IV. PROFIL INDUSTRI RBD OLEIN
4.1. Industri RBD Olein
4.1.1. Perusahaan SATU
Perkebunan PT. SATU yang berkantor pusat di Jl. K.L.Yos Sudarso No.106 Medan memiliki usaha perkebunan seluas lebih kurang 50.000 Ha yang
berada di dua propinsi yaitu: 1.
Wilayah Propinsi Sumatera Utara terdiri dari: Mata Pao, Bangun Bandar, Pusat Seleksi bangun bandar, Tanjung Maria, Tanah Besih, Lima Puluh,
Tanah Gambus, Aek Loba, Padang Pulo, Aek Pamienke, Negeri Lama dan Halimbe.
2. Wilayah Propinsi Aceh terdiri dari: Sei LiputMedang Ara, Seunagan,
Seumanyam dan Lae Butar. PT. SATU adalah perusahaan Joint Venture yang bergerak di bidang
perkebunan dan sampai saat ini telah mengelola 17 perkebunan yang berlokasi di Sumatera dan Aceh. Komoditi utama perusahaan ini adalah kelapa sawit dan
karet, produk yang dihasilkan merupakan hasil produksi yang sifatnya tidak bisa terlalu lama disimpan, produksinya tergantung pada alam. Dengan demikian
perusahaan selalu berusaha menciptakan sistem penjualan yang efektif dan non spekulatif, agar produksi dapat segera terjual dan diperoleh dana untuk keperluan
ekspansi dan investasi.
Universitas Sumatera Utara
Adapun produksi yang dihasilkan PT. SATU dari komoditinya dan lokasi
perkebunannya untuk kelapa sawit salah satunya adalah CPO Crude Palm Oil
atau disebut juga minyak kelapa sawit MKS CPO ini bila diproses di FRF Fractination and Refining Factory akan
menjadi minyak yang siap pakai. Dari CPO ini dapat dihasilkan produksi turunan yaitu:
1. RBD Olein Reffening Bleaching and Deodorized Olein
RBD Olein adalah minyak kelapa sawit kualitas tinggi yang diolah menjadi bahan baku RBD Olein. Saat ini produk tersebut dijual 100 secara lokal.
Gambar 3. Produksi RBD Olein PT. SATU
2. RBD Stearin
RBD Stearin yang diolah oleh Perusahaan DUA ini hanya dijual lokal saja, disamping karena produksinya yang sedikit perusahaan mempunyai pasar sendiri
yang membutuhkan RBD stearin.
Gambar 4. Produksi RBD Stearin PT. SATU
Universitas Sumatera Utara
3. Fatty Acid
Bahan ini juga diproses di FRF untuk menghasilkan bahan baku untuk pembuatan sabun mandi, sabun cuci dan kosmetik, seluruh produk ini dijual
secara lokal.
Gambar 5. Produksi Fatty Acid PT. SATU
Perusahaaan PT. SATU yang mempunyai luas lahan kebun kelapa sawit seluas 34.738,38 Ha. Memiliki 9 Unit kebun yang tersebar di beberapa
wilayah di sumatera dan aceh.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3. Jumlah Kebun Perusahaan SATU No.
Nama Kebun Lokasi
Luas Lahan Ha
Produksi TBS TonJam
Produksi CPO Tonhari
1. Mata Pao
Serdang Bedagai 1.755,76
12 36
2. Bangun Bandar
Serdang Bedagai 2.480,51
23 48
3. Tanah Gambus
Batu Bara 3.272,95
23 61
4. Aek Loba
Asahan 8.983,54
60 171
5. Negeri Lama
Labuhan Batu 1.925,33
12 34
6. Sungai Liput
Aceh 3.506,27
18 86
7. Seunagan Aceh
4.504,44 23
73 8. Seumanayam
Aceh 4.021,05
23 91
9. Lae
Butar Aceh 4.288,53
23 91
Jumlah 34.738,38
Sumber: Perusahaan DUA Dari setiap kebun di Perusahaan SATU memiliki satu unit Pabrik kelapa
sawit. Besar kapasitas setiap pabrik kelapa sawit berbeda dari setiap kebun. Setiap pabrik kelapa sawit pada Perusahaan DUA memiliki standart mutu yang sudah
berstandart international diantaranya ISO 14001 2004 = PP UU No. 27 1999 tetntang pengolahan lingkungan “AMDAL”. Pada prinsipnya ISO 14001 ini untuk
pengelolahan lingkungan kebun dan pabrik, dengan diperolaehnya ISO 14001 ini maka pabrik kelapa sawit Perusahaan DUA dinyatakan ramah lingkungan. Selain
itu Perusahaan DUA ini juga memperoleh ISO 9001 mutu produksi berarti perusahaan sudah memiliki mutu produksi yang sudah berstandart internasional,
ini sesuai dengan standart CPO dan RBD Olein berkualitas baik. OHSAS 18000 juga sudah diperoleh perusahaan ini yaitu standart unutk keselamatan kerja
karyawan di lokasi kerja yang beresiko, pengaman untuk pekerja APAR termasuk juga dalam hal kesehatan tenaga kerja.
Universitas Sumatera Utara
Dalam memenuhi setiap kapasitas pabrik maka perusahan membutuhkan pasokan Tandan Buah Segar TBS ke pabrik kelapa sawit, tentunya pasokan TBS
harus sesuai dengan kapasitas pabrik PKS. Perusahaan tidak bisa apabila mengharapkan produksi TBS dari kebun sendiri oleh karena itu untuk memenuhi
kapasitas produksi PKS Perusahaan DUA menjalin hubungan kemitraan dengan memiliki kebun Plasma, kebun yang menjalin hubungan mitra diantaranya adalah
Mata Pao, Bangun Bandar, Tanah Gambus, Aek Loba, Negeri Lama. Lima kebun ini harus menjalin hubungan mitra dikarenakan PKS dari kelima kebun ini
merupakan pemasok bahan baku Pabrik Fraksinasi RBD Olein, hal tersebut dikarenakan kelima kebun dan PKS tersebut jaraknya berdekatan dengan pabrik
Fraksinasi. Sementara keempat kebun dan PKS lainnya letaknya berjauhan dari pabrik fraksinasi, dengan demikian untuk mengurangi biaya transportasi karena
jarak yang jauh maka keempat pabrik tersebut hanya menjual dalam bentuk CPO saja.
Hubungan kemitraan dilakukan perusahaan dengan sistem kontrak berdasarkan waktu, Harga pembelian TBS dari petani biasanya sudah disepakati
pada kontrak, dan harga tersebut akan selalu tetap hingga berakhirnya kontrak. Perusahaan DUAerhubungan dengan kebun plasma hanya dalam hal pembelian
TBS saja, perusahaan tidak membantu petani dalam hal penyediaan sarana produksi dan hal lainnya. Kerja sama sifatnya kontrak ini juga melihat kualitas
atau mutu atau proses sortasi dari perusahaan apabila mutu TBS rendah maka pihak perusahaan akan menolak TBS dari petani.
Dalam hal meningkatkan pengembangan perusahaan maka perusahaan juga menerapakan Riset and Development yang lebih sering dilakukan pada
Universitas Sumatera Utara
bagian tanaman misalnya penelitian untuk menambah besarnya nilai randemen minyak sawit, dana anggaran yang digunakan bisanya 10 dari total biaya. riset
and Development di perusahaan ini baru diterapkan pada tahun 2009 dan baru dilakukan dikebun Mata Pao Serdang Bedagai.
