50
BAB IV PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENJATUHKAN SANKSI PIDANA
TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG MONEY LAUDRY DALAM PUTUSAN MAHKAMAH
AGUNG REPUBLIK INDONESIA NO. 498KPIDSUS2009
C. Dasar Pertimbangan Hakim dalam dalam menjatuhkan sanksi pidana terhadap pelaku tindak pidana pencucian uang
Money Laundry
Putusan yang dijatuhkan oleh hakim memiliki tiga sifat. Yang pertama, pemidanaan apabila hakim berpendapat bahwa terdakwa secara sah dan
meyakinkan menurut hukum terbukti bersalah melakukan tindak pidana yang didakwakan. Yang kedua, bebas apabila hakim berpendapat bahwa terdakwa tidak
terbuti secara sah dan meyakinkan melakukan tindak pidana yang didakwakan. Yang ketiga, pelepasan dari segala tuntutan hukum apabila hakim berpendapat
bahwa perbuatan yang didakwakan kepada terdakwa terbukti, tetapi perbuatan itu bukan merupakan tindak pidana. Putusan yang dijatuhkan tergantung dari hasil
musyawarah yang dilakukan oleh majelis hakim berdasarkan penilaian dari surat dakwaan dan fakta-fakta yang terungkap di dalam persidangan.
Surat dakwaan sangat penting artinya dalam pemeriksaan perkara pidana, karena surat dakwaan menjadi dasar dan menentukan batas-batas bagi
pemeriksaan hakim. Putusan yang diambil oleh hakim hanya boleh mengenai peristiwa-peristiwa yang terletak dalam batas-batas yang ditentukan dalam surat
dakwaan. Bagi hakim manfaat surat dakwaan yaitu antara lain sebagai dasar
Universitas Sumatera Utara
51
pemeriksaan di sidang pengadilan, sebagai dasar putusan yang akan dijatuhkan, dan sebagai dasar membuktikan terbukti atau tidaknya kesalahan terdakwa.
66
66
Darwan Prinst. Hukum Acara Pidana dalam Praktik. Jakarta: Djambatan, 1998 hal 115- 117
Oleh karena itu, dakwaan oleh Jaksa Penuntut Umum sangat mempengaruhi pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusan. Terkait dengan
terbukti atau tidaknya unsur-unsur dalam surat dakwaan yang didakwakan kepada terdakwa. Selain itu tentunya aspek-aspek pertimbangan yuridis terhadap tindak
pidana yang didakwakan tersebut juga berpengaruh terhadap amar putusan hakim. Dasar pertimbangan Hakim Pengadilan Mahkamah Agung Republik
Indonesia dalam menjatuhkan putusan bebas terhadap Terdakwa Adis als. Iwan bin Abu dan Aswin als. Abdul Azis dalam perkara tindak pidana pencucian uang
dengan cara menganalisis pertimbangan hakim Pengadilan Negeri terhadap unsur- unsur perbuatan yang didakwakan oleh Jaksa Penuntut Umum yang disusun
secara kombinasi antara dakwaan alternatif dan dakwaan subsidairitas. Terdakwa Adis als. Iwan bin Abu dan Aswin als. Abdul Azis dalam
dakwaan kesatu primair didakwa melakukan tindak pidana sebagaimana diatur dalam Pasal 12 a Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 juncto Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi juncto Pasal 64 ayat 1 KUHP.
Pasal 12 a Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 juncto Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi berbunyi
sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
52
“Dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara penjara paling singkat 4 empat tahun dan paling lama 20 dua puluh tahun dan dipidana denda
paling sedikit Rp. 200.000.000,00 dua ratus juta rupiah dan paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 satu milyar rupiah: pegawai negeri atau penyelenggara Negara
yang menerima hadiah atau janji, padahal diketahui atau patut diduga bahwa hadiah atau janji tersebut diberikan untuk menggerakkan agar melakukan atau
tidak melakukan sesuatu dalam jabatannya, yang bertentangan dengan kewajibannya.”
Pasal 64 ayat 1 KUHAP berbunyi sebagai berikut: “Jika antara beberapa perbuatan, meskipun masing-masing merupakan kejahatan
atau pelanggaran, ada hubungannya sedemikian rupa sehingga harus dipandang sebagai satu perbuatan berlanjut,…”
Berdasarkan bunyi pasal-pasal tersebut di atas, maka unsur dakwaan kesatu primair adalah sebagai berikut:
1. Pegawai negeri atau penyelenggara negara; 2. Menerima hadiah atau janji;
3. Padahal diketahui atau patut diduga bahwa hadiah atau janji tersebut diberikan untuk menggerakkan agar melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam
jabatan yang bertentangan dengan kewajiban; 4. Perbuatan yang dilakukan secara berlanjut.
Kemudian dalam dakwaan kesatu subsidair, Terdakwa Marthen Renouw didakwa melakukan tindak pidana sebagaimana diatur dalam Pasal 12 B ayat 1
huruf a Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 juncto Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi juncto Pasal 64
ayat 1 KUHP. Pasal 12 B ayat 1 huruf a Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 juncto Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi berbunyi sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
53
“Setiap gratifikasi kepada pegawai negeri atau penyelenggara Negara dianggap pemberian suap, apabila berhubungan dengan jabatannya dan yang berlawanan
dengan kewajiban atau tugasnya,…” Pasal 64 ayat 1 KUHAP berbunyi sebagai berikut:
“Jika antara beberapa perbuatan, meskipun masing-masing merupakan kejahatan atau pelanggaran, ada hubungannya sedemikian rupa sehingga harus dipandang
sebagai satu perbuatan berlanjut,…”
Berdasarkan bunyi pasal-pasal tersebut di atas, maka unsur dakwaan kesatu subsidair adalah sebagai berikut:
1. Setiap gratifikasi; 2. Kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara;
3. Dianggap pemberian suap apabila berhubungan dengan jabatan dan yang berlawanan dengan kewajiban atau tugasnya;
4. Perbuatan yang dilakukan secara berlanjut.
Kemudian dalam dakwaan kesatu lebih subsidair, Terdakwa Adis als. Iwan bin Abu dan Aswin als. Abdul Azis didakwa melakukan tindak pidana
sebagaimana diatur dalam Pasal 11 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 juncto Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi juncto Pasal 64 ayat 1 KUHP. Pasal 11 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 juncto Undang- Undang
Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi berbunyi sebagai berikut:
“Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 satu tahun dan paling lama 5 lima tahun dan atau pidana denda paling sedikit Rp. 50.000.000,00 lima puluh
juta rupiah dan paling banyak Rp. 250.000.000,00 dua ratus lima puluh juta rupiah: pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima hadiah atau
janji padahal diketahui atau patut diduga bahwa hadiah atau janji tersebut
Universitas Sumatera Utara
54
diberikan karena kekuasaan atau kewenangan yang berhubungan dengan jabatannya atau menurut pikiran orang yang memberikan hadiah atau janji
tersebut ada hubungan dengan jabatannya.” Pasal 64 ayat 1 KUHAP berbunyi sebagai berikut:
“Jika antara beberapa perbuatan, meskipun masing-masing merupakan kejahatan atau pelanggaran, ada hubungannya sedemikian rupa sehingga harus dipandang
sebagai satu perbuatan berlanjut,…”
Berdasarkan bunyi pasal-pasal tersebut di atas, maka unsur dakwaan kesatu lebih subsidair adalah sebagai berikut:
1. Pegawai negeri atau penyelenggara negara; 2. Menerima hadiah atau janji;
3. Janji padahal diketahui atau patut diduga bahwa hadiah atau janji tersebut diberikan karena kekuasaan atau kewenangan yang berhubungan dengan
jabatannya atau menurut pikiran orang yang memberikan hadiah atau janji tersebut ada hubungan dengan jabatannya;
4. Perbuatan yang dilakukan secara berlanjut. Terdakwa Adis als. Iwan bin Abu dan Aswin als. Abdul Azis dalam
dakwaan kedua primair didakwa melakukan tindak pidana sebagaimana diatur dalam Pasal 3 ayat 1 huruf c Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2003 tentang
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang juncto Pasal 64 ayat 1 KUHP.
