Mira Benita Maharama : Pengaturan Hukum Internasional Atas Pemanfaatan Tenaga Nuklir Dan Dampak Lingkungan Yang Mungkin Ditimbulkannya, 2008.
USU Repository © 2009
Negara-negara yang telah menandatangani perjanjian ini sebagai negara non-senjata nuklir dan mempertahankan status tersebut memiliki catatan baik
untuk tidak mengembangkan senjata nuklir. Di beberapa wilayah, fakta bahwa negara-negara tetangga bebas dari senjata nuklir mengurangi tekanan bagi negara
tersebut untuk mengembangkan senjata nuklir sendiri, biarpun negara tetangga tersebut diketahui memiliki program tenaga nuklir damai yang bisa memicu
kecurigaan. Dalam hal ini, perjanjian Non-Proliferasi bekerja sebagaimana mestinya.
Perjanjian ini diusulkan oleh Irlandia dan pertama kali ditandatangani oleh Finlandia. Pertama kali terbuka untuk penandatanganan pada 1 Juli 1968 di New
York. Mulai berlaku sejak 5 Maret 1970 setelah diratifikasi oleh Inggris, Uni Soviet, Amerika Serikat, dan 40 negara lainnya. Pada tanggal 11 Mei 1995, di
New York, lebih dari 170 negara sepakat untuk melanjutkan perjanjian ini tanpa batas waktu dan tanpa syarat.
29
B. Perjanjian Dan Kerjasama Regional Dalam Kaitannya Dengan
Penggunaan Tenaga Nuklir
Kawasan Asia Tenggara yang strategis telah sejak lama menjadi incaran negara-negara besar, khususnya dalam konteks persaingan perang dingin. Baik
Amerika Serikat maupun Uni Soviet senantiasa menanamkan dan meluaskan
29
“Perjanjian Nonproliferasi Nuklir”, http:id.wikipedia.orgwikiPerjanjian_ Nonproliferasi_Nuklir
Mira Benita Maharama : Pengaturan Hukum Internasional Atas Pemanfaatan Tenaga Nuklir Dan Dampak Lingkungan Yang Mungkin Ditimbulkannya, 2008.
USU Repository © 2009
pengaruhnya ke kawasan ini. Persaingan ini menimbulkan persoalan penting, bahwa kawasan Asia Tenggara yang letaknya strategis menjadi bahan rebutan
sehingga kemungkinan timbulnya konflik dikawasan ini sangat besar, terutama konflik bersenjata, dan bukan tidak mungkin termasuk didalamnya adalah senjata
nuklir. Sehingga menjadi persoalan penting negara-negara Asia Tenggara bersatu untuk mempertahankan keamanan dan kedamaian wilayah regional yang terbina
selama ini. Salah satu hasil upaya mewujudkan kawasan yang bebas konflik
bersenjata maka ASEAN mewujudkannya didalam suatu perjanjian kerjasama regional yang melahirkan terbentuknya Kawasan Bebas Senjata Nuklir Asia
Tenggara atau Southeast Asia Nuclear Weapon Free Zone atau Traktat Bangkok yang biasa disingkat SEANWFZ adalah merupakan suatu kesepakatan diantara
negara-negara Asia Tenggara yang terdiri dari Brunei Darussalam, Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam
untuk mengamankan kawasan Asean dari nuklir. Pada tanggal 29 Juli 2007 ASEAN sepakat untuk mengadopsi rencana aksi
SEANWFZ guna mempercepat pembentukan kawasan bebas senjata nuklir di Asia Tenggara.
Protokol ini juga terbuka bagi penanda tanganan oleh RRT China, Perancis, Rusia, Inggris, dan Amerika
Gagasan pembentukan Kawasan Bebas Senjata Nuklir Asia Tenggara SEANWFZ ini diawali pada tanggal 27 November 1971, sewaktu 5 anggota dari
Mira Benita Maharama : Pengaturan Hukum Internasional Atas Pemanfaatan Tenaga Nuklir Dan Dampak Lingkungan Yang Mungkin Ditimbulkannya, 2008.
USU Repository © 2009
Association of Southeast Asian Nations ASEAN bertemu di Kuala Lumpur dan menanda tangani deklarasi atas ASEAN Zone of Peace, Freedom, and Neutrality
ZOPFAN atau Asean sebagai kawasan damai, merdeka dan netral. Komponen utama dari ZOPFAN yang dituju oleh ASEAN adalah pembentukan SEANWFZ.
Namun demikian sehubungan dengan suasana politik di kawasan yang kurang menguntungkan maka proposal resmi untuk pendirian kawasan bebas nuklir
tersebut tertunda hingga pertengahan tahun 1980an. Setelah melakukan perundingan dan pembuatan naskah oleh suatu kelompok kerja ASEAN atas
ZOPFAN, maka traktat SEANWFZ akhirnya ditanda tangani oleh kepala pemerintahan dari 10 negara anggota Asean di Bangkok pada tanggal 15
Desember 1995. Negara-negara anggota berkewajiban untuk tidak mengembangkan,
memproduksi, atapun membeli, mempunyai atau menguasai senjata nuklir, pangkalan senjata nuklir, ataupun melakukan uji coba atau menggunakan senjata
nuklir dimanapun juga baik didalam maupun diluar kawasan Asia Tenggara; tidak meminta ataupun menerima bantuan berkenan dengan nuklir; tidak melakukan
segala suatu kegiatan pemberian bantuan ataupun menyokong pembuatan ataupun pengambil alihan peralatan nuklir apapun juga oleh negara manapun juga; tidak
menyediakan sumber daya atau material khusus ataupun perlengkapan kepada negara persenjataan non nuklir dimanapun juga non nuclear weapon state-
NNWS, atapun negara persenjataan nuklir terkecuali negara tersebut telah memenuhi perjanjian keselamatan dengan the International Atomic Energy
Mira Benita Maharama : Pengaturan Hukum Internasional Atas Pemanfaatan Tenaga Nuklir Dan Dampak Lingkungan Yang Mungkin Ditimbulkannya, 2008.
USU Repository © 2009
Agency; untuk mencegah operasi atau penggelaran senjata nuklir di wilayah- wilayah anggotanya dan mencegah pula dilakukannya uji coba nuklir; serta
mencegah wilayah laut kawasan Asia Tenggara dari pembuangan sampah radioaktif dan ataupun bahan-bahan radioaktif lainnya oleh siapapun juga.
30
Pembentukan KBSN ini dinilai tidak saja akan memberi sumbangan dalam upaya mewujudkan perlucutan senjata secara umum, tetapi juga sebagai suatu
langkah efektif dalam meningkatkan perdamaian dan keamanan wilayah Asia Tenggara. Salah satu perkembangan positif di Asia Tenggara yang kemudian akan
banyak pengaruhnya terhadap kemajuan upaya pembentukan KBSN Asia Tengara ini adalah berakhirnya konflik Kamboja pada tahun 1990, dimana Indonesia
memiliki andil yang besar dalam proses perdamaiannya. Pada tingkat global, berakhirnya perang dingin juga terasa pengaruh positifnya di Asia Tenggara,
seperti terlihat dengan ditutupnya pangkalan militer asing dari kawasan ini.
31
Keputusan ASEAN untuk memulai membahas masalah-masalah keamanan regional secara langsung dan berkala telah menjadi momentum baru
bagi gagasan pembentukan KBSN tersebut, meskipun tidak ada satupun negara Asia Tenggara yang memiliki atau dicurigai mengembangkan senjata nuklir atau
berambisi menjadi negara nuklir, ASEAN sebenarnya prihatin dengan perkembangan yang terjadi di kawasan Asia Timur. Negara-negara ASEAN
khawatir terhadap program nuklir Korea Utara yang dinilai akan dapat mendorong
30
“Kawasan Bebas Senjata Nuklir Asia Tenggara”, http:id.wikipedia.orgwiki Kawasan_Bebas_Senjata_Nuklir_Asia_Tenggara
31
Dien Wirengjurut, Op.cit., hlm. 275.
Mira Benita Maharama : Pengaturan Hukum Internasional Atas Pemanfaatan Tenaga Nuklir Dan Dampak Lingkungan Yang Mungkin Ditimbulkannya, 2008.
USU Repository © 2009
Jepang untuk ”go nuclear”. Selain itu perhatian lainnya adalah pengembangan senjata nuklir China dan klaim teritorialnya di China Selatan, yang melibatkan
sejumlah negara ASEAN Brunei, Vietnam, Filipina, Malaysia. Dengan latar belakang ini, suatu KBSN yang mencakup wilayah daratan dan ekstended
maritime zones di Asia Tenggara dinilai akan sangat membantu mengatasi perhatian lama ASEAN mengenai kebijakan nuklir negara-negara besar di Asia
Pasifik dan implikasi persaingan nuklir itu terhadap kawasan.
32
C. Pengaturan Dan Perkembangan Hukum Nasional Tentang Pemanfaatan