Tandan Buah Segar TBS yang diahasilkan oleh Perusahaan DUA diolah menjadi CPO yang mempunyai standart mutu, Perusahaan DUA sudah
memperoleh sertifikat internasional untuk produksi CPO. Adapun standart mutu yang ditetapkan oleh PT. SATU adalah:
Tabel 4. Standart Mutu CPO Perusahaan SATU No. Karakteristik
Syarat
1 Free Fatty Acid FFA
max. 2,50 2
Moisture M max. 0,20
3 Impurities I
max. 0,05 4
Colour RY max. 2142
5 Deterioration of Bleachability Index
min. 2,00 6
Melting Point max 38°C
7 Iodine Value – WijsIV
min. 52 maqL 8
Peroxide Value PV max. 5,0 ppm
9 Caroten min.
500ppm Sumber: Perusahaan SATU
Standart mutu yang ditetapkan oleh Perusahaan DUA merupakan standart mutu internasional dan standart tersebut juga menjadi standart khusus produksi CPO
Perusahaan DUA. Target perusahaan dalam memproduksi CPO harus sesuai dengan kapasitas setiap pabrik, Apabila berada dibawah kapasitas maka biaya
produksi akan bertambah terutama biaya tenaga kerja dan listrik pabrik, tetapi
Universitas Sumatera Utara
umumnya perusahaan tetap mencapai target produksi sesuai dengan kapasitas produksi setiap PKS yang ada.
Dalam meningkatkan nilai tambah pada produk yang dihasilkan. Perusahaan DUA juga mengolah CPO menjadi RBD Olein. Perusahaan juga
menerapkan strategi dalam bisnis dimana apabila harga CPO di pasar tinggi maka Perusahaan DUAkan menjual dalam produk CPO, sebaliknya apabila harga CPO
di pasar rendah maka Perusahaan DUAkan mengolah sebagian dari jumlah CPO untuk dijadikan RBD Olein.
1 liter CPO yang dihasilkan oleh pabrik fraksinasi Perusahaan SATU akan menghasilkan 0,78 RBD Olein RBD Olein. Hal ini tentunya dengan beberapa
ketentuan yaitu: -
Nilai Iodium Value CPO 53,5
- Kadar
Air =
0,10 -
Kotoran =
0,05 -
FFA =
2,3 -
PV Peroksida Value =
≥ 2 -
Dobi Deodorizing of bleach Index = 2,5
Dalam hal pengoperasian atau sering disebut Proses Press Filter juga harus diperhatikan. Proses press Filter adalah salah satu proses pengolahan CPO
menjadi RBD Olein. Nilai RBD Olein yang dihasilkan sangat bergantung pada alat Press Filter ini, apabila alat pengolah ini rusak atau salah dalam
pengoperasian maka nilai RBD olein yang dihasilkan bia berkurang dan biasanya Nilai RBD Stearin menjadi bertambah. Namun hingga saat ini Perusahaan DUA
selalu memenuhi kapasitas pabrik.
Universitas Sumatera Utara
Perusahaan SATU mempunyai satu buah pabrik RBD Olein yang berada di Tanah Gambus dengan kapasitas produksi 320 Ton CPOHari. Kapasitas 320
ton tersebut diperoleh dari 4 PKS yaitu Tanah Gambus, Negeri Lama, Aek Loba, Bangun Bandar. Hanya 4 PKS inilah yang menyalurkan hasil CPOnya ke pabrik
fraksinasi untuk diolah menjadi RBD Olein, hal tersebut dikarenakan keempat pabrik ini berdekatan dengan pabrik fraksinasi, sementara itu ke 5 pabrik PKS
lainnya langsung menjual hasil produksi CPO ke pasar karena jarak ke pabrik fraksinasin
Adapun standart mutu RBD Olein yang ditetapkan oleh PT. SATU adalah:
Tabel 5. Standart Mutu RBD Olein Perusahaan SATU No. Karakteristik
Syarat
1 Free Fatty Acid FFA
max. 0,08 2
Moisture M + Impurities I max. 0,05
3 Colour RY
max. 2,525 4
Peroxide Value PV max. 1,0 ppm
5 Cloud Point CP
max 9,9°C 6
Iodine Value – Wijs IV min 57 meqL
Sumber: Perusahaan DUA Perusahaan SATU dalam penjualan RBD Olein bekerja sama dengan
beberapa Perusahaan ntara lain PT. Musimas dan PT. Multimas Nabati Asahan, kerja sama dilakukan dengan menggunakan sistem kontrak dalam hal ini kontrak
dilakukan apabila adanya kesepakatan harga serta kualitas produk. 4.1.2. Perusahaan DUA
PT. DUA adalah anak perusahaan dari PT. Jamalin yang bergerak dalam pengolahan minyak kelapa. Perusahaan DUA yang bergerak di bidang perkebunan
dan hingga saat ini mengelola satu unit kebun yang berlokasi di Desa Pulau
Universitas Sumatera Utara
Maria, Dusun IV, Kecamatan Teluk Dalam, Kabupaten Asahan dan memiliki luas lahan kelapa sawit sebesar 50 Ha.
Komoditi utama Perusahaan DUA adalah kelapa sawit. Perusahaan ini tergolong Perusahaan baru yang masih berskala usaha kecil. Perusahaan DUA
memiliki satu unit kebun kelapa sawit, satu pabrik kelapa sawit serta satu pabrik Fraksinasi RBD Olein.
Adapun produksi yang dihasilkan PT. DUA dari hasil olahan CPO ini bila diproses di FRF Fractination and Refining Factory akan menjadi minyak yang
siap pakai. Dari CPO ini dapat dihasilkan produksi turunan yaitu: 1.
RBD Olein Refining Bleaching and Deodorized Olein RBD Olein adalah hasil olahan dari minyak kelapa sawit kualitas tinggi. RBD
olein merupakan hasil inti dari CPO. Pada PT. DUA RBD Olein tersebut dijual 100 secara lokal.
Gambar 6. Produksi RBD Olein PT. DUA
2. RBD Stearin
Universitas Sumatera Utara
RBD Stearin juga diproses di FRF untuk menghasilkan bahan baku kosmetik dan lain-lain yang kualitasnya di bawah RBD Olein. RBD Stearin merupakan
bahan baku pembuat sabun oleh karena itu semua hasil produksi RBD Stearin dijual lokal pada perusahaan sabun sendiri milik PT. DUA.
Gambar 7. Produksi RBD Stearin PT. DUA
3.
Fatty Acid Bahan ini juga diproses di FRF untuk menghasilkan bahan baku untuk
pembuatan sabun mandi, sabun cuci dan kosmetik, seluruh produk ini dijual secara lokal.
Gambar 8.Produksi Fatty Acid PT. DUA
Universitas Sumatera Utara
Produksi Fattyacid PT. DUA diolah kembali oleh perusahaan sendiri untuk diolah menjadi bahan baku pembuat sabun.
