Prognosa Ketersediaan Pangan (Telur Ayam, Minyak Goreng, Daging Ayam, Daging Sapi, Beras, Gula Pair, Bawang Merah, Cabe Merah dan Kacang Tanah) Pada Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) di Kota Medan

(1)

PROGNOSA KETERSEDIAAN PANGAN (Gula Pasir, Beras,

Cabe Merah, Telur, Daging Sapi, Daging Ayam, Bawang Merah,

Minyak Goreng dan Kacang Tanah) PADA HARI BESAR

KEAGAMAAN NASIONAL (HBKN) DI KOTA MEDAN

SKRIPSI

OLEH :

SUKMA YULIA SIRAIT

080309025

PKP

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

PROGNOSA KETERSEDIAAN PANGAN (Gula Pasir, Beras,

Cabe Merah, Telur, Daging Sapi, Daging Ayam, Bawang

Merah,Minyak Goreng dan Kacang Tanah) PADA HARI BESAR

KEAGAMAAN NASIONAL (HBKN) DI KOTA MEDAN

SKRIPSI

OLEH :

SUKMA YULIA SIRAIT

080309025

PKP

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Umtuk Memperoleh Gelar Sarjana di Departemen Agribisnis Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara Medan

Disetujui Oleh: Komisi Pembimbing

Ketua Anggota

(Ir. Hj. Lily Fauzia, M.Si) (Dr. Ir. Satia Negara Lubis, MEC NIP:196308221988032003 NIP:196304021997031001

)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

ABSTRAK

SUKMA YULIA SIRAIT (080309025) dengan judul skripsi “Prognosa Ketersediaan Pangan (Beras, Minyak Goreng, Gula Pasir, Bawang Merah, Cabe Merah, Telur Ayam, Daging Sapi, Daging Ayam dan Kacang Tanah) Pada Hari Besar Keagamaan Nasional di Kota Medan”. Studi kasus : Kota Medan, yang dibimbing oleh ibu Ir. Lily Fauzia, M. Si dan bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, MEC.

Dalam menyambut hari besar keagamaan nasional, kebutuhan masyrakat di Kota Medan meningkat sehingga ketersediaan pangan mencukupi dan kelancaran distribusinya perlu terjamin agar dapat memenuhi kebutuhan masyrakat sesuai dengan jumlah kebutuhannya dengan harga yang wajar dan terjangkau. Agar tidak terjadi kelangkaan dan kelonjakan harga yang begitu tinggi maka diperlukan antisipasi ketersediaan pangan saat hari besar keagamaan nasional, yaitu dengan prognosa.

Adapun tujuan kajian dari skripsi ini adalah untuk mengetahui ketersediaan pangan pada hari besar keagamaan nasional di Kota Medan tahun 2010, untuk mengetahui jumlah konsumsi pangan pada hari besar keagamaan nasional di Kota Medan tahun 2010, untuk mengetahui perubahan harga pangan pada hari besar keagamaan nasional di Kota Medan, dan prognosa ketersediaan pangan pada hari besar keagamaan nasional tahun 2012 di Kota Medan. Dalam kajian ini digunakan data sekunder tahun 2010 sedangkan untuk prognosa tahun 2012 menggunakan data sekunder tahun 2011.

Dari hasil penelitian diperoleh ketersediaan pangan pada hari besar keagamaan nasional tahun 2010 di Kota Medan mencukupi, jumlah konsumsi pangan pada hari besar keagamaan nasional tahun 2010 meningkat, harga pangan pada hari besar keagamaan nasional tahun 2010 di Kota Medan mengalami kenaikan, dan prognosa ketersediaan pangan pada hari besar keagamaan nasional tahun 2012 di kota medan cukup tersedia.

Kata Kunci : Hari Besar Keagamaan Nasional, Kota Medan, Prognosa Ketersediaan Pangan


(4)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pematangsiantar pada tanggal 01 November 1990 anak dari Alm. Drs . E. Sirait dan Ibu T. Simamora, S. Pd, M. Pd. Penulis merupakan anak ketiga dari lima bersaudara.

Penulis mengikuti pendidikan sebagai berikut :

1. Sekolah Dasar di SD Negeri 09500 Tanah Jawa, masuk tahun 1996 dan lulus pada tahun 2002.

2. Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 1 Tanah Jawa, masuk pada tahun 2002 dan lulus tahun 2005.

3. Sekolah Menengah Atas di SMA RK Budi Mulia Pematangsianntar, masuk pada tahun 2005 dan lulus tahun 2008.

4. Tahun 2008 masuk di Program Studi Agribisnis jurusan Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian FP USU, melalui jalur Ujian Masuk Bersama (UMB)

Selama perkuliahan, penulis aktif dalam organisasi IMASEP (Ikatan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian) sebagai anggota, dan UKM KMK USU UP Pertanian (Unit Kegiatan Mahasiswa Kebaktian Mahasiswa Kristen Unit Pelayanan). Pada tahun 2011 menjadi pengurus di UKM KMK USU UP pertanian dan tahun 2012 menjadi Tim Kerja di UKM KMK USU.

Pada bulan Mei 2012, penulis melaksanakan penelitian di Kota Medan. Pada tanggal 05 Juli 2012 sampai 31 Juli 2012 melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa Gajah, Kecamatan Meranti Kabupaten Asahan.


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kasihNYA, sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi ini berjudul “Prognosa Ketersediaan Pangan (Telur Ayam, Minyak Goreng, Daging Ayam, Daging Sapi, Beras, Gula Pair, Bawang Merah, Cabe Merah dan Kacang Tanah) Pada Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) di Kota Medan”. Adapun tujuan penulisan skripsi ini adalah Diajukan Kepada Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat – Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Ibu Ir. Lily Fauzia, M. Si selaku ketua komisi pembimbing yang telah membimbing dan memberikan berbagai masukan berharga kepada Penulis dari mula menetapkan judul, melakukan penelitian, sampai ujian akhir. 2. Bapak Dr. Ir. Satia Negara lubis, MEC selaku anggota komisi pembimbing

yang telah membimbing berbagai masukan berharga kepada Penulis dari mula menetapkan judul, melakukan penelitian, sampai ujian akhir.

3. Ibu Dr. Ir. Salmiah, M. Si selaku ketua Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, MEC selaku sekretaris Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

5. Kepada para dosen, staff pegawai Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.


(6)

6. Seluruh instansi terkait dalam penelitian yang telah membantu Penulis dalam memperoleh data selama penulisan skripsi ini.

Dengan segala ketulusan dan kerendahan hati serta hormat, mengucapkan terimakasih kepada Ayah saya Alm. Drs. E. Sirait dan Ibu T. Simamora, S. Pd, M. Pd atas kasih saying, nasihat, motivasi serta dukungan moril dan materi yang diberikan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Juga kepada saudara – saudaraku kak Dona Sandani Sirait, S. Pd, bang Paskah Frans Sandoval, SE, adik Yolanda Iqnatius Sirait dan Yuki Indah Swana Sirait yang telah member semangat, motivasi, doa dan harapan serta bantuannya selama ini.

Serta kepada rekan seperjuangan stambuk 2008 Agribisnis dan Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian yang tetap semangat dalam pengerjaan skripsi dan tetap berjuang menjadi pemenang. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih khusus kepada Yemima Christin Sormin, Roima Novita Sari Sianturi, Eva Juliana Tambunan, Melfrianty Purba dan Line O. R. Hutabarat dan teman – teman seperjuangan yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang selalu member dukungan, motiovasi dan nasihat kepada saya selama pengerjaan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis mengaharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi perbaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua. Terima kasih.

Medan, Januari 2013 Penulis


(7)

DAFTAR ISI

ABSTARK ...i

RIWAYAT HIDUP ...ii

KATA PENGANTAR ...iii

DAFTAR ISI ...v

DAFTAR TABEL ...vii

DAFTAR GAMBAR ...viii

DAFTAR LAMPIRAN ...ix

PENDAHULUAN Latar belakang ...1

Identifikasi Masalah ...7

Tujuan Penelitian ...7

Kegunaan Penelitian ...8

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN Ketahanan Pangan ...10

Ketersediaan Pangan ...11

Konsumsi Pangan ...13

Kebijaksanaan Harga pada HBKN ...14

Landasan Teori ...16

Kerangka Pemikiran ...20

Hipotesis Penelitian ...23

METODE PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Penelitian ...24

Metode Pengumpulan Data ...24

Metode Analisis Data ...24

Defenisi dan Batasan Operasional Defenisi ………..26

Batasan Operasional ………...27

DESKRIPSI WILAYAH Sejarah Kota Medan ...28

Pemerintahan ...29

Geografi ...30

Demografi ...31

Kehidupan Sosial Pekerjaan………32

Pola Pemukiman ………33

Ketersediaan Pangan Kota Medan ...33

HASIL DAN PEMBAHASAN Ketersediaan Pangan Tahun 2010 ...35


(8)

Perubahan Harga Pangan pada HBKN ...43 Prognosa HBKN Tahun 2010 ...54 KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan ...64 Saran ...64 LAMPIRAN


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Hal

1. Ketersediaan Pangan (Ton) tahun 2010

2. Ketersediaan pangan (Ton) HBKN Tahun 2010 3. Konsumsi Pangan Strategis tahun 2010

4. Harga Komoditi beras tahun 2006 – 2010 5. Harga komoditi Gula Pasir Tahun 2006 – 2010 6. Harga Komoditi Minyak Goreng Tahun 2006 – 2010 7. Harga Komoditi Daging Ayam Tahun 2006 – 2010 8. Harga Komoditi Daging Sapi tahun 2006 – 2010 9. Harga komoditi Telur Ayam tahun2006 – 2010 10.Harga Komoditi Bawang Merah Tahun 2006 – 2010 11.Harga komoditi cabe Merah Tahun 2006 – 2010 12.Harga komoditi Kacang Tanah tahun 2006 – 2010 13.Ketersediaan pangan Tahun 2011

14.Prognosa Ketersediaan Pangan Tahun 2012 15.Prognosa Ketersediaan HBKN Tahun 2012


(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Hal

1. Bagan Ketahanan Pangan

2. Bagan Kenaikan permintaan Pangan 3. Skema Kerangka Pemikiran

4. Grafik Ketersediaan Pangan Tahun 2010

5. Grafik Ketersediaan Pangan Bulan Puasa tahun 2010 6. Grafik Ketersediaan pangan Idul fitri Tahun 2010 7. Grafik Ketersediaan Pangan Idul Adha Tahun 2010

8. Grafik Ketersediaan Pangan Natal dan Tahun Baru Tahun 2010 9. Grafik Harga dan Ketersediaan komoditi beras Tahun 2010 10.Grafik Harga dan Ketersediaan komoditi gula Pasir tahun 2010 11.Grafik Harga dan Ketersediaan Komoditi Minyak goreng tahun 2010 12.Grafik harga dan Ketersediaan Komoditi daging Ayam tahun 2010 13.Grafik harga dan Ketersediaan Komoditi daging sapi tahun 2010 14.Grafik harga dan Ketersediaan Komoditi Telur Ayam tahun 2010 15.Grafik harga dan Ketersediaan Komoditi Bawang merah tahun 2010 16.Grafik harga dan Ketersediaan Komoditi Cabe Merah tahun 2010 17.Grafik harga dan Ketersediaan Komoditi Kacang Tanah tahun 2010 18.Grafik Prognosa Ketersediaan pangan Bulan Puasa tahun 2012 19.Grafik Prognosa ketersediaan Pangan Idul Fitri tahun 2012 20.Grafik Prognosa Ketersediaan Pangan Idul Adha Tahun 2012


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul Hal

1. Koefisien Peningkatan Penyediaan Pangan Pokok Menjelang HBKN


(12)

ABSTRAK

SUKMA YULIA SIRAIT (080309025) dengan judul skripsi “Prognosa Ketersediaan Pangan (Beras, Minyak Goreng, Gula Pasir, Bawang Merah, Cabe Merah, Telur Ayam, Daging Sapi, Daging Ayam dan Kacang Tanah) Pada Hari Besar Keagamaan Nasional di Kota Medan”. Studi kasus : Kota Medan, yang dibimbing oleh ibu Ir. Lily Fauzia, M. Si dan bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, MEC.

