Macam-Macam Tindak Pidana Pertimbangan Hakim Dalam Menjatuhkan Sanksi Pidana Terhadap Pelaku Tindak Pidana Pencucian Uang Money Laundering

26 b. Unsur Pokok Subjektif Asas pokok hukum pidana ialah “tak ada hukuman kalau tak ada kesalahan” an act does not make guilty unless the mind is guilty, actus not facit reum nisi mens sit rea. Kesalahan dimaksud di sini adalah sengaja intentiondolusopzet dan kealpaan negligentschuld. 1. Kesengajaan Menurut para pakar, ada tiga bentuk kesengajaan, yaitu : a. Kesengajaan sebagai maksud. b. Kesengajaan dengan sadar kepastian c. Kesengajaan dengan sadar kemungkinan dolus eventualis. d. Kealpaan, adalah bentuk kesalahan yang lebih ringan dari pada kesengajaan. Ada dua bentuk kealpaan, yaitu: a. Tidak berhati-hati; dan b. Tidak menduga-duga akibat perbuatan itu. 37

E. Macam-Macam Tindak Pidana

Hukum pidana dapat dibagi menjadi hukum pidana umum dan hukum pidana khusus algemeen en byzonder strafrecht. Hukum pidana umum memuat aturan-aturan hukum pidana yang berlaku bagi setiap orang. Aturan-aturan ini misalnya terdapat dalam KUHP, Undang-undang Lalu Lintas dan sebagainya. Hukum pidana khusus memuat aturan-aturan hukum pidana yang menyimpang 37 Leden Marpaung, Op.Cit., hal. 6-7. Universitas Sumatera Utara 27 dari hukum pidana umum, ialah mengenai golongan-golongan tertentu atau berkenaan dengan jenis-jenis perbuatan tertentu. 1. Pidana Umum Pengertian dari kata tindak pidana, perbuatan pidana atau peristiwa pidana adalah merupakan terjemahan dari kata “starfbaar feit” yang dibuat oleh para pembuat Undang-Undang di Indonesia. Starfbaar feit sendiri memiliki beberapa definisi seperti dikemukakan oleh : Pompe membedakan pengertian strafbaar feit menjadi : a. Definisi menurut teori “straf baar feit “ adalah merupakan pelanggaran terhadap norma yang dilakukan karena kesalahan sipelanggar dan diancam dengan pidana untuk mempertahankan tata hukum dan kesejahteraan umum. b. Definisi menurut hukum positif, starfbaar feit adalah suatu kejadian feit yang oleh pengaturan undang-undang dirumuskan sebagai perbuatan yang dapat dihukum 38 J.E Jonkers memberikan definisi srafbaar feit adalah suatu kelakuan yang melawan hukum berhubung dilakukan dengan sengaja atau alpa oleh orang yang dapat dipertanggungjawabkan. 39 Starbaar feit dapat juga mempunyai arti atau makna sebagai tindak pidana, peristiwa pidana, suatu perbuatan yang merupakan suatu tindak pidana dan dapat dijatuhi hukuman. 40 38 Bambang Poernomo, Asas-Asas Hukum Pidana, Jakarta : Ghalita Indonesia, 1992, hal. 91 39 J.T.C Simorangkir, Rudy T. Erwin, J.T Prasetyo, Kamus Hukum, Jakarta : Sinar Grafika, 2000, hal. 161, Universitas Sumatera Utara 28 Setelah melihat arti atau definisi dari starfbaar feit, para sarjana hukum mencoba menerjemahkan dan mencari istilah yang tepat untuk digunakan dalam bahasa Indonesia. Seperti yang dikemukakan oleh Moeljatno bahwa perbuatan pidana adalah perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum larangan mana disertai ancaman sanksi yang berupa pidana tertentu, bagi barang siapa yang melanggar larangan tersebut. 41 Ada istilah lain yang dipakai dalam hukum pidana, yaitu “tindak pidana”. Istilah ini tumbuh dari pihak Kementrian Kehakiman, karena sering dipakai dalam sebuah perundang-undangan. Kata “tindak” lebih konkrit menyatakan suatu keadaan dari pada kata “perbuatan”. Kata “tindak” di sini dapat berarti kelakuan, tingkah laku, gerak-gerik atau sikap jasmani seseorang, hal mana lebih dikenal dalam tindak-tanduk, timdakan dan bertindak dan juga sering dipakai “ditindak”. 42 Dalam hal ini adalah kelakuan, tingkah laku, gerak-gerik, atau sikap jasmani seseorang yang berkaitan dengan melawan hukum. 43 Wirjono Prodjodikoro, merumuskan, istilah “tindak pidana”, berarti suatu perbuatan yang pelakunya dapat dikenakan hukuman pidana. Dan pelakunya dapat dikatakn merupakan subyek tindak pidana. 44 Jika melihat penjelasan dari para ahli hukum dan lembaga hukum, di Indonesia juga masih terjadi ketidak samaan persepsi dalam menterjemahkan arti kata strafbaar feit itu sendiri. Tapi karena dalam skripsi ini telah menggunakan kata “tindak pidana”. Maka mungkin di sini dapat dirumuskan bahwa “tindak 40 Ibid 41 Moeljatno, Asas-Asas Hukum Pidana, Jakarta : Rineka Cipta, 1993, hal. 54, 43 Ibid 44 Wiryo Prodjodikoro, Tindak-Tindak Pidana Tertentu di Indonesia, Jakarta-bandung, 1980, hal. 70 Universitas Sumatera Utara 29 pidana” adalah suatu tindakan baik yang dilakukan maupun yang tidak dilakukan atau aktif maupun pasifnya seseorang atau badan sebagai subyek hukum yang bersifat melawan hukum dan perbuatannya dapat dipertanggungjawabkan serta telah memenuhi unsur-unsur tindak pidana, kepadanya akan dikenakan sanksi atau hukuman. 2. Pidana Khusus Pertama kali dikenal istilah Hukum Pidana Khusus, sekarang diganti dengan istilah Hukum Tindak Pidana Khusus. Timbul pertanyaan apakah ada perbedaan dari kedua istilah ini. Seacara prinsipil tidak ada perbedaan antara kedua istilah ini. Oleh karena yang dimaksud dengan kedua istilah itu adalah UU Pidana 45 Hukum tindak pidana khusus mengatur perbuatan tertentu atau berlaku terhadap orang tertentu yang tidak dapat dilakukan oleh orang lain selain orang tertentu. Oleh karena itu hukum tindak pidana khusus harus dilihat dari substansi dan berlaku kepada siapa Hukum Tindak Pidana Khusus itu. Hukum Tindak pidana khusus ini diatur dalam UU di luar Hukum Pidana Umum. Penyimpangan ketentuan hukum pidana yang terdapat dalam UU pidana merupakan indikator apakah UU pidana itu merupakan Hukum Tindak Pidana Khusus atau bukan. Sehingga dapat dikatakan bahwa Hukum Tindak Pidana Khusus adalah UU yang berada di luar Hukum Pidana Umum yang mempunyai penyimpangan dari Hukum Pidana Umum baik dari segi Hukum Pidana Materil maupun dari segi Hukum Pidana Formal. Kalau tidak ada penyimpangan tidaklah disebut hukum Pidana Khusus atau Hukum Tindak Pidana Khusus. 45 Yang dimaksud UU Pidana adalah UU yang memuat atau mengatur perumusan tindak pidana, dan berlakunya ketentuann hukum pidana. Khusus untukm hukum tindak pidana khusus diharuskan adanya indicator penyimpangan terhadap hukum pidana materil dan juga formal. Universitas Sumatera Utara 30 Pidana atau Hukum Pidana yang diatur dalam UU pidana tersendiri. Pernyataan ini sesuai dengan pendapat Pompe yang mengatakan :“ Hukum Pidana Khusus mempunyai tujuan dan fungsi tersendiri” UU Pidana yang dikualifikasikan sebagai Hukum Tindak Pidana Khusus ada yang berhubungan dengan ketentuan Hukum Administrasi Negara terutama mengenai penya-lahgunaan kewenangan. Tindak pidana yang menyangkut penyalahgunaan kewenangan ini terdapat dalam perumusan tindak pidana korupsi. UU Pidana yang masih dikualifikasikan sebagai Hukum Tindak Pidana Khusus adalah UU No 7 Drt 1955 Hukum Pidana Ekonomi, UU No 31 tahun 1999 jo UU No 20 tahn 2002 dan UU No 1 Perpu2002 dan UU No 2Perpu2002. Hk. Tp. Khusus Mengatur Perbuatan tertentu ; Untuk oranggolongan tertentu Hk Tindak Pidana Khusus Menyimpang dari Hukum Pidana Matriil dan Hukum Pidana Formal. Penyimpangan diperlukan atas dasar kepentingan hukum. Dasar Hukum UU Pidana Khusus dilihat dari hukum pidana adalah Pasal 103 KUHP. Pasal 103 ini mengandung pengertian : 1. Semua ketentuan yang ada dalam Buku I KUHP berlaku terhadap UU di luar KUHP sepenjang UU itu tidak menentukan lain. 2. Adanya kemungkinan UU termasuk UU Pidana di luar KUHP, karena KUHP tidak mengatur seluruh tindak pidana di dalamnya tidak lengkap dan tidak mungkin lengkap. Universitas Sumatera Utara 31

F. Tindak Pidana Pencucian Uang Money Laundry