Sumber Makanan Yang Kaya Akan Protein

2.1.2.6 Ciri-Ciri Molekul Protein Beberapa ciri utama molekul protein adalah : Ellya, 2010 1. Berat molekulnya besar, ribuan sampai jutaan sehingga merupakan suatu makromolekul. 2. Umumnya terdiri dari 20 macam asam amino. 3. Terdapat ikatan kimia lain yang menyebabkan terbentuknya lengkungan- Iengkungan rantai polipeptida menjadi struktur tiga dimensi protein. 4. Strukturnya tidak stabil terhadap beberapa faktor seperti pH, radiasi, temperatur, medium pelarut organik dan detejen. 5. Umumnya reaktif dan sangat spesifik, disebabkan terdapatnya gugusan samping yang reaktif dan susunan khas struktur makromolekulnya. 2.1.2.7 Fungsi Protein Semua orgamisme menggunakan protein untuk melakukan sejumlah fungsi penting untuk kehidupan. Protein berfungsi dan berguna sekali bagi makhluk hidup khususnya manusia semua sumber-sumber protein dalam tubuh kita sangat baik untuk kesehatan manusia. Disini dapat kita lihat fungsi protein, antara lain sebagai berikut: Ellya, 2010 1. Untuk pertumbuhan dan pemeliharaan. 2. Untuk pembentukan ikatan-ikatan esensial tubuh. 3. Untuk mengatur keseimbangan air dalam tubuh. 4. Untuk memelihara netralitas tubuh. 5. Untuk pembentukan antibodi. 6. Untuk mengangkat zat-zat gizi. 7. Sebagai sumber energi. Oleh karena itu, protein sangat berperan penting dalam tubuh manusia, karena bila manusia tidak cukup protein, maka mereka akan dapat menderita gizi kurang.