Dalam menyambut hari besar keagamaan nasional, kebutuhan masyrakat di Kota Medan meningkat sehingga ketersediaan pangan mencukupi dan kelancaran distribusinya perlu terjamin agar dapat memenuhi kebutuhan masyrakat sesuai dengan jumlah kebutuhannya dengan harga yang wajar dan terjangkau. Agar tidak terjadi kelangkaan dan kelonjakan harga yang begitu tinggi maka diperlukan antisipasi ketersediaan pangan saat hari besar keagamaan nasional, yaitu dengan prognosa.

Adapun tujuan kajian dari skripsi ini adalah untuk mengetahui ketersediaan pangan pada hari besar keagamaan nasional di Kota Medan tahun 2010, untuk mengetahui jumlah konsumsi pangan pada hari besar keagamaan nasional di Kota Medan tahun 2010, untuk mengetahui perubahan harga pangan pada hari besar keagamaan nasional di Kota Medan, dan prognosa ketersediaan pangan pada hari besar keagamaan nasional tahun 2012 di Kota Medan. Dalam kajian ini digunakan data sekunder tahun 2010 sedangkan untuk prognosa tahun 2012 menggunakan data sekunder tahun 2011.

Dari hasil penelitian diperoleh ketersediaan pangan pada hari besar keagamaan nasional tahun 2010 di Kota Medan mencukupi, jumlah konsumsi pangan pada hari besar keagamaan nasional tahun 2010 meningkat, harga pangan pada hari besar keagamaan nasional tahun 2010 di Kota Medan mengalami kenaikan, dan prognosa ketersediaan pangan pada hari besar keagamaan nasional tahun 2012 di kota medan cukup tersedia.

Kata Kunci : Hari Besar Keagamaan Nasional, Kota Medan, Prognosa Ketersediaan Pangan


(13)

1.1. Latar Belakang

Pembangunan secara umum dan khususnya program pembangunan bidang pertanian pada hakekatnya, adalah semua upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat tani menuju kehidupan yang lebih sejahtera dan modern. Namun dalam perjalanannya program pembangunan pertanian masih belum dapat menunjukkan hasil yang cukup signifikan untuk mencapai tujuan tersebut (Dinas Pertanian Sumatera Utara, 2005).

Sektor pertanian mempunyai peranan penting dalam perekonomian Indonesia baik dalam bentuk PDB maupun dalam hal penyerapan tenaga kerja. Berdasarkan bidang usahanya, sektor pertanian terbagi atas subsektor tanaman pangan atau palawija, hortikultura, perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan (Purnomo dan Hanny P, 2007).

Pembangunan ketahanan pangan, sesuai amanat Undang – Undang Nomor 7 tahun 1996 tentang pangan, bertujuan untuk mewujudkan ketersediaan pangan bagi seluruh rumah tangga, dalam jumlah yang cukup, mutu dan gizi yang layak, aman konsumsi, merata serta terjangkau oleh setiap individu (Suryana, 2003). Mengingat sumberdaya yang dimiliki di setiap daerah sebagian berbasis sumberdaya agribisnis (lahan, perairan, keanekaragaman hayati) dan hampir 90 % usaha kecil, menengah, dan koperasi berada pada agribisnis; maka pembangunan ekonomi nasional yang sesuai dengan amanat konstitusi adalah pembangunan sistem agribisnis (Suryana, 2003).

Dalam pengembangan sistem ketahanan pangan, aktor utama yang berperan adalah para pelaku bisnis, yaitu produsen, pengolah dan pedagang, yang sebagian besar adalah pengusaha kecil. Untuk itu upaya peningkatan ketahanan


(14)

pangan lebih difokuskan kepada pemberdayaan kelompok masyarakat pengusaha kecil agar mereka mandiri dan mampu mengembangkan usaha agribisnisnya secara berkelanjutan sehingga pangan tersedia setiap saat (Suryana, 2003).

Konsep ketahanan pangan lebih luas dibandingkan dengan konsep swasembada pangan seperti yang sering digunakan dalam konteks produksi tanaman pangan yang hanya berorientasi pada aspek fisik kecukupan produksi bahan pangan. Para ahli sepakat bahwa ketahanan pangan minimal mengandung unsur pokok yaitu ketersediaan pangan, aksesbilitas masyarakat dan stabilitas harga pangan. salah satu dari unsur diatas tidak terpenuhi maka suatu Negara belum dapat dikatakan mempunyai ketahanan pangan yang baik. Walaupun pangan tersedia cukup tinggi di tingkat nasional dan regional, tetapi jika akses individu untuk memenuhi kebutuhan pangannya tidak merata, maka ketahanan pangan masih dikatakan rapuh. Aspek distribusi bahan pangan sampai ke pelosok rumah tangga pedesaan yang tentunya mencakup fungsi tempat, ruang dan waktu juga tidak kalah pentingnya dalam upaya memperkuat strategi ketahanan pangan (Arifin, 2005).

Pangan adalah sesuatu yang hakiki dan menjadi hak setiap warga negara untuk memperolehnya. Ketersediaan pangan sebaiknya cukup jumlahnya, bermutu baik, dan harganya terjangkau. Salah satu komponen pangan adalah karbohidrat yang merupakan sumber utama bagi tubuh. Kelompok tanaman penghasil karbohidrat disebut tanaman pangan. Di Indonesia tanaman pangan yang digunakan masih terbatas pada beberapa jenis yaitu padi, jagung, ubi jalar, dan ubi kayu. Selain sebagai sumber karbohidrat tanaman pangan juga sumber protein.


(15)

Jenis tanaman yang merupakan sumber protein yaitu kacang tanah, kacang hijau dan kedelai (Purnomo dan Hanny P, 2007).

Pangan merupakan istilah yang amat penting bagi pertanian karena secara hakiki pangan merupakan salah satu kebutuhan paling dasar dalam pemenuhan aspirasi humanistik. Masalah konsumsi dan pemenuhannya akan tetap merupakan agenda penting dalam pembangunan ekonomi di Indonesia. Status konsumsi pangan sering dipakai sebagai salah satu indikator tingkatan kesejahteraan masyarakat. Krisis penyediaan pangan akan menjadi masalah yang sangat sensitif dalam dinamika kehidupan sosial-politik. Oleh karena itu, mendiskusikan topik ketahanan pangan menjadi sangat penting (Hanafie, 2010).

Pangan merupakan kebutuhan pokok yang harus tersedia setiap saat, baik kuantitas maupun kualitas, aman, bergizi dan terjangkau daya beli masyarakat. Kekurangan pangan tidak hanya dapat menimbulkan dampak sosial, ekonomi, bahkan dapat mengancam keamanan sosial (BKP, 2011).

Dalam dimensi yang lebih makro, eksternal, strategis dan politis, ketahanan pangan dapat menjelma menjadi keberdaulatan pangan, yang merujuk kepada suatu ancaman berat bagi keberdaulatan suatu bangsa yang tidak mampu memenuhi produksi pangan domestiknya. Ketergantungan yang begitu tinggi terhadap pangan impor adalah suatu indikasi dari berkedaulatan pangan. Bentuk paling menakutkan dari buruknya keberdaulatan pangan adalah keterjebakan pangan. Negara hanya menggantungkan sepenuhnya pada pasokan pangan Negara lain, sementara cadangan devisanya dan neraca pembayaran di negerinya sangat buruk (Arifin, 2004).


(16)

Oleh karena itu, untuk mengatasi kesenjangan antara ketersediaan dan kebutuhan pangan masyarakat, perlu dilakukan persamaan persepsi tentang instrument analisis yang digunakan para aparat di daerah, yang difasilitasi melalui kegiatan Apresiasi Analisis Ketersediaan Pangan (BKP, 2011).

Ketahanan pangan diartikan sebagai kondisi di mana setiap orang sepanjangwaktu memiliki akses, baik secara fisik maupun ekonomis, terhadap pangan yang cukup, aman dan bergizi, untuk memenuhi kebutuhan gizi harian yang diperlukan agar dapat hidup dengan aktif dan sehat. Sejalan dengan itu dalam ketahanan pangan terdapat 3 (tiga) komponen penting pembentuk ketahanan pangan, yaitu produksi dan ketersediaan pangan, jaminan akses terhadap pangan, serta mutu dan keamanan pangan. Produksi pangan, terutama padi pada tahun 2005 mencapai 53,1 juta ton gabah kering giling, merupakan tingkat produksi tertinggi yang pernah dicapai oleh Indonesia (Suryana, 2004). Meskipun produksi pangan mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya, tapi ternyata ketersediaan pangan dari produksi dalam negeri masih belum bisa memenuhi seluruh kebutuhan pangan yang terus meningkat karena pertumbuhan jumlah penduduk. Saat ini Indonesia menjadi negara pengimpor beras terbesar dari pasar beras dunia. Peningkatan produksi pada masa mendatang, yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pangan yang cenderung terus meningkat tampaknya akan menghadapi kendala yang cukup berat. Di satu sisi, lahan-lahan terbaik untuk budidaya pertanian pangan sudah dimanfaatkan secara penuh sehingga perluasan lahan pertanian akan memanfaatkan lahan-lahan yang lebih marjinal. Di sisi lain, lahan pertanian terbaik yang ada mengalami penyusutan yang relatif cepat karena dikonversikan penggunaannya untuk memenuhi


(17)

kebutuhan akan perumahan, pengembangan industri dan penggunaan lainnya (Tupan, 2011).

Hasil analisis ketersediaan pangan, diharapkan dapat menjadi bahan masukan dalam penyusunan kebijakan ketersediaan pangan dan sekaligus sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam memulai suatu program aksi agar tepat sasaran (BKP, 2011).

Di minggu pertama bulan puasa, pasar telah merespon dengan menaikkan harga-harga kebutuhan pangan atau kebutuhan pokok. Hal ini memang selalu terjadi tiap tahun, termasuk setiap kali ada perayaan-perayaan besar keagamaan maupun nasional seperti natal dan tahun baru. Melonjaknya harga-harga kebutuhan pokok pada bulan puasa dan menjelang hari raya Idul Fitri bagi masyarakat Indonesia sudah dianggap fenomena yang biasa terjadi.

Dalam menyambut Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) hampir semua masyarakat Indonesia merayakannya, mengingat mayoritas penduduk Indonesia adalah penduduk yang beragama yang terdiri dari agama Islam, Kristen Katolik, Protestan, Hindu dan Budha. Dengan kemajemukan masyarakat Indonesia memeluk agama tersebut maka masing-masing agama mempunyai hari-hari besar keagamaan yang dirayakan oleh pemeluknya. Perayaan hari-hari-hari-hari besar keagamaan tersebut tidak lepas dengan kebutuhan akan konsumsi makanan yang salah satu bahan bakunya bersumber dari komoditi ternak. Sebagaimana kita ketahui bahwa kebutuhan makanan yang bersumber dari komoditi ternak pada umumnya jarang di konsumsi secara rutin oleh masyarakat golongan bawah mengingat kebutuhan akan konsumsi makanan yang berasal dari ternak khususnya


(18)

daging sangat sulit dijangkau harganya dan merupakan prestise bagi masyarakat yang mengkonsumsi (Wirawan, 2008).

Kebutuhan bahan pokok masyarakat merupakan kebutuhan orang banyak yang pada hakekatnya sangat diperlukan oleh masyarakat di dalam kehidupan sehari-hari, sehingga pengadaan dan kelancaran distribusinya perlu terjamin, agar dapat memenuhi kebutuhan masyarakat sesuai dengan jumlah kebutuhannya dengan harga yang wajar dan dapat terjangkau. Hambatan dalam pengadaan dan distribusi dapat menimbulkan kelangkaan persediaan barang serta terjadinya lonjakan harga yang pada akhirnya berdampak pada gejolak sosial dalam masyarakat. Kelangkaan barang dan lonjakan harga setidaknya dapat diantispasi, apabila telah diketahui perkiraan kebutuhan pelaksanaan pengadaan baik berasal dari produk lokal, luar daerah maupun impor serta perkiraan stok setiap jenis komoditi kebutuhan pokok dan barang penting lainnya. Prognosa Ketersediaan Pangan ini dapat dijadikan sebagai salah satu bahan acuan bagi setiap daerah dalam menyusun rencana kebutuhan pengaturan pengadaan dan distribusi serta pengamanan stock. Disamping itu juga dapat dijadikan sarana koordinasi dengan instansi terkait dan dunia usaha dalam penyediaan sarana angkutan, pergudangan, kelancaran pasokan ke pasar serta dalam meningkatkan pelayanan terhadap dunia usaha dan masyarakat konsumen

(Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan, 2009).