Untuk keselamatan kerja karyawan hanya menggunakan JAMSOSTEK Jaminan Sosial Tenaga Kerja. PT. DUA tergolong baru oleh karena itu standart
yang dimiliki belum seperti Perusahaan besar seperti Perusahaan RBD Olein lainnya oleh karena itu Perusahaan belum mempunyai standart khusus. Produk
yang dihasilkan masih dalam bentuk curah atau tidak bermerek. Perusahaan menjual hasil produksi RBD Olein kepada pedagang besar, kecil juga kepada
konsumen disekitar perusahaan. Dalam memenuhi kapasitas PKS Perusahaan DUA melakukan juga
pembelian kepada pihak ketiga Petani kerja sama yang dilakukan juga tidak berbeda dengan perusahaan lainnya. Perusahaan DUA menerima TBS baik dari
Petani maupun dari pedagang pengumpul dengan harga beli sesuai dengan harga pasar dan mutu TBS. Riset dan Development belum diterapkan oleh Perusahaan
DUA oleh karena itu mutu TBS perusahaanpun masih tergolong rendah. Perusahaan DUA juga mempunyai standart mutu dalam mengolah TBS
menjadi CPO, adapun standart mutu CPO yang ditetapkan oleh PT. DUA antara lain:
Tabel 6. Standart Mutu CPO Perusahaan DUA No. Karakteristik
Syarat
1 Asam lemak bebas
Dihitung sebagai asam palmitat 5
Universitas Sumatera Utara
2 berat maksimum
0,25 3 Bilangan
Iodium minimum
55 4
Titik lunak maksimum °C 24
5 Warna Natural
Sumber: Perusahaan DUA Dalam mengolah kelapa sawit hingga mendapatkan produk turunan
perusahaan menerapkan Standart mutu yang ditetapkan oleh PT. DUA masih berstandart mutu nasional indonesia SNI, standart nasional indonesia menjadi
pedoman PT. DUA dalam hal menghasilkan produksi perusahaan. Selain mengolah TBS menjadi CPO, PT. DUA juga mengolah CPO
menjadi RBD Olein. PT. DUA juga memiliki standart mutu dalam pengolahan RBD Olein antara lain:
Tabel 7. Standart Mutu Pengolahan RBD Olein Perusahaan DUA No. Karakteristik
Syarat
1 Asam lemak bebas
Dihitung sebagai asam palmitat 0,15
2 Kadar air dan kotoran
0,16 3
Bilangan Iodium min 55
4 Titik kabut maksimum °C
10 5
Titik leleh maksimum °C 24
6 Warna : - Red maksimum
3 -
Yellow maksimum 20
Sumber: Perusahaan DUA Perusahaan DUA dalam penjualan CPO menggunakan harga pokok
produksi HPP kepada Pabrik Fraksinasi RBD Olein, Perusahaan DUA
Universitas Sumatera Utara
mempunyai PKS sendiri dan menghasilkan CPO yang digunakan hanya untuk pasokan domestik saja. Dalam penjualan RBD Olein Perusahaan DUA bekerja
sama dengan PT. Musim Mas, kerja sama dilakukan dalam kontrak jumlah dan sesuai dengan kesepakatan harga antara kedua perusahaan ini. Manajemen PKS
dan Pabrik Fraksinasi RBD Olein diatur oleh kantor pusat perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
HASIL DAN PEMBAHASAN
Proses Pengolahan Minyak Goreng Sawit
Proses pengolahan minyak goreng sawit dengan menggunakan bahan baku minyak sawit kasar CPO dapat dibagi dalam beberapa proses yaitu :
a. Proses pendahuluan
Penyaringan bahan padatan dan pencucian. Proses ini bertujuan agar minyak sawit mudah diproses lebih lanjut dan mengurangi beban proses
berikutnya. Penyaringan dari benda-benda padat dilakukan pada waktu pengaliran
CPO ke tangki penyimpanan CPO. Tangki penyimpanan CPO memiliki beberapa tingkat saringan sehingga CPO yang masuk ke tangki lewat bagian atas akan
melewati saringan terlebih dahulu sebelum masuk ke dasar tangki. Benda-benda padat dan kasar yang tersaring jika sudah cukup banyak akan dibuang.
Pencucian dilakukan pada CPO yang ada di tangki penyimpanan sebelum memasuki proses kristalisasi fraksinasi. Pencucian CPO dilakukan dengan
menggunakan air panas yang bercampur dengan CPO secara langsung sehingga kotoran-kotoran yang terdapat di dalam CPO terlarut di dalam air panas lalu
dipisahkan dari CPO untuk dibuang ke sistem penangan limbah. b. Refinery
Bahan baku berupa CPO diproses dengan system physical refinery yang melalui beberapa tahap proses produksi yaitu :
Universitas Sumatera Utara
1. Degumming
CPO yang akan diproses dipanaskan sampai tempratur 40-50ºC kemudian ditambahkan H
3
PO
4
dan CaCO
3
untuk mengikat atau memisahkan gum lendir yang ada didalam CPO. Hasi dari proses ini disebut DPO Degummed Palm Oil.
2. Bleacing
Proses bleaching bertujuan untuk memucatkan warna minyak dan mengikat logam-logam berat yang ada didalam minyak dengan bleaching earth
0.4-1. Kemudian dipanaskan sampai tempratur 100 ºC dan disaring untuk memisahkan minyak dan blotong spent earth. Hasil dari proses ini disebut DB
PO Degumming bleached Palm Oil. 3.
Deodorizing Proses
deodorizing bertujuan untuk menghilangkan bau yang ada didalam minyak dengan proses penyulingandestilasi. DB PO dipompa masuk ke
deodorizer yang bertekanan vacuum dan didalamnya minyak dipanaskan sampai tempratur 260-270 ºC untuk memisahkan asam lemak bebas. Hasil dari proses ini
adalah RBD PO Refined Bleached Deodorized Palm Oil yang selanjutnya melalui proses fractionation.
c. Fractionation
Proses fractionation ini bertujuan untuk memisahkan fraksi cair dan fraksi padat dari RBD PO dengan cara proses kristalisasi yang dilakukan dengan cara
pendinginan dan diaduk secara perlahan-lahan didalam tangki crystallizer. Lalu RBD PO dicampur dengan citric acid untuk menghilangkan jamur yang ada
didalam minyak. Proses kristalisasi berlangsung selama 24-30 jam per crystallizer kemudian disaring dengan press filter untuk memisahkan fraksi cair dan fraksi
Universitas Sumatera Utara
padat. Fraksi cair disebut RBD Olein minyak goreng dan fraksi padat disebut RBD stearin.
Dengan proses diatas hasil yang didapat sekitar 75-78 RBD Olein, 16- 19 RBD stearin dan 2.4-3 fatty acid dari 1 liter CPO yang diolah.
Sarana Produksi Input Dalam Pembuatan Minyak Goreng
Sarana produksi input yang digunakan dalam pembuatan minyak goreng yaitu :
1. Crude Palm Oil CPO
Crude Palm Oil CPO atau disebut juga minyak sawit kasar merupakan hasil olahan dari buah kelapa sawit exocarp. Crude Palm Oil CPO merupakan
salah satu input yang penting dalam pembuatan minyak goreng sebab 80 biaya pembuatan minyak goreng adalah biaya untuk CPO. Dan kualitas dari CPO
menentukan besarnya RBD Olein minyak goreng yang dihasilkan. Semakin tinggi nilai Iodium Value IV atau jumlah kandungan asam lemak tidak jenuh
didalam CPO maka semakin besar jumlah RBD Olein minyak goreng yang dihasilkan.
2. Bleaching Earth
Bleaching earth
merupakan merek dagang dari bahan kimia CaCO
3
yang berbentuk
tanah liat putih
.
