41
BAB III FAKTA HUKUM DALAM MENJATUHKAN SANKSI PIDANA
TERHADAP PELAKU PENCUCIAN UANG MONEY LAUDRY
D. Objek dakwaan terlalu umum
Undang-undang Dasar menyebutkan bahwa salah satu pemegang kekuasaan kehakiman tertinggi adalah Mahkamah Agung disamping Mahkamah
Konstitusi Pasal 24 ayat 1 UUD jo Pasal 10, Pasal 11 UU No. 4 Tahun 2004. Harapan masyarakat kepada Mahkamah Agung dalam upaya mewujudkan
penegakan hukum yang adil dan bermartabat sangatlah besar. Memang pengadilan adalah muara terakhir semua upaya penegakan hukum. Sorotan kritikan bahkan
hujatan orang kepada dunia peradilan pada umumnya, Mahkamah Agung pada khususnya, yang marak akhir-akhir ini adalah sisi negatif dari perhatian dan
ekspektasi atau harapan besar masyarakat kepada dunia peradilan.
64
Dalam suatu negara hukum ”Kekuasaan Kehakiman” merupakan badan yang sangat menentukan isi dan kekuatan kaidah-kaidah hukum positif dan
konkritisasi oleh Hakim pada putusan-putusannya di depan pengadilan. Dengan ungkapan lain bahwa bagaimanapun baiknya segala peraturan hokum yang
diciptakan dalam suatu negara dalam usaha menjamin keselamatan masyarakat menuju kesejahteraan rakyat, tidak ada artinya apabila tidak ada kekuasaan
kehakiman yang dilakukan Hakim yang mempunyai kewenangan untuk memberi
64
H.A Mukhsin Asyrof Varia Peradilan No. 252 November 2006 : 73-74
Universitas Sumatera Utara
42
isi dan kekuatan kepada norma-norma hukum dalam undang-undang dan lain-lain peraturan hukum.
Tampaklah badan-badan peradilan merupakan forum dimana segala lapisan penduduk dapat mencari keadilan serta menyelesaikan persoalan-
persoalan tentang hak dan kewajiban masing-masing menurut hukum. Oleh sebab itu dapat dimaklumi keperluan akan adanya dan terselenggaranya peradilan yang
baik, teratur serta memenuhi rasa keadilan masyarakat sangat diperlukan bagi terselenggaranya Negara Hukum yang berdasarkan Pancasila. Untuk memenuhi
kebutuhan tersebut disini figur Hakim sangat menentukan, melalui putusan- putusannya karena pada hakekatnya Hakimlah yang menjalankan kekuasaan
hukum peradilan demi terselenggaranya fungsi peradilan itu. Tugas Hakim dalam menyelenggarakan peradilan adalah menegakkan
Hukum”, yang di dalamnya tersimpul : bahwa Hakim sendiri dalam memutus perkara, harusnya berdasar hukum, artinya tidak boleh bertentangan dengan
hukum. Sebab Hakim bertugas mempertahankan tertib hukum, menetapkan apa yang ditentukan oleh hukum dalam suatu perkara yang diajukan kepadanya
Pendapat tersebut di atas apabila dihubungkan dengan yang tersurat di dalam Undang-undang Dasar 1945 mengenai : “Kebebasan Hakim” atau kebebasan
Peradilan yang secara konstitusional dijamin oleh Undang-undang Dasar 1945, maka kebebasan Hakim bukan merupakan hak Istimewa yang dimiliki Hakim
untuk berbuat dengan sebebas-bebasnya, sehingga dapat disimpulkan bahwa kebebasan yang dimiliki oleh Hakim adalah kebebasan yang terikatterbatas
Genbonden Vrijheid.
Universitas Sumatera Utara
43
Meskipun telah secara jelas kebebasan Hakim dalam menjalankan tugasnya dibatasi oleh Undang-undang, namun disisi lain Hakim sebagai penegak
hukum dan keadilan dituntut pula wajib menggali, mengikuti dan memahami nilai-nilai hukum yang berlaku dalam masyarakat Pasal 28 ayat 1 UU No. 4
Tahun 2004. Rasa keadilan dan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat itu
berkembang sesuai dengan perkembangan masyarakat itu sendiri atau bersifat dinamis, sementara hukum berkembang dengan sangat lambat atau cenderung
statis. Seiring dengan bergulirnya waktu kedua hal tersebut pada suatu ketika akan bertentangan. Hal ini tentunya sangat menyulitkan bagi Hakim dalam memutus
suatu perkara yang diadilinya. Ketentuan Pasal 191 ayat 1 KUHAP yang menentukan ”Jika pengadilan
berpendapat bahwa hasil pemeriksaan di sidang, kesalahan terdakwa atas perbuatan yang didakwakan kepadanya tidak terbukti secara sah dan
menyakinkan, maka terdakwa diputus bebas. Secara formal Pasal 191 ayat 1 KUHAP setelah dicermati dengan baik sebenarnya membatasi ruang gerak Hakim
dalam memeriksa dan memutus perkara Pidana. Pembatasan tersebut semakin jelas apabila ketentuan Pasal tersebut dihubungkan dengan Pasal 143 KUHAP
yang mengatur tentang Surat Dakwaan Pasal 143 KUHAP, secara eksplisit memang tidak dengan tegas menyatakan membatasi kewenangan Hakim dalam
memeriksa dan memutus perkara-perkara pidana, namun dilihat dari pengertian surat dakwaan sendiri yaitu : ”surat yang diberikan tanggal dan ditanda tangani
oleh penuntut umum, yang memuat uraian tentang identitas lengkap terdakwa,
Universitas Sumatera Utara
44
perumusan tindak pidana yang didakwakan yang dipadukan dengan unsur-unsur tindak pidana sebagaimana dirumuskan dalam ketentuan pidana yang
bersangkutan, disertai uraian tentang waktu dan tempat tindak pidana dilakukan oleh terdakwa, surat mana menjadi dasar dan batas ruang lingkup pemeriksaan di
siding pengadilan.” Pasal 191 ayat 1 KUHAP jika dihubungkan dengan pengertian surat dakwaan nampak adanya pembatasan kewenangan Hakim dalam
memeriksa dan memutus perkara pidana, karena dari pengertian tersebut Hakim pada prinsipnya tidak dapat menjatuhkan hukuman kepada terdakwa apabila
perbuatan tersebut tidak didakwakan oleh Penuntut Umum dalam surat dakwaannya. Meskipun sudah ada ketentuan larangan bagi Hakim untuk tidak
boleh menjatuhkan hukuman kepada terdakwa apabila perbuatan tersebut tidak terbukti, atau tidak didakwakan oleh Penuntut Umum dalam surat dakwaannya,
ternyata dalam praktek peradilan ada Hakim yang menjatuhkan putusan diluar dakwaan yang diajukan jaksa Penuntut Umum.
E. Bentuk dan jenis tindak pidana pencucian uang money laundry