Berdasarkan uraian diatas dapat di lihat lonjakan harga serta ketersediaan pangan pada hari besar keagamaan nasional dalam pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat di Kota Medan. Sehingga di perlukan penelitian terhadap Prognosa ketersediaan pangan pada HBKN (Puasa, Hari Raya Idul fitri, Natal dan Tahun


(19)

Baru) di Kota Medan. Ini adalah untuk memberikan gambaran rencana pemenuhan kebutuhan bahan pokok dalam menghadapi hari –hari besar serta menganalisa permasalahan yang timbul, sehingga dapat diupayakan langkah-langkah antisipasi untuk menyediakan barang-barang yang diperlukan sesuai dengan kemampuan daya beli masyarakat.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana ketersediaan pangan pada HBKN di kota Medan tahun 2010 (telur ayam, beras, daging ayam, daging sapi, gula pasir, cabe merah, minyak goreng, bawang merah dan kacang tanah )?

2. Berapa jumlah konsumsi pangan (telur, beras, daging ayam, daging sapi, gula, cabe merah, bawang merah, kacang tanah dan minyak goreng) pada HBKN di Kota Medan?

3. Bagaimana perubahan harga telur, beras, daging ayam, daging sapi, gula, cabe merah, bawang merah, kacang tanah dan minyak goreng pada HBKN di Kota Medan?

4. Bagaimana analisis prediksi ketersediaan dan harga pangan (telur, beras, daging ayam, daging sapi, gula, cabe merah, kacang tanah, minyak goreng dan bawang merah) HBKN di kota medan tahun 2012?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui ketersediaan pangan pada HBKN di ketersediaan pangan pada HBKN di kota Medan tahun 2010 (telur ayam, beras, daging


(20)

ayam, daging sapi, gula pasir, cabe merah, minyak goreng, bawang merah dan kacang tanah )

2. Untuk mengetahui jumlah konsumsi pangan (telur, beras, daging ayam, daging sapi, gula, cabe merah, bawang merah, minyak goreng dan kacang tanah) pada HBKN di Kota Medan

3. Untuk mengetahui perubahan harga telur, beras, daging ayam, daging sapi, gula, cabe merah, bawang merah, kacang tanah dan minyak goreng pada HBKN di Kota Medan.

4. Prognosa ketersediaan dan harga pangan (telur, beras, daging ayam, daging sapi, gula, cabe merah, kacang tanah, bawang merah, minyak goreng) pada HBKN di Kota Medan 2012

1.4.Kegunaaan Penelitian

2. Sebagai syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

3. Menjadi bahan informasi dalam bentuk penelitian kepada pihak-pihak yang membutuhkan.


(21)

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN

KERANGKA PEMIKIRAN

2. 1 Tinjauan Pustaka

Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan dan minuman bagi konsumsi manusia termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan atau pembuatan makanan dan minuman (BKP, 2010).

Pangan dikelompokkan menjadi sembilan kelompok yakni : 1) Padi- padian; terdiri dari beras, jagung, terigu

2) Makanan berpati atau umbi- umbian; terdiri dari kentang, wortel, ubi kayu, ubi jalar, sagu dan umbi- umbian lain

3) Pangan hewani dan tumbuhan; terdiri dari ikan, daging, susu, telur

4) Minyak dan lemak; terdiri dari minyak kelapa, minyak jagung, minyak kelapa sawit dan margarine

5) Buah dan biji berminyak; terdiri dari kelapa, kemiri, kenari, mete, dan coklat 6) Kacang- kacang lainnya; terdiri dari kacang tanah, kacang hijau, tahu dan

tempe

7) Gula; terdiri dari gula pasir, gula merah dan gula lainnya

8) Sayur dan buah; adalah seluruh jenis sayur dan buah yang biasa dikonsumsi

9) Lain- lain; terdiri dari teh, kopi, bumbu makanan dan minuman beralkohol. (BKP, 2010).


(22)

2.1.1 Ketahanan Pangan

Ketahanan pangan merupakan “kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik dalam jumlah dan mutunya, aman, merata dan terjangkau”. Dengan pengertian tersebut, ketahanan pangan dapat diartikan lebih lanjut :

1. Terpenuhinya pangan yang diartikan ketersediaan pangan dalam arti luas yaitu mencakup pangan yang berasal dari tanaman, ternak, dan ikan untuk memenuhi kebutuhan atas karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral yang bermanfaat bagi pertumbuhan kesehatan manusia.

2. Terpenuhinya pangan dengan kondisi yang aman, diartikan bebas dari cemaran biologis, kimia, dan benda/zat lain yang dapat mengganggu, merugikan dan membahayakan kesehatan manusia serta aman dari kaidah agama.

3. Terpenuhinya pangan dengan kondisi yang merata, dapat diartikan pangan harus tersedia setiap saat dan merata di seluruh tanah air.

4. Terpenuhinya pangan dengan kondisi terjangkau, diartikan pangan mudah diperoleh oleh setiap rumah tangga dengan harga yang terjangkau

(Suryana, 2003)

Ketahanan pangan merupakan suatu wujud dimana masyarakat mempunyai pangan yang cukup di tingkat wilayah dan juga di masing-masing rumah tangga, serta mampu mengakses pangan dengan cukup untuk semua anggota keluarganya, sehingga mereka dapat hidup sehat dan bekerja secara produktif. Ada dua prinsip yang terkandung dalam ketahanan pangan, yaitu tersedianya pangan yang cukup dan kemampuan rumah tangga untuk mengakses pangan (Soemarno, 2010).


(23)

Rumah tangga dalam konteks ini adalah semua rumah tangga masyarakat baik rumah tangga petani maupun rumah tangga non-petani. Ketahanan pangan mensyaratkan bahwa setiap rumah tangga dapat mengkonsumsi pangan secara cukup. Standar kecukupan dalam mengkonsumsi sekitar 2000 kilokalori dan ketersediaan 2.500 kilokalori. Standar kecukupan pangan dinyatakan dalam satuan kalori dan protein (akan terus direvisi standarnya); sedangkan pola pangan harapan merupakan kombinasi konsumsi (kalau dinilai dengan skor 100 berarti sudah cukup beragam dalam mengkonsumsi) bahan-bahan sumber karbohidrat, protein, vitamin, mineral, dst (Soemarno, 2010).

Ketahanan pangan merupakan suatu sistem ekonomi pangan yang terintregasi pada ketersediaan pangan, distribusi pangan, dan konsumsi pangan. Terwujudnya ketahanan pangan merupakan sinergi dan interaksi dari ketiga subsistem tersebut (Suryana, 2003).

2.1.2 Ketersediaan Pangan

Jumlah penduduk Indonesia yang cukup besar, dengan pertambahan jumlah penduduk 1,6 persen per tahun, membutuhkan ketersediaan pangan yang cukup besar, yang tentunya akan memerlukan upaya dan sumberdaya yang besar untuk memenuhinya. Beberapa masalah kunci dalam mencukupi ketersediaan pangan adalah :

1. Upaya mewujudkan ketersediaan pangan yang cukup menghadapi kendala kemampuan produksi pangan yang semakin terbatas disebabkan oleh berlanjutnya konversi lahan pertanian kepada kegiatan non pertanian; semakin langkanya ketersediaan sumber daya air untuk pertanian;


(24)

fenomena iklim yang semakin tidak menentu karena pengaruh global warming

2. Terbatasnya kemampuan petani berlahan sempit dalam menerapkan teknologi tepat guna menyebabkan tingkat produktifitas usaha tani relatif stagnan.

3. Dalam era perdagangan global, peluang impor pangan telah terbuka untuk umum. Disamping menguras devisa Negara yang terbatas, impor menambah ketatnya persaingan produk – produk petani kita di pasar domestik

(Suryana, 2003)

Ketersediaan pangan dalam rumah tangga yang dipakai dalam pengukuran mengacu pada pangan yang cukup dan tersedia dalam jumlah yang dapat memenuhi kebutuhan konsumsi rumah tangga. Penentuan jangka waktu ketersediaan pangan di pedesaan biasanya mempertimbangkan jarak waktu antara musim tanam dengan musim tanam berikutnya. Perbedaan jenis makanan pokok yang dikonsumsi masyarakat berimplikasi pada penggunaan ukuran yang berbeda, misalnya:

A. Di daerah yang masyarakatnya mengkonsumsi beras sebagai makanan pokok, dapat digunakan nilai 240 hari sebagai batas untuk menentukan apakah suatu rumah tangga memiliki persediaan makanan pokok cukup/tidak cukup. Penetapan nilai ini didasarkan pada panen padi yang dapat dilakukan selama tiga kali dalam dua tahun.

B. Di daerah yang masyarakatnya mengkonsumsi jagung sebagai makanan pokok, dapat digunakan batas waktu selama 365 hari sebagai ukuran untuk


(25)

menentukan apakan rumah tangga mempunyai ketersediaan pangan cukup/tidak cukup. Hal ini didasarkan pada masa panen jagung satu kali dalam setahun (Soemarno, 2010).

Ketersediaan pangan dapat diukur dengan menggunakan setara beras sebagai makanan pokok:

1. Jika persediaan pangan rumah tangga mencukupi selama 240 hari, berarti pesediaan pangan rumah tangga cukup

2. Jika persediaan pangan rumah tangga hanya mencukupi selama 1 - 239 hari, berarti pesediaan pangan rumah tangga kurang cukup

3. Jika rumah tangga tidak punya persediaan pangan, berarti pesediaan pangan rumah tangga tidak cukup.

(Soemarno, 2010). 2.1.3 Konsumsi Pangan

Tingkat konsumsi pangan penduduk berkaitan dengan perilaku konsumsi masyarakat. Berbagai masalah yang dihadapi dalam konsumsi pangan adalah :

1. Penduduk yang cukup besar, sekitar 204 juta jiwa dengan konsentrasi pangan pokok beras, pada saat ini membutuhkan sekitar 28 ton beras. Dengan penduduk yang terus bertambah beban penyediaan beras untuk memenuhi permintaan yang meningkat akan semakin bertambah berat, terutama dalam kondisi semakin terbatasnya sumber daya alam sebagai basis produksi.

2. Kebijakan pengembangan pangan yang terfokus pada beras telah mengabaikan potensi sumber-sumber pangan karbohidrat lainnya, dan lambatnya pengembangan usaha penyediaan bahan pangan sumber protein


(26)

seperti serelia, daging, susu, telur serta sumber zat gizi mikro yaitu sayuran dan buah-buahan. Karena itu, sampai saat ini sumber protein nabatipun masih didominasi berasal dari beras.

3. Teknologi pengolahan pangan lokal di masyarakat kurang berkembang dibandingkan teknologi produksi dan kurang bisa mengimbangi semakin membanjirnya produk pangan olahan yang berasal dari pangan impor. Makanan cepat saji yang menggunakan bahan impor dan kurang menggunakan bahan pangan lokal telah menjadi bagian perilaku sebagian masyarakat di berbagai kota besar dan cenderung semakin meningkat. 4. Masyarakat pada daerah – daerah tertentu masih mengalami kerawanan

pangan secara berulang (kronis) pada musim paceklik, demikian pula sering terjadi kerawanan pangan mendadak pada daerah –daerah yang terkena bencana. Kerawanan kronis disebabkan karena terbatasnya kemampuan produksi serta sumber pendapatan yang dibutuhkan untuk menopang kebutuhan rumah tangganya.

(Suryana, 2003).

2.1.4 Kebijaksanaan Harga pada Hari Besar Keagamaan Nasional

Kebijaksanaan harga merupakan instrument harga pada dari kebijaksanaan pangan. Secara garis besar, sasaran kebijaksanaan harga dapat digolongkan ke dalam tiga aspek sebagai berikut : a) melindungi produsen dari kemorosotan harga pasar bagi produk yang dihasilkannya; b) melindungi konsumen dari kenaikan harga eceran yang melebihi daya beli, dan c) mengendalikan inflasi melalui stabilitas harga (Suryana dkk, 1990).


(27)

Pemantauan harga yang akurat dan tepat waktu akan membantu pemerintah dalam mengambil langkah-langkah yang diperlukan sesegera mungkin. Adanya hubungan yang sangat erat antara harga yang diterima petani dengan tujuan pemerintah untuk meningkatkan produksi secara makro, maka pemantauan harga akan sangat menentukan keberhasilan program peningkatan produksi dalam negeri serta tidak menurunkan harga di tingkat petani (Mahpudin, 2011).