Dalam pembuatan RBD Olein minyak goreng, bleaching earth berguna untuk merubah warna CPO menjadi kuning dan merubah
rasa CPO menjadi rasa minyak goreng. Bleaching earth ini dibutuhkan sekitar 0.05-1 dari 1 liter CPO yang diolah, tergantung pada warna dari CPO.
Universitas Sumatera Utara
3. Phosporic Acid
Phosporic acid
merupakan merek dagang dari bahan kimia H
3
PO
4
yang berbentuk cairan. Dalam pembuatan RBD Olein minyak goreng, phosporic acid
berguna untuk memisahkan gum lendir yang ada di CPO dan setelah dipanaskan akan membentuk kristal putih yang akan disaring dan dibuang. Phosporic acid ini
dibutuhkan sekitar 0.03-0.05 dari 1 liter CPO yang diolah, tergantung banyaknya getah atau lendir dari CPO.
4. Citric Acid
Citric acid
merupakan merek dagang dari bahan kimia asam sitrat yang berbentu cairan. Dalam pembuatan RBD Olein minyak goreng, citric acid
berguna untuk anti oksidan, mencegah jamur, menjaga agar rasa minyak goreng tidak berubah tidak tengik. Citric acid ini dibutuhkan sekitar 0.001-0.002
dari 1 liter CPO yang diolah.
Tingkat Efisiensi Ekonomis Dari PT. SATU
Untuk nilai produksi marjinal rata-rata dari CPO pada tahun 2006 adalah 0.45 dengan harga rata-rata CPO sebesar Rp.3,728.50 dan harga jual RBD Olein
sebesar Rp.3,870.59 lampiran 7 atau rasio perbandingan nilai produk marjinalnya dengan biaya CPO lebih kecil dari satu 0.45 1 artinya penggunaan
CPO tidak efisien secara ekonomis dalam produksi RBD Olein. Hal ini disebabkan biaya CPO yang begitu tinggi dan harga jual RBD Olein yang rendah.
Untuk mencapai tingkat efisiensi maka perusahaan perlu mengurangi jumlah CPO dalam memproduksi RBD Olein atau perusahaan harus meningkatkan kualitas
dari CPO agar mampu menghasilkan RBD Olein dalam jumlah yang lebih besar.
Universitas Sumatera Utara
Untuk nilai produksi marjinal rata-rata dari CPO pada tahun 2007 adalah 5.55dengan harga rata-rata CPO sebesar Rp.5,910.64 dan harga jual RBD Olein
sebesar Rp.6,249.03 lampiran 8 atau rasio perbandingan nilai produk marjinalnya dengan biaya CPO lebih besar dari satu 5.55 1 artinya
penggunaan CPO belum efisien dalam produksi RBD Olein. Hal ini disebabkan meningkatnya permintaan RBD olein untuk ekspor dan lokal yang diikuti dengan
meningkatnya harga RBD Olein tetapi produksi Tandan Buah Segar kelapa sawit tidak meningkat tetap baik dari perusahaan sendiri maupun daripihak ketiga.
Untuk mencapai tingkat efisiensi maka perusahaan perlu menambah jumlah CPO dalam memproduksi RBD Olein atau dengan kata lain perusahaan harus
meningkatkan kualitas dari CPO agar menghasilkan RBD Olein dalam jumlah yang besar.
Untuk nilai produksi marjinal rata-rata dari CPO pada tahun 2008 adalah 1.32 dengan harga rata-rata CPO sebesar Rp.6,863.38 dan harga jual RBD Olein
sebesar Rp.9,730.89 lampiran 9 atau rasio perbandingan nilai produk marjinalnya dengan biaya CPO lebih besar dari satu 1.32 1 artinya
penggunaan CPO belum efisien dalam produksi RBD Olein. Hal ini disebabkan meningkatnya permintaan RBD olein untuk ekspor dan lokal yang diikuti dengan
meningkatnya harga RBD Olein tetapi produksi Tandan Buah Segar kelapa sawit tidak meningkat tetap baik dari perusahaan sendiri maupun dari pihak ketiga.
Untuk mencapai tingkat efisiensi maka perusahaan perlu menambah jumlah CPO dalam memproduksi RBD Olein atau dengan kata lain perusahaan harus
meningkatkan kualitas dari CPO agar menghasilkan RBD Olein dalam jumlah yang besar.
Universitas Sumatera Utara
Untuk nilai produksi marjinal rata-rata dari CPO pada tahun 2006, 2007, dan 2008 adalah 2.44 dengan harga rata-rata CPO sebesar Rp.5,500.84 dan harga
jual RBD Olein sebesar Rp.6,616.84 lampiran10 atau rasio perbandingan nilai produk marjinalnya dengan biaya CPO lebih besar dari satu 2.44 1 artinya
penggunaan CPO belum efisien dalam produksi RBD Olein. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu : meningkatnya permintaan RBD olein untuk ekspor
dan lokal yang diikuti dengan meningkatnya harga RBD Olein tetapi produksi Tandan Buah Segar kelapa sawit tidak meningkat tetap baik dari perusahaan
sendiri maupun dari pihak ketiga, adanya masa trek atau masa penurunan produksi Tandan Buah Segar kelapa sawit sehingga produksi CPO ikut menurun,
rendahnya harga RBD Olein sebab diluar negeri RBD Olein adalah intermediate product produk setengah jadi yang akan diolah menjadi minyak goreng. Untuk
mencapai tingkat efisiensi maka perusahaan perlu menambah jumlah CPO dalam memproduksi RBD Olein atau dengan kata lain perusahaan harus meningkatkan
kualitas dari CPO agar menghasilkan RBD Olein dalam jumlah yang besar. Untuk nilai produksi marjinal rata-rata dari Bleaching Earth pada tahun
2006 adalah 159.17 dengan harga rata-rata Bleaching Earth sebesar Rp.2,765 dan harga jual RBD Olein sebesar Rp.3,870.59 lampiran 7 atau rasio perbandingan
nilai produk marjinalnya dengan biaya Bleaching Earth lebih besar dari satu 159.17 1 artinya penggunaan Bleaching Earth belum efisien secara ekonomis
dalam produksi RBD Olein. Hal ini disebabkan penggunaan Bleaching Earth tergantung dari penggunaan CPO yaitu sekitar 0.05-1 dari 1 liter CPO yang
diolah. Untuk mencapai tingkat efisiensi maka perusahaan perlu menambah jumlah Bleaching Earth dalam memproduksi RBD Olein .
Universitas Sumatera Utara
Untuk nilai produksi marjinal rata-rata dari Bleaching Earth pada tahun 2007 adalah 182.14 dengan harga rata-rata Bleaching Earth sebesar Rp.3,350 dan
harga jual RBD Olein sebesar Rp.6,249.03 lampiran 8 atau rasio perbandingan nilai produk marjinalnya dengan biaya Bleaching Earth lebih besar dari satu
159.17 1 artinya penggunaan Bleaching Earth belum efisien secara ekonomis dalam produksi RBD Olein. Hal ini disebabkan penggunaan Bleaching Earth
tergantung dari penggunaan CPO yaitu sekitar 0.05-1 dari 1 liter CPO yang diolah. Untuk mencapai tingkat efisiensi maka perusahaan perlu menambah
jumlah Bleaching Earth dalam memproduksi RBD Olein atau dengan kata lain perusahaan harus meningkatkan jumlah CPO yang diolah.