2.1.2.8 Kegunaan Protein Bagi Tubuh Manusia

Protein sangat berperan penting untuk pertumbuhan manusia. penting yang terdapat dalam semua makhluk hidup. Jadi tanpa adanya protein tidaklah dapat dibentuk sel makhluk hidup. Secara garis besarnya guna protein bagi manusia adalah sebagai berikut : Ellya, 2010 1. Untuk membangun sel jaringan tubuh seorang bayi yang lahir dengan berat badan 3 kg. 2. Untuk mengganti sel tubuh yang rusak. 3. Untuk membuat air susu, enzim dan hormon air susu yang diberikan ibu kepada bayinya dibuat dan makanan ibu itu sendiri. 4. Membuat protein darah, untuk mempertahankan tekanan osmose darah. 5. Untuk menjaga keseimbangan asam basa dari cairan tubuh. 6. Sebagai pemberi kalori. 2.1.2.9 Kebutuhan Protein Bagi Manusia Kebutuhan protein bagi manusia dapat ditentukan dengan cara menghitung jumlah protein yang diganti dalam tubuh. Ini bisa dilakukan dengan menghitung jumlah unsur nitrogen zat lemas yang ada dalam protein makanan dan menghitung pula jumlah unsur nitrogen yang dikeluarkan tubuh melalui air seni dan tinja.Penggunaan protein dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, sehingga dalam praktiknya jumlah protein itu belum dapat memenuhi kebutuhan. Sebabnya antara lain: Ellya, 2010 a. Kadar protein 18,75 gram dalam tubuh akan menyebabkan beberapa reaksi kimia yang tidak bisa berlangsung dengan baik. b. Kecernaan protein itu sendiri. Tidak semua bahan makanan yang mengandung serat-serat proteinnya bisa diambil tubuh. Karena adanya serat-serat ini, enzim-enzim tidak bisa masuk untuk memecah protein. Berdasarkan pertimbangan di atas, maka ditetapkan bahwa kebutuhan protein bagi seorang dewasa adalah 1 gram untuk setiap kilogram berat badannya setiap hari. Untuk anak-anak yang sedang tumbuh, diperlukan protein yang lebih banyak, yaitu 3 gram tiap satu kilogram berat badannya. Disamping itu, mengingat adanya protein sempurna dan tidak sempurna berdasarkan jumlah dan macam-macam asam amino yang ada dalam makanan, maka untuk menjamin agar tubuh benar-benar mendapatkan asam amino dalam jumlah dan macam yang cukup, sebaiknya untuk orang dewasa seperlima dari protein yang diperlukan haruslah protein yang berasal dari hewan, sedangkan untuk anak-anak sepertiga dari jumlah protein yang mereka perlukan. Ellya, 2010 2.1.2.10 Kebutuhan Protein untuk Ibu Hamil Sama seperti energi. kebutuhan wanita akan protein membubung sampai 68. Jumlah protein yang harus tersedia sampai akhir kehamilan diperkirakan sebanyak 925 gr yang tertimbun clalam jaringan ibu, plasenta, serta bayi. Jika PER dianggap 70, rata-rata pertambahan protein ialah 8.5 grhari. Jika koefisien variabilitas sebesar 15, tambahan ini meningkat menjaeli 100 gr sehari. National Academy of Seciences mematok angka sekitar 30 gr. Ellya , 2010 Bagi wanita normal. pada trimester pertama angka ini terlalu tinggi, Di Kanada, tambahan yang dianjurkan ialah 5 gr pada trimester I, 15 gr pada trimester II, dan 24 gr selama trimester III. Sementara Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi V 1993 menganjurkan penambahan 12 grhari Dengan demikian, dalam satu hari asupan protein dapat mencapai 75-100gr sekitar 12 dari jumlah total kalori; atau sekitar 1,3 grkghari gravida mature, 1,5 grkghari usia 15- 18 tahun, dan 1,7 grkghari di bawah 15 tahun. Bahan pangan yang dijadikan sumber sebaiknya 23 bagian merupakan bahan pangan yang bernilai biologi tinggi, seperti daging tak berlemak, ikan, telur. susu dan hasil olahannya. Protein yang berasal dari tumbuhan bernilai biologinya rendah cukup 13 bagian. Ellya, 2010 2.1.3 Fisiologi Penyerapan Protein Penyerapan Protein Yang dicerna dan diserap tidak saja protein dari makanan, tetapi protein endogen dari dalam tubuh yang masuk ke lumen saluran pencernaan dari tiga sumber berikut juga dicerna dan diserap: Sherwood, 2001 a. Enzim pencernaan, yang semuanya adalah protein, yang telah disekresikan ke dalam lumen. b. Protein di dalam sel yang lepas dari vilus ke dalam lumen selama proses pertukaran mukosa c. Sejumlah kecil protein plasma yang dalam keadaan normal bocor dari kapiler ke dalam lumen saluran pencernaan Setiap hari, dari ketiga sumber ini sekitar 20-40 g protein endogen masuk ke lumen. jumlah ini dapat mencapai lebih dari separuh dari protein yang disajikan ke usus halus untuk dicerna dan diserap. Semua protein endogen harus dicerna dan diserap bersama protein makanan untuk mencegah pengurangan simpanan protein tubuh. Asam amino yang diserap dari makanan dan protein endogen digunakan untuk mensintesis protein baru di tubuh. Sherwood, 2001 Protein yang disajikan ke usus halus untuk diserap terutama berada dalam bentuk asam amino dan beberapa fragmen peptida kecil . Asam-asam amino diserap menembus sel usus melalui transportasi aktif sekunder. serupa dengan penyerapan glukosa dan galaktosa. Dengan demikian Glukosa, galaktosa, dan asam amino semuanya memperoleh tumpangan gratis dari transportasi Na+ yang menggunakan energi. Peptida-peptida kecil masuk melalui bantuan pembawa lain dan diuraikan menjadi konstituen-konstituen asam aminonya oleh aminopeptidase di brush border atau oleh peptidase intrasel. Seperti monosakarida. asam amino masuk ke jaringan kapiler.yang ada di dalam vilus. Dengan demikian, proses penyerapan produk akhir pencernaan karbohidrat dan protein melibatkan sistem transportasi khusus yang diperantarai oleh pembawa dan memerlukan pengeluaran energi serta kotransportasi Na+ dan kedua jenis produk akhir tersebut kemudian diserap ke dalam darah. SHerwood, 2001 2.1.4 Akibat Kekurangan protein Kurang Kalori Protein KKP akan terjadi manakala kebutuhan tubuh akan kalori, protein, atau keduanya, tidak tercukupi oleh diet. Kedua bentuk defisiensi ini tidak jarang berjalan bersisian, meskipun salah satu lebih dominan ketimbang yang lain. Sindrom kwasiorkor terjelma manakala defisiensi lebih menampakkan dominasi protein, dan marasmus termanifestasi jika terjadi kekurangan energi yang parah. Kombinasi kedua bentuk ini, marasmik-kwasiorkor. juga tidak sedikit, meskipun sulit menentukan kekurangan apa yang lebih dominan. Arisman, 2009 Kurang energi protein dikelompokkan menjadi KKP primer dan sekunder. Ketiadaan pangan melatarbelakangi KKP primer yang mengakibatkan berkurangnya asupan, Penyakit yang mengakibatkan pengurangan asupan, gangguan serapan dan utilisasi pangan, serta peningkatan kebutuhan dan atau kehilangan akan zat gizi dikategorikan sebagai KKP sekunder. Keparahan KKP berkisar dari hanya penyusutan berat badan, atau terlambat tumbuh, sampai ke sindrom klinis yang nyata. dan tidak jarang berkaitan dengan defisiensi vitamin, serta mineral. Arisman, 2009 Setidaknya, ada 4 faktor yang melatarbelakangi KKP, yaitu: masalah sosial, ekonomi, biologi, dan lingkungan. Kemiskinan, salah satu determinan sosial-ekonomi, merupakan akar dari ketiadaan pangan, tempat mukim yang berjejalan, kumuh, dan tidak sehat serta ketidak mampuan mengakses fasilitas kesehatan. Ketidaktahuan, baik yang berdiri sendiri maupun yang berkaitan dengan kemiskinan. Menimbulkan salah paham tentang cara merawat bayi dan anak yang benar, juga salah mengerti mengenai penggunaan bahan pangan tertentu dan cara memberi makan anggota keluarga yang sedang sakit. Hal lain yang juga berpotensi menumbuhsuburkan KKP di kalangan bayi dan anak adalah penurunan minat dalam memberi ASI yang kemudian diperparah pula dengan salah persepsi tentang cara menyapih. Selain itu, distribusi pangan dalam keluarga terkesan masih timpang. Arisman, 2009 Tempat tinggal yang berjejalan dan tidak bersih menyebabkan infeksi sering terjadi. Prosedur penyimpanan hasil produksi pascapanen yang buruk mengakibatkan bahan pangan cepat rusak. Bencana alam, perang, atau migrasi paksa telah terbukti mengganggu distribusi pangan.