Peningkatan produksi pertanian yang cukup signifikan telah menimbulkan berbagai masalah di bidang pemasarannya, sehingga diperlukan penanganan secara khusus untuk menjamin harga jual komoditas sehingga terjadinya kesinambungan di dalam peningkatan produksi (Mahpudin, 2011).

Menjelang HBKN, seperti Lebaran, Puasa, Natal dan Tahun Baru terjadi gejolak harga yang ditandai dengan naiknya permintaan pangan sesaat yang mengakibatkan kenaikan harga bahan pangan. Agar tidak terjadi spekulasi yang terlalu besar, perlu diantisipasi penyediaan bahan pangan sesuai dengan kebutuhan jangka pendek maupun kebutuhan jangka panjang. Pada umumnya harga yang mengalami perubahan yang signifikan adalah kebutuhan pangan pokok yang strategis yaitu pangan tertentu yang terkait dengan kepentingan sebagian besar masyarakat, baik secara ekonomi, sosial maupun budaya. Komoditas pangan yang strategis tersebut meliputi : beras, gula, daging, telur, minyak goreng dan buah serta sayuran. Komoditas tersebut di atas setiap waktu dapat mengalami fluktuasi harga terutama pada saat hari-hari besar keagamaan dan nasional, panen dan paceklik serta (Mahpudin, 2011).


(28)

2.2 Landasan Teori

Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun yang tidak dioalah yang diperuntukkan sebagai tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan dan pembuatan makanan dan minuman (BKP, 2010).

Menurut Bustanul Arifin (2005) ketahanan pangan merupakan tantangan yang mendapatkan prioritas untuk mencapai kesejahteraan bangsa pada abad milenium ini. Apabila melihat Penjelasan PP 68/2002 tersebut, upaya mewujudkan ketahanan pangan nasional harus bertumpu pada sumber daya pangan lokal yang mengandung keragaman antar daerah.

Ketahanan pangan merupakan suatu sistem yang terdiri dari subsistem ketersediaan, distribusi, dan konsumsi. Subsistem ketersediaan pangan berfungsi menjamin pasokan pangan untuk memenuhi kebutuhan seluruh penduduk, baik dari segi kuantitas, kualitas, keragaman dan keamanannya. Subsistem distribusi berfungsi mewujudkan sistem distribusi yang efektif dan efisien untuk menjamin agar seluruh rumah tangga dapat memperoleh pangan dalam jumlah dan kualitas yang cukup sepanjang waktu dengan harga yang terjangkau. Sedangkan subsistem konsumsi berfungsi mengarahkan agar pola pemanfaatan pangan secara nasional memenuhi kaidah mutu, keragaman, kandungan gizi, kemananan dan kehalalannya. Situasi ketahanan pangan di negara kita masih lemah. Hal ini ditunjukkan antara lain oleh: (a) jumlah penduduk rawan pangan (tingkat konsumsi < 90% dari rekomendasi 2.000 kkal/kap/hari) dan sangat rawan pangan (tingkat konsumsi <70 % dari rekomendasi) masih cukup besar, yaitu masing-masing 36,85 juta dan 15,48 juta jiwa untuk tahun 2002; (b) anak-anak balita


(29)

kurang gizi masih cukup besar, yaitu 5,02 juta dan 5,12 juta jiwa untuk tahun 2002 dan 2003 (Ali Khomsan, 2008).

Dikatakan suatu daerah atau suatu rumah tangga dikatakan tidak mengalami rawan pangan adalah ketika ketersediaan pangan yang dilihat dari produksi pengadaan atau distribusi pangan mudah di akses oleh rumah tangga atau individu sesuai dengan daya beli rumah tangga. Ketika barang atau pangan tersedia tetapi daya beli masyarakat, rumah tangga dan individu tidak mendukung akan terjadi kerawanan pangan.

Gambar 2. 1. Bagan Ketahanan Pangan

Ketersediaan pangan merupakan salah satu subsistem utama dalam sistem ketahanan pangan, yang menjelaskan tentang jumlah pangan yang tersedia di suatu wilayah. Ketersediaan pangan dapat diwujudkan melalui produksi dalam negeri, atau daerah, pemasokan dari luar negeri atau luar daerah, dan cadangan yang dimiliki Negara atau daerah bersangkutan (BKP, 2010).

Ketersediaan pangan pada HBKN di Kota Medan dalam keadaan mencukupi bahkan surplus dari kebutuhan. Meskipun harga sudah ada yang

Ketahanan

Pangan

Ketersediaan

Akses Pangan/daya beli RT/Individu

Produksi Pengadaan Distribusi

Harga

Tersedia Vs Daya


(30)

mengalamii kenaikan yakni berkisar 5-7%, namun masih dapat ditolerir karena ketersediaan banyak di lapangan (BKP, 2011)

Ketersediaan untuk dikonsumsi adalah produksi dalam negeri komoditas pangan dikurangi dengan kebutuhan untuk pakan ternak, dikurangi dengan kebutuhan untuk benih/bibit untuk kesinambungan hasil produksi berikutnya, dikurangi dengan tercecer. Dimana ketersediaan untuk dikonsumsi tidaklah sama maknanya dengan jumlah stok ketersediaan pangan (BKP, 2010).

Pada HBKN kenaikan permintaan pangan pasti akan terjadi. Lonjakan permintaan pangan ini sering terjadi karena budaya mudik (kumpul bersama) pada HBKN, seringnya menyuguhkan tamu dengan berbagai makanan dan juga antisipasi setelah HBKN (Stok).

Gambar 2. 2. Bagan Kenaikan Permintaan Pangan

Pada HBKN di kota Medan harga pangan pokok dan strategis cenderung meningkat. Hal ini dikarenakan permintaan pangan yang meningkat dengan

Penyebab Kenaikan Permintaan Pangan

1. Budaya Mudik (kumpul bersama) pada saat HBKN

2. Seringnya menyuguhkan tamu berbagai makanan


(31)

beberapa alasan – alasan tertentu. Dan dilihat juga dari ketersediaan pangannya di pasaran.

Pada prinsipnya ilmu ekonomi mempelajari perilaku manusia. Secara sederhana, perilaku yang dipelajari difokuskan pada perilaku ekonomi, misalnya perilaku konsumsi, produksi, membeli suatu barang, keputusan bekerja dan sebagainya (Sugiyanto, 1994).

Perilaku ekonomi manusia bersifat kompleks. Maksudnya, terdapat banyak hal atau faktor yang menjadi pertimbangan sebelum seseorang memutuskan sesuatu. Didalam penelitian ekonomi, tentu tidak semua aspek yang mempengaruhi keputusan seseorang diamati. Bentuk sederhana dari realita di atas biasanya disebut dengan model. Model memang tidak sama dengan realita, namun dari model yang baik kita dapat meramalkan sebagian besar dari apa yang terjadi dengan realita (Sugiyanto, 1994).

Dari berbagai aspek ekonomi pangan, harga merupakan salah satu aspek penting yang perlu mendapat perhatian. Pentingnya harga pangan terutama di tingkat petani – produsen (dengan tetap melindungi konsumen), dilakukan oleh pemerintah di berbagai Negara melalui kebijakan intervensi. Beberapa instrument kebijakan harga pangan dalam rangka melidungi petani produsen yang umum dilakukan pemerintah adalah melalui (1) penetapan harga tertinggi-terendah atau harga pembelian pemerintah, (2) penetapan waktu dan volume impor, (3) pengaturan volume stok pemerintah dan pelepasan stok ke pasar dan (4) penetapan larangan ekspor (Mursid, 2003).

Akibat sifat – sifat yang dimiliki yaitu cepat rusak, berjumlah sangat banyak dan musiman menyebabkan harga komoditi pertanian sering mengalami


(32)

fluktuasi harga. Akibat adanya permintaan yang sangat besar pada hari raya keagamaan dan jumlah produksi yang tidak mencukupi mengakibatkan harga pangan pokok dan strategis meningkat. Meningkatnya harga pangan masih dianggap wajar, karena peningkatan harga tidak terlalu berlebihan (Laurensius, 2010).

Menjelang HBKN permintaan pangan meningkat tetapi ketersediaan pangan tetap yang akan membuat harga meningkat. Untuk itu perlu dilakukan antisipasi agar pangan tersedia pada saat HBKN dengan menggunakan alat perhitungan estimasi Prognosa Ketersediaan pangan.

2. 3. Kerangka Pemikiran

Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi demi kelangsungan hidupnya, untuk memenuhi kebutuhan ini maka kualitas dan kuantitas serta stabilitas dan ketersediaan pangan harus tetap terjaga. Dan perlu diketahui selain pangan harus terpenuhi, keamanan pangan juga perlu diperhatikan / dijaga.

Menurut Data Base Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Medan (08 oktober 2010), Kota Medan memiliki jumlah penduduk yang besar sekitar 2.783.688 jiwa yang merupakan hasil catatan administrasi. Dalam memenuhi kebutuhan serta ketersediaan pangan , maka Kota Medan didukung oleh daerah sekitarnya dan mengimpor barang dari luar. Sehingga Kota Medan memiliki pasokan pangan yang sesuai untuk memenuhi kebutuhan kota Medan.

Menjelang Hari Besar Keagamaan Nasional permintaan pangan meningkat dengan ketersediaan pangan yang stabil. Sementara pangan harus tersedia setiap saat untuk memenuhi kebutuhan hidup rumah tangga masyarakat kota Medan.


(33)

Karena pangan merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi terlebih pada saat hari besar keagamaan seperti Puasa, Hari Raya Idul Fitri, Natal dan Tahun Baru dikarenakan kebiasaan individu/rumah tangga yang sering kumpul bersama pada HBKN.

Ketika permintaan pangan meningkat otomatis harga pangan juga akan meningkat dan masyrakat pasti akan tetap membeli nya meskipun dalam jumlah yang banyak dengan kondisi harga yang melambung tinggi. Untuk itu perlu antisipasi dalam menyediakan pangan.

Ketika ketersediaan pangan sesuai dengan kebutuhan dan konsumsi masyrakat maka dapat dikatakan pangan tercukupi dan ketika kebutuhan pangan tidak terpenuhi maka dapat dikatakan rawan pangan. Ketika kebutuhan pangan tidak tercukupi pada HBKN perlu dilakukan antisipasi dengan prognosa ketersediaan pangan dan konsumsi pangan serta produktifitasnya.


(34)

Gambar 2.3 Skema kerangka Pemikiran

Keterangan

Menyatakan Pengaruh Terpenuhi atau tidaknya

Menjelang HBKN

Permintaan Meningkat

Harga Meningkat

Ketersediaan Pangan

Kebutuhan Terpenuhi (Tidak Perlu Antisipasi)

Kebutuhan Tidak Terpenuhi (Perlu Antisipasi)

Prognosa Ketersediaan Pangan


(35)

2. 4 Hipotesis Penelitian

1. Ketersediaan pangan (telur, beras, daging ayam, daging sapi, gula, cabe merah, bawang merah, kacang tanah dan minyak goreng) pada HBKN cukup tersedia. 2. Jumlah konsumsi pangan (telur, beras, daging ayam, daging sapi, gula, cabe

merah, bawang merah, kacang tanah dan minyak goreng) pada HBKN meningkat.

3. Harga pangan (telur, beras, daging ayam, daging sapi, gula, cabe merah, bawang merah, kacang tanah dan minyak goreng) pada HBKN mengalami kenaikan.

4. Prognosa ketersediaan pangan pada HBKN tahun 2012 cukup tersedia.


(36)

III. METODOLOGI PENELITIAN

3. 1 Metode Penentuan Daerah Penelitian

Penelitian ditentukan secara purposive (sengaja) di Kota Medan untuk melihat Prognosa ketersediaan pangan pada hari besar keagamaan nasional (Puasa, Lebaran, Natal dan Tahun Baru).

3. 2 Metode Pengumpulan Data

Data produksi, ketersediaan, perubahan harga, jumlah konsumsi, ekspor dan impor pangan (Telur, beras, minyak goreng, daging ayam dan daging sapi serta cabai merah) yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder adalah data yang dikumpulkan oleh lembaga pengumpul data dan dipublikasikan kepada masyarakat. Data sekunder diperoleh dari instansi atau lembaga terkait yaitu Dinas Perindustrian dan Perdagangan; Badan Ketahanan Pangan; Badan Pusat Statistik serta Dinas Pertanian, serta literatur yang berhubungan dengan penelitian.

