Permasalahan Tujuan Manfaat Alat Bahan Prosedur Percobaan

Yulida Amelia Nasution : Penetapan Kadar Zat Aktif Parasetamol Dalam Obat Sediaan Oral Dengan Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi KCKT, 2009. USU Repository © 2009 pengakuan sebagai obat yang boleh diproduksi dan diedarkan. Zat kimia inilah yang kemudian oleh pengobatan modern dinamakan sebagai obat zat aktif. Obat dibuat dalam skala besar di pabrik obat. Dibuat dalam bentuk tablet, kapsul, sirup, atau bentuk lainnya, bisa pula dibuat dalam berbagai bentuk sekaligus. Pada proses pembuatannya, zat aktif obat tersebut biasanya akan ditambahkan bahan- bahan lain yang dimaksudkan agar dapat membantu menjadi bentuk obat yang baik. Bahan-bahan tambahan juga dimaksudkan untuk membantu agar obat tersebut mudah masuk dan berkhasiat dalam tubuh sesuai dengan yang diharapkan. Widodo, 2004 Parasetamol merupakan obat yang memiliki khasiat meredakan sakit nyeri dan menurunkan suhu demam. Parasetamol dimetabolisir oleh hati dan dikeluarkan melalui ginjal. Parasetamol tidak merangsang selaput lendir lambung atau menimbulkan perdarahan pada saluran cerna. Diduga mekanisme kerjanya adalah menghambat pembentukan prostaglandin. http:www.actavis.co.id Obat ini digunakan untuk mengurangi atau melenyapkan rasa nyeri dan menurunkan suhu badan yang tinggi. Misalnya pada sakit kepala, sakit gigi, nyeri haid, keseleo, demam imunisasi, demam flu dan lain sebagainya. Obat-obat golongan ini yang beredar sebagai obat bebas adalah untuk sakit yang bersifat ringan, sedangkan untuk sakit yang berat misal: sakit karena batu ginjal, batu empedu dan kanker perlu menggunakan jenis obat keras harus dengan resep dokter dan untuk demam yang berlarut-larut membutuhkan pemeriksaan dokter. Widodo, 2004

1.2. Permasalahan

Yulida Amelia Nasution : Penetapan Kadar Zat Aktif Parasetamol Dalam Obat Sediaan Oral Dengan Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi KCKT, 2009. USU Repository © 2009 Permasalahannya adalah apakah kadar zat aktif parasetamol yang terkandung dalam obat sediaaan oral telah memenuhi syarat sesuai dengan Farmakope Indonesia FI Edisi IV Tahun 1995 yaitu tidak kurang dari 90,0 dan tidak lebih dari 110,0.

1.3. Tujuan

- Untuk mengetahui kadar zat aktif parasetamol dalam obat sediaan oral - Untuk mengetahui metode yang digunakan dalam penetapan kadar zat aktif parasetamol dalam obat sediaan oral secara laboratorium

1.4. Manfaat

- Memberikan informasi tentang kadar zat aktif parasetamol dalam obat sediaan oral - Memberikan informasi tentang apakah kadar zat aktif parasetamol yang terkandung dalam obat sediaaan oral telah memenuhi syarat sesuai dengan Farmakope Indonesia FI Edisi IV Tahun 1995 yaitu tidak kurang dari 90,0 dan tidak lebih dari 110,0 - Memberikan informasi tentang metode yang digunakan dalam penetapan kadar zat aktif parasetamol dalam obat sediaan oral Yulida Amelia Nasution : Penetapan Kadar Zat Aktif Parasetamol Dalam Obat Sediaan Oral Dengan Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi KCKT, 2009. USU Repository © 2009 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Parasetamol

