Gizi Buruk TINJAUAN PUSTAKA
adalah hepatome
embesaran he n perut.
Namun nis dari KEP be
rajat dan lamanya deplesi protein dan energi, umur penderita, modifikasi disebabkan oleh adanya
kekurangan vitamin dan mineral yang menyertainya. Sementara gejala klinis untuk KEP, masih menurut Pudjiadi 1990: 109-121
pada tingkat kwashiorkor adalah anak terlihat gemuk, ditemukan edema pada beberapa bagian tubuh yang diiringi asites, anak apatis, adanya atrofi otot sehingga
anak tampak lemah dan berbaring terus-menerus, rambut mudah dicabut dan mengalami pembesaran hati. Gejala klinis pada KEP tingkat marasmus yaitu wajah
anak tampak seperti wajah orang tua, anak terlihat sangat kurus, kulit biasanya mengering, dingin dan mengendor serta turgor kulit mengurang. Penderita marasmus
lebih sering menderita diare atau konstipasi. Pada kwashiorkor marasmik kondisi penderita memperlihatkan gejala campuran yaitu adanya edema, kelainan rambut,
kelainan kulit dan kelainan biokimiawi. status gizi
rlukan klasifikasi menurut derajat
ikasi yang d kan dengan SK
gizi
at pada Tabel 2.1: Salah satu ciri dari gizi buruk, menurut Pudjiadi 1990: 107
gali, yaitu p par yang terlihat sebagai pembuncita
gejala kli rbeda-beda tergantung dari de
Untuk menentukan balita, maka dipe
beratnya KEP. Klasif ibuat oleh Dep.Kes.RI disah
Menkes RI No. 920MenkesSKVIII2002 tentang baku rujukan penilaian status anak perempuan dan anak laki-laki usia 0-59 bulan menurut Berat Badan dan Umur
BBU, adalah seperti terlih
Tabel 2.1. Klasifikasi Status Gizi BBU Menurut Dep.Kes.RI 2002 Status Gizi
Berat Badan Menurut Umur BBU Gizi Lebih
Z-Score : +2 SD Gizi Baik
Z-Score : ≥-2 SD sd +2 SD
Gizi Kurang Z-Score : -2 SD sd
≥ - 3 SD Gizi Buruk
Z-Score : -3 SD
Daftar Baku Rujukan Penilaian Status Gizi BBU dapat dilihat pada Lampiran 1.
Sehubungan dengan semakin maraknya pemberitaan kasus gizi buruk di media massa, serta untuk menyamakan persepsi dan upaya penanggulangannya,
maka Menteri Kesehatan Republik Indonesia menerbitkan kembali SK No. 347MenkesIV2008 tentang Penanggulangan Gizi Buruk dengan menetapkan Baku
Rujukan Penilaian Status Gizi menurut Berat Badan dan Tinggi Badan BBTB. Penetapan indeks BBTB menunjukkan keadaan gizi kurang yang lebih jelas dan
sensitifpeka jika dibandingkan penilaian prevalensi berdasarkan BBU, BBTB dapat membedakan proporsi badan apakah gemuk, normal, dan kurus Atmarita, 2004: 9.
Adapun penentuan status gizi berdasarkan BBTB dapat dilihat pada Tabel 2.2: Tabel 2.2. Klasifikasi Status Gizi BBTB Menurut Dep.Kes.RI 2002
Status Gizi Berat Badan Menurut Tinggi Badan BBTB
Gemuk Gizi Lebih Z-Score : 2 SD
Normal Gizi Baik Z-Score : -2 SD sd 2 SD
Kurus Gizi Kurang Z-Score : -2 SD sd - 3 SD
Kurus Sekali Gizi Buruk Z-Score : -3 SD
Daftar Baku Rujukan Penilaian Status Gizi BBTB dapat dilihat pada Lampiran 2.
Status gizi buruk memberikan dampak yang dapat mengganggu proses tubuh secara keseluruhan, seperti:
a. ngganggu proses pertumbuhan, anak tidak tumbuh menurut potensialnya
sehingga terlihat lebih pendek dari seharusnya. b.
Kekurangan tenaga untuk bergerak dan melakukan aktivitas sehari-hari. c.
Pembentukan sistem kekebalan tubuh yang tidak optimal. d.
Penurun Me
an sistem imunitas dan antibodi, menyebabkan anak mudah terserang infe
ebab Gizi Buruk pada Balita
proses tumbuh kembang.
ksi seperti pilek, batuk dan diare yang dapat menyebabkan kematian. e.
Perkembangan otak yang terhambat. Otak mencapai bentuk maksimal pada usia dua tahun, terganggunya perkembangan otak mempengaruhi tingkat kecerdasan
dan perkembangan mental anak Almatsier, 2004.