26
bagian  yang  empat  perlima  inilah  kaum  muslimin  mendapatkan  hak  milk walaupun ghanimah itu bukan tujuan.
Kemudian  upah  ujrah,  ajrun  juga  merupakan  salah  satu  cara  seseorang untuk mendapatkan hak. Dengan melakukan satu prestasi, seseorang memperoleh
imbalan  pembayaran,  baik  berupa  uang,  maupun  benda  lainnya  termasuk  tanah. Mengenai  hal  ini  Rasulullah  memberikan  petunjuknya  dalam  sebuah  hadits  yang
diriwayatkan oleh Baihaqi sebagai berikut: Berikanlah kepada buruh itu  upahnya sebelum keringatnya dan beritahukanlah jumlah pekerjaannya itu.
Dalam  pengertian  dan  bentuknya  yang  lebih  luas  pada  waktu  sekarang, upah  ini  dapat  muncul  dengan  berbagai  istilah  seperti  gaji,  honorarium,  insentif,
imbalan,  dan  lain-lain.  Imbalan  atau  gaji  dalam  hal  ini  bisa  saja  dalam  bentuk yang  paling  lazim  yaitu  uang,  tapi  bisa  juga  dalam  bentuk  barang-barang  atau
bahkan  tanah.  Jadi  pada  dasarnya  yang  diberikan  oleh  penerima  upah  adalah pekerjaan  atau  jasa  dan  dengan  itu  mereka  menerima  suatu  hak.  Sehubungan
dengan  cara  memperoleh  hak  seperti  ini,  kita  mengenal  pegawai  negeri,  pegawai swasta,  dokter,  pengacara,  notaris,  konsultan,  pengusaha  jasa  angkutan,  tukang,
dan profesi lainnya.
14
C. Wakaf Dalam Perpspektif Islam dan Jual Beli
Wakaf  adalah  institusi  sosial  Islami  yang  tidak  memiliki  rujukan  yang eksplisit  dalam  Al-Quran  dan  sunah.  Ulama  berpendapat  bahwa  perintah  wakaf
14
Adijani Al-Alabij, Perwakafan Tanah di Indonesia Dalam Teori dan Praktek Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2004, Cet.5, h. 17-20
27
merupakan  bagian  dari  perintah  untuk  melakukan al-khayr secara  harfiah  berarti kebaikan. Dasarnya adalah firman Allah s.w.t dalam Surat Al-Hajj ayat 77:
θè=èøùρ 
ö‚ø9 öΝà6‾=è9
χθßsÎ=ø è? -. ا
: ٧٧
Artinya:Dan  berbuatlah  kebajikan  agar  kamu  memperoleh  kemenangan  Q.s.  Al- Hajj
15
Taqiy al-Din Abi Bakr Ibn Muhammad al-Husaini al-Dimasqi menafsirkan bahwa  perintah  untuk  melakukan  al-khayr  berarti  perintah  untuk  melakukan
wakaf.  Penafsiran  menurut  al-Dimasqi  tersebut  relevan  munâsabau  dengan firman Allah tentang wasiat.
= ÏGä.
öΝä3ø‹=æ Œ
Î Øm
ãΝä.‰n ßNöθϑø9
βÎ 8?
öz èπ§‹Ï¹θø9
