Uji Ketelitian Validasi Metode Analisis 1.

25 3.7.3. Validasi Metode Analisis 3.7.3.1. Uji Perolehan Kembali Recovery Test Uji perolehan kembali dilakukan dengan cara menentukan kadar mineral dalam sampel, selanjutnya dilakukan penentuan kadar mineral dalam sampel yang telah ditambahkan larutan baku yang jumlahnya diketahui dengan pasti. Larutan standar yang ditambahkan yaitu, 5 ml larutan standar besi dengan konsentrasi 5 mcgml, 5 ml larutan standar seng dengan konsentrasi 5 mcgml, 5 ml larutan standar tembaga dengan konsentrasi 10 mcgml dan 5 ml larutan standar mangan dengan konsentrasi 8 mcgml Harmita, 2004. Uji perolehan kembali dilakukan terhadap sampel yang sama dan dianalisa dengan cara yang sama dengan pengerjaan sampel awal. Uji perolehan kembali dilakukan untuk mengetahui kadar sampel sebenarnya dengan cara menkonversikan harga persen recovery tersebut. Persen perolehan kembali dapat dihitung dengan persamaan berikut Harmita, 2004:

3.7.3.2. Uji Ketelitian

Uji ketelitian dilakukan untuk mengetahui derajat kesesuaian antara hasiluji individual yang diterapkan secara berulang pada sampel. Adapun parameter uji ketelitian yaitu Koefesien Variasi KV atau Relative Standard Universitas Sumatera Utara 26 Deviation RSD. Harga persentase Relative Standard Deviation RSD ditentukan dengan rumus Harmita, 2004: ̅ Keterangan : SD = Standar Deviasi ̅= Kadar rata-rata setelah telah ditambah larutan baku 3.7.3.3. Penentuan Batas Deteksi Limit of Detection dan Batas Kuantitasi Limit of Quantitation Batas deteksi merupakan jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat dideteksi yang masih memberikan respon signifikan. Sedangkan batas kuantitasi merupakan kuantitas terkecil analit dalam sampel yang masih dapat memenuhi kriteria cermat dan seksama Harmita, 2004. Menurut Harmita, 2004, batas deteksi dan batas kuantitasi ini dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: Syx = √ ∑ Batas DeteksiLOD = Batas Kuantitasi LOQ = Universitas Sumatera Utara 27

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Identifikasi Tumbuhan

Hasil identifikasideterminasi tumbuhan yang dilakukan di Herbarium Bogoriense, Bidang Botani Pusat Penelitian Biologi-LIPI Bogor Jl. Raya Jakarta-Bogor KM 46 Cibinong, Indonesia terhadap tumbuhan menunjukkan bahwa tumbuhan yang digunakan adalah kangkung Ipomoea aquatica Forssk. dari suku Convolvulaceae. Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 31. 4.2. Kurva Kalibrasi Besi, Seng, Tembaga dan Mangan Kurva kalibrasi besi Fe, seng Zn, tembaga Cu dan Mangan diperoleh dengan cara mengukur intensitas emisi dari larutan standar mineral tersebut pada panjang gelombang masing-masing. Dari pengukuran kurva kalibrasi untuk keempat mineral tersebut diperoleh persamaan garis regresi yaitu Y=2391,3 X + 163,6 untuk besi, Y=1972 X + 56,2 untuk seng, Y=1696,5 X + 58,8 untuk tembaga dan Y=12075,7 X + 580,9 untuk mangan. Data hasil pengukuran intensitas emisi larutan standar besi Fe, Seng Zn, tembaga Cu dan Mangan Mn serta perhitungan persamaan garis regresi dan koefisien korelasi r dapat dilihat pada Lampiran 2 sampai 5. Kurva kalibrasi larutan standar besi Fe, Seng Zn, tembaga Cu dan Mangan Mn dapat dilihat pada Gambar 4.1, Gambar 4.2, Gambar 4.3 dan Gambar 4.4. Universitas Sumatera Utara