Pasal 3 ayat 1 huruf c Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2003 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana
Pencucian Uang berbunyi sebagai berikut: “Setiap orang yang dengan sengaja membayarkan atau membelanjakan harta
kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana,
Universitas Sumatera Utara
55
baik perbuatan itu atas namanya sendiri maupun atas nama pihak lain, dengan maksud menyembunyikan atau menyamarkan asal-usul harta kekayaan.”
Pasal 64 ayat 1 KUHAP berbunyi sebagai berikut: “Jika antara beberapa perbuatan, meskipun masing-masing merupakan kejahatan
atau pelanggaran, ada hubungannya sedemikian rupa sehingga harus dipandang sebagai satu perbuatan berlanjut,…”
Berdasarkan bunyi pasal-pasal di atas, maka unsur dakwaan kedua primair adalah sebagai berikut:
1. Setiap orang yang dengan sengaja membayarkan atau membelanjakan harta kekayaan;
2. Yang diketahui atau patut diduganya harta kekayaan itu merupakan hasil tindak pidana, baik perbuatan itu atas namanya sendiri maupun atas nama
pihak lain; 3. Dengan maksud menyembunyikan atau menyamarkan asal usul harta
kekayaan; 4. Perbuatan yang dilakukan secara berlanjut.
Kemudian dalam dakwaan kedua subsidair, Terdakwa didakwa melakukan tindak pidana sebagaimana diatur dalam Pasal 6 ayat 1 huruf b Undang-Undang
Nomor 25 Tahun 2003 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang juncto Pasal 64 ayat 1 KUHP.
Pasal 6 ayat 1 huruf b Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2003 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana
Pencucian Uang berbunyi sebagai berikut: “Setiap orang yang menerima atau menguasai pentransferan harta kekayaan yang
diketahui atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana.”
Universitas Sumatera Utara
56
Pasal 64 ayat 1 KUHAP berbunyi sebagai berikut: “Jika antara beberapa perbuatan, meskipun masing-masing merupakan kejahatan
atau pelanggaran, ada hubungannya sedemikian rupa sehingga harus dipandang sebagai satu perbuatan berlanjut,…”
Berdasarkan bunyi pasal-pasal di atas, maka unsur dakwaan kedua subsidair adalah sebagai berikut:
1. Setiap orang yang menerima atau menguasai pentransferan harta kekayaan; 2. Yang diketahui atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana;
3. Dengan maksud menyembunyikan atau menyamarkan asal-usul harta kekayaan;
4. Yang dilakukan secara berlanjut Pertimbangan Hakim Pengadilan Mahkamah Agung Republik Indonesia
dalam putusannya No. 498KPIDSUS2009 terhadap unsur-unsur tindak pidana yang didakwakan adalah sebagai berikut:
PRIMAIR : Bahwa ia Terdakwa I. Adis alias Iwan bin Abu bersama-sama dengan
Terdakwa II. Aswin alias Abdul Azis alias Azis bin Abu serta saksi Hendra alias Hengky bin Abu Terdakwa dalam perkara terpisah dan Kahar DPO, pada hari
dan tanggal yang tidak dapat diingat secara pasti dalam bulan Desember 2006 atau setidak-tidaknya pada waktu lain dalam kurun waktu antara tahun 2006 sampai
dengan tahun 2007, bertempat di Mall Cimanggis Lantai Bawah Kota Depok, atau setidak-tidaknya pada suatu tempat lain yang masih termasuk dalam daerah
hukum Pengadilan Negeri Depok tetapi berdasarkan ketentuan Pasal 84 ayat 2 KUHAP Pengadilan Negeri Pontianak berwenang untuk memeriksa dan
Universitas Sumatera Utara
57
mengadili perkara bersangkutan oleh karena tempat Terdakwa ditahan dan domisili saksi-saksi lebih banyak berada di wilayah Pengadilan Negeri Pontianak
dari pada daerah hukum di mana tindak pidana tersebut dilakukan, baik bertindak sendiri-sendiri maupun bersekutu satu dengan yang lainnya sebagai yang
melakukan, menyuruh melakukan atau turut serta melakukan perbuatan itu, menerima atau menguasai penempatan, pentransferan, pembayaran, hibah,
sumbangan, penitipan, penukaran harta kekayaan yang diketahuinya atau patut diduga merupakan hasil tindak pidana berupa uang tunai sebesar Rp.
840.000.000,- delapan ratus empat puluh juta rupiah, dilakukan Terdakwa dengan cara :
- Berawal dari perkenalan Terdakwa I dengan Kahar di Lautan – Sulawesi
Selatan dalam tahun 2006 hingga berlanjut pada bulan Januari 2007 Kahar menghubungi Terdakwa I melalui telepon bermaksud meminta bantuan
kepada Terdakwa I untuk meminjam Rekening Tabungan untuk keperluan memintakan uang sebesar Rp. 840.000.000,- delapan ratus empat puluh juta
rupiah dari Bank Muamalat, sehingga Terdakwa I atas permintaan Kahar tersebut kemudian memberikan Nomor Rekening Bank Internasional
Indonesia Nomor Rekening 1044754403 atas nama Suryaman dan Nomor Rekening Bank Tabungan Negara BCA, BNI dan BRI ;
- Bahwa pada sekitar akhir bulan Desember 2006 sampai dengan awal bulan
Januari 2007 oleh Kahar uang sejumlah Rp. 840.000.000,- delapan ratus empat puluh juta rupiah tersebut di transfer melalui ATM ke beberapa
Rekening yakni Rekening Bank Internasional Indonesia Nomor Rekening
Universitas Sumatera Utara
58
1044754403 atas nama Suryaman, Rekening Bank Tabungan Negara, BCA, BNI dan BRI kemudian oleh Terdakwa I uang sejumlah Rp. 840.000.000,-
delapan ratus empat puluh juta rupiah yang berada di beberapa Rekening Tabungan tersebut ditarik sebagian melalui ATM selanjutnya dipindahkan ke
Rekening Bank Tabungan Negara BTN Nomor Rekening 0005 2015 00039362 atas nama Bagaskoro kemudian oleh Terdakwa I dan Terdakwa II
serta saksi Hendra alias Hengky uang sejumlah Rp. 840.000.000,- delapan ratus empat puluh juta rupiah tersebut yang telah berada di dalam beberapa
Rekening tersebut, ditarik kembali secara bertahap melalui ATM BII, ATM BCA, ATM BRI, ATM BNI di Mall Cimanggis Depok dan ATM BTN di
Mall Cimanggis Depok untuk selanjutnya Terdakwa I kirimkan kepada Kahar melalui Rekening Bank Mandiri Cabang Sengkang – Sulawesi Selatan sebesar
Rp. 150.000.000,- seratus lima puluh juta rupiah sedangkan sisanya Terdakwa serahkan kepada Kahar secara tunai di Cimanggis Depok dan dari
hasil pekerjaan tersebut Terdakwa I memperoleh bagian sebesar Rp. 150.000.000,- seratus lima puluh juta rupiah dan oleh Terdakwa I uang
sejumlah tersebut diberikan kepada Terdakwa II sebesar Rp. 500.000,- lima ratus ribu rupiah dan Terdakwa II juga menerima imbalan atas pekerjaannya
tersebut dari Kahar sejumlah Rp. 2.000.000,- dua juta rupiah serta saksi Hendra alias Hengky memperoleh bagian sebesar Rp. 300.000,- tiga ratus
ribu rupiah ; -
Bahwa oleh Terdakwa I uang sejumlah Rp. 20.000.000,- dua puluh juta rupiah kemudian disimpan di Bank NISP Nomor Rekening 623130517024