Parasetamol atau asetaminofen adalah obat analgesik dan antipiretik yang digunakan untuk melegakan sakit kepala, sengal-sengal dan sakit ringan, dan demam. Digunakan dalam sebagian besar resep obat analgesik salesma dan flu. Parasetamol aman dalam dosis standar, tetapi karena mudah didapati, overdosis obat baik sengaja atau tidak sengaja sering terjadi. Berbeda dengan obat analgesik yang lain seperti aspirin dan ibuprofen, parasetamol tidak memiliki sifat antiradang. Struktur Asetaminofen parasetamol N-acetyl-para-aminophenol Berat molekul 151.17 Rumus empiris C 8 H 9 NO 2 Asal kata Yulida Amelia Nasution : Penetapan Kadar Zat Aktif Parasetamol Dalam Obat Sediaan Oral Dengan Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi KCKT, 2009. USU Repository © 2009 Kata asetaminofen dan parasetamol berasal dari singkatan nama kimia bahan tersebut : - Versi Amerika N-asetil-para-aminofenol asetominofen - Versi Inggris para-asetil-amino-fenol parasetamol http:id.wikipedia.orgwikiParasetamol Asetaminofen atau yang biasa disebut Parasetamol, mempunyai daya kerja analgetik dan antipiretik sama dengan Asetosal, meskipun secara kimia tidak berkaitan. Tidak seperti Asetosal, Asetaminofen tidak mempunyai daya kerja antiradang, dan tidak menimbulkan iritasi dan pendarahan lambung. Sebagai obat antipiretika, dapat digunakan baik Asetosal, Salsilamid maupun Asetaminofen. Diantara ketiga obat tersebut, Asetaminofen mempunyai efek samping yang paling ringan dan aman untuk anak-anak. Untuk anak-anak di bawah umur dua tahun sebaiknya digunakan Asetaminofen, kecuali ada pertimbangan khusus lainnnya dari dokter. Dari penelitian pada anak-anak dapat diketahui bahwa kombinasi Asetosal dengan Asetaminofen bekerja lebih efektif terhadap demam daripada jika diberikan sendiri-sendiri. Sartono, 1996

