nuklir Dan Dampak Lingkungan Yang Mungkin Ditimbulkannya, 2008.
USU Repository © 2009
BAPETEN melaksanakan kewajiban pemerintah dalam mengawasi penggunaan tenaga nuklir.
Undang-Undang Ketenaganukliran tahun 1997 memberikan mandat pada BAPETEN untuk membuat peraturan, menerbitkan izin, melakukan inspeksi dan
mengambil langkah penegakan peraturan untuk menjamin kepatuhan pengguna tenaga nuklir terhadap peraturan dan ketentuan keselamatan.
36
Hukum nasional Indonesia dalam perkembangannya juga meratifikasi beberapa perjanjian internasional mengenai ketenaganukliran yang dibuat oleh
IAEA dimana Indonesia juga merupakan salah satu anggotanya. Turut sertanya Indonesia sebagai salah satu anggota IAEA sesuai dengan amanat Pembukaan
Undang-Undang Dasar 1945 yang menggariskan antara lain agar Pemerintah Republik Indonesia melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah Indonesia memajukan kesejahteraan Umum, mencerdaskan kehidupan bangsa serta ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
37
Perjanjian mengenai Pencegahan Penyebaran Senjata-senjata Nuklir Treaty on the Non-Proliferation of Nuclear Weapons telah ditandatangani oleh
wakil Republik Indonesia pada tanggal 2 Maret 1970 di London, Moskow dan Washington DC, kemudian disahkan dengan Undang-Undang Tentang
36
http:www.bapeten.go.idindex.php?modul=pagepagename=pendahuluanpageback =profile_ind
37
Pembukaan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945.
Mira Benita Maharama : Pengaturan Hukum Internasional Atas Pemanfaatan Tenaga Nuklir Dan Dampak Lingkungan Yang Mungkin Ditimbulkannya, 2008.
USU Repository © 2009
Pengesahan Perjanjian Mengenai Pencegahan Penyebaran Senjata-Senjata Nuklir Nomor 8 Tahun 1978.
38
Selain itu juga terdapat Keputusan Presiden No. 106 Tahun 2001 Tentang Pengesahan Convension On Nuclear Safety Konvensi Tentang Keselamatan
Nuklir. Di Wina, Austria, pada tanggal 20 September 1994 Pemerintah Republik Indonesia telah menandatangani Convention on Nuclear Safety Konvensi tentang
Keselamatan Nuklir, sebagai hasil Sidang Umum ke-28 Badan Tenaga Atom Internasional dan sehubungan dengan itu dipandang perlu untuk mengesahkan
Convention tersebut dengan Keputusan Presiden.
39
D. Penerapan Sanksi Atas Pelanggaran Dan Penyalahgunaan Pemanfaatan