Dokumen yang terkait

Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Hubungan Seksual Saat Kehamilan Di Wilayah Sukabumi Utara

1 40 100

Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Tuberkulosis dengan Pemberian Imunisasi BCG pada Anak di Puskesmas Ciputat Timur Tahun 2012

1 22 68

Hubungan tingkat pendidikan dengan pengetahuan tentang kebutuhan protein pada saat kehamilan di puskesmas peunaron aceh timur tahun 2010

0 11 50

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG KEBUTUHAN HUBUNGAN SEKSUAL SELAMA KEHAMILAN

0 0 8

HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU HAMIL DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG TANDA BAHAYA PADA KEHAMILAN DI PUSKESMAS SIDOHARJO KABUPATEN SRAGEN

0 0 13

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG TANDA BAHAYA KEHAMILAN DENGAN SIKAP IBU HAMIL TERHADAP TANDA BAHAYA KEHAMILAN DI PUSKESMAS KASIHAN II BANTUL TAHUN 2009

0 0 8

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG TANDA-TANDA BAHAYA KEHAMILAN DI PUSKESMAS GONDOKUSUMAN I YOGYAKARTA TAHUN 2010

0 0 10

i HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN SIKAP IBU PRIMIGRAVIDA TENTANG PERUBAHAN FISIK PADA KEHAMILAN TRIMESTER II DI PUSKESMAS MERGANGSAN YOGYAKARTA TAHUN 2011 NASKAH PUBLIKASI - HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN SIKAP IBU PRIMIGRAVIDA TENTANG PERUBAHAN

0 0 9

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG ANEMIA PADA KEHAMILAN DENGAN FREKUENSI KUNJUNGAN DI PUSKESMAS MERGANGSAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI - HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG ANEMIA PADA KEHAMILAN DENGAN FREKUENSI KUNJUNGAN DI PUSKES

0 1 12

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG PEMERIKSAAN KEHAMILAN (ANC) DENGAN FREKUENSI PEMERIKSAAN KEHAMILAN DI PUSKESMAS GARUNG WONOSOBO TAHUN 2012

0 0 11