2.1.1 Sejarah Parasetamol

Sebelum penemuan asetaminofen, kulit sinkona digunakan sebagai agen antipiretik, selain digunakan untuk menghasilkan obat antimalaria, kina. Karena pohon sinkona semakin berkurang pada 1880-an, sumber alternatif mulai dicari. Terdapat dua agen antipiretik yang dibuat pada 1880-an; asetanilida pada 1886 dan fenasetin pada 1887. Pada masa ini, parasetamol telah disintesis oleh Harmon Yulida Amelia Nasution : Penetapan Kadar Zat Aktif Parasetamol Dalam Obat Sediaan Oral Dengan Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi KCKT, 2009. USU Repository © 2009 Northrop Morse melalui pengurangan p-nitrofenol bersama timah dalam asam asetat gletser. Biarpun proses ini telah dijumpai pada tahun 1873, parasetamol tidak digunakan dalam bidang pengobatan hingga dua dekade setelahnya. Pada 1893, parasetamol telah ditemui di dalam air kencing seseorang yang mengambil fenasetin, yang memekat kepada hablur campuran berwarna putih dan berasa pahit. Pada tahun 1899, parasetamol dijumpai sebagai metabolit asetanilida. Namun penemuan ini tidak dipedulikan pada saat itu. Pada 1946, Lembaga Studi Analgesik dan Obat-obatan Sedatif telah memberi bantuan kepada Departemen Kesehatan New York untuk mengkaji masalah yang berkaitan dengan agen analgesik. Bernard Brodie dan Julius Axelrod telah ditugaskan untuk mengkaji mengapa agen bukan aspirin dikaitkan dengan adanya methemoglobinemia, sejenis keadaan darah tidak berbahaya. Di dalam tulisan mereka pada 1948, Brodie dan Axelrod mengaitkan penggunaan asetanilida dengan methemoglobinemia dan mendapati pengaruh analgesik asetanilida adalah disebabkan metabolit parasetamol aktif. Mereka membela penggunaan parasetamol karena memandang bahan kimia ini tidak menghasilkan racun asetanilida. http:id.wikipedia.orgwikiParasetamol Derivat-asetanilida ini adalah metabolit dari fenasetin, yang dahulu banyak digunakan sebagai analgeticum, tetapi pada tahun 1978 telah ditarik dari peredaran karena efek sampingnya nefrotoksisitas dan karsinogen. Khasiatnya analgetis dan antipiretis, tetapi tidak antiradang. Dewasa ini pada umumnya dianggap sebagai zat antinyeri yang paling aman, juga untuk swamedikasi pengobatan mandiri. Efek analgetisnya diperkuat oleh kofein dengan kira-kira 50 dan kodein. Resorpsinya dari Yulida Amelia Nasution : Penetapan Kadar Zat Aktif Parasetamol Dalam Obat Sediaan Oral Dengan Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi KCKT, 2009. USU Repository © 2009 usus cepat dan praktis tuntas, secara rektal lebih lambat. Efek samping tak jarang terjadi, antara lain reaksi hipersensitivitas dan kelainan darah. Overdose bisa menimbulkan antara lain mual, muntah, dan anorexia. Penanggulangannya dengan cuci lambung, juga perlu diberikan zat-zat penawar asam amino N-asetilsistein atau metionin sedini mungkin, sebaiknya dalam 8-10 jam setelah intoksikasi. Wanita hamil dapat menggunakan parasetamol dengan aman, juga selama laktasi walaupun mencapai air susu ibu. Interaksi pada dosis tinggi memperkuat efek antikoagulansia, dan pada dosis biasa tidak interaktif. Tjay, 2000 Cara kerja Parasetamol Analgesik - antipiretik - Sebagai analgesik, bekerja dengan meningkatkan ambang rangsang rasa sakit - Sebagai antipiretik, diduga bekerja langsung pada pusat pengatur panas di hipotalamus Indikasi - Meringankan rasa sakit pada keadaan sakit kepala, sakit gigi dan menurunkan demam Kontra indikasi - Penderita gangguan fungsi hati yang berat - Penderita hipersensitif terhadap obat ini Efek samping - Penggunaan jangka lama dan dosis besar dapat menyebabkan kerusakan hati - Reaksi hipersensitivitas Perhatian - Hati-hati penggunaan obat ini pada penderita penyakit ginjal Yulida Amelia Nasution : Penetapan Kadar Zat Aktif Parasetamol Dalam Obat Sediaan Oral Dengan Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi KCKT, 2009. USU Repository © 2009 - Bila setelah 2 hari demam tidak menurun atau setelah 5 hari nyeri tidak menghilang, segera hubungi Unit Pelayanan Kesehatan - Penggunaan obat ini pada penderita yang mengkonsumsi alkohol, dapat meningkatkan resiko kerusakan fungsi hati - Simpan pada suhu 15°C - 30º C, terhindar dari cahaya - Jauhkan dari jangkauan anak-anak http:www.actavis.co.id Hal-hal yang perlu diperhatikan pada penggunaan Parasetamol: - Kelebihan dosis dapat menyebabkan gangguan fungsi hati - Makanlah bersama dengan makanan atau susu - Selama menggunakan obat ini hindari minum alkohol. Minumlah air yang banyak kira-kira 2 liter per hari - Pemakaian untuk dewasa tidak boleh lebih dari 10 hari terus menerus, dan anak anak tidak boleh lebih dari 5 kali sehari selama 5 hari Widodo, 2004

