Iklim
Untuk pertumbuhan optimalnya jagung menghendaki penyinaran matahari yang penuh. Di tempat-tempat yang teduh pertumbuhan jagung akan merana dan
tidak mampu membentuk buah. Di Indonesia suhu semacam ini terdapat di daerah dengan ketinggian antara 0 - 600 m dpl dan curah hujan optimal yang dihendaki
antara 85 - 100 mm per bulan merata sepanjang pertumbuhan tanaman Wakman dan Burhanuddin, 2007.
Daerah yang dikehendaki oleh sebagian besar tanaman jagung yaitu daerah beriklim sedang hingga daerah beriklim subtropistropis basah. Jagung dapat
tumbuh baik di daerah yang terletak antara 50° LU - 40° LS. Pada lahan yang tidak beririgasi memerlukan curah hujan ideal sekitar 85 - 200 mmbulan selama
masa pertumbuhan. Suhu yang dikehendaki tanaman jagung untuk pertumbuhan terbaiknya antara 27° - 32° C. Pada proses perkecambahan benih jagung
memerlukan suhu sekitar 30 °C Anonimus
d
, 2010.
Penyakit – penyakit Jagung di Dataran Rendah dan Dataran Tinggi
1. Bulai Peronosclerospora maydis Rac. Shaw Biologi Patogen Peronosclerospora maydis Rac.
Menurut Anonimus
C
2010, klasifikasi dari patogen penyebab penyakit bulai adalah:
Kingdom : Fungi
Filum : Oomycota
Kelas : Oomycetes
Ordo : Sclerosoprales
Universitas Sumatera Utara
Famili : Sclerosporaceae
Genus : Peronosclerospora
Spesies : Peronosclerospora maydis Rac Shaw
Konidiofor berukuran 132 - 261 mikron, tipis. Konidianya hialin, berdinding tipis, berukuran 24 - 46.6 x 12 - 20 mikron. Oogonianya berwarna
coklat kemerahan, berbentuk elips tidak beraturan, berukuran 55 - 73 x 49 - 58 mikron Singh, 1998.
Pada umumnya konidiofor mempunyai percabangan tingkat tiga atau empat. Cabang tingkat terakhir membentuk sterigma. Konidium yang masih muda
berbentuk bulat, sedang yang sudah masak dapat membentuk jorong. Konidium tumbuh dengan membentuk pembuluh kecambah Semangun, 1993 Gambar.1
Gambar 1. P. maydis Sumber.http:balitsereal.litbang.deptan.go.idbjagungsatutujuh.pdf
Gejala Serangan
Tanaman yang terserang mengalami gangguan pertumbuhan. Bentuk daunnya akan meruncing dan kecil. Bila infeksi terjadi pada tanaman yang lebih
tua, tanaman dapat tumbuh terus dan membentuk buah. Buah sering mempunyai tangkai yang panjang, dengan kelobot yang tidak menutup di ujungnya dan hanya
membentuk sedikit biji Semangun, 1993.
Universitas Sumatera Utara
Gejala yang ditunjukkan oleh penyakit ini adalah pertumbuhan terhambat, pada daun akan terlihat garis-garis klorotik. Penyakit akan terlihat jelas
pada saat tanaman masih muda. Daun akan berwarna putih kekuningan mulai dari pangkalnya, infeksi kedua akan terlihat garis klorotik sempit disepanjang
permukaan daun Singh, 1998 Gambar 2.
Gambar 2. Gejala serangan P. maydis Sumber.http:balitsereal.litbang.deptan.go.idbjagungsatutujuh.pdf
Faktor yang mempengaruhi
Penyakit bulai pada jagung terutama terdapat di dataran rendah. Konidium yang paling baik berkecambah pada suhu 30 ºC. Infeksi hanya terjadi kalau ada
air, baik ini air embun, air hujan. Infeksi sangat ditentukan oleh umur tanaman dan umur daun yang terinfeksi. Tanaman yang berumur lebih dari 3 minggu cukup
tahan terhadap infeksi, dan makin muda tanaman, makin rentan pula Semangun, 1993.
Pembentukan konidia jamur ini menghendaki air bebas, gelap dan suhu tertentu yaitu 24 ºC. Penyakit ini merupakan penyakit yang paling berbahaya.
Universitas Sumatera Utara
Penyebarannya sangat luas, kehilangan hasil dapat mencapai 90 Wakman dan Burhanuddin, 2007.
Pengendalian
Menurut Semangun 1993, pengendalian penyakit bulai yaitu: 1.
Penanaman varietas tahan seperti Arjuno, Pioner 12, Abimanyu 2.
Segera mencabut tanaman yang menunjukkan gejala penyakit 3.
Merawat benih dengan metalaksil ridomil 35 SD Tiga cara pengelolaan penyakit bulai dengan menggunakan kultur teknis,
penggunaan fungisida dan penanaman varietas tahan bulai. Hal yang paling baik dapat digunakan kombinasi dari ketiga pengandalian tersebut Singh, 1998.
2. Karat Puccinia sorghi Schw dan P. Polysora Underw Biologi Patogen