Universitas Sumatera Utara
59
atas nama Wulan Sari dan pada sekitar bulan November 2007 uang tersebut diantaranya Terdakwa pergunakan untuk keperluan membeli 1 satu unit
mobil Mitsubishi Lancer No. Pol. B 1018 warna silver, 2 dua unit Laptop, 2 dua unit Printer ;
Perbuatan Terdakwa sebagaimana diatur melanggar Pasal 6 ayat 1 UU Nomor 25 Tahun 2003 jo. UU Nomor 15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana
Pencucian Uang jo. Pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHP ;
SUBSIDIAIR : Bahwa ia Terdakwa I. Adis alias Iwan bin Abu bersama-sama dengan
Terdakwa II. Aswin alias Abdul Azis alias Azis bin Abu serta saksi Hendra alias Hengky bin Abu Terdakwa dalam perkara terpisah dan Kahar DPO, pada hari
dan tanggal serta waktu dan tempat sebagaimana telah diuraikan pada dakwaan Primair di atas, baik bertindak sendiri-sendiri maupun bersekutu satu dengan yang
lainnya sebagai yang melakukan, menyuruh melakukan atau turut serta melakukan perbuatan itu, membayarkan atau membelanjakan harta kekayaan yang
diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana berupa uang tunai sebesar Rp. 840.000.000,- delapan ratus empat puluh juta rupiah,
dilakukan Terdakwa dengan cara : -
Berawal dari perkenalan Terdakwa I dengan Kahar di Lautan – Sulawesi Selatan dalam tahun 2006 hingga berlanjut pada bulan Januari 2007 Kahar
menghubungi Terdakwa I melalui telepon bermaksud meminta bantuan kepada Terdakwa I untuk meminjam Rekening Tabungan untuk keperluan
memintakan uang sebesar Rp. 840.000.000,- delapan ratus empat puluh juta
Universitas Sumatera Utara
60
rupiah dari Bank Muamalat, sehingga Terdakwa I atas permintaan Kahar tersebut kemudian memberikan Nomor Rekening Bank Internasional
Indonesia Nomor Rekening 1044754403 atas nama Suryaman dan Nomor Rekening Bank Tabungan Negara BCA, BNI dan BRI ;
- Bahwa pada sekitar akhir bulan Desember 2006 sampai dengan awal bulan
Januari 2007 oleh Kahar uang sejumlah Rp. 840.000.000,- delapan ratus empat puluh juta rupiah tersebut di transfer melalui ATM ke beberapa
Rekening yakni Rekening Bank Internasional Indonesia Nomor Rekening 1044754403 atas nama Suryaman, Rekening Bank Tabungan Negara, BCA,
BNI dan BRI kemudian oleh Terdakwa I uang sejumlah Rp. 840.000.000,- delapan ratus empat puluh juta rupiah yang berada di beberapa Rekening
Tabungan tersebut ditarik sebagian melalui ATM selanjutnya dipindahkan ke Rekening Bank Tabungan Negara BTN Nomor Rekening 0005 2015
00039362 atas nama Bagaskoro kemudian oleh Terdakwa I dan Terdakwa II serta saksi Hendra alias Hengky uang sejumlah Rp. 840.000.000,- delapan
ratus empat puluh juta rupiah tersebut yang telah berada di dalam beberapa Rekening tersebut, ditarik kembali secara bertahap melalui ATM BII, ATM
BCA, ATM BRI, ATM BNI di Mall Cimanggis Depok dan ATM BTN di Mall Cimanggis Depok untuk selanjutnya Terdakwa I kirimkan kepada Kahar
melalui Rekening Bank Mandiri Cabang Sengkang – Sulawesi Selatan sebesar Rp. 150.000.000,- seratus lima puluh juta rupiah sedangkan sisanya
Terdakwa serahkan kepada Kahar secara tunai di Cimanggis Depok dan dari hasil pekerjaan tersebut Terdakwa I memperoleh bagian sebesar Rp.
Universitas Sumatera Utara
61
150.000.000,- seratus lima puluh juta rupiah dan oleh Terdakwa I uang sejumlah tersebut diberikan kepada Terdakwa II sebesar Rp. 500.000,- lima
ratus ribu rupiah dan Terdakwa II juga menerima imbalan atas pekerjaannya tersebut dari Kahar sejumlah Rp. 2.000.000,- dua juta rupiah serta saksi
Hendra alias Hengky memperoleh bagian sebesar Rp. 300.000,- tiga ratus ribu rupiah ;
- Bahwa oleh Terdakwa I uang sejumlah Rp. 20.000.000,- dua puluh juta
rupiah kemudian disimpan di Bank NISP Nomor Rekening 623130517024 atas nama Wulan Sari dan pada sekitar bulan November 2007 uang tersebut
diantaranya Terdakwa pergunakan untuk keperluan membeli 1 satu unit mobil Mitsubishi Lancer No. Pol. B 1018 warna silver, 2 dua unit Laptop, 2
dua unit Printer ; Perbuatan Terdakwa sebagaimana diatur melanggar Pasal 3 ayat 1 huruf c UU Nomor 25 Tahun 2003 jo. UU Nomor 15 Tahun 2002
tentang Tindak Pidana Pencucian Uang jo. Pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHP ; Mahkamah Agung tersebut ;
Membaca tuntutan pidana JaksaPenuntut Umum pada Kejaksaan Negeri Pontianak tanggal 1 September 2008 sebagai berikut :
1. Menyatakan Terdakwa I. Adis alias Iwan bin Abu dan Terdakwa II. Abdul Azis alias Aswin alias Azis bin Abu terbukti secara sah dan meyakinkan
bersalah melakukan tindak pidana secara bersama-sama telah menerima atau menguasai pentransferan harta kekayaan yang diketahuinya atau patut
diduganya merupakan hasil tindak pidana sebagaimana diatur melanggar Pasal
Universitas Sumatera Utara
62
6 ayat 1 huruf b UU RI Nomor 25 Tahun 2003 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang dalam dakwaan Primair ;
2. Menjatuhkan pidana kepada Terdakwa I. Adis alias Iwan bin Abu dan Terdakwa II. Abdul Azis alias Aswin alias Azis bin Abu dengan pidana
penjara selama 14 empat belas tahun dikurangi selama Terdakwa- Terdakwa berada dalam tahanan sementara dengan perintah agar Terdakwa-Terdakwa
tetap ditahan dan denda sebesar Rp. 250.000.000,- dua ratus lima puluh juta rupiah subsidair 6 enam bulan kurungan ;
3. Menyatakan barang bukti berupa : -
1 satu unit mobil Lancer warna Silver No. Pol. B 1018 OD ; -
2 dua unit sepeda motor merk Honda No. Pol. B 3795 OI ; -
4 empat unit Laptop masing-masing merk ACCER, Travel Mate, -
COMPAQ, Linspire dan AXIO ; Seluruhnya dirampas untuk Negara ; -
2 dua buah Kartu STM Anjungan Tunai Mandiri Bank BII masing- masing Nomor 6221 0000 1361 8962 Nomor Rekening 005
201500039362 ; -
- dua unit Printer merk HP ; Seluruhnya dirampas untuk dimusnahkan ;
4. Membebankan biaya perkara kepada Para Terdakwa masing-masing sebesar Rp. 1.000,- seribu rupiah ;
Membaca putusan Pengadilan Negeri Pontianak No. 285Pid.B- 2008PN.Ptk. tanggal 8 September 2008 yang amar lengkapnya sebagai
berikut :
Universitas Sumatera Utara
63
1. Menyatakan Terdakwa I. Adis alias Iwan bin Abu dan Terdakwa II. Abdul Azis alias Aswin alias Azis bin Abu tersebut di atas telah terbukti secara sah
dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “ Secara bersama-sama menerima pentransferan harta kekayaan yang diketahuinya merupakan hasil
tindak pidana “ ; 2. Menjatuhkan pidana oleh karena itu masing-masing kepada Terdakwa I