2.1.2. Keracunan Parasetamol

Parasetamol Asetaminofen adalah obat yang sangat aman, tetapi bukan berarti tidak berbahaya. Sejumlah besar asetaminofen akan melebihi kapasitas kerja hati, sehingga hati tidak lagi dapat menguraikannya menjadi bahan yang tidak berbahaya. Akibatnya, terbentuk suatu zat racun yang dapat merusak hati. Keracunan asetaminofen pada anak-anak yang belum mencapai masa puber, jarang berakibat Yulida Amelia Nasution : Penetapan Kadar Zat Aktif Parasetamol Dalam Obat Sediaan Oral Dengan Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi KCKT, 2009. USU Repository © 2009 fatal. Pada anak-anak yang berumur lebih dari 12 tahun, overdosis asetaminofen bisa menyebabkan kerusakan hati. Gejala keracunan parasetamol terjadi melalui 4 tahapan : - Stadium I beberapa jam pertama : belum tampak gejala - Stadium II setelah 24 jam : mual dan muntah; hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa hati tidak berfungsi secara normal - Stadium III 3-5 hari kemudian : muntah terus berlanjut; pemeriksaan menunjukkan bahwa hati hampir tidak berfungsi, muncul gejala kegagalan hati - Stadium IV setelah 5 hari : penderita membaik atau meninggal akibat gagal hati Gejalanya lainnya yang mungkin ditemukan ialah : - berkeringat - kejang - nyeri atau pembengkakan di daerah lambung - nyeri atau pembengkakan di perut bagian atas - diare - nafsu makan berkurang - mual atau muntah - rewel - koma Gejala mungkin baru timbul 12 jam atau lebih setelah mengkonsumsi parasetamol. Tindakan darurat yang dapat dilakukan di rumah adalah segera memberikan sirup Yulida Amelia Nasution : Penetapan Kadar Zat Aktif Parasetamol Dalam Obat Sediaan Oral Dengan Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi KCKT, 2009. USU Repository © 2009 ipekak untuk merangsang muntah dan mengosongkan lambung. http:fund0c.multiply.comjournalitem128 Asetilsistein intravena atau oral dan metyion oral adalah antidot penawar racun yang berpotensi menyelamatkan nyawa pada keracunan parasetamol karena obat-obat tersebut meningkatkan sintesis glutation hati. Pasien yang mengkonsumsi parasetamol overdosis seharusnya diambil sampel darahnya pada 4 jam atau lebih setelah menelan untuk menentukan dengan cepat konsentrasi obat dalam plasma sehingga dapat diberikan antidot. Antidot yang paling efektif adalah asetilsistein yang diberikan secara intravena dalam 8 jam setelah menelan parasetamol. Neal, 2006 2.2 KCKT 2.2.1. Sejarah KCKT Kromatografi Cair Kinerja Tinggi atau KCKT atau biasa juga disebut dengan HPLC High Performance Liquid Chromatography dikembangkan pada akhir tahun 1960-an dan awal tahun 1970-an. Saat ini, KCKT merupakan teknik pemisahan yang diterima secara luas untuk analisis dan pemurnian senyawa tertentu dalam suatu sampel pada sejumlah bidang, antara lain; farmasi, lingkungan, bioteknologi, polimer, dan industri-industri makanan. Beberapa perkembangan KCKT terbaru antara lain: miniaturisasi sistem KCKT, penggunaan KCKT untuk analisis asam-asam nukleat, analisis protein, analisis karbohidrat, dan analisis senyawa-senyawa kiral. Rohman, 2006 Yulida Amelia Nasution : Penetapan Kadar Zat Aktif Parasetamol Dalam Obat Sediaan Oral Dengan Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi KCKT, 2009. USU Repository © 2009

