Ginjal Sistem Hematologik TINJAUAN PUSTAKA

Tabel 2.5 Klasifikasi KKP Menurut Jellife Kategori Berat badausia KKP I 90-80 KKP II 80-70 KKP III 70-60 KKP IV 60 Sumber: Arisman, 2009 Dengan klasifikasi Jellife, kwasiorkor dan marasmus masih belum dibedakan. Karena itu, Bengoa 1970 mencoba menengahi kedua pengelompokan ini dengan memasukkan tanda edema, tanpa memandang defisit berat badan. Menurut Bengoa, KKP cukup dikelompokkan menjadi 3 kategori dan seluruh penderita yang menampakkan tanda edema dinilai sebagai KKP derajat III. Klasifikasi Bengoa masih menggunakan baku Harvard sebagai acuan. Arisman, 2009 Tabel 2.6 Klasifikasi KKP Menurut Bengoa Kategori Berat badanusia KKP I 90-76 KKP II 74-61 KKP III Semua penderita dengan edema Sumber: Arisman, 2009 Hampir sama seperti Gomez, Jellife, dan Bengoa, klasifikasi Wellcome 1970 juga mengacu pada baku Harvard. Bedanya, Wellcome memasukkan parameter edema ke dalam penilaian. Jika defisit berat badan pada klasifikasi Bengoa tidak diperhatikan, Wellcome memasukkan indikator ini kedalam komponen yang harus dinilai. Dengan demikian, perbedaan berbagai tahapan kelainan status gizi tergambar jelas . Arisman, 2009 Tabel 2.7 Klasifikasi KKP Menurut Wellcome Tanda yang ada berat baku Edema Defisit BBTB Kurus 80-60 Minimal Pendek 60 Minimal Marasmus 60 ++ Kwasiorkor 80-60 + ++ Marasmik Kwasiorkor 60 + ++ Sumber: Arisman, 2009 Klasifikasi Waterlow 1973 telah lebih baik, menggunakan indikator berat badan terhadap usia dan berat terhadap tinggi badan meskipun masih mengacu pada baku Harvard. Waterlow mengelompokkan KKP menjadi 4 kelas, yaitu: normal. kurus, kurus dan pendek, serta pendek. Data seperti ini penting karena pendekatan serta antisipasi lamanya terapi keduanya tidak sama. Sebagai contoh. untuk menormalkan mereka yang kurus tidak memakan waktu lama, sementara sebaliknya: mengejar ketertinggalan pertumbuhan linier kalau masih dapat memerlukan waktu cukup panjang. Arisman, 2009 Tabel 2.8 Klasifikasi KKP Menurut Waterlow Derajat kependekan Derajat kekurusan BBTB Persen derajat BBU 90 0 80-901 70-802 703 90 derajat 0 95-90derajat 1 Normal Kurus 85-90 derajat 2 80 derajat 3 Pendek Kurus-pendek Sumber: Arisman, 2009 Terakhir, Departemen Kesehatan RI 2000, berdasarkan Temu Pakar Gizi di Bogor tanggal19-21 Januari dan di Semarang tanggal 24-26 Mei tahun 2000, merekomendasikan baku WHO-NCHS untuk digunakan sebagai baku

Dokumen yang terkait

Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Hubungan Seksual Saat Kehamilan Di Wilayah Sukabumi Utara

1 40 100

Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Tuberkulosis dengan Pemberian Imunisasi BCG pada Anak di Puskesmas Ciputat Timur Tahun 2012

1 22 68

Hubungan tingkat pendidikan dengan pengetahuan tentang kebutuhan protein pada saat kehamilan di puskesmas peunaron aceh timur tahun 2010

0 11 50

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG KEBUTUHAN HUBUNGAN SEKSUAL SELAMA KEHAMILAN

0 0 8

HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU HAMIL DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG TANDA BAHAYA PADA KEHAMILAN DI PUSKESMAS SIDOHARJO KABUPATEN SRAGEN

0 0 13

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG TANDA BAHAYA KEHAMILAN DENGAN SIKAP IBU HAMIL TERHADAP TANDA BAHAYA KEHAMILAN DI PUSKESMAS KASIHAN II BANTUL TAHUN 2009

0 0 8

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG TANDA-TANDA BAHAYA KEHAMILAN DI PUSKESMAS GONDOKUSUMAN I YOGYAKARTA TAHUN 2010

0 0 10

i HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN SIKAP IBU PRIMIGRAVIDA TENTANG PERUBAHAN FISIK PADA KEHAMILAN TRIMESTER II DI PUSKESMAS MERGANGSAN YOGYAKARTA TAHUN 2011 NASKAH PUBLIKASI - HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN SIKAP IBU PRIMIGRAVIDA TENTANG PERUBAHAN

0 0 9

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG ANEMIA PADA KEHAMILAN DENGAN FREKUENSI KUNJUNGAN DI PUSKESMAS MERGANGSAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI - HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG ANEMIA PADA KEHAMILAN DENGAN FREKUENSI KUNJUNGAN DI PUSKES

0 1 12

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG PEMERIKSAAN KEHAMILAN (ANC) DENGAN FREKUENSI PEMERIKSAAN KEHAMILAN DI PUSKESMAS GARUNG WONOSOBO TAHUN 2012

0 0 11