dengan pidana penjara selama 9 sembilan tahun dan pidana denda sebesar Rp. 250.000.000,- dua ratus lima puluh juta rupiah, Terdakwa II dengan
pidana penjara selama 8 delapan tahun dan pidana denda sebesar Rp. 250.000.000,- dua ratus lima puluh juta rupiah ;
3. Menyatakan bahwa apabila pidana denda itu tidak dibayar oleh Para Terdakwa, maka harus diganti dengan pidana kurungan masing-masing selama
5 lima bulan ; 4. Menyatakan masa penahanan yang telah dijalani Para Terdakwa dikurangkan
sepenuhnya dari pidana yang dijatuhkan ; 5. Memerintahkan agar Para Terdakwa tetap ditahan ;
6. Menyatakan barang bukti berupa : - 1 satu unit mobil Lancer warna Silver No. Pol. B 1018 OD ;
- 2 dua unit sepeda motor merk Honda No. Pol. B 3795 OI ; - 4 empat unit Laptop masing-masing merk ACCER, TRAVEL MATE,
COMPAQ, LINSPIRE dan AXIO beserta 2 dua buah Printer merk HP ; - 11 sebelas unit Hand Phone Nokia ;
- 1 satu buah BPKB motor Honda No. Pol. B 3795 OI atas nama Burhan ;
Universitas Sumatera Utara
64
Dikembalikan kepada Bank Muamalat Cabang Pontianak ; - 2 dua buah Kartu STM Anjungan Tunai Mandiri Bank BII masingmasing
Nomor : 6221 0000 1361 8962 dan Nomor Rekening 0005 2015 0003 9362 ; Dirampas untuk dimusnahkan ;
7. Membebankan biaya perkara kepada Para Terdakwa masing-masing sebesar Rp. 1.000,- seribu rupiah ;
Membaca putusan Pengadilan Tinggi Kalimantan Barat di Pontianak No. 226PID2008PT.PTK. tanggal 18 November 2008 yang amar lengkapnya
sebagai berikut : - Menerima permintaan banding dari Terdakwa dan JaksaPenuntut Umum
tersebut ; - Menguatkan putusan Pengadilan Negeri Pontianak tanggal 8 September 2008
No. 285PID.B2008PN.PTK. yang dimintakan banding tersebut ; - Membebankan Terdakwa untuk membayar biaya perkara di kedua tingkat
peradilan, yang untuk tingkat banding sebesar Rp. 2.500,- dua ribu lima ratus rupiah ;
Mengingat akan akta tentang permohonan kasasi No. 285Akta.Pid- 2008PN.PTK. jo. No. 226PID2008PT.PTK.. yang dibuat oleh Panitera pada
Pengadilan Negeri Pontianak yang menerangkan, bahwa pada tanggal 6 Januari 2009 Para Terdakwa mengajukan permohonan kasasi terhadap putusan
Pengadilan Tinggi tersebut ; Memperhatikan memori kasasi tanggal 19 Januari 2009 dari Kuasa Para
Terdakwa yang diajukan untuk dan atas nama Para Terdakwa juga sebagai Para
Universitas Sumatera Utara
65
Pemohon Kasasi tersebut berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 5 Januari 2009 memori kasasi mana telah diterima di Kepaniteraan Pengadilan Negeri Pontianak
pada tanggal 19 Januari 2009 ; Membaca surat-surat yang bersangkutan ;
Menimbang, bahwa putusan Pengadilan Tinggi tersebut telah diberitahukan kepada Para Terdakwa pada tanggal 23 Desember 2008 dan Para
Terdakwa mengajukan permohonan kasasi pada tanggal 6 Januari 2009 serta memori kasasinya telah diterima di Kepaniteraan Pengadilan Negeri Pontianak
pada tanggal 19 Januari 2009, dengan demikian permohonan kasasi beserta dengan alasan-alasannya telah diajukan dalam tenggang waktu dan dengan cara
menurut undang-undang, oleh karena itu permohonan kasasi tersebut formal dapat diterima ;
Menimbang, bahwa alasan-alasan yang diajukan oleh Para Pemohon KasasiParaTerdakwa pada pokoknya sebagai berikut :
1. Bahwa Hakim Pertama telah melampaui batas kewenangannya mengadili, hal ini tidak mempertimbangkannya mengenai tempos delectie dan locos delectie
yang dilakukan oleh Para Terdakwa, sebagaimana diuraikan dalam dakwaan JaksaPenuntut Umum bertempat di Mall Cimanggis lantai bawah Kota
Depok yang termasuk dalam wilayah hukum Pengadilan Negeri Depok . Sekalipun di dalam dakwaan menguraikan dihubungkan tempat Terdakwa
ditahan dan domisili saksi-saksi lebih banyak berada di wilayah hukum Pengadilan Negeri Pontianak yang hal itu sesuai Pasal 84 ayat 2 KUHAP,
namun hal yang demikian berdasarkan faktual saksi-saksi yang diajukan oleh
Universitas Sumatera Utara
66
JaksaPenuntut Umum sama sekali tidak mengenal Terdakwa. Alasan lainnya mengenai penahanan Terdakwa sebenarnya dapat saja dipindahkan ke Rutan
wilayah hukum Pengadilan Negeri Depok. Bilamana dilakukan penyidikan yang benar maka cukup jelas saksi-saksi lebih banyak berdomisli di wilayah
hukum Pengadilan Negeri Depok Jawa Barat namun hal itu tidak dilakukan oleh Penyidik. Dan karenanya berdasarkan ketentuan Pasal 148 ayat 1
KUHAP seharusnya Pengadilan Pertama menyatakan perkara ini bukan kewenangan Pengadilan Negeri Pontianak untuk mengadili Terdakwa ;
2. Bahwa Hakim Pertama tidak menerapkan ketentuan Pasal 156 ayat 7 KUHAP, hal ini disebabkan sekalipun Terdakwa pada sidang pertama tidak
mengajukan keberatan sebagaimana diatur dengan Pasal 156 ayat 1 KUHAP akan tetapi memperhatikan Pasal 156 ayat 7 KUHAP sudah seharusnya
Pengadilan Negeri Pontianak menyatakan Pengadilan tidak berwenang mengadili Para Terdakwa. Proses hukum terhadap Terdakwa I dan Terdakwa
II memang sejak di muka Penyidik, di muka Penuntut Umum sampai di muka Pengadilan tidak didampingi oleh Penasihat Hukum dan bahkan Majelis
Hakim tidak menunjuk Penasihat Hukum untuk memberikan bantuan hukum kepada Para Terdakwa, sehingga hak-hak Para terdakwa mengajukan
keberatan tidak mengetahui sepenuhnya dengan hukum tersebut. Dikarenakan perbuatan Para Terdakwa dilakukan di daerah Pengadilan Negeri Depok maka
seharusnya saksi-saksi yang diajukan oleh JaksaPenuntut Umum adalah saksi di mana Bank tempat Para Terdakwa menggunakan Anjungan Tunai Mandiri
ATM sedangkan saksi korban yang berada di Pontianak hanyalah ada
Universitas Sumatera Utara
67
hubungan dengan Tersangka Kahar masih DPO dan bukan untuk membuktikan perbuatan Para Terdakwa. Dan karena itu Hakim Pertama dan
Hakim Banding tidak menerapkan Pasal 156 ayat 7 KUHAP dan tentunya salah dalam penerapan hukum acara pidana untuk mengadili Para Terdakwa ;
3. Bahwa Hakim Pertama tidak menerapkan ketentuan Pasal 56 ayat 1 Undang- Undang Nomor 8 Tahun 1981 tTentang Kitab Hukum Acara Pidana. Padahal
memperhatikan ancaman pidana sebagaimana dimaksudkan Pasal 6 ayat 1 UU Nomor 25 Tahun 2003 jo. UU Nomor 15 Tahun 2002 tentang Tindak
Pidana Pencucian Uang adalah dengan pidana paling singkat 5 tahun dan paling lama 15 tahun. Dengan ancaman pidana yang didakwakan kepada Para
Terdakwa tersebut diwajibkan Pejabat Penyidik pada saat pemeriksaan Tersangka menunjuk Penasihat Hukum untuk mendampingi Para Terdakwa.
Dikarenakan pada saat Penyidikan tidak ada Penasihat Hukum yang ditunjuk atau disediakan maka berakibat dakwaan JaksaPenuntut Umum menjadi batal
demi hukum atau tidak dapat diterima. Dikarenakan pada tingkat Pengadilan Pertama dan Pengadilan Tingkat Banding tidak dijadikan keberatan maka oleh
karena itu Majelis Hakim Agung atas kewenangan dapat menyatakan dakwaan JaksaPenuntut Umum pada Kejaksaan Negeri Pontianak dinyatakan batal
demi hukum atau tidak dapat diterima demi rasa keadilan dan kepastian hukum ;
4. Bahwa Hakim Banding dan Hakim Pertama tidak menerapkan ketentuan hukum sebagaimana mestinya sebab dengan amar putusan yang berbunyi
Menyatakan Terdakwa I : ADIS alias IWAN bin ABU dan Terdakwa II :
Universitas Sumatera Utara
68
ASWIN alias ABDUL AZIS bin ABU tersebut di atas telah terbukti secara sah dan menyakinkan bersalah melakukan tindak pidana secara bersamasama
menerima pentransferan harta kekayaan yang diketahuinya merupakan hasil tindak pidana . Hal ini bilamana diartikan maka membuktikan yang
dimaksudkan dalam putusan tersebut bukanlah masalah perbuatan turut serta dalam hal tindak pidana pencucian uang sebagaimana dimaksudkan dalam
dakwaan Primair Pasal 6 ayat 1 huruf b UU No. 25 Tahun 2003 jo. Nomor 15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang jo. Pasal 55 ayat 1
ke-1 KUHP. Sebab adanya perbuatan dilakukan secara bersama-sama dalam hal tindak pidana penipuan dilakukan oleh Kahar dan perbuatan Para
Terdakwa tidak pernah menerima transfer uang. Apalagi berdasarkan pengakuan Para Terdakwa hanya mengakui adanya kata-kata Kahar uang
yang ditarik tersebut dari pembobolan Bank namun Para Terdakwa tidak tahu istilah perbuatan tindak pidana pencucian uang, dan karenanya unsur ke-2
dan unsur ke-3 Pasal 6 ayat 1 huruf b UU No. 25 Tahun 2003 tersebut sekalipun dapat dibuktikan adanya perbuatan transfer antara Bank akan tetapi
hal tersebut bukanlah dilakukan oleh Terdakwa I dan Terdakwa II. Berdasarkan keterangan saksi Hendra alias Hengky bin Abu saksi mahkota
menerangkan Terdakwa I Adis hanya mengatakan minta tolong menarikan uang di ATM, kemudian saksi pergi ke Depok. Kemudian keterangan saksi-
saksi lainya tidak ada yang mengetahui bahwa Para Terdakwa menerima transfer uang atau menguasai uang. Dalam hal ini hanyalah pengakuan Para
Terdakwa hanya melakukan menarik uang di ATM, perbuatan tersebut sama
Universitas Sumatera Utara
69
sakali tidak termasuk dalam unsur ke-2 dan unsur ke-3. Dan karenanya cukup jelas Hakim Pertama dalam mengadili terdapat kekeliruan penerapan hukum.
Oleh karena itu beralasan Para Terdakwa dinyatakan tidak dapat dipidana ; 5. Bahwa Hakim Pertama dan Hakim Banding telah keliru dalam hal
menerapkan hukum pembuktian perbuatan pidana, hal ini dikarenakan dalam pemeriksaan saksi 1. H. Suparmanto Salim, saksi 2. Dewi Rieke Imaryati,
saksi 3. Syahrika Fitriyani, SE.AK.MM., saksi 4. Tati Ernawati, saksi 5. Karmini tidak pernah dipertayakan apakah saksi mengenal Terdakwa dan
apakah mempunyai hubungan keluarga atau pekerjaan dengan Terdakwa ? Hal ini perlu dipertayakan sebab kalau para saksi tidak mengenal Para Terdakwa
maka semua keterangannya di muka persidangan tidak ada hubungannya dengan apa yang dilakukan oleh Para Terdakwa, kemudian bilamana para
saksi mempunyai hubungan keluarga maka tidak dapat dibenarkan menurut hukum ;
6. Bahwa Hakim Pertama dan Hakim Banding telah salah menerapkan hukum dan atau menerapkan hukum tidak sebagaimana yang dimaksudkan oleh
undang undang, sebab telah keliru bilamana Terdakwa I dan Terdakwa II dinyatakan bersalah melanggar Pasal 6 ayat 1 huruf b UU No. 25 Tahun
2003 tentang Perubahan Atas Undang Undang No. 15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang jo. Pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHP dakwaan
Primair ; 7. Bahwa unsur-unsurnya Pasal 6 ayat 1 huruf b UU No. 25 Tahun 2003 adalah
:
Universitas Sumatera Utara
70
- Setiap orang ; - Yang menerima atau menguasai ;
- Pentrasferan ; - Harta kekayaan ;
- Diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil kejahatan ; Unsur setiap orang adalah setiap subyek yang dapat mendukung hak dan
kewajiban, unsur ini dapat dibuktikan ; Unsur menerima atau menguasai pentrasferan harta kekayaan
dimaksudkan adalah adanya sesuatu barang bersifat ekonomis yang diterima atau dikuasai dengan cara transfer atau pengiriman berupa uang dari suatu Bank ke
Rekening milik seseorang yang ada pada suatu Bank ; Bilamana memperhatikan dari keterangan saksi H. Suparmanto Salim,
Dewi Rieke Imaryati, Syahrika Fitriyani, SE.AK.MM., Tati Ernawati, diyakini sejumlah uang sebanyak Rp. 1.162.510.000,- satu milyar seratus enam puluh dua
juta lima ratus sepuluh ribu rupiah yang semula tersimpan di dalam Rekening Tati Ernawati pada Bank Muamalat Cabang Pontianak ternyata saldonya masih
tersisa sebanyak Rp. 62.510.000,- enam puluh dua juta lima rartus sepuluh ribu rupiah dan sudah diyakini adanya pembobolan uang dengan cara mengunakan
PIN melalui SMS Phone Banking yang dilakukan oleh seseorang yang belum tertangkap sehingga kerugian saksi Tati Ernawati atau kerugian Bank Muamalat
Cabang Pontianak sebesar Rp. 1.100.000.000,- satu milyar seratus juta rupiah ; Adanya perbuatan pentransferan dengan cara Phone Banking bukan dilakukan
oleh Terdakwa I dan Terdakwa II sebab Para Terdakwa memang tidak pernah
Universitas Sumatera Utara
71
melakukan hal tersebut dan dari keterangan saksi juga tidak ditemukan keterangan adanya perbuatan Para Terdakwa melakukan transfer uang tersebut, dan Para
Terdakwa juga tidak pernah menyediakan Rekening Bank untuk menerima tranfer dari Bank Muamalat atau dari Tersangka berinisial Kahar. Sekalipun adanya
pengakuan Terdakwa I bahwa pernah mendengar kata-kata Kahar teman satu kampong menerangkan uang yang diminta tolong menarik dari ATM tersebut
adalah hasil membobol Bank akan tetapi tidak ada bukti lain yang memperkuat keterangan tersebut. Dari fakta-fakta ini diyakini unsur membantu atau turut serta
melakukan pentrasferan uang dari Bank Muamalat tersebut yang dilakukan Terdakwa I sama sekali tidak dapat dibuktikan, hanya saja Terdakwa I diminta
tolong menarik atau menggunakan ATM pada suatu Bank yang berada di wilayah hukum Pengadilan Negeri Depok.
Dikarenakan fakta adanya perbuatan Para Terdakwa hanya dimintakan untuk menggunakan ATM menarik uang maka hal yang demikian belum diatur di
dalam Pasal 6 ayat 1 UU No. 25 Tahun 2003 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang. Kecuali Terdakwa I berperan membuka Rekening pada suatu Bank dan
kemudian menarik uang tersebut dari hasil pembobolan Bank maka sangat beralasan Terdakwa dapat dipersalahkan turut membantu menerima pentransferan
uang hasil kejahatan. Bilamana memperhatikan dari keterangan saksi-saksi maka benar adanya suatu tipu daya dari seseorang berinisial Kahar untuk mendapatkan
Nomor Rekening atas nama saksi Tati Ernawati dan kemudian dengan dibantu oleh saksi Syahrika Fitriyani, SE.AK.MM. diperolehlah Nomor PIN dan akhirnya
dengan cara SMS Phone Banking terjadilah perpindahan pembukuan ;
Universitas Sumatera Utara
72
8. Bahwa Hakim Pertama dan Hakim Banding telah keliru dalam hal menerapkan hukum pembuktian untuk menyatakan kesalahan Terdakwa II
sebab disamping tidak sesuai dengan apa yang dimaksudkan Pasal 183 jo. 184 ayat 1 KUHAP UU No. 8 Tahun 1981 , disisi lain penerapan Pasal 55 ayat
1 ke-1 KUHP jo. Pasal 6 ayat 1 huruf b UU No. 25 Tahun 2003 juga terdapat kesalahan yang normatif. Dari segi bukti hanya ada bukti pengakuan
Terdakwa II menerangkan pernah mengenal Sdr. Kahar dan sekitar bulan Desember 2006 Sdr. Kahar pernah datang ke tempat tinggalnya di Depok
Jawa Barat dan meminta tolong mengambilkan uang dengan menggunakan ATM di Bank BCA dan Bank Pertama yang hasilnya mendapatkan Rp.
20.000.000,- dan uang tersebut diserahkan kepada Terdakwa Adis bukan kepada Sdr. Kahar. Pengakuan ini hanyalah satu alat bukti sedangkan bukti
keterangan saksi tidak ada dalam persidangan sehingga tidak pernah ditemukan adanya unsur perbuatan menerima atau menguasai pentransferan
harta kekayaan sekalipun diketahui dari hasil kejahatan. Apalagi dari kehidupan Terdakwa II hanya seorang petani yang tidak mengerti dalam
masalah perbankkan maka dinyakini Terdakwa tidak ada niat untuk membantu Terdakwa Kahar dalam hal menyiapkan transfer di suatu Bank, sehingga patut
beralasan salah satu unsur Pasal 6 ayat 1 UU No. 25 Tahun 2003 jo. Pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHP tidak dapat dipertahankan lagi dan beralasan menyataka
khusus Terdakwa II tidak terbukti melanggar dakwaan Primair dan dakwaan Subsidair ;
Universitas Sumatera Utara
73
9. Bahwa dengan diyakini tidak terbuktinya Terdakwa I dan Terdakwa II melanggar Pasal 6 ayat 1 huruf b UU No. 25 Tahun 2003 jo. UU No. 15
Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang jo. Pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHP dakwaan Primair, beralasan untuk membuktikan dengan dakwaan
Subsidair sebagaimana dimaksudkan Pasal 3 ayat 1 huruf c UU No. 25 Tahun 2003 jo. UU No.1 5 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian
Uang jo. Pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHP. Dari pengakuan Terdakwa memang benar pernah bertemu dengan Sdr. Kahar untuk diminta mengambil uang di
beberapa Bank di wilayah hukum Pengadilan Negeri Depok dengan menggunakan ATM, namun Terdakwa I dan Terdakwa II mengakui di muka
persidangan tidak mengetahui perbuatan Tindak Pidana Pencucian Uang yang dilakukan oleh Sdr. Kahar dan sekalipun Terdakwa I dan Terdakwa II menarik
uang dari Anjungan Tunai Mandiri, akan tetapi belum menjadi alasan untuk membuktian bahwa patut Para Terdakwa mengatahui uang yang ditarik
dengan menarik di beberapa ATM tersebut hasil kejahatan. Apalagi memperhatikan keadaan Para Terdakwa tersebut diyakini hanyalah diperdaya
dan dikendalikan oleh seseorang bertugas menarik di ATM saja, sekalipun Para Terdakwa ada mendapatkan imbalan tersebut namun hal yang demikian
bukanlah sebagaimana dimaksudkan turut serta dalam kejahatan Pasal 3 ayat 1 huruf c UU No. 25 Tahun 2003. Dan karena itu terhadap dakwaan
Subsidair ini secara sah dan menyakinkan tidak terbukti pula, dan karenanya Terdakwa I dan Terdakwa II beralasan dinyatakan dibebaskan dari dakwaan
Subsidair ;
Universitas Sumatera Utara
74
10. Bahwa menurut Peter J. Quirk dalam tulisannya : Money Laundering; Muddying the Macroeconomy, 1997 mengatakan Money Laundering,
permintaan uang yang sering berpindah-pindah dari suatu negara ke negara lain, yang dapat mengacaukan statistik jumlah mata uang yang dikeluarkan
suatu negara, membuat data moneter tidak benar dan dapat menimbulkan konsekwensi sebaliknya bagi volatilitas terutama terhadap dollarrizet
economies yang menjadi tidak pasti atas gerakan agregetagregat moneter . Kemudian berdasarkan Pasal 1 ayat 1 UU No. 25 Tahun 2003 yang
dimaksud dengan pencucian uang adalah perbuatan menempatkan, mentransfer, membayarkan, membelanjakan, menghibahkan,
menyumbangkan, menitipkan, membawa ke luar negeri, menukarkan atau perbuatan lainnya atas harta kekayaan yang diketahuinya atau patut diduga
merupakan hasil tindak pidana dengan maksud untuk menyembunyikan atau menyamarkan asal usul harta kekayaan sehingga seolah-olah menjadi harta
kekayaan yang sah Disisi lain berdasarkan Keputusan Kepala Pusat Pelaporan Dan Analisis Transaksi Keuangan Nomor : 21KEP.PPATK2003
tanggal 9 Mei 2003 tentang Pedoman Umum Pencegahan Dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang Bagi Penyedia Jasa Keuangan, pada bagian
pendahuluan diuraikan sebagaimana halnya dengan negara-negara lain, Indonesia juga member perhatian besar terhadap tindak pidana lintas negara
yang terorganisir seperti pencucian uang Money Laundering dan terorisme. Dengan mengutip beberapa pengertian tersebut di atas berarti perbuatan
pidana pencucian uang tersebut adalah sesuatu perbuatan seseorang yang
Universitas Sumatera Utara
75
mendapatkan harta kekayaan dari hasil perbuatan melawan hokum misalnya korupsi dan kemudian diuangkan untuk ditempatkan di suatu Bank atau
Badan Keuangan, atau dengan cara lain seperti mentransfer ke negara lain atau dengan cara membuat yayasan atau dengan cara menghibahkan kepada Badan
Hukum sehingga uangharta kekayaan tersebut terselubung seolah-olah menjadi sah atau didapatkan seseorang dengan tidak melawan hukum, akibat
perbuatan tersebut berdampak kepada peredaran ekonomi suatu negara. Dengan demikian jumlah uang yang dilakukan tersebut cukup besar dan bukan
dengan perbuatan seseorang yang menarik dari dana dari Rekening Bank milik orang lain yang kemudian di transfer kepada Rekening milik orang lain.
Bilamana dihubungkan dengan dakwaan JaksaPenuntut Umum dan dengan pertimbangan hukum Hakim Pertama dan Hakim Banding maka terdapat
kekeliruan yuridis formil, dan karena itu baik Para Terdakwa yang masih dalam pencarian orang DPO maupun terhadap Terdakwa I dan Terdakwa II
didakwa sebagai turut serta sama sekali tidak ada fakta-fakta yang dapat dijadikan untuk memenuhi unsur-unsur Pasal 6 ayat 1 huruf b UU No.
25Tahun 2003 jo. UU No. 15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian uang jo. Pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHP sebagai dakwaan Primair dan Pasal 3
ayat 1 huruf c UU No. 25 Tahun 2003 jo. UU No. 15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang jo. Pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHP sebagai
dakwaan Subsidair ; 11. Bahwa peroses hukum dalam hal tindak pidana pencucian uang sebagaimana
didakwakan kepada Terdakwa I dan Terdakwa II tidak pernah terungkap
Universitas Sumatera Utara
76
melibatkan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan PPATK sebagaimana dimaksudkan dalam Pasal 10 jo. Pasal 18 ayat 2 UU No. 25
Tahun 2003 tentang Perubahan Atas Undang- Undang No. 15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang, sehingga proses penyidikan dalam
pemeriksaan berakibat dakwaan tersebut tidak sempurna dan proses pemeriksaan di muka persidangan juga menjadi batal demi hukum. Dan
karena itu bilamana memperhatikan berkas perkara yang dilimpahkan JaksaPenuntut Umum pada Kejaksaan Negeri Pontianak maka perkara ini
hanyalah berhubungan dengan tindak pidana penipuan sebagaimana dimaksudkan Pasal 480 KUHP. Dikarenakan tidak pernah didakwakan maka
berarti Terdakwa I dan Terdakwa II tidak dapat dinyatakan bersalah dan karenanya Terdakwa I dan Terdakwa harus dibebaskan dari dakwaan dan
tuntutan hukum ; Menimbang, bahwa atas alasan-alasan tersebut Mahkamah Agung
berpendapat : Mengenai alasan ad. 1 :
Bahwa alasan tersebut tidak dapat dibenarkan, karena Pengadilan Negeri Pontianak berwenang mengadili sebab Para Terdakwa ditahan di Pontianak dan
sebagian besar bukti dan saksi berada di Pontianak ; Mengenai alasan-alasan ad. 2 dan 3 :
Bahwa alasan-alasan tersebut tidak dapat dibenarkan, karena tidak relevan sebab Terdakwa tidak menggunakan haknya untuk tidak didampingi Penasehat Hukum ;
Mengenai alasan-alasan ad. 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 dan 11 :
Universitas Sumatera Utara
77
Bahwa alasan-alasan tersebut juga tidak dapat dibenarkan, karena Judex Facti tidak salah menerapkan hukum, lagi pula alasan-alasan tersebut mengenai
penilaian hasil pembuktian yang bersifat penghargaan tentang suatu kenyataan, hal mana tidak dapat dipertimbangkan dalam pemeriksaan pada tingkat kasasi,
karena pemeriksaan dalam tingkat kasasi hanya berkenaan dengan kesalahan penerapan hukum, pelanggaran hukum yang berlaku, kelalaian dalam memenuhi
syarat-syarat yang diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan yang mengancam kelalaian itu dengan batalnya putusan yang bersangkutan atau bila
Pengadilan tidak berwenang atau melampaui batas wewenangnya sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 30 Undang-Undang No. 14 Tahun 1985 sebagaimana
telah diubah dan ditambah dengan Undang-Undang No. 5 Tahun 2004 serta perubahan kedua dengan Undang-Undang No. 3 Tahun 2009 ;
Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan di atas, lagi pula ternyata, putusan Judex Facti dalam perkara ini tidak bertentangan dengan hukum danatau
undang-undang, maka permohonan kasasi tersebut harus ditolak ; Menimbang, bahwa oleh karena permohonan kasasi dari Para Pemohon KasasiPara Terdakwa
ditolak, maka Para Pemohon KasasiPara Terdakwa harus dibebani untuk membayar biaya perkara dalam tingkat kasasi ini ; Memperhatikan Pasal 6 ayat
1 huruf b Undang-Undang Republik Indonesia No. 25 Tahun 2003, Undang- Undang No. 4 Tahun 2004, Undang- Undang No. 8 Tahun 1981, Undang-Undang
No. 14 Tahun 1985 sebagaimana yang telah diubah dan ditambah dengan Undang-Undang No. 5 Tahun 2004, dan perubahan kedua dengan Undang-
Universitas Sumatera Utara
78
Undang No. 3 Tahun 2009 serta peraturan perundang-undangan lain yang bersangkutan ;
M E N G A D I L I : Menolak permohonan kasasi dari Para Pemohon KasasiPara Terdakwa : I. ADIS
alias IWAN bin ABU dan II. ASWIN alias ABDUL AZIS alias AZIS bin ABU tersebut ;
Membebankan Para Pemohon KasasiPara Terdakwa tersebut untuk membayar biaya perkara dalam tingkat kasasi ini masing-masing sebesar Rp. 2.500,- dua
ribu lima ratus rupiah ; Demikianlah diputuskan dalam rapat permusyawaratan Mahkamah Agung pada
hari Senin tanggal 30 Maret 2009 oleh Moegihardjo, SH. Hakim Agung yang ditetapkan oleh Ketua Mahkamah Agung sebagai Ketua Majelis, Prof. DR.
Komariah E. Sapardjaja, SH. dan Suwardi, SH. Hakim-Hakim Agung sebagai Anggota, dan diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum pada hari itu juga oleh
Ketua Majelis beserta Hakim-Hakim Anggota tersebut, dan dibantu oleh Rahayuningsih, SH.MH. Panitera Pengganti dengan tidak dihadiri oleh Para
Pemohon KasasiPara Terdakwa dan JaksaPenuntut Umum ; Berdasarkan uraian tersebut di atas jelas sekali bahwa kebebasan hakim
dalam kewenangannya memeriksa dan memutus perkara sangat luar biasa. Padahal terdapat hal-hal yang patut diduga oleh hakim bahwa hal-hal tersebut
mengarah kepada tindak pidana yang didakwakan. Hakim tidak hanya memiliki kewenangan yang luar biasa dalam memeriksa dan memutus perkara, tetapi juga
didukung dengan asas ius curia novit yaitu asas yang menyatakan bahwa hakim
Universitas Sumatera Utara
79
dianggap tahu hukumnya. Dalam hal ini hakim dianggap mengetahui dan memahami sepenuhnya mengenai perkara hukum yang ditanganinya, sehingga
hakim dianggap dapat memberikan putusan yang tepat sesuai dengan keadilan agar kepastian hukum tercapai. Dalam perkara tindak pidana pencucian uang oleh
Terdakwa Adis als. Iwan bin Abu dan Aswin als. Abdul Azis dengan kewenangan dan didukung asas yang dimiliki hakim menjatuhkan putusan bebas terhadap
Terdakwa Marthen Renouw. Putusan tersebut tentunya menimbulkan dampak negatif terhadap posisi hakim itu sendiri di mata masyarakat karena pada
hakihatnya tugas hakim adalah menegakkan hukum dan keadilan melalui perkara- perkara yang dihadapkan kepadanya dengan memutus perkara-perkara tersebut
seadil-adilnya sesuai hukum yang berlaku dengan pertimbangan aspek-aspek yang ada. Yang paling menonjol dalam pertimbangan putusan adalah penilaian
keyakinan hakim tanpa menguji dan mengaitkan keyakinan itu dengan alat-alat bukti yang sah.
Begitu juga dengan sering dijumpainya pertimbangan putusan yang mendasarkan pada penilaian salah atau tidaknya terdakwa semata-mata pada
sistem pembuktian menurut undang-undang secara positif agar keadilan dapat dicapai.
Pada dasarnya tugas hakim adalah mengemban amanah. Amanah untuk menegakkan keadilan yang seharusnya tidak hanya sekedar menjalankan sistem
hukum acara yang mengejar aspek kepastian hukum, tetapi hakim harus mampu
Universitas Sumatera Utara
80
menyelesaikan persoalan hukum dengan jaminan mendapatkan keadilan bagi pencari keadilan.
67
Hakim dalam putusannya harus objektif dengan mempertimbangkan fakta- fakta yang ada, tidak boleh hanya karena pangkat, jabatan, hubungan keluarga,
atau lainnya sehingga menyebabkan putusan menjadi tidak objektif. Apabila Amanah tersebut harus dilaksanakan hakim melalui putusan-putusan yang
dibuatnya dalam menyelesaikan setiap perkara yang diajukan kepadanya. Tidak hanya menjalankan hukum acara, hakim juga harus mempertimbangkan rasa
keadilan masyarakat melalui putusan yang dijatuhkannya. Perlu diingat bahwa hakim dalam memeriksa dan memutus perkara memiliki kebebasan, tetapi harus
disertai alasan yang objektif dan logis. Hakim harus benar-benar sadar dan cermat dalam menilai dan mempertimbangkan fakta-fakta yang ditemukan dalam
persidangan. Jika Majelis Hakim hendak meletakkan kebenaran yang ditemukan dalam putusan yang dijatuhkan, kebenaran tersebut harus diuji dengan alat-alat
bukti yang telah ditentukan oleh undang-undang. Dalam hal ini seharusnya hakim memperhatikan Pasal 185 ayat 6 KUHAP yang berbunyi bahwa “Dalam menilai
kebenaran keterangan seorang saksi, hakim harus dengan sungguh-sungguh memperhatikan persesuaian antara keterangan saksi satu dengan yang lain,
persesuaian antara keterangan saksi dengan alat bukti yang lain, alasan lain yang mungkin dipergunakan oleh saksi untuk memberi keterangan tertentu, cara hidup
dan kesusilaan saksi serta segala sesuatu yang pada umumnya dapat mempengaruhi dapat tidaknya keterangan itu dipercaya”.
67
Sidik Sunaryo. Kapita Selekta Sistem Peradilan Pidana. Malang: UMM Press. 2004, hal 29
Universitas Sumatera Utara
81
dalam suatu perkara yang sedang diperiksa ada kepentingan pribadi hakim di dalamnya, maka sudah dapat dipastikan putusan yang dihasilkan akan jauh dari
rasa keadilan yang diharapkan. Hal ini sesuai dengan asas nemo iudex idoneus in propia causa tiada seorang pun dapat menjadi hakim yang baik di dalam
kepentingannya sendiri. Apabila hakim memiliki kepentingan dalam perkara yang ditanganinya, misalnya karena hubungan kekerabatan, dijanjikan sesuatu
yang menguntungkan, tekanan dari pihak-pihak lain, atau pengaruh luar lainnya, maka sudah dapat dipastikan tidak akan ada kebaikan-kebaikan dalam pribadi
hakim. Ini dikarenakan faktor kepentingan sudah menguasai pribadi hakim sehingga mengabaikan fakta-fakta di dalam persidangan dan rasa keadilan dalam
masyarakat. Fakta-fakta di dalam persidangan yang menunjukkan bahwa hakim
mempunyai kepentingan untuk membebaskan Adis als. Iwan bin Abu dan Aswin als. Abdul Azis dari dakwaan Jaksa Penuntut Umum salah satunya dengan dalih
“hutang-piutang”.Padahal kalau saja hakim lebih cermat, maka hakim tentunya akan dapat bersikap adil. Misalnya uraian hakim yang menyatakan perkara
tersebut masuk ke dalam lingkup hukum perdata terlihat tidak logis. Tidak logis apabila seorang yang statusnya pegawai negeri sipil meminjam uang sebesar Rp.
1.065.000.000,00 satu milyar enam puluh lima juta rupiah. Seharusnya hakim menggunakan logikanya untuk lebih luas mencermati perkara ini secara objektif
bahwa dengan apa Terdakwa melunasi hutang yang sedemikian besarnya. Walaupun Terdakwa menggunakan seluruh gajinya, tidak akan cukup untuk
melunasi hutang sebesar itu. Kemudian logika apa yang digunakan Majelis Hakim
Universitas Sumatera Utara
82
bahwa Terdakwa Adis als. Iwan bin Abu dan Aswin als. Abdul Azis meminjam uang dari M. Yudi Firmansyah untuk kepentingan negara, tetapi dibayar dengan
uang pribadi. Sama halnya putusan Majelis Hakim yang membebaskan Terdakwa Marthen Renouw, jelas sesuatu yang tidak masuk akal, tidak objektif dan tidak
logis. Terlihat sekali adanya faktor kepentingan di dalam putusan bebas tersebut. Dengan demikian, kewenangan yang dimiliki hakim dalam memeriksa dan
memutus perkara yang ditanganinya tidak berarti kewenangan mutlak secara tidak terbatas, meskipun hakim didukung asas ius curia novit. Hal ini untuk
menghasilkan putusan yang adil menurut hukum dan rasa keadilan masyarakat karena putusan itu harus dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan,
negara, masyarakat dan terhadap dirinya sendiri.
D. Sanksi Pidana Tindak Pidana Pencucian Uang Money Laundry