2.2.2. Kegunaan KCKT

Kegunaan umum KCKT adalah untuk : pemisahan sejumlah senyawa organik, anorganik, maupun senyawa biologis; analisis ketidakmurnian impurities; analisis senyawa-senyawa tidak mudah menguap non-volatil; penentuan molekul-molekul netral, ionik, maupun zwitter ion; isolasi dan pemurnian senyawa; pemisahan senyawa-senyawa yang strukturnya hampir sama; pemisahan senyawa-senyawa dalam jumlah sekelumit trace elements, dalam jumlah banyak, dan dalam skala proses industri. KCKT merupakan metode yang tidak destruktif dan dapat digunakan baik untuk analisis kualitatif maupun kuantitatif. KCKT paling sering digunakan untuk : menetapkan kadar senyawa-senyawa tertentu seperti asam-asam amino, asam-asam nukleat, dan protein-protein dalam cairan fisiologis; menentukan kadar senyawa-senyawa aktif obat, produk hasil samping proses sintetis, atau produk-produk degradasi dalam sediaan farmasi; memonitor sampel-sampel yang berasal dari lingkungan; memurnikan senyawa dalam suatu campuran; memisahkan polimer dan menentukan distribusi berat molekulnya dalam suatu campuran; kontrol kualitas; dan mengikuti jalannya reaksi sintetis. Keterbatasan metode KCKT adalah untuk identifikasi senyawa, kecuali jika KCKT dihubungkan dengan Spektrometer Massa MS. Keterbatasan lainnya adalah jika sampelnya sangat kompleks, maka resolusi yang baik sulit diperoleh. Rohman, 2006

2.2.3. Keuntungan KCKT

KCKT dapat dianggap sebagai pelengkap KG. Dalam banyak hal keduanya dapat digunakan untuk menghasilkan pemisahan yang sama. Untuk KG diperlukan pembuatan turunan senyawa, sedangkan KCKT dapat dilakukan tanpa pembuatan Yulida Amelia Nasution : Penetapan Kadar Zat Aktif Parasetamol Dalam Obat Sediaan Oral Dengan Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi KCKT, 2009. USU Repository © 2009 turunan senyawa. Untuk senyawa yang tidak tahan panas atau tidak atsiri, KCKT merupakan pilihan yang tepat. Bagaimanapun, KCKT tidak akan menggantikan KG, sekalipun memang peranannya di lab analisis semakin lama semakin besar. Pembuatan turunan senyawa menjadi populer pula pada KCKT karena cara itu dapat dipakai untuk meningkatkan kepekaan detektor UV-Vis yang biasa digunakan. KCKT mempunyai banyak keuntungan jika dibandingkan dengan Kromatografi Cair klasik, yaitu : Kecepatan Waktu analisis umumnya kurang dari 1 jam. Banyak analisis yang dapat dilakukan dalam 15-30 menit. Untuk analisis yang tidak rumit, waktu analisis dapat dicapai kurang dari 5 menit. Daya Pisah Berbeda dengan KG, Kromatografi Cair mempunyai dua fase tempat terjadinya interaksi. Pada KG, gas yang mengalir sedikit berinteraksi dengan zat padat, pemisahan tercapai terutama karena interaksi dengan fase diam saja. Kemampuan zat padat berinteraksi secara selektif dengan fase diam dan fase gerak pada KCKT memberikan parameter tambahan untuk mencapai pemisahan yang diinginkan. Sensitivitas Detektor Detektor serapan UV yang biasa digunakan dalam KCKT dapat mendeteksi berbagai jenis senyawa dalam jumlah nanogram 10 -9 g. Detektor Fluoresensi dan Elektrokimia dapat mendeteksi dalam jumlah pikogram 10 -12 g. Detektor-detektor seperti Spektrometer Massa, Indeks Bias, Radiometri, dll semuanya telah digunakan dalam KCKT. Yulida Amelia Nasution : Penetapan Kadar Zat Aktif Parasetamol Dalam Obat Sediaan Oral Dengan Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi KCKT, 2009. USU Repository © 2009 Kolom yang dapat digunakan kembali Berbeda dengan kolom kromatografi klasik, kolom KCKT dapat digunakan kembali. Banyak analisis dapat dilakukan pada kolom yang sama sebelum kolom itu harus diganti. Akan tetapi, kolom tersebut turun mutunya; laju penurunan mutu itu bergantung pada jenis cuplikan yang disuntikkan, kemurnian pelarut, dan jenis pelarut yang dipakai. Molekul besar dan ion Secara khusus senyawa ini tidak dapat dipisahkan dengan KG karena volatilitasnya rendah. KG biasanya menggunakan senyawa turunannya untuk menganalisis ion. KCKT dengan jenis eksklusi dan penukar ion ideal untuk menganalisis molekul besar dan ion. Mudah memperoleh cuplikan kembali Sebagian besar detektor yang digunakan pada KCKT tidak menyebabkan kerusakan pada komponen sampel sehingga komponen sampel dapat dikumpulkan dengan mudah ketika melewati detektor. Biasanya pelarut dapat dihilangkan dengan mudah dengan cara penguapan, kecuali pada penukar ion yang memerlukan prosedur khusus. Johnson, 1991