3. 3 Metode Analisis Data

Untuk hipotesis 1 dapat didefinisikan dalam persamaan matematika. Masalah ketersediaan pangan untuk dikonsumsi merupakan produksi pangan domestik ditambah dengan stok kesediaan pangan ditambah dengan impor dan ditambah dengan ekspor. Dapat dilihat dengan Rumus :

KTSP = P + SKP + IP + Pasokan luar Daerah

Dimana; KTSP = Ketersediaan Pangan untuk di konsumsi manusia

P = Produksi


(37)

IP = Import (BKP, 2010)

Dalam hipotesis 2 dapat menggunakan analisis deskriptif. Yaitu dengan penyajian data tahun-tahun sebelumya untuk melihat konsumsinya. Juga bisa dalam bentuk penyajian table dan grafik.

Untuk hipotesis 3 perubahan harga dianalisis dengan analisis deskripstif. Yaitu dengan penyajian data sebeumnya dan data yang berikutnya juga dalam bentuk grafik, Untuk hipotesis 4 menggunakan formula rumus sebagai berikut : 1. Ketersediaan Pangan :

KP = Produksi Lokal + Pasokan Luar Daerah + Impor + Stock Awal 2. Prognosa Ketersediaan

a. Bulan Normal (B) :

KPPB = KP / [12 + (Nilai Koef Komoditi saat Puasa+saat Idul Fitri+saat Idul Adha + Natal&Tahun Baru ) ]

b. Minggu Normal (M) : KPPM = KPPB/5 c. HBKN

Puasa : KPPP = KPPB + (Nilai Koef.Komoditi x KPPB ) Idhul Fitri : KPPIF = KPPB + (Nilai Koef.Komoditi x KPPB ) Idul Adha : KPPIA = KPPB + (Nilai Koef.Komoditi x KPPB ) Natal &T.B : KPPNTB = KPPB + (Nilai Koef.Komoditi x KPPB )

Dimana : KP = Ketersediaan Pangan


(38)

KPPM = Ketersediaan Pangan Minggu Normal KPPP = Ketersediaan Pangan Bulan Puasa KPPIF = Ketersediaan Pangan Idul Fitri KPPIA = Ketersediaan Pangan Idul Adha

KPPNTB = Ketersediaan Pangan Natal & Tahun Baru Tabel Koefisien Peningkatan Penyediaan Pangan Pokok Menjelang HBKN

No. Komoditas

Total Peningkatan Penyediaan Hari Raya Keagamaan Puasa Idul Fitri Natal&Tahun

Baru Idul Adha

1 Beras 0.16 0.32 0.12 0.01

2 Gula Pasir 0.37 1.36 0.09 0.07

3 Minyak Goreng 0.22 0.89 0.22 0.04

4 Telur Ayam 0.33 1.25 0.42 0.17

5 Kacang Tanah 0.44 2.35 0.52 0.15

6 Bawang Merah 0.27 1.54 0.28 0.57

7 Cabe Merah 0.38 2.81 0.30 0.49

8 Daging Ayam 0.35 3.99 0.36 1.06

9 Daging Sapi 0.76 2.48 0.76 0.63

BKP, 2010

3. 4 Defenisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman mengenai pengertian tentang istilah – istilah dalam penelitian dan untuk mengetahuinya, maka dibuat defenisi dan batasan Operasional Sebagai Berikut :

Definisi

1. Pangan adalah kebutuhan yang paling mendasar bagi sumber daya manusia suatu bangsa.

2. Ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup baik jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau.


(39)

3. Ketersediaan pangan adalah tersedianya pangan dari hasil produksi dalam negeri dan atau sumber lain.

4. Harga adalah sejumlah uang yang harus dibayar oleh konsumen kepada pedagang untuk memperoleh barang yang diinginkan, dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp).

5. Impor pangan adalah memperoleh bahan pangan dari luar negeri.

6. Prognosa adalah suatu perkiraan, rencana atau kebutuhan yang akan disiapkan untuk ketersediaan berbagai macam kebutuhan baik itu pangan, makanan dan bahan lainnya yang dapat menjamin tercukupinya pemenuhan kebutuhan mendatang.

7. Ketersediaan untuk dikonsumsi adalah produksi dalam negeri komoditas pangan dikurangi dengan kebutuhan untuk pakan ternak, dikurngi dengan kebutuhan untuk benih/bibit untuk kesinambungan hasil produksi berikutnya, dikurangi dengan tercecer.

Batasan Operasional

1. Penelitian dilakukan di kota Medan secara purposive dengan memperoleh dari data instansi yang terkait dengan penelitian.

2. HBKN yang diteliti adalah dari Perayaan umat Muslim dan Kristiani. 3. Waktu penelitian dilakukan pada tahun 2012

4. Pangan yang diteliti adalah Gula Pasir, Cabai Merah, Telur, Beras, Daging Ayam kacang tanah, bawang merah, minyak goreng dan Daging Sapi. 5. Sampel yang diteliti Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Dinas


(40)

VI. DESKRIPSI WILAYAH

Kota Medan adal

merupakan kota terbesar di Pulau

gerbang wilayah Indonesia bagian barat dan juga sebagai pintu gerbang bagi para

wisatawan untuk menuju objek wisata

objek wisat

4.1. SEJARAH KOTA MEDAN

Medan didirikan ole

John Anderson, orang Eropa pertama yang mengunjungi Deli pada tahun 1833 menemukan sebuah kampung yang bernama Medan. Kampung ini berpenduduk 200 orang dan seorang pemimpin bernama Tuanku Pulau Berayan sudah sejak beberapa tahun bermukim disana untuk menarik pajak dari sampan-sampan pengangkut lada yang menuruni sungai. Pada ta memperoleh status sebagai kota, dan tahun berikutnya residen Pesisir Timur serta Sultan Deli pindah ke Medan. Tahun 1909, Medan menjadi kota yang penting di luar Jawa, terutama setelah pemerintah kolonial membuka perusahaan perkebunan secara besar-besaran. Dewan kota yang pertama terdiri dari 12 anggota orang Eropa, dua orang bumiputra, dan seorang Tionghoa.

Di akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 terdapat dua gelombang migrasi besar ke Medan. Gelombang pertama berupa kedatangan orang

perkebunan berhenti mendatangkan orang Tionghoa, karena sebagian besar dari mereka lari meninggalkan kebun dan sering melakukan kerusuhan. Perusahaan kemudian sepenuhnya mendatangkan orang Jawa sebagai kuli perkebunan.


(41)

Orang-orang Tionghoa bekas buruh perkebunan kemudian didorong untuk mengembangkan sektor perdagangan. Gelombang kedua ialah kedatangan orang

bekerja sebagai buruh perkebunan, tetapi untuk berdagang, menjadi

Sejak ta

dari 1.853 ha menjadi 26.510 ha pada tahun

25 tahun setelah penyerahan kedaulatan, kota Medan telah bertambah luas hampir delapan belas kali lipat.

4.2. PEMERINTAHAN

Kota Medan dipimpin oleh seoran

Medan dijabat ole

oleh Dzulmi Eldin. Wilayah Kota Medan dibagi menjadi

1. 11. Medan Helvetia

2. 12. Medan Petisah

3. 13. Medan Barat

4. 14. Medan Timur

5. 15. Medan Perjuangan

6. 16. Medan Tembung

7. 17. Medan Deli

8. 18. Medan Labuhan

9. 19. Medan Marelan


(42)

4.3. GEOGRAFI

Kota Medan memiliki luas 26.510 hektar (265,10 km²) atau 3,6% dari keseluruhan wilayah Sumatera Utara. Dengan demikian, dibandingkan dengan kota/kabupaten lainya, Medan memiliki luas wilayah yang relatif kecil dengan jumlah penduduk yang relatif besar. Secara geografis kota Medan terletak pada 3° 30' – 3° 43' Lintang Utara dan 98° 35' - 98° 44' Bujur Timur. Untuk itu topografi kota Medan cenderung miring ke utara dan berada pada ketinggian 2,5 - 37,5 meter di atas permukaan laut.

Secara administratif, batas wilayah Medan adalah sebagai berikut: Utara : Selat Malaka

Selatan : Kabupaten Deli Serdang Barat : Kabupaten Deli Serdang Timur : Kabupaten Deli Serdang

Kabupaten Deli Serdang merupakan salah satu daerah yang kaya dengan sumber daya alam (SDA), khususnya di bidang perkebunan dan kehutanan. Karena secara geografis Medan didukung oleh daerah-daerah yang kaya sumber daya alam, seperti Deli Serdang, Labuhan Batu, Simalungun, Tapanuli Utara, Tapanuli Selatan, Mandailing Natal, Karo, Binjai dan lain-lain. Kondisi ini menjadikan kota Medan secara ekonomi mampu mengembangkan berbagai kerjasama dan kemitraan yang sejajar, saling menguntungkan, saling memperkuat dengan daerah-daerah sekitarnya.

Di samping itu sebagai daerah pinggiran jalur pelayaran Selat Malaka, Medan memiliki posisi strategis sebagai gerbang (pintu masuk) kegiatan perdagangan barang dan jasa, baik perdagangan domestik maupun luar negeri


(43)

(ekspor-impor). Posisi geografis Medan ini telah mendorong perkembangan kota dalam dua kutub pertumbuhan secara fisik, yaitu daerah Belawan dan pusat Kota Medan saat ini.

4.4. DEMOGRAFI

Berdasarkan data kependudukan tahun 2005, penduduk Medan diperkirakan telah mencapai 2.036.018 jiwa, dengan jumlah wanita lebih besar dari pria, (1.010.174 jiwa > 995.968 jiwa). Jumlah penduduk tersebut diketahui merupakan penduduk tetap, sedangkan penduduk tidak tetap diperkirakan mencapai lebih dari 500.000 jiwa, yang merupakan penduduk komuter. Dengan demikian Medan merupakan salah satu kota dengan jumlah penduduk yang besar.

Berdasarkan

berjumlah 2.109.339 jiwa. Penduduk Medan terdiri atas 1.040.680 laki-laki dan 1.068.659 perempuan.

Dilihat dari struktur umur penduduk, Medan dihuni lebih kurang 1.377.751 jiwa berusia produktif, (15-59 tahun). Selanjutnya dilihat dari tingkat pendidikan, rata-rata lama sekolah penduduk telah mencapai 10,5 tahun. Dengan demikian, secara relatif tersedia tenaga kerja yang cukup, yang dapat bekerja pada berbagai jenis perusahaan, baik jasa, perdagangan, maupun industri manufaktur.

Laju pertumbuhan penduduk Medan periode tahun 2000-2004 cenderung mengalami peningkatan—tingkat pertumbuhan penduduk pada tahun 2000 adalah 0,09% dan menjadi 0,63% pada tahun 2004. Sedangkan tingkat kapadatan penduduk mengalami peningkatan dari 7.183 jiwa per km² pada tahun 2004. Jumlah penduduk paling banyak ada di Kecamatan Medan Deli, disusul Medan Helvetia dan Medan Tembung. Jumlah penduduk yang paling sedikit, terdapat di


(44)

Kecamatan Medan Baru, Medan Maimun, dan Medan Polonia. Tingkat kepadatan Penduduk tertinggi ada di kecamatan Medan Perjuangan, Medan Area, dan Medan

Timur. Pada ta

sedangkan bagi wanita adalah 71 tahun.

Mayoritas penduduk kota Medan sekarang ialah

suku dari

keturuna

populasi orang Tionghoa cukup banyak.

Keanekaragaman etnis di Medan terlihat dari jumla

Arifin dikenal sebaga

orang keturunan India. 4.5. KEHIDUPAN SOSIAL Pekerjaan

Sebagai kota terbesar di Pulau Sumatra dan di Selat Malaka, penduduk Medan banyak yang berprofesi di bidang perdagangan. Biasanya pengusaha Medan banyak yang menjadi pedagang komoditas perkebunan. Setelah kemerdekaan, sektor perdagangan secara konsisten didominasi oleh etnis Tionghoa dan Minangkabau. Bidang pemerintahan dan politik, dikuasai oleh orang-orang Mandailing. Sedangkan profesi yang memerlukan keahlian dan pendidikan tinggi, seperti pengacara, dokter, notaris, dan wartawan, mayoritas digeluti oleh suku Minangkabau.


(45)

Pola Pemukiman

Perluasan kota Medan telah mendorong perubahan pola pemukiman kelompok-kelompok etnis. Etnis Melayu yang merupakan penduduk asli kota, banyak yang tinggal di pinggiran kota. Etnis Tionghoa dan Minangkabau yang sebagian besar hidup di bidang perdagangan, 75% dari mereka tinggal di sekitar pusat-pusat perbelanjaan. Pemukiman orang Tionghoa dan Minangkabau sejalan dengan arah pemekaran dan perluasan fasilitas pusat perbelanjaan. Orang Mandailing juga memilih tinggal di pinggiran kota yang lebih nyaman, oleh karena itu terdapat kecenderungan di kalangan masyarakat Mandailing untuk menjual rumah dan tanah mereka di tengah kota, seperti di Kampung Mesjid, Kota Maksum, dan Sungai Mati.

4.6. Ketersediaan Pangan Kota Medan

Ketersediaan pangan mencakup terpenuhinya pangan secara fisik di suatu wilayah dari segala sumber, baik itu produksi pangan, perdagangan pangan dan stok pangan. Ketersediaan pangan ditentukan oleh produksi pangan di wilayah tersebut, perdagangan pangan melalui mekanisme pasar di wilayah tersebut, stok yang dimiliki oleh pedagang dan cadangan pemerintah. Ketersediaan pangan berfungsi menjamin produksi, stok, dan impor pangan secara bersama-sama dapat memenuhi kebutuhan seluruh penduduk, dari segi kuantitas, kualitas, keragaman dan keamanannya. Distribusi yang efisien menjadi prasyarat untuk menjamin penduduk dapat menjangkau kebutuhan pangan dalam jumlah dan kualitas yang cukup sepanjang waktu dengan harga yang terjangkau.

Mengetahui ketersediaan pangan suatu daerah dilakukan dengan mengidentifikasi jumlah produksi pangan strategis domestik, stok pangan yang


(46)

dikeluarkan, dan impor & ekspor pangan dari/ke Kota Medan. Perhitungan ketersediaan pangan wilayah ini sangat penting dilakukan untuk melihat surplus tidaknya pangan di suatu daerah tertentu. Dengan diketahuinya jumlah ketersediaan ini, antisipasi untuk menjaga ketahanan pangan dalam aspek ketersediaan dapat dilakukan sejak dini. Ketersediaan energi menurut Angka Kecukupan Gizi sebesar 2200 Kkal/kap/hari dan protein sebesar 57 gr/kap/hari.

Komoditas pangan yang sangat vital meliputi beras, jagung, cabai merah, gula pasir, bawang merah, daging ayam, daging sapi, telur ayam, dan minyak goreng. Komoditas pangan ini merupakan komoditas pangan strategis dikarenakan pola konsumsi penduduk Kota Medan lazim menggunakan bahan pangan ini yang sudah menjadi budaya di masyarakatnya. Dalam pemenuhan ketersediaannya, komoditas pangan ini umumnya bersumber dari impor pangan dari luar Kota Medan mengingat produksi pangan yang dihasilkan di Kota Medan jauh dibawah angka ketersediaan yang dianjurkan oleh pemerintah.


(47)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Ketersediaan Pangan Tahun 2010

Untuk hipotesis 1, ketersediaan pangan dapat diketahui melalui penjumlahan produksi, stok, pasokan luar daerah dan impor di Kota Medan. Untuk mengetahui dapat dilihat dari tabel di bawah ini :

Tabel 5.1 Ketersediaan Pangan (Ton) Tahun 2010 di Kota Medan No Komoditi Produksi

Lokal

Pasokan Luar Daerah

Impor Stok Awal

Ketersediaan Pangan

1 Beras 9.287 0 297.300 0 306.587

2 Gula Pasir 0 0 12.500 0 12.500

3 Minyak Goreng 4.111 0 0 0 4.111

4 Telur Ayam 824 0 9.270 0 10.094

5 Kacang Tanah 183 0 5.791 0 5.974

6 Bawang Merah 0 0 11.051 0 11.051

7 Cabe Merah 535 0 4.534 0 5.069

8 Daging Sapi 2.412 0 9.453 0 11.865

9 Daging Ayam 197 0 60 0 257

Sumber : Berbagai Sumber, 2011

Gambar 5.1 Grafik Ketersediaan Pangan (Ton) Tahun 2010 di Kota Medan

306.587

12.500 4.111 10.094 5.974 11.051 5.069 11.865 257 Beras Gula

Pasir Minyak Goreng Telur Ayam Kacang Tanah Bawang Merah Cabe Merah Daging Sapi Daging Ayam Ketersediaan Pangan (Ton)


(48)

Dari tabel dan gambar 5.1 dapat dilihat ketersediaan pangan di kota Medan dari hasil penjumlahan stok awal, produksi lokal, pasokan luar daerah dan juga impor kota Medan. Untuk ketersediaan Beras di kota Medan sebesar 306.587 ton dalam 1 tahun di tahun 2010. Dan dapat dilihat untuk ketersediaan gula pasir, minyak goreng, telur ayam, kacang tanah, bawang merah, cabe merah, daging sapi dan daging ayam masing – masing sebesar 12.500 ton, 4.111 ton, 10.094 ton, 5.974 ton, 11.051 ton, 5.069 ton, 11.865 ton dan 257 ton.

Ketersediaan pangan di kota Medan tahun 2010 yang tertinggi adalah komoditi beras yaitu mencapai 306.587 ton dan yang paling rendah komoditi daging ayam sebesar 257 ton. Untuk komoditi ayam dan daging ayam sudah termasuk di dalamnya ayam ras dan buras.

Ketersediaan pangan saat HBKN tahun 2010 di Kota Medan dapat dilihat dari tabel di bawah ini :

Tabel 5.2 Ketersediaan Pangan HBKN tahun 2010 di Kota Medan

No Bulan

Komoditi (Ton) Beras Gula

Pasir Telur Ayam Kacang Tanah Bawang Merah Cabe Merah Daging Sapi Daging Ayam Minyak Goreng 1 Januari 24.313 900 712 386 754 317 668 15 307 2 Februari 24.313 900 712 386 754 317 668 15 307 3 Maret 24.313 900 712 386 754 317 668 15 307 4 April 24.313 900 712 386 754 317 668 15 307 5 Mei 24.313 900 712 386 754 317 668 15 307 6 Juni 24.313 900 712 386 754 317 668 15 307 7 Juli 24.313 900 712 386 754 317 668 15 307 8 Agustus 28.203 1.233 947 556 957 438 902 27 375

9 September 32.093 2.124 1.603 1.294 1.915 1.209 3.334 54 581

10 Oktober 24.313 900 712 386 754 317 668 15 307 11 November 24.556 963 833 444 1.183 473 1.376 25 320

12 Desember 27.231 981 1.012 587 965 412 909 27 375 Sumber : Data Diolah 2012

Dari tabel 5.2 dapat dilihat bulan – bulan HBKN yaitu bulan Agustus jatuh sebagai bulan puasa, September merupakan Hari raya Idul Fitri, November


(49)

merupakan perayaan Idul Adha dan Desember merupakan perayaan Natal dan Tahun Baru. Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat dari gambar grafik di bawah ini

Gambar 5.2 Grafik Ketersediaan Pangan (Ton) Bulan Puasa Tahun 2010

Pada bulan puasa ketersediaan pangan tertinggi pada komoditi beras sebesar 28.203 ton dan diikuti komoditi gula pasir sebesar 1.233 ton. Dan ketersediaan pangan terendah ada pada komoditi daging ayam. Hal ini terjadi dikarenakan produksi lokal dan impor daging ayam di kota Medan tergolong rendah dan dari stok serta pasokan luar daerah sebesar 0. Dan dari gambar 5.2 dapat dilihat ketersediaan pangan komoditi minyak goreng, telur ayam, bawang merah, cabe merah, kacang tanah, daging ayam dan daging sapi masing – masing sebesar 375 ton, 947 ton, 957 ton, 438 ton, 556 ton, 27 ton dan 902 ton.

28.203

1.233 375 947 556 957 438 902 27

Beras Gula Pasir

Minyak Goreng

Telur Ayam

Kacang Tanah

Bawang Merah

Cabe Merah

Daging Sapi

Daging Ayam Ketersediaan Pangan Puasa


(50)

Gambar 5.3 Grafik Ketersediaan Pangan (Ton) Idul Fitri tahun 2010

Dari gambar 5.3 dapat dilihat ketersediaan pangan tertinggi komoditi beras lalu diikuti oleh komoditi daging sapi. Masing – masing sebesar 32.093 ton dan 3.334 ton. Makanan utama masyarakat kota Medan adalah nasi, sehingga kebutuhan komoditi beras bisa dikatakan cukup tinggi di Kota Medan. Dan pada hari raya idul fitri ketersediaan daging sapi cukup tinggi dibarengi dengan kebutuhan akan daging sapi itu sendiri cukup tinggi pada hari raya idul fitri. Ketersediaan minyak goreng, telur ayam, kacang tanah, bawang merah, cabe merah, daging ayam dan daging sapi masing – masing sebesar 581 ton, 1.063 ton, 1.294 ton, 1.915 ton, 1.204 ton, 54 ton dan 3.334 ton.

32.093

2.124

581 1.603 1.294 1.915 1.209

3.334 54 Beras Gula

Pasir

Minyak Goreng

Telur Ayam

Kacang Tanah

Bawang Merah

Cabe Merah

Daging Sapi

Daging Ayam Ketersediaan Pangan Idul Fitri


(51)

Gambar 5.4 Grafik Ketersediaan Pangan (Ton) Idul Adha Tahun 2010

Dari gambar 5.4 dapat dilihat ketersediaan pangan tertinggi pada idul adha ada pada komoditi beras lalu diikuti oleh komoditi daging sapi. Masing – masing sebesar 24.556 ton dan 1.376 ton. Dapat dilihat, ketersediaan pangan terendah pada Idul Adha tahun 2010 ada pada komoditi daging ayam sebesar 25 ton. Hal ini terjadai dikarenakan produksi local dan impor daging ayam di Kota Medan tergolong rendah dan stok serta pasokan luar daerah sebesar 0. Ketersediaan minyak goreng, telur ayam, kacang tanah, bawang merah, cabe merah, daging ayam dan daging sapi masing – masing sebesar 320 ton, 833 ton, 444 ton, 1.183 ton, 473 ton, 25 ton dan 1.376 ton.

Gambar 5.5 Grafik Ketersediaan Pangan (Ton) Natal & Tahun Baru Tahun 2010

24.556

963 320 833 444 1.183 473 1.376 25

Beras Gula Pasir

Minyak Goreng

Telur Ayam

Kacang Tanah

Bawang Merah

Cabe Merah

Daging Sapi

Daging Ayam Ketersediaan Pangan Idul Adha


(52)

Pada Natal dan Tahun Baru ketersediaan pangan tertinggi pada komoditi beras sebesar 27.231 ton dan diikuti komoditi Telur Ayam sebesar 1.012 ton. Dari gambar 5.5 dapat dilihat ketersediaan pangan komoditi gula pasir, minyak goreng, bawang merah, cabe merah, kacang tanah, daging ayam dan daging sapi masing – masing sebesar 981 ton, 375 ton, 965 ton, 412 ton, 587 ton, 27 ton dan 909 ton.

Konsumsi Pangan Strategis

Konsumsi pangan strategis di Kota Medan tahun 2010 termasuk dalam kategori konsumsi yang tinggi untuk energi dan rendah untuk protein. Konsumsi pangan dipengaruhi oleh ketersediaan pangan di kota Medan, jumlah penduduk, akses pangan, dan kandungan energy dan protein yang ada pada bahan pangan tersebut. Semakin tinggi jumlah penduduk di kota Medan mengakibatkan kenaikan permintaan akan bahan pangan. bila asumsi penawaran tetap, maka harga bahan pangan akan semakin tinggi. Akibatnya, akses pangan akan sulit. Hal ini berdampak pada penurunan angka konsumsi yang memicu kekurangan gizi. Namun, keadaan di Kota Medan umumnya memiliki tingkat konsumsi yang tinggi pada energi.

27.231

981 375 1.012 587 965 412 909 27

Beras Gula Pasir

Minyak Goreng

Telur Ayam

Kacang Tanah

Bawang Merah

Cabe Merah

Daging Sapi

Daging Ayam Ketersediaan Pangan Natal dan Tahun Baru


(53)

Kandungan energi dan protein dalam pangan dipengaruhi oleh proses produksi sampai pengangkutan ke tangan konsumen. Dikarenakan produk pertanian yang sifatnya gampang rusak, segala perlakuan pada komoditas pangan ini harus dilakukan dengan tepat untuk menjaga kandungan gizi di dalam bahan pangan tersebut dari kerusakan. Namun pada data berikut ini, kandungan gizi dianggap konstan pada masing – masing komoditasnya. Komoditas pangan strategis ini meliputi komoditas beras, kacang tanah, cabai merah, gula pasir, bawang merah, daging ayamras dan buras, daging sapi, dan telur ayam ras dan buras. Berikut ini disajikan konsumsi penduduk Kota Medan tahun 2010 pada Tabel 5.3 :

Tabel 5.3 Konsumsi Pangan Strategis Kota Medan Tahun 2010

No Komoditas

Total Konsumsi Untuk Bahan pangan (Ton)

Konsumsi Per Kapita Kg/tahun Gr/hari Energi

(KKal/hari)

Protein (gr/hari) 1 Beras 298.401 142258, 389,75 1.305,65 28,84

2 Kacang tanah 5.974 2,847 6,72 30,38 1,70

3 Cabai Merah 4.766 2,272 6,22 1,93 0,06

4 Daging Ayam 393 0,187 0,51 1,55 0,09

5 Daging Sapi 11.272 5,374 14,72 30,48 2,77

6 Telur Ayam 9.994 4,764 13,05 21,15 1,67

7 Minyak Goreng 65.150 31,059 85,09 740,31 0,85

8 Gula Pasir 12.378 5,901 16,17 58,85 0,02

9 Bawang Merah 10.756 5,128 14,05 5,48 0,21

Sumber : Data Sekunder Diolah

Dari tabel 5.3 diketahui bahwa total konsumsi energi penduduk Kota Medan tahun 2010 didominasi oleh beras. Maka wajarlah beras disebut bahan makanan pokok Kota Medan. Makanan pokok adalah makanan yang dalam sehari – hari, mengambil porsi terbesar dalam hidangan dan merupakan sumber energi terbesar. Sedangkan pangan pokok utama adalah pangan yang dikonsumsi oleh


(54)

sebagian besar penduduk serta dalam situasi normal tidak dapat diganti oleh jenis komoditas lain.

Secara umum dapat kita lihat konsumsi pangan pada saat HBKN tahun 2010 di Kota Medan dapat dikatakan meningkat. Hal ini dapat dilihat dari ketersediaan pangan saat HBKN tinggi. Dari bulan normal ke bulan HBKN, konsumsi pangan yang cukup tinggi perubahan jumlahnya dari bulan normal.

Perubahan Harga Pangan pada HBKN

Harga pangan (beras, gula pasir, minyak goreng, bawang merah, cabe merah, kacang tanah, telur ayam, daging ayam dan daging sapi) tidak stabil setiap bulannya. Terlebih pada HBKN, harga pangan mengalami kenaikan disbanding dengan harga pangan pada bulan normal.

Untuk mengetahui perubahan harga komoditi pangan tahun 2006 – 2010 dapat dilihat dari tabel di bawah ini :

Tabel 5.4 Harga Komodti Beras Tahun 2006-2010

Bulan

Tahun Ketersediaan

Beras Tahun 2010 (Ton) 2006 2007 2008 2009 2010

Januari 4.304 5.146 6.222 6.323 7.334 24.313 Februari 4.556 5.438 6.300 6.480 7.380 24.313 Maret 4.526 5.260 6.148 6.319 7.194 24.313 April 4.575 5.312 6.148 6.374 7.144 24.313

Mei 4.553 5.276 6.300 6.319 7.144 24.313

Juni 4.618 5.241 6.222 6.374 7.369 24.313

Juli 4.761 5.241 6.150 6.087 7.524 24.313

Agustus 4.681 5.241 6.000 6.087 7.650 28.203 September 4.583 5.050 6.000 6.359 7.638 32.093 Oktober 4.600 4.956 6.000 6.312 6.973 24.313 November 4.600 5.000 6.000 6.312 7.161 24.556 Desember 4.782 5.303 6.500 6.436 7.922 27.231


(55)

Gambar 5.6 Grafik Harga dan Ketersediaan (Ton) Komoditi Beras Tahun 2010

Dari gambar 5.6 dapat dilihat pada bulan – bulan HBKN harga komoditi beras mengalami kenaikan. Dapat dilihat pada bulan puasa mengalami kenaikan sebesar Rp 126,- dari bulan sebelumnya. Dan dapat dilihat sebelum bulan puasa harga beras sebesar Rp 7.650,-. Sementara ketersediaan beras saat bulan normal sebesar 24.313 ton sedangkan ketersediaan beras saat bulan – bulan HBKN seperti bulan puasa, idul fitri, idul adha dan natal & tahun baru masing – masing sebesar 28.203 ton, 32.093 ton, 24.556 ton dan 27.321 ton. Ketersediaan beras mengalami kenaikan diikuti juga dengan harga beras mengalami kenaikan pad bulan – bulan HBKN.

7.334 7.380 7.194 7.144 7.144 7.369 7.524 7.650 7.638 6.973 7.161 7.922 24.313 24.313 24.313 24.313 24.313 24.313 24.313

28.203 32.093

24.313 24.556 27.231 Harga Ketersediaan (Ton)


(56)

Tabel 5.5 Harga Komoditi Gula Pasir Tahun 2006 - 2010 Bulan

Tahun Ketersediaan

Gula Tahun 2010 (Ton) 2006 2007 2008 2009 2010

Januari 6.284 6.852 6.335 7.152 11.610 900 Februari 6.460 6.740 6.500 8.226 10.980 900

Maret 6.455 6.715 6.685 8.500 10.792 900

April 6.460 6.725 7.032 7.959 10.260 900

Mei 6.468 6.616 6.600 9.155 9.940 900

Juni 6.480 6.550 6.520 7.959 9.668 900

Juli 6.285 6.560 6.436 8.640 10.150 900

Agustus 6.268 6.660 6.490 9.185 10.232 1.233 September 6.280 6.572 6.897 10.000 10.312 2.124 Oktober 6.276 6.503 6.700 9.980 10.300 900 November 6.410 6.500 6.448 9.960 11.228 963 Desember 6.700 6.470 6.900 10.448 11.400 981

Sumber : BKP, 2012

Gambar 5.7 Grafik Harga dan Ketersediaan (Ton) Gula pasir Tahun 2010

Dari gambar 5.7 dapat dilihat pada bulan – bulan HBKN harga komoditi gula pasir mengalami kenaikan dari bulan – bulan normal. Dan pada saat puasa, idul fitri, idul adha, natal dan tahun baru etersediaan gula pasir masing – masing sebesar 1.233 ton, 2.124 ton, 963 ton dan 981 ton. Dan harga gula pasir pada bulan puasa, idul fitri, idul adha dan natal & tahun baru masing – masing sebesar Rp 10.232, Rp 10.312, Rp 11.228, dan Rp 11.400. Ketersediaan beras mengalami

11.610

10.980 10.792

10.260 9.940 9.668 10.150 10.232 10.312 10.300

11.228 11.400

900 900 900 900 900 900 900 1.233 2.124

900 963 981 Harga Ketersediaan (Ton)


(57)

kenaikan diikuti juga dengan harga beras mengalami kenaikan pad bulan – bulan HBKN.

Tabel 5.6 Harga Komoditi Minyak Goreng Tahun 2006 – 2010 Bulan

Tahun Ketersediaan

Beras Tahun 2010 (Ton) 2006 2007 2008 2009 2010

Januari 4.156 6.436 8.783 7.279 8.365 307

Februari 4.530 6.325 9.500 7.706 8.100 307

Maret 4.740 6.275 10.935 8.230 8.716 307

April 4.690 7.095 10.512 7.738 8.700 307

Mei 4.433 7.628 10.845 9.640 8.680 307

Juni 4.440 7.995 10.840 7.738 8.258 307

Juli 4.480 7.840 10.100 7.375 8.995 307

Agustus 5.092 8.195 9.100 7.925 9.076 375

September 5.225 8.068 8.210 8.110 9.085 581

Oktober 5.116 8.175 8.375 7.815 9.310 307

November 5.240 8.520 8.100 7.680 9.788 320 Desember 5.980 8.545 8.375 8.144 11.100 375

Sumber : BKP, 2012

Gambar 5.8 Grafik Harga dan Ketersediaan (Ton) Minyak Goreng Tahun 2010

8.365 8.100 8.716 8.700 8.680 8.258 8.995 9.076 9.085 9.310 9.788

11.100

307 307 307 307 307 307 307 375 581 307 320 375 Harga Ketersediaan (Ton)


(58)

Dari gambar 5.8 dapat dilihat pada bulan puasa ketersediaan minyak goreng sebesar 375 ton dan harga minyak goreng sebesar Rp 9.076,-. Dimana saat bulan normal ketersediaan minyak goreng sebesar 307 ton. Dan saat idul fitri ketersediaan minyak goreng sebesar 581 ton dan harganya sebesar Rp 9.085,-. Saat idul adha, natal dan tahun baru ketersediaan minyak goreng masing – masing sebesar 320 ton dan 375 ton. Dan harga minyak goreng masing – masing Rp 9.788,- dan Rp 11.000,- saat idul adha dan natal & tahun baru.

Tabel 5.7 Harga komoditi Daging ayam Tahun 2006 – 2010 Bulan

Tahun Ketersediaan

Beras Tahun 2010 (Ton) 2006 2007 2008 2009 2010

Januari 13.240 12.544 16.783 19.710 18.910 15 Februari 15.500 10.000 20.000 22.867 18.900 15 Maret 14.025 11.756 17.000 20.100 20.880 15 April 11.600 12.000 18.780 20.892 19.100 15

Mei 13.287 14.111 22.200 20.700 18.950 15

Juni 15.800 11.000 21.425 20.892 22.840 15 Juli 17.500 16.330 22.720 23.212 27.500 15 Agustus 14.160 16.247 20.200 22.500 21.800 27 September 11.950 24.500 21.000 21.600 25.950 54 Oktober 14.800 16.400 24.000 20.050 25.600 15 November 16.200 13.200 20.600 18.850 23.440 25 Desember 13.800 14.000 20.000 17.560 22.650 27

Sumber : BKP, 2012

Gambar 5.9 Grafik Harga dan Ketersediaan Daging Ayam (Ton) Tahun 2010


(59)

Dari gambar 5.9 dapat dilihat saat bulan normal ketersediaan daging ayam sebesar 15 ton dan harga daging ayam saat bulan normal tidak tetap. Pada bulan puasa ketersediaan daging ayam sebesar 27 ton sementara harga daging ayam sebesar Rp 21.800,-. Pada hari raya idul fitri harga daging ayam Rp 25.950,- dan ketersediaan daging ayam sebesar 54 ton. Saat idul adha dan natal & tahun baru harga daging ayam masing – masing sebesar Rp 23.440,- dan Rp 22.650,- sementara ketersediaan daging ayam sebesar 25 ton dan 27 ton.

Tabel 5.8 Harga Komoditi Daging Sapi Tahun 2006 – 2010 18.910 18.900 20.880 19.100 18.950

22.840 27.500

21.800

25.950 25.600

23.440 22.650

15 15 15 15 15 15 15 27 54 15 25 27


(60)

Bulan

Tahun Ketersediaan

Beras Tahun 2010 (Ton) 2006 2007 2008 2009 2010

Januari 47.960 50.653 59.130 60.933 62.000 668 Februari 48.000 50.000 60.000 61.000 62.000 668 Maret 48.000 50.000 52.850 61.000 61.000 668 April 48.000 50.000 52.600 60.978 60.850 668 Mei 48.000 50.000 52.600 61.000 60.000 668 Juni 48.100 49.750 52.600 60.978 60.000 668 Juli 48.400 50.000 53.480 61.000 60.000 668 Agustus 48.720 50.000 59.200 61.350 60.000 902 September 50.500 61.250 61.000 61.950 69.950 3.334 Oktober 49.440 51.966 63.750 62.000 65.000 668 November 48.400 50.483 60.000 62.000 65.800 1.376 Desember 48.400 55.000 61.000 62.000 65.600 909

Sumber : BKP, 2012

Gambar 5.10 Grafik Harga dan Ketersediaan (Ton) Daging Sapi tahun 2010

Ketersediaan meningkat, harga komoditi daging sapi juga meningkat. Hal ini dapat kita lihat saat – saat HBKN harga komoditi daging sapi mengalami peningkatan dari bulan – bulan normal. Saat bulan puasa harga daging sapi sebesar Rp 60.000,- dan ketersediaan daging sapi sebesar 902 ton. Saat idul fitri harga daging sapi sebesar Rp 69.950,- dimana ketersediaan daging sapi sebesar

62.000 62.000 61.000 60.850 60.000 60.000 60.000 60.000 69.950

65.000 65.800 65.600

668 668 668 668 668 668 668 902 3.334 668 1.376 909 Harga Ketersediaan (Ton)


(61)

3.334 ton. Harga daging sapi saat idul adha dan natal & tahun baru masing – masing sebesar Rp 65.800,- dan Rp 65.600,- dimana ketersediaan daging sapi masing – masing sebesar 1.376 ton dan 909 ton. Sementara ketersediaan daging sapi saat bulan normal sebesar 668 ton, dimana harga daging sapi tidak selalu stabil tetapi tidak sampai semahal harga daging sapi saat HBKN.

