No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal yang menyebutkan bahwa perusahaan efek adalah pihak yang melakukan usaha sebagai penjamin emisi efek, perantara
pedagang efek dan atau manajer investasi. Maka dapat terlihat dengan jelas bahwa kegiatan dari perusahaan efek tidak mencakup kegiatan kustodian. Namun jika
dilihat lagi Pasal 43 ayat 1 Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal disebutkan adanya Lembaga Perusahaan efek sebagai salah satu pihak
yang dapat melakukan kegiatan pasar modal. Hal ini terkesan seakan terdapat pertentangan dalam Undang-Undang Pasar Modal yang mengatur mengenai
Kustodian. Ternyata pertentangan tersebut dapat dihilangkan setelah memperhatikan
dalam penjelasan pasal demi pasal dari Undang-Undang tersebut. Dalam penjelasan tersebut didapat suatu kepastian bahwa bagi perusahaan efek untuk
dapat menjalankan kegiatan kustodian. bahwa sebagai syarat bagi Bank Umum untuk dapat menjalankan kegiatan kustodian harus adanya izin usaha dari
Bapepam. Sementara izin usaha untuk perusahaan efek tidak diperlukan, karena izin yang telah diberikan oleh Bapepam kepada perusahaan efek di dalamnya
sudah termasuk kegiatan kustodian.
82
Ketentuan tentang Penawaran Umum Sertifikat Penitipan Efek Indonesia SPEI diatur di dalam Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor
Kep-49PM1997 lampiran Nomor IX.A.10 Peraturan No. IX. A.10.
C. Sertifikat Penitipan Efek Indonesia dan Skema Investasi Kolektif
82
Ibid , hlm 53.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan ketentuan yang diatur dalam pasal 1 a Peraturan Bapepam – Lk No. IX.A.10 , SPEI adalah efek yang memberikan hak kepada pemegangnya atas efek
utama
83
yang dititipkan secara kolektif pada bank kustodian yang mendapat persetjuan Bapepam. Pengertian SPEI memliki unsur sebagai instrumen investasi
kolektif. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa Bank Kustodian dalam perjanjian penitipan efek kolektif bukanlah sebagai pemilik dari efek utama yang
menjadi dasar penerbitan SPEI. Namun demikian guna melindungi kepentingan dari pemegang SPEI tersebut, efek utama yang menjadi dasar bagi penerbitan
saham dari perusahaan asal kemudian nititipkan secara kolektif atas nama Bank Kustodian. Hal tersebut menjadikan seluruh pemegang SPEI sebagai pemilik
bersama atas efek utama yang dijadikan sebagai underlying asset.
84
Berdasarkan perbandingan yang disepakati, setiap SPEI dapat mewakili satu atau lebih efek utama yang dititipkan pada Bank Kustodian. Akan tetapi, dalam
hal ini pemegang SPEI tidak mempunyai kontrol atas pengurusan perusahaan asal tersebut. Namun demikian, pemegang SPEI tersebut berhak menerima dividen
seperti layaknya pemegang saham dari perusahaan asal. Suatau investasi kolektif senantiasa melibatkan pengelolaan oleh management company dan penyimpanan
asset atau harta kekayaan atau underlying instrument yang menjadi dasar penerbitan unit penyertaan yang mewakili bagian kepemilikan secara prorata.
Dalam penerbitan SPEI, depository company atau depository bank yang ada di negara penerbit SPEI akan menjadi lembaga yang melakukan pengelolaan
terhadap underlying instrument yang menjadi dasar penerbitan SPEI tersebut, dan
83
Peraturan Nomor IX.A.10 mendefenisikan “efek utama” sebagai efek yang dititipkan pada bank kustodian yang menjadi dasar diterbitkannya Sertifikat Penitipan Efek Indonesia.
84
Gunawan Widjaja, Penitipan Kolektif Op. Cit., hlm 187.
Universitas Sumatera Utara
Bank Kustodian di negara asal akan menjadi tempat penitipan kolektif dari underlying instrument yang menjadi dasar penerbitan SPEI tersebut.
Mengenai harta kekayaan dalam penerbitan Sertifikat Penitipan Efek Indonesia maka terlebih dahulu dibahas bahwa harta kekayaan secara konseptual
adalah setiap benda yang berada di dalam kepemilikan seseorang, atau yang dapat dimiliki oleh setiap orang, baik sendiri-sendiri maupun bersama dengan orang
lain, atau oleh suatu badan hukum tertentu. Pengertian benda dalam KUH Perdata dalam ketentuan pasal 499 menyatakan bahwa ,“Menurut paham Undang-Undang
yang dinamakan kebendaan ialah tiap-tiap barang dan tiap-tiap hak, yang dapat dikuasai oleh hak milik “
85
“Dengan kebndaan milik seseorang yang dimaksud ialah kebendaan milik satu orang atau lebih dalam perseorangan” Pasal 527 KUH Perdata.
Dari rumusan tersebut dapat diketahui bahwa dalam pandangan KUH Perdata yang dimaksud dengan kebendaan adalah segala sesuatu
yang dapat dikuasai dengan hak milik, tanpa memperdulikan jenis atau wujudnya. Dalam hal ini yang menjadi harta kekayaan dalam SPEI adalah efek utama
dari perusahaan asal yang dititipkan pada Bank Kustodian di negaranya, yang merupakan dasar dari penerbitan SPEI tersebut. Bentuk unit penyertaan yang
diperdagangkan di bursa adalah SPEI. Untuk kepemilikan suatu benda oleh lebih dari satu orang dapat ditemukan
pengaturannya dalam Pasal 526 dan 527 KUH Perdata yang menyatakan bahwa : “Dengan kebendaan milik badan-badan kesatuan yang dimaksud ialah kebendaan
milik bersama dari perkumpulan-perkumpulan” Pasal 526 KUH Perdata
85
Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, Kebendaan pada umumnya, Jakarta:Kencana,2003, hlm.31.
Universitas Sumatera Utara
Dari kedua rumusan pasal di atas dapat diketahui bahwa KUH Perdata membedakan kepemilikan suatu benda oleh lebih dari satu orang ke dalam harta
bersama yang terikat dan harta bersama yang bebas. a.
Harta Bersama yang Terikat Rumusan Pasal 526 KUHPerdata menunjukkan bahwa benda yang sudah
menjadi milik suatu badan hukum merupakan milik badan hukum tersebut sebagai suatu kesatuan
86
Dalam konstruksi hukum yang demikian, setiap orang yang memiliki suatu harta bersama-sama secara terikat dengan orang lain, atau dengan kata lain, ketika
beberapa orang secara bersama-sama terikat memiliki suatu benda, masing- masing orang tersebut tidaklah dapat berbuat bebas dengan kebendaan yang ada
dalam harta bersama tersebut, meskipun dikatakan mereka mempunyai bagian yang sama besarnya. Hal yang sama juga berlaku terhadap suatu perkumpulan
atau persekutuan perdata yang dibubarkan. Dengan dibubarkannya suatu perkumpulan atau persekutuan perdata, tidak demi hkum para pendiri atau sekutu
berhak dan berwenang untuk melakukan sesuatu perbuatan baik dalam . Selanjutnya, KUHPerdata sama sekali tidak memberikan
pengertian mengenai milik bersama yang terikat. Jika diperhatikan rumusan Pasal 573 KUHPerdata dan membandingkannya lagi dengan Pasal 1652 KUHPerdata,
maka dapat diketahui bahwa kedua rumusan pasal di atas mengatur tentang sifat harta bersama yang terikat, yang merupakna harta milik perorangan. Dalam
pandangan tersebut harta bersama yang terikat diibaratkan suatu warisan yang sudah terbuka, tetapi belum dibagikan kepada ahli warisnya.
86
Gunawan Widjaja, Op.Cit., hlm 31.
Universitas Sumatera Utara
membebankan maupun mengalihkan benda yang merupakan benda bersama yang terikat tersebut.
Kumpulan efek utama yang merupakan dasar penerbitan SPEI tersebut merupakan harta kekayaan bersama yang terikat bagi investor pemegang SPEI.
Seluruh kumpulan efek utama yang menjadi dasar penerbitan SPEI tersebut adalah satu kesatuan utuh, yang tidak dapat dijual atau dialihkan dengan cara atau
bentuk apa pun oleh setiap pemegang SPEI, yang dapat menyebabkan efek utama tersebut mejadi berkurang atau tidak lagi sesuai pada saat SPEI diterbitkan.
b. Harta bersama yang bebas
Tidak jauh berbeda dengan konsep harta bersama yang terikat, konsep harta kepemilikan bersama yang bebas ini juga terkait dengan satu atau sekumpulan
benda tertentu yang dimiliki secara bersama oleh beberapa orang. Namun demikian, sebagai harta bersama yang bebas, setiap orang pemilik bagian-bagian
harta bersama tersebut bebas untuk mengalihkan bagian kepemilikannya tersebut. Hal inilah yang kemudian menyebabkan bahwa harta bersama yang bebas adalah
harta bersama yang sengaja dibeli atau dimiliki sebagai tujuan bersama dari para pihak, dengankesadaran mereka bahwa mereka bermaksud memiliki secara
bersama suatu benda, misalnya dengan cara membeli benda tersebut dengan mempergunakan uang mereka bersama. Dalam konsepsi milik bersama yang
bebas ini, pada hakikatnya benda tersebut adalah benda yang dapat dibagi-bagi kepemilikannya, tanpa mengurangi hakikat dari benda itu sendiri.
87
87
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
Dan dalam kaitannya dengan SPEI, walaupun efek utama yang dapat dimiliki secara kolektif yang menjadi dasar penerbitan SPEI merupakan harta
kekayaan bersama yang terkait. Namun SPEI sendiri merupakan harta bersama yang bebas karena SPEI yang dijadikan benda tersendiri, yang dapat dimiliki
secara individual oleh masing-masing investor yang mewakili bagian pro rata atas setiap efek utama dapat diperjualbelikan di Bursa secara umum. Investor atau
pemegang SPEI dapat dengan bebas melakukan baik penjualan, pengalihan, penghibahan atau hal-hal lainterhadap SPEI yang dimilikinya sesuai dengan
kehendaknya sendiri.
88
88
Ibid, hlm 32.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV HAK DAN KEWAJIBAN PARA PIHAK DALAM
INDONESIAN DEPOSITORY RECEIPT A.
Peranan Pihak-pihak Terkait dengan Penyimpanan dan penerbitan Indonesian Depository Receipt
Secara garis besarnya, para pihak yang terkait dalam penerbitan dan penyimpanan suatau Depository Receipt adalah sebagai berikut :
89
1. Pengawas Pasar Modal Lokal
Lembaga ini merupakan suatu lembaga pemerintahan yang bertugas untuk mengawasi jalannya suatu pasar modal dan pelaksanaan suatu peraturan
pasar modal di negara di mana emiten berkedudukan. Di Amerika Serikat dikenal dengan SEC Securities and Exchange Commisssion, sedangkan di
Indonesia disebut Badan Pengawas Pasar Modal Bapepam. 2.
Pengawas Pasar Modal Asing Sama seperti di atas, lembaga ini merupakan suatu lembaga pemerintahan
yang bertugas untuk mengawasi jalannya suatu pasar modal dan pelaksanaan peraturan pasar modal di negara di mana Depository Receipt
diterbitkan, atau di negara tempat perusahaan asing atau issuer yang ingin melakukan penawaran umum atas Depository Receipt tersebut.
Jika perusahaan atau emiten yang sebagaimana disebutkan di atas tersebut adalah perusahaan atau emiten di luar Amerika Serikat dan bermaksud
menerbitkan Depository Receipt di Amerika Serikat,
89
Gunawan I, Op. Cit., hlm 22.
75
Universitas Sumatera Utara