2.2.4. Kelebihan KCKT

Kromatografi Cair Kinerja Tinggi KCKT atau High Pressure Liquid Chromatography HPLC merupakan salah satu metode kimia dan fisikokimia. termasuk metode analisis terbaru yaitu suatu teknik kromatografi dengan fasa gerak cairan dan fasa diam cairan atau padat. Banyak kelebihan metode ini jika dibandingkan dengan metode lainnya. Kelebihan itu antara lain : Yulida Amelia Nasution : Penetapan Kadar Zat Aktif Parasetamol Dalam Obat Sediaan Oral Dengan Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi KCKT, 2009. USU Repository © 2009 • Mampu memisahkan molekul-molekul dari suatu campuran • Mudah melaksanakannya • Kecepatan analisis dan kepekaan yang tinggi • Dapat dihindari terjadinya dekomposisi kerusakan bahan yang dianalisis • Resolusi yang baik • Dapat digunakan bermacam-macam detektor • Kolom dapat digunakan kembali www.library.usu.ac.id

2.2.5. Detektor Spektrofotometri UV-Vis

Detektor jenis ini merupakan detektor yang paling banyak digunakan dan sangat berguna untuk analisis di bidang farmasi karena kebanyakan senyawa obat mempunyai struktur yang dapat menyerap sinar UV-Vis. Detektor ini didasarkan pada adanya penyerapan radiasi ultraviolet UV dan sinar tampak Vis pada kisaran panjang gelombang 190-800 nm oleh spesies solut yang mempunyai struktur-struktur atau gugus-gugus kromoforik. Sel detektor umumnya berupa tabung dengan diameter 1 mm dan panjang celah optiknya 10 mm, serta diatur sedemikian rupa sehingga mampu menghilangkan pengaruh indeks bias yang dapat mengubah absorbansi yang terukur. Detektor spektrofotometri UV-Vis dapat berupa detektor dengan panjang gelombang tetap merupakan detektor yang paling sederhana serta detektor dengan panjang gelombang bervariasi. Detektor panjang gelombang tetap menggunakan lampu uap merkuri sebagai sumber energinya dan suatu filter optis yang akan memilih sejumlah panjang gelombang, misal 254, 380, 334, dan 436 nm. Panjang gelombang Yulida Amelia Nasution : Penetapan Kadar Zat Aktif Parasetamol Dalam Obat Sediaan Oral Dengan Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi KCKT, 2009. USU Repository © 2009 yang dipilih biasanya 254 nm karena kebanyakan senyawa obat menyerap di 254 nm sehingga panjang gelombang ini sangat berguna. Detektor dengan panjang gelombang yang bervariasi lebih berguna dibanding detektor pada panjang gelombang yang tetap. Rohman ,2006 BAB 3 METODOLOGI PERCOBAAN

3.1. Alat

Yulida Amelia Nasution : Penetapan Kadar Zat Aktif Parasetamol Dalam Obat Sediaan Oral Dengan Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi KCKT, 2009. USU Repository © 2009 - HPLC Shimadzu Tipe LC-10AD - Ultra Sonic Branson - Membran Filter berukuran 0,45 m dan 0,5 m - Gelas Ukur 1000 ml dan 50 ml - Pipet volume 1 ml dan 2 ml - Labu Ukur 10 ml dan 100 ml - Neraca Analitis - Pompa Vakum - Aluminium Foil - Kertas Saring Whatman - Corong - Syringe Injector