Untuk nilai produksi marjinal rata-rata dari Bleaching Earth pada tahun 2008 adalah 452.86 dengan harga rata-rata Bleaching Earth sebesar Rp.4,000 dan
harga jual RBD Olein sebesar Rp.9,730.89 lampiran 9 atau rasio perbandingan nilai produk marjinalnya dengan biaya Bleaching Earth lebih besar dari satu
452.86 1 artinya penggunaan Bleaching Earth belum efisien secara ekonomis dalam produksi RBD Olein. Hal ini disebabkan penggunaan Bleaching Earth
tergantung dari penggunaan CPO yaitu sekitar 0.05-1 dari 1 liter CPO yang diolah dan harga dari Bleaching Earth yang cendrung naik setiap tahun. Untuk
mencapai tingkat efisiensi maka perusahaan perlu menambah jumlah Bleaching Earth dalam memproduksi RBD Olein atau dengan kata lain perusahaan harus
meningkatkan jumlah CPO yang diolah. Untuk nilai produksi marjinal rata-rata dari Bleaching Earth pada tahun
2006, 2007, dan 2008 adalah 264.72 dengan harga rata-rata Bleaching Earth sebesar Rp.3,371.67 dan harga jual RBD Olein sebesar Rp.6,616.84 lampiran10
Universitas Sumatera Utara
atau rasio perbandingan nilai produk marjinalnya dengan biaya Bleaching Earth lebih besar dari satu 264.72 1 artinya penggunaan Bleaching Earth belum
efisien secara ekonomis dalam produksi RBD Olein. Hal ini disebabkan penggunaan Bleaching Earth tergantung dari penggunaan CPO yaitu sekitar
0.05-1 dari 1 liter CPO yang diolah dan harga dari Bleaching Earth yang cendrung naik setiap tahun. Untuk mencapai tingkat efisiensi maka perusahaan
perlu menambah jumlah Bleaching Earth dalam memproduksi RBD Olein atau dengan kata lain perusahaan harus meningkatkan jumlah CPO yang diolah.
Untuk nilai produksi marjinal rata-rata dari Phosporic Acid pada tahun 2006 adalah 1,112.01dengan harga rata-rata Phosporic Acid sebesar Rp.9,880 dan
harga jual RBD Olein sebesar Rp.3,870.59 lampiran 7 atau rasio perbandingan nilai produk marjinalnya dengan biaya Phosporic Acid lebih besar dari satu
1,112.01 1 artinya penggunaan Phosporic Acid belum efisien secara ekonomis dalam produksi RBD Olein. Hal ini disebabkan penggunaan Phosporic Acid
tergantung dari penggunaan CPO yaitu sekitar 0.05-1 dari 1 liter CPO yang diolah. Untuk mencapai tingkat efisiensi maka perusahaan perlu menambah
jumlah Phosporic Acid dalam memproduksi RBD Olein atau dengan kata lain perusahaan harus meningkatkan jumlah CPO yang diolah.
Untuk nilai produksi marjinal rata-rata dari Phosporic Acid pada tahun 2007 adalah 974.81 dengan harga rata-rata Phosporic Acid sebesar Rp.10,680 dan
harga jual RBD Olein sebesar Rp.6,249.03 lampiran 8 atau rasio perbandingan nilai produk marjinalnya dengan biaya Bleaching Earth lebih besar dari satu
974.81 1 artinya penggunaan Phosporic Acid belum efisien secara ekonomis dalam produksi RBD Olein. Hal ini disebabkan penggunaan Phosporic Acid
Universitas Sumatera Utara
tergantung dari penggunaan CPO yaitu sekitar 0.05-1 dari 1 liter CPO yang diolah dan harga Phosporic Acid yang cendrung meningkat setiap tahun. Untuk
mencapai tingkat efisiensi maka perusahaan perlu menambah jumlah Phosporic Acid dalam memproduksi RBD Olein atau dengan kata lain perusahaan harus
meningkatkan jumlah CPO yang diolah. Untuk nilai produksi marjinal rata-rata dari Phosporic Acid pada tahun
2008 adalah 2,292.11dengan harga rata-rata Phosporic Acid sebesar Rp.11,500 dan harga jual RBD Olein sebesar Rp.9,730.89 lampiran 9 atau rasio
perbandingan nilai produk marjinalnya dengan biaya Phosporic Acid lebih besar dari satu 2,292 1 artinya penggunaan Phosporic Acid belum efisien secara
ekonomis dalam produksi RBD Olein. Hal ini disebabkan penggunaan Phosporic Acid tergantung dari penggunaan CPO yaitu sekitar 0.05-1 dari 1 liter CPO
yang diolah dan harga dari Phosporic Acid yang cendrung naik setiap tahun. Untuk mencapai tingkat efisiensi maka perusahaan perlu menambah jumlah
Phosporic Acid dalam memproduksi RBD Olein atau dengan kata lain perusahaan harus meningkatkan jumlah CPO yang diolah.
Untuk nilai produksi marjinal rata-rata dari Phosporic Acid pada tahun 2006, 2007, dan 2008 adalah 1,459.64 dengan harga rata-rata Phosporic Acid
sebesar Rp.10,686 dan harga jual RBD Olein sebesar Rp.6,616.84 lampiran10 atau rasio perbandingan nilai produk marjinalnya dengan biaya Phosporic Acid
lebih besar dari satu 1,459.64 1 artinya penggunaan Phosporic Acid belum efisien secara ekonomis dalam produksi RBD Olein. Hal ini disebabkan
penggunaan Phosporic Acid tergantung dari penggunaan CPO yaitu sekitar 0.05-1 dari 1 liter CPO yang diolah dan harga dari Phosporic Acid yang
Universitas Sumatera Utara
cendrung naik setiap tahun. Untuk mencapai tingkat efisiensi maka perusahaan perlu menambah jumlah Phosporic Acid dalam memproduksi RBD Olein atau
dengan kata lain perusahaan harus meningkatkan jumlah CPO yang diolah. Untuk nilai produksi marjinal rata-rata dari Citric Acid pada tahun 2006
adalah 16,812.24 dengan harga rata-rata Citric Acid sebesar Rp.11,275 dan harga jual RBD Olein sebesar Rp.3,870.59 lampiran 7 atau rasio perbandingan nilai
produk marjinalnya dengan biaya Citric Acid lebih besar dari satu 16,812.24 1 artinya penggunaan Citric Acid belum efisien secara ekonomis dalam produksi
RBD Olein. Hal ini disebabkan penggunaan Citric Acid tergantung dari penggunaan CPO yaitu sekitar 0.001-0.002 dari 1 liter CPO yang diolah.
Untuk mencapai tingkat efisiensi maka perusahaan perlu menambah jumlah Citric Acid dalam memproduksi RBD Olein atau dengan kata lain perusahaan harus
meningkatkan jumlah CPO yang diolah. Untuk nilai produksi marjinal rata-rata dari Citric Acid pada tahun 2007
adalah 16,454.81 dengan harga rata-rata Citric Acid sebesar Rp.11,950 dan harga jual RBD Olein sebesar Rp.6,249.03 lampiran 8 atau rasio perbandingan nilai
produk marjinalnya dengan biaya Citric Acid lebih besar dari satu 16,454.81 1 artinya penggunaan Citric Acid belum efisien secara ekonomis dalam produksi
RBD Olein. Hal ini disebabkan penggunaan Citric Acid tergantung dari penggunaan CPO yaitu sekitar 0.05-1 dari 1 liter CPO yang diolah dan harga
Citric Acid yang cendrung meningkat setiap tahun. Untuk mencapai tingkat efisiensi maka perusahaan perlu menambah jumlah Citric Acid dalam
memproduksi RBD Olein atau dengan kata lain perusahaan harus meningkatkan jumlah CPO yang diolah.
Universitas Sumatera Utara
Untuk nilai produksi marjinal rata-rata dari Citric Acid pada tahun 2008 adalah 17,724.78 dengan harga rata-rata Citric Acid sebesar Rp.12,700 dan harga
jual RBD Olein sebesar Rp.9,730.89 lampiran 9 atau rasio perbandingan nilai produk marjinalnya dengan biaya Citric Acid lebih besar dari satu 17,724.78 1
artinya penggunaan Citric Acid belum efisien secara ekonomis dalam produksi RBD Olein. Hal ini disebabkan penggunaan Citric Acid tergantung dari
penggunaan CPO yaitu sekitar 0.05-1 dari 1 liter CPO yang diolah dan harga Citric Acid yang cendrung meningkat setiap tahun. Untuk mencapai tingkat
efisiensi maka perusahaan perlu menambah jumlah Citric Acid dalam memproduksi RBD Olein atau dengan kata lain perusahaan harus meningkatkan
jumlah CPO yang diolah. Untuk nilai produksi marjinal rata-rata dari Citric Acid pada tahun 2006,
2007, dan 2008 adalah 16,997.28 dengan harga rata-rata Citric Acid sebesar Rp.11,975 dan harga jual RBD Olein sebesar Rp.6,616.84 lampiran10 atau rasio
perbandingan nilai produk marjinalnya dengan biaya Citric Acid lebih besar dari satu 16,997.28 1 artinya penggunaan Citric Acid belum efisien secara
ekonomis dalam produksi RBD Olein. Hal ini disebabkan penggunaan Citric Acid tergantung dari penggunaan CPO yaitu sekitar 0.05-1 dari 1 liter CPO yang
diolah dan harga dari Citric Acid yang cendrung naik setiap tahun. Untuk mencapai tingkat efisiensi maka perusahaan perlu menambah jumlah Citric Acid
dalam memproduksi RBD Olein atau dengan kata lain perusahaan harus meningkatkan jumlah CPO yang diolah.
Dengan demikian setelah melihat Nilai Produk Marjinal NPM dari CPO, Bleaching Earth, Phosporic Acid, dan Citric Acid maka dapat disimpulkan bahwa
Universitas Sumatera Utara
produksi RBD Olein dari PT. SATU belum efisien secara ekonomis. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata NPM CPO, NPM Bleaching Earth, NPM Phosporic Acid,
NPM Citric Acid yang nilainya tidak sama dan lebih besar dari satu NPM CPO = 2.44 ; NPM Bleaching Earth = 264.72 ; NPM Phosporic Acid = 1,459.64 ; NPM
Citric Acid = 16,997.28
Tingkat Efisiensi Ekonomis Dari PT. DUA
Untuk nilai produksi marjinal rata-rata dari CPO pada tahun 2006 adalah 0.75 dengan harga rata-rata CPO sebesar Rp.3,728.50 dan harga jual
RBD Olein sebesar Rp.3,866.05 lampiran 17 atau rasio perbandingan nilai produk marjinalnya dengan biaya CPO lebih kecil dari satu 0.75 1 artinya
penggunaan CPO tidak efisien secara ekonomis dalam produksi RBD Olein. Hal ini disebabkan biaya CPO yang begitu tinggi dan harga jual RBD Olein yang
rendah. Untuk mencapai tingkat efisiensi maka perusahaan perlu mengurangi jumlah CPO dalam memproduksi RBD Olein ataumeningkatkan kualitas dari
CPO agar produksi dari RBD Olein meningkat. Untuk nilai produksi marjinal rata-rata dari CPO pada tahun 2007 adalah
0.39 dengan harga rata-rata CPO sebesar Rp.5,910.64 dan harga jual RBD Olein sebesar Rp.5,603.35 lampiran 18 atau rasio perbandingan nilai produk
marjinalnya dengan biaya CPO lebih kecil dari satu 0.39 1 artinya penggunaan CPO tidak efisien secara ekonomis dalam produksi RBD Olein. Hal ini
disebabkan biaya CPO yang begitu tinggi dan harga jual RBD Olein yang rendah. Untuk mencapai tingkat efisiensi maka perusahaan perlu mengurangi jumlah CPO
dalam memproduksi RBD Olein atau meningkatkan kualitas dari CPO agar produksi dari RBD Olein meningkat. Untuk nilai produksi marjinal rata-rata dari
Universitas Sumatera Utara
CPO pada tahun 2008 adalah 0.95 dengan harga rata-rata CPO sebesar Rp.6,863.38 dan harga jual RBD Olein sebesar Rp.7,907.49 lampiran19 atau
rasio perbandingan nilai produk marjinalnya dengan biaya CPO lebih kecil dari satu 0.95 1 artinya penggunaan CPO tidak efisien secara ekonomis dalam
produksi RBD Olein. Hal ini disebabkan biaya CPO yang begitu tinggi dan harga jual RBD Olein yang rendah. Untuk mencapai tingkat efisiensi maka perusahaan
perlu mengurangi jumlah CPO dalam memproduksi RBD Olein atau meningkatkan kualitas dari CPO agar produksi dari RBD Olein meningkat.
Untuk nilai produksi marjinal rata-rata dari CPO pada tahun 2006, 2007, dan 2008 adalah 0.71 dengan harga rata-rata CPO sebesar Rp.6,863.38 dan harga
jual RBD Olein sebesar Rp.7,907.49 lampiran 19 atau rasio perbandingan nilai produk marjinalnya dengan biaya CPO lebih kecil dari satu 0.71 1 artinya
penggunaan CPO tidak efisien secara ekonomis dalam produksi RBD Olein. Hal ini disebabkan biaya CPO yang begitu tinggi dan harga jual RBD Olein yang
rendah sebab RBD Olein adalah minyak goreng curah berkualitas rendah. Untuk mencapai tingkat efisiensi maka perusahaan perlu mengurangi jumlah CPO dalam
memproduksi RBD Olein atau meningkatkan kualitas dari CPO agar produksi dari RBD Olein meningkat.
Untuk nilai produksi marjinal rata-rata dari Bleaching Earth pada tahun 2006 adalah 104.87 dengan harga rata-rata Bleaching Earth sebesar Rp.2,765 dan
harga jual RBD Olein sebesar Rp.3,866.05 lampiran 17 atau rasio perbandingan nilai produk marjinalnya dengan biaya Bleaching Earth lebih besar dari satu
104.87 1 artinya penggunaan Bleaching Earth belum efisien secara ekonomis dalam produksi RBD Olein. Hal ini disebabkan penggunaan Bleaching Earth
Universitas Sumatera Utara
tergantung dari penggunaan CPO yaitu sekitar 0.05-1 dari 1 liter CPO yang diolah. Untuk mencapai tingkat efisiensi maka perusahaan perlu menambah
jumlah Bleaching Earth dalam memproduksi RBD Olein . Untuk nilai produksi marjinal rata-rata dari Bleaching Earth pada tahun
2007 adalah 68.55 dengan harga rata-rata Bleaching Earth sebesar Rp.3,350 dan harga jual RBD Olein sebesar Rp.5,603.35 lampiran 18 atau rasio perbandingan
nilai produk marjinalnya dengan biaya Bleaching Earth lebih besar dari satu 68.55 1 artinya penggunaan Bleaching Earth belum efisien secara ekonomis
dalam produksi RBD Olein. Hal ini disebabkan penggunaan Bleaching Earth tergantung dari penggunaan CPO yaitu sekitar 0.05-1 dari 1 liter CPO yang
diolah. Untuk mencapai tingkat efisiensi maka perusahaan perlu menambah jumlah Bleaching Earth dalam memproduksi RBD Olein .
Untuk nilai produksi marjinal rata-rata dari Bleaching Earth pada tahun 2008 adalah 148.27 dengan harga rata-rata Bleaching Earth sebesar Rp.4000 dan
harga jual RBD Olein sebesar Rp.7,907.49 lampiran 19 atau rasio perbandingan nilai produk marjinalnya dengan biaya Bleaching Earth lebih besar dari satu
148.27 1 artinya penggunaan Bleaching Earth belum efisien secara ekonomis dalam produksi RBD Olein. Hal ini disebabkan penggunaan Bleaching Earth
tergantung dari penggunaan CPO yaitu sekitar 0.05-1 dari 1 liter CPO yang diolah. Untuk mencapai tingkat efisiensi maka perusahaan perlu menambah
jumlah Bleaching Earth dalam memproduksi RBD Olein . Untuk nilai produksi marjinal rata-rata dari Bleaching Earth pada tahun
2006, 2007, dan 2008 adalah 107.23 dengan harga rata-rata Bleaching Earth sebesar Rp.3,371.67 dan harga jual RBD Olein sebesar Rp.5,792.30 lampiran20
Universitas Sumatera Utara
atau rasio perbandingan nilai produk marjinalnya dengan biaya Bleaching Earth lebih besar dari satu 107.23 1 artinya penggunaan Bleaching Earth belum
efisien secara ekonomis dalam produksi RBD Olein. Hal ini disebabkan penggunaan Bleaching Earth tergantung dari penggunaan CPO yaitu sekitar
0.05-1 dari 1 liter CPO yang diolah dan harga dari Bleaching Earth yang selalu meningkat setiap tahun. Untuk mencapai tingkat efisiensi maka perusahaan
perlu menambah jumlah Bleaching Earth dalam memproduksi RBD Olein . Untuk nilai produksi marjinal rata-rata dari Phosporic Acid pada tahun
2006 adalah 733.69 dengan harga rata-rata Phosporic Acid sebesar Rp.9,880 dan harga jual RBD Olein sebesar Rp.3,866.05 lampiran 17 atau rasio perbandingan
nilai produk marjinalnya dengan biaya Phosporic Acid lebih besar dari satu 733.69 1 artinya penggunaan Phosporic Acid belum efisien secara ekonomis
dalam produksi RBD Olein. Hal ini disebabkan penggunaan Phosporic Acid tergantung dari penggunaan CPO yaitu sekitar 0.05-1 dari 1 liter CPO yang
diolah. Untuk mencapai tingkat efisiensi maka perusahaan perlu menambah jumlah Phosporic Acid dalam memproduksi RBD Olein.
Untuk nilai produksi marjinal rata-rata dari Phosporic Acid pada tahun 2007 adalah 943.09 dengan harga rata-rata Phosporic Acid sebesar Rp.10,680 dan
harga jual RBD Olein sebesar Rp.5,603.35 lampiran 18 atau rasio perbandingan nilai produk marjinalnya dengan biaya Phosporic Acid lebih besar dari satu
943.09 1 artinya penggunaan Phosporic Acid belum efisien secara ekonomis dalam produksi RBD Olein. Hal ini disebabkan penggunaan Phosporic Acid
tergantung dari penggunaan CPO yaitu sekitar 0.05-1 dari 1 liter CPO yang
Universitas Sumatera Utara
diolah. Untuk mencapai tingkat efisiensi maka perusahaan perlu menambah jumlah Phosporic Acid dalam memproduksi RBD Olein.
Untuk nilai produksi marjinal rata-rata dari Phosporic Acid pada tahun 2008 adalah 1,289.27 dengan harga rata-rata Phosporic Acid sebesar Rp.11,500
dan harga jual RBD Olein sebesar Rp.7,907.49 lampiran 19 atau rasio perbandingan nilai produk marjinalnya dengan biaya Phosporic Acid lebih besar
dari satu 1,289.27 1 artinya penggunaan Phosporic Acid belum efisien secara ekonomis dalam produksi RBD Olein. Hal ini disebabkan penggunaan Phosporic
Acid tergantung dari penggunaan CPO yaitu sekitar 0.05-1 dari 1 liter CPO yang diolah. Untuk mencapai tingkat efisiensi maka perusahaan perlu menambah
jumlah Phosporic Acid dalam memproduksi RBD Olein. Untuk nilai produksi marjinal rata-rata dari Phosporic Acid pada tahun
2006, 2007, dan 2008 adalah 988.68 dengan harga rata-rata Phosporic Acid sebesar Rp.10,686.67 dan harga jual RBD Olein sebesar Rp.5,792.30 lampiran
20 atau rasio perbandingan nilai produk marjinalnya dengan biaya Phosporic Acid lebih besar dari satu 988.68 1 artinya penggunaan Phosporic Acid belum
efisien secara ekonomis dalam produksi RBD Olein. Hal ini disebabkan penggunaan Phosporic Acid tergantung dari penggunaan CPO yaitu sekitar
0.05-1 dari 1 liter CPO yang diolah. Untuk mencapai tingkat efisiensi maka perusahaan perlu menambah jumlah Phosporic Acid dalam memproduksi RBD
Olein. Dengan demikian setelah melihat Nilai Produk Marjinal NPM dari CPO,
Bleaching Earth, dan Phosporic Acid maka dapat disimpulkan bahwa produksi RBD Olein dari PT. DUA belum efisien secara ekonomis untuk Bleaching Earth
Universitas Sumatera Utara
NPM Bleaching Earth = 107.23 1 dan Phosporic Acid NPM Phosporic Acid = 988.68 1 sedangkan untuk CPO tidak efisien secara ekonomis NPM CPO =
0.71 1 . Hal ini dapat dilihat dari rata-rata NPM CPO, NPM Bleaching Earth, NPM Phosporic Acid, NPM Citric Acid yang nilainya tidak sama dan lebih besar
atau lebih kecil dari satu.
Perbedaan Tingkat Efisiensi Ekonomis Produksi Minyak Goreng untuk NPM CPO Antara PT. SATU dan PT. DUA
Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang nyata antara tingkat efisiensi PT. SATU dengan PT. DUA maka
dapat dilihat pada tabel 3 dibawah ini.
Tabel 8. Hasil Uji Beda Dua Sampel Tidak Berhubungan Untuk Nilai Produk Marjinal CPO Antara PT. SATU dan PT. DUA
Independent Samples Test
3.793 .046
.968 70
.336 1.73528
1.79187 -1.83850
5.30905 .968
35.057 .339
1.73528 1.79187
-1.90220 5.37276
Equal variances assumed
Equal variances not assumed
NPM1 F
Sig. Levenes Test for
Equality of Variances
t df
Sig. 2-tailed Mean
Difference Std. Error
Difference Lower
Upper 95 Confidence
Interval of the Difference
t-test for Equality of Means
Dari tabel
Levene’s Test dapat dilihat nilai signifikasi F untuk Nilai Produk Marjinal CPO sebesar 0.046. Karena nilai signifikasi 0.046 0.05 ini
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara varian antara PT. SATU dan PT. DUA diasumsikan kedua varian berbeda.
Dari tabel
T-test for quality of means dapat dilihat nilai signifikasi untuk Nilai Produk Marjinal CPO sebesar 0.336. Karena nilai signifikasi 0.336 0.05
ini menunjukkun bahwa tidak terdapat perbedaan nilai rata-rata tingkat efisiensi ekonomis untuk CPO antara PT. SATU dengan PT. DUA.
Universitas Sumatera Utara
Perbedaan Tingkat Efisiensi Ekonomis Produksi Minyak Goreng untuk NPM Bleaching Earth Antara PT. SATU dan PT. DUA
Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang nyata antara tingkat efisiensi PT. SATU dengan PT. DUA maka dapat dilihat pada tabel 3
dibawah ini.
Tabel 9. Hasil Uji Beda Dua Sampel Tidak Berhubungan Untuk Nilai Produk Marjinal Bleaching Earth Antara PT. SATU dan PT. DUA
Independent Samples Test
19.424 .000
1.983 70
.051 157.49611 79.41503
-.89217 315.88439 1.983
35.385 .055 157.49611
79.41503 -3.66233 318.65455
Equal variances assumed
Equal variances not assumed
NPM F
Sig. Levenes Test for
Equality of Variances
t df
Sig. 2-tailed Mean
Difference Std. Error
Difference Lower
Upper 95 Confidence
Interval of the Difference
t-test for Equality of Means
Dari tabel
Levene’s Test dapat dilihat nilai signifikasi F untuk Nilai Produk Marjinal CPO sebesar 0.000. Karena nilai signifikasi 0.000 0.05 ini
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan varian antara PT. SATU dan PT. DUA diasumsikan kedua varian berbeda.
Dari tabel
T-test for quality of means dapat dilihat nilai signifikasi untuk Nilai Produk Marjinal CPO sebesar 0.055. Karena nilai signifikasi 0.055 0.05
ini menunjukkun bahwa terdapat perbedaan nilai rata-rata tingkat efisiensi ekonomis untuk CPO antara PT. SATU dengan PT. DUA yaitu sebesar157.49.
Nilai rata-rata efisiensiensi untuk PT. SATU sebesar 264.72 dan nilai rata-rata untuk PT. DUA sebesar 107.22. Dari sini dapat disimpulkan bahwa PT.DUA
lebih efisien secara ekonomis dalam penggunaan Bleaching Earth daripada
PT.SATU karena nilai rata-rata efisiensi mendekati nilai satu.
Universitas Sumatera Utara
Perbedaan Tingkat Efisiensi Ekonomis Produksi Minyak Goreng untuk NPM Bleaching Earth Antara PT. SATU dan PT. DUA
Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang nyata antara tingkat efisiensi PT. SATU dengan PT. DUA maka dapat dilihat pada tabel 3
dibawah ini.
Tabel 10. Hasil Uji Beda Dua Sampel Tidak Berhubungan Untuk Nilai Produk Marjinal Phosporic Acid Antara PT. SATU dan PT. DUA
Independent Samples Test
25.638 .000
2.202 70
.031 470.95944 213.83961 44.46979 897.44910 2.202
37.898 .034 470.95944 213.83961 38.02534 903.89355
Equal variances assumed
Equal variances not assumed
NPM3 F
Sig. Levenes Test for
Equality of Variances
t df
Sig. 2-tailed Mean
Difference Std. Error
Difference Lower
Upper 95 Confidence
Interval of the Difference
t-test for Equality of Means
Dari tabel
Levene’s Test dapat dilihat nilai signifikasi F untuk Nilai Produk Marjinal CPO sebesar 0.000. Karena nilai signifikasi 0.000 0.05 ini
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan varian antara PT. SATU dan PT. DUA diasumsikan kedua varian berbeda.
Dari tabel
T-test for quality of means dapat dilihat nilai signifikasi untuk Nilai Produk Marjinal CPO sebesar 0.034. Karena nilai signifikasi 0.034 0.05
ini menunjukkun bahwa terdapat perbedaan nilai rata-rata tingkat efisiensi ekonomis untuk CPO antara PT. SATU dengan PT. DUA yaitu sebesar 470.95.
Nilai rata-rata efisiensiensi untuk PT. SATU sebesar 1,459.64 dan nilai rata-rata untuk PT. DUA sebesar 988.68. Dari sini dapat disimpulkan bahwa PT.DUA
lebih efisien secara ekonomis dalam penggunaan Phosporic Acid daripada PT.SATU karena nilai rata-rata efisiensi mendekati nilai satu.
Universitas Sumatera Utara
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Sarana produksi yang diperlukan untuk memproduksi RBD Olein minyak
goreng adalah Crude Palm Oil minyak sawit, Bleaching Earth, Phosporic Acid, dan Citric Acid.
2. PT. SATU dalam memproduksi Olein minyak goreng belum efisien
secara ekonomis. Hal ini dapat dilihat dari Nilai Produk Marjinal CPO, Bleaching Earth, Phosporic Acid, dan Citric Acid yang nilainya tidak
sama dan lebih besar dari satu NPM CPO = 2.44 ; NPM Bleaching Earth = 264.72 ; NPM Phosporic Acid = 1,459.64 ; NPM Citric Acid =
16,997.28 3.
PT. DUA dalam memproduksi RBD OLein belum efisien secara ekonomis untuk Bleaching Earth NPM Bleaching Earth = 107.23 1 dan
Phosporic Acid NPM Phosporic Acid = 988.68 1 sedangkan untuk CPO tidak efisien secara ekonomis NPM CPO = 0.71 1 . Hal ini dapat
dilihat dari rata-rata NPM CPO, NPM Bleaching Earth, NPM Phosporic Acid, NPM Citric Acid yang nilainya tidak sama dan lebih besar atau lebih
kecil dari satu. 4.
Tidak terdapat perbedaan nilai rata-rata efisiensi ekonomis untuk penggunaan CPO antara PT.SATU dan PT.DUA. Tetapi terdapat
perbedaan nilai rata-rata efisiensi ekonomis untuk penggunaan Bleaching Earth dan Phosporic Acid antara PT.SATU dan PT. DUA. PT. DUA lebih
efisien secara ekonomis untuk penggunaan Bleaching Earth dan Phosporic
Universitas Sumatera Utara
Acid daripada PT. SATU karena nilai rata-rata efisiensinya mendekati satu.
Saran Kepada perusahaan
Untuk meningkatkan kualitas dari CPO Crude Palm Oil agar RBD Olein yang dihasilkan lebih banyak jumlahnya dan efisien dalam mengolah Tandan
Buah Segar TBS kelapa sawit menjadi CPO secara . Untuk meningkatkan daya saing ekspor, perusahaan sebaiknya
memproduksi RBD Olein dengan kadar RBD Stearin yang lebih rendah sehingga RBD Olein yang dihasilkan mempunyai kualitas dan value added nilai tambah
yang tinggi.
Kepada pemerintah
Untuk mengontrol harga bahan kimia pembuat RBD Olein agar harganya tidak terus naik sehingga biaya produksi dapat lebih murah dan harga RBD Olein
juga ikut turun.
Universitas Sumatera Utara
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang