ang tidak eimba
emenuhi kebutuhan gizi seseora
lain-lain. Chandr
MP-ASI yang tepat dan baik seharusnya dapat disiapkan sendiri di rumah. Namun, dalam penyediaan MP-ASI yang sesuai dengan kebutuhan balita, banyak hal
yang mempengaruhinya. Tingkat pendidikan dan pengetahuan gizi yang rendah pada ibu balita seringkali menjadi penyebab balita mendapat makanan y
s ng.
Makanan bergizi seimbang adalah makanan yang terdiri dari beraneka ragam makanan dalam jumlah dan proporsi yang sesuai, sehingga m
ng guna pemeliharaan, perbaikan sel-sel tubuh, pertumbuhan dan perkembangan. Makan makanan yang beranekaragam akan menjamin terpenuhinya
kecukupan sumber zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur.
2.2.2. Infeksi pada Balita
Gizi buruk merupakan penyakit lingkungan. Oleh karena itu ada beberapa faktor yang bersama-sama menjadi penyebab timbulnya penyakit tersebut, antara lain
faktor diet, faktor sosial, kepadatan penduduk, infeksi, kemiskinan, dan a dalam Beck, 1993: 192, mengatakan bahwa ada interaksi antara gizi,
kekebalan tubuh dan infeksi. Infeksi memperburuk status gizi dan sebaliknya gangguan gizi memperburuk kemampuan anak untuk mengatasi penyakit infeksi,
karena gizi kurang menghambat reaksi pembentukan kekebalan tubuh, sehingga anak yang status gizinya buruk akan lebih mudah terkena infeksi. Hubungan timbal balik
antara infeksi dan gizi buruk atau gizi buruk dengan infeksi pada balita seperti ‘lingkaran setan’ yang sulit untuk diputuskan.
Penyebab balita gizi buruk tidak hanya karena kedua faktor langsung tersebut, tetapi ada juga faktor tidak langsung yang berkaitan dan mempengaruhi status gizi
balita,
i seimbang, tetapi anak juga harus m
bkan rendah
yaitu ketahanan pangan di keluarga, pola pengasuhan anak, serta pelayanan kesehatan dan kesehatan lingkungan Unicef, 1990; Marpaung, 2006: 14.
Asuhan gizi adalah praktek yang dilakukan di rumah tangga yang diwujudkan dengan tersedianya pangan dan perawatan kesehatan serta sumber lainnya, untuk
kelangsungan hidup, pertumbuhan dan perkembangan anak. Anak tidak hanya mendapat makanan yang bergiz
endapat perhatian dan kasih sayang. Dalam hal ini, peranan ibu sangat kuat. Anak yang diasuh ibunya sendiri dengan sabar dan penuh kasih sayang, apalagi
ibunya berpendidikan, mengerti soal pentingnya ASI, manfaat Posyandu dan kebersihan, meskipun miskin akan dapat mengasuh dan memberi makan anak dengan
baik sehingga anaknya tetap sehat. Lagi-lagi unsur pendidikan dan pengetahuan gizi serta kesehatan pada perempuan mempengaruhi kualitas pengasuhan anak.
Menurut Soekirman 2005: 1, faktor kemiskinan dan pendidikan orangtua yang rendah serta kurangnya pengetahuan soal gizi dan kesehatan, merupakan
penyebab utama tingginya angka penderita gizi buruk. Kemiskinan menyeba nya kualitas intake zat gizi, penyakit infeksi, buruknya pengetahuan dan
praktek keluarga berencana, yang pada akhirnya berpengaruh pada rendahnya status gizi balita dan ibu hamil. Namun, selain disebabkan ketidakmampuan ekonomi, kasus
gizi buruk juga dapat disebabkan pola asuh ibu atau keluarga yang salah. Dengan kata