3.2. Bahan

- Parasetamol sirup - Baku pembanding parasetamol BPFI - Metanol - Aquabidest

3.3. Prosedur Percobaan

1. Pembuatan Larutan Fase Gerak = Aquabidest : Metanol 3 : 1 - Dibuat campuran aquabidest dan metanol 3 : 1 - Disaring dengan penyaring membran filter berukuran 0,5 µm kemudian diawaudarakan dengan disonikasi Yulida Amelia Nasution : Penetapan Kadar Zat Aktif Parasetamol Dalam Obat Sediaan Oral Dengan Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi KCKT, 2009. USU Repository © 2009 2. Pembuatan Larutan Baku - Ditimbang 10,1 mg baku pembanding parasetamol BPFI - Dimasukkan kedalam labu ukur 100 ml - Ditambahkan 50 ml fase gerak - Disonikasi selama 10 menit - Diencerkan dengan fase gerak sampai garis tanda - Dihomogenkan - Dipipet sebanyak 1 ml - Dimasukkan kedalam labu ukur 10 ml - Ditambahkan 50 ml fase gerak - Disonikasi selama 5 menit - Diencerkan dengan fase gerak sampai garis tanda - Dihomogenkan - Disaring dengan membran filter berukuran 0,45 µm 3. Pembuatan Larutan Sampel - Dipipet 2 ml sampel parasetamol sirup - Dimasukkan kedalam labu ukur 100 ml - Ditambahkan 50 ml fase gerak - Disonikasi selama 10 menit - Diencerkan dengan fase gerak sampai garis tanda - Dihomogenkan - Dipipet sebanyak 2 ml - Dimasukkan kedalam labu ukur 100 ml - Ditambahkan 50 ml fase gerak Yulida Amelia Nasution : Penetapan Kadar Zat Aktif Parasetamol Dalam Obat Sediaan Oral Dengan Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi KCKT, 2009. USU Repository © 2009 - Disonikasi selama 5 menit - Diencerkan dengan fase gerak sampai garis tanda - Dihomogenkan - Disaring dengan membran filter berukuran 0,45 µm 4. Cara Penetapan - Dialirkan fase gerak aquabidest : metanol = 3:1 dengan menggunakan pompa dengan laju alir 1,5 ml per menit ke dalam kolom yang berisi fase diam oktadesilsilana - Kemudian disuntikkan secara terpisah larutan baku parasetamol dan larutan sampel parasetamol ke dalam Kromatografi Cair Kinerja Tinggi dengan volume penyuntikan masing- masing 20 l - Pemisahan zat aktif terjadi melalui mekanisme kromatografi - Hasil pemisahan dibaca oleh detektor dengan panjang gelombang 243 nm - Dicatat di rekorder - Dihitung luas area puncak utama masing-masing larutan baku dan larutan sampel 5. Interpretasi Hasil Kadar Zat Aktif Parasetamol = Fb x Bu x Ab Fu x Bb x Au x Kemurnian Baku Yulida Amelia Nasution : Penetapan Kadar Zat Aktif Parasetamol Dalam Obat Sediaan Oral Dengan Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi KCKT, 2009. USU Repository © 2009 Keterangan : Au = Area Sampel Ab = Area Baku Fu = Faktor Pengenceran Sampel Fb = Faktor Pengenceran Baku Kemurnian baku = 99,98 Bu = Bobot Sampel Bb = Bobot Baku BAB 4 Yulida Amelia Nasution : Penetapan Kadar Zat Aktif Parasetamol Dalam Obat Sediaan Oral Dengan Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi KCKT, 2009. USU Repository © 2009 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Tabel 4.1. Larutan Baku Parasetamol