Tabel 5.9 Harga Komoditi Telur Ayam Tahun 2006 – 2010

Bulan

Tahun Ketersediaan

Beras Tahun 2010 (Ton) 2006 2007 2008 2009 2010

Januari 517 500 700 827 824 712

Februari 518 550 700 805 839 712

Maret 488 550 700 758 774 712

April 455 550 726 797 780 712

Mei 462 550 738 832 781 712

Juni 489 550 770 797 799 712

Juli 531 550 816 801 853 712

Agustus 550 625 888 925 894 947

September 530 725 866 870 868 1.603

Oktober 547 631 888 854 860 712

November 578 650 900 823 868 833

Desember 550 700 844 802 913 1.012

Sumber : BKP, 2012


(62)

Saat HBKN, ketersediaan telur ayam mengalami peningkatan dan harga saat HBKN juga mengalami peningkatan. Dapat dilihat dari gambar 5.11, ketersediaan telur ayam saat puasa, idul fitri, idul adha dan natal & tahun baru masing – masing sebesar 947 ton, 1.603 ton, 833 ton dan 1.012 ton. Dan dapat dilihat harga telur ayam saat HBKN masing – masing sebesar Rp 894,- ; Rp 868,- ; Rp 868,- dan Rp 913,-.

Tabel 5.10 Harga Komoditi Bawang Merah Tahun 2006 – 2010 Bulan

Tahun Ketersediaan

Beras Tahun 2010 (Ton) 2006 2007 2008 2009 2010

Januari 9.280 9.270 11.438 11.816 12.650 754 Februari 9.200 6.000 9.000 11.800 11.950 754 Maret 10.150 6.192 11.800 10.950 12.080 754 April 9.650 6.500 14.160 11.522 12.150 754

Mei 11.507 8.222 16.700 12.600 12.756 754

Juni 9.700 8.500 16.850 11.522 14.840 754

Juli 9.250 8.500 13.600 13.250 20.150 754

Agustus 8.640 8.000 11.750 12.500 17.400 957 September 7.025 7.333 10.360 11.100 15.150 1.915 Oktober 6.680 7.333 10.000 10.750 15.000 754 November 7.000 9.000 11.280 11.650 16.520 1.183 Desember 8.100 15.000 11.000 12.320 20.900 965

Sumber : BKP, 2012

824 839 774 780 781 799 853 894 868 860 868 913

712 712 712 712 712 712 712 947

1.603

712 833 1.012 Harga Ketersediaan (Ton)


(63)

Gambar 5.12 Grafik Harga dan Ketersediaan (Ton) Bawang Merah Tahun 2010

Dari gambar 5.12 dapat dilihat ketersediaan bawang merah saat bulan normal sebesar 754 ton. Dan saat puasa dan idul fitri ketersediaan bawang merah masing – masing sebesar 957 ton dan 1.915 ton sementara harga bawang merah sebesar Rp 17.400,- dan Rp 15.100,-. Sementara itu saat idul adha dan natal & tahun baru ketersediaan bawang merah sebesar 1.183 ton dan 965 ton. Dimana harga bawang merah saat idul adha dan natal & tahun baru masing – masing sebesar Rp 16.520,- dan Rp 20.900,-.

12.650 11.950 12.080 12.150 12.756 14.840

20.150 17.400

15.150 15.000 16.520 20.900

754 754 754 754 754 754 754 957 1.915 754 1.183 965 Harga Ketersediaan (Ton)


(64)

Tabel 5.11 Harga Komoditi Cabe Merah tahun 2006 – 2010 Bulan

Tahun Ketersediaan

Beras Tahun 2010 (Ton) 2006 2007 2008 2009 2010

Januari 20.800 22.185 10.304 22.522 21.100 317 Februari 12.700 22.249 9.000 19.000 20.250 317 Maret 12.300 23.000 16.100 15.900 13.080 317 April 9.075 15.320 12.120 19.151 17.300 317

Mei 5.760 16.889 10.550 10.250 16.400 317

Juni 6.250 16.770 13.600 19.151 32.230 317 Juli 7.850 17.000 17.560 12.500 39.500 317 Agustus 7.400 17.000 15.450 17.500 25.560 438 September 15.850 18.667 15.733 26.000 14.375 1.209 Oktober 15.680 18.667 22.000 35.500 12.100 317 November 14.700 17.000 20.360 30.700 22.040 473 Desember 23.900 9.000 24.400 17.600 36.650 412

Sumber : BKP, 2012

Gambar 5.13 Harga danKetersediaan (Ton) Cabe Merah Tahun 2010

Dari gambar 5.13 ketersediaan cabe merah saat bulan normal sebesar 317 ton. Dibanding dengan ketersediaan bulan normal, ketersediaan saat HBKN mengalami peningkatan yang cukup tinggi. Yaitu masing – masing sebesar 438 ton saat puasa dan 1.209 ton saat idul fitri dan harga cabe merah saat puasa dan idul fitri sebesar Rp 25.560,- dan Rp 14.375,-. Ketersediaan cabe merah saat idul

21.100 20.250

13.080

17.300 16.400 32.230 39.500 25.560 14.375 12.100 22.040 36,65 317 317 317 317 317 317 317 438 1.209 317 473 412


(1)

Medan. Saat HBKN seperti Idul Fitri, Puasa, Natal&Tahun Baru dan Idul Adha ketersediaan Cabe Merah masing – masing sebesar 1.329 ton, 481 ton, 454 ton dan 520 ton sementara itu ketersediaan cabe merah saat bulan normal sebesar 349 ton.

9. Kacang Tanah

Ketersediaan kacang tanah melalui produksi lokal dan impor masing – masing sebesar 201 ton dan 6.370 ton. Dan dapat kita lihat ketersediaan kacang tanah saat HBKN Idul Fitri, Puasa, Natal&Tahun Baru dan Idul Adha masing – masing sebesar 1.424 ton, 612 ton, 646 ton dan 489 ton. Sementara pada bulan normal ketersediaannya 425 ton.


(2)

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

1. Ketersediaan pangan saat Bulan Puasa, Idul Fitri, Idul Adha dan Natal dan Tahun Baru Tahun 2010 untuk komoditi beras, daging ayam, daging sapi, minyak goreng, gula pasir, kacang tanah, bawang merah, cabe merah, dan telur ayam di kota Medan cukup tersedia.

2. Konsumsi pangan strategis di kota Medan tahun 2010 untuk pangan beras, kacang tanah, cabai merah, daging ayam, daging sapi, telur ayam, minyak goreng, gula pasir, bawang merah pada HBKN meningkat, hal ini terlihat dari ketersediaan pangan yang meningkat saat HBKN.

3. Harga pangan untuk komoditi beras, gula pasir, minyak goreng, kacang tanah, telur ayam, daging ayam, daging sapi, bawang merah dan kacang tanah pada HBKN tidak stabil, saat – saat HBKN harga pangan mengalami kenaikan.

4. Prognosa ketersediaan pangan saat Bulan Puasa, Idul Fitri, Idul Adha dan Natal dan Tahun Baru Tahun 2012 untuk komoditi beras, gula pasir, minyak goreng, telur ayam, bawang merah, kacang tanah, cabe merah, daging ayam dan daging sapi di Kota Medan cukup tersedia.

6.2. Saran

Kepada Pemerintah

Diharapkan kepada instansi – instansi yang berkaitan seperti Badan Ketahanan Pangan dapat mengontrol stabilitas harga saat HBKN di kota Medan. Dan juga distribusi serta akses pangan di Kota Medan lancar sehingga pemenuhan kebutuhan masyarakat tercukupi dan juga diperlukan cadangan makanan (Stok)


(3)

yang bisa memenuhi kebutuhan masyarakat. Serta penyuluhan tentang diversivikasi pangan ke masyarakat Kota Medan perlu digalakkan untuk penganekaragaman pangan.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Ali Khomsan, 2008. Sehat Itu Mudah, Wujudkan Hidup Sehat dengan Makanan Tepat. Jakarta : Hikmah

Arifin, B. 2005. Pembangunan Pertanian Paradigma Kebijakan dan Strategi Revitalisasi. Penerbit PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta

Badan Ketahanan Pangan. 2010. Analisis dan Penyusunan Pola Konsumsi dan Supply Kota Medan.

BKP. 2010. Laporan Akhir pelatihan Penyusunan Prognosa Ketersediaan Bahan Pangan Tahun 2010. Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera Utara. Medan

Badan Ketahanan Pangan. 2011. Pentingnya Menganalisis Ketersediaan Pangan. Badan Ketahananan Pangan. Medan

Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan, 2009. Distribusi dan Penyediaan Pangan. Jakarta : Kementriaan Perdagangan Republik Indonesia

Dinas Pertanian Sumatera Utara. 2005. Perencanaan Strategi Pemantapan

Ketahanan Pangan Bintara. Sumatera Utara, Medan.

Hanafie, R. 2010. Pengantar Ekonomi Pertanian. Yogyakarta : Penerbit Andi Laurensius, Ferry. 2010. Rencana Kerja Pemerintah Daerah kota Medan Tahun

2011. Ferrylaurensius.files.wordpress.com/2010/10/prioritas-8-10.docx. Mahpudin. 2011. Pedoman Teknis Pemantauan Pasar. Direktorat Pemasaran

Domestik Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Kementerian Pertanian

Mursid. 2003. Manajemen Pemasaran. Bumi Aksara. Jakarta.

Purnomo dan Hanny. 2007. Budidaya 8 Jenis Tanaman Pangan Unggul. Bogor : Penebar Swadaya

Soemarno. 2010. Strategi Pemenuhan Kebutuhan Pangan Rumah Tangga Pedesaan. Prosiding Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VI. Serpong 17-20 Pebruari. LIPI. Jakarta

Sugiyanto, C. 1994. Ekonometrika Terapan. BPFE. Yogyakarta

Supriana, Tavi. 2009. Diktat Pengantar Ekonometrika. Universitas Sumatera Utara, Medan


(5)

Suryana, dkk. 1990. Diversifikasi Pertanian dalam Proses Mempercepat Laju Pembangunan Nasional. Pustaka Sinar harapan. Jakarta

Suryana, A. 2003. Kapita Selekta Evolusi Pemikiran Kebijakan Ketahanan Pangan. Kepala Badan Bimas Ketahanan Pangan Departemen Pertanian. Yogyakarta

Suyamto, 2007. Teknologi Unggulan Tanaman Pangan. Badan Penelitian dan Pengembangan Teknologi. Bogor

Tupan. 2011. Wujudkan Ketahanan Pangan dengan Kearifan Lokal. Bidang Informasi Pusat Dokumentasi Dan Informasi Ilmiah –Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (PDII-LIPI).

Wirawan, M. 2008. Penghitungan Suplai-Demand dalam Menghadapi Hari-hari Besar Keagamaan Nasional Untuk Komoditi Peternakan Khususnya Daging Sapi, Daging Ayam dan Telur Ayam. Sekretariat Peternakan.


(6)

Lampiran 1. Koefisien Peningkatan Penyediaan Pangan Pokok Menjelang HBKN

No. Komoditas

Total Peningkatan Penyediaan Hari Raya Keagamaan Puasa Idul Fitri Natal&Tahun

Baru Idul Adha

1 Beras 0.16 0.32 0.12 0.01

2 Gula Pasir 0.37 1.36 0.09 0.07

3 Minyak Goreng 0.22 0.89 0.22 0.04

4 Telur Ayam 0.33 1.25 0.42 0.17

5 Kacang Tanah 0.44 2.35 0.52 0.15

6 Bawang Merah 0.27 1.54 0.28 0.57

7 Cabe Merah 0.38 2.81 0.30 0.49

8 Daging Ayam 0.35 3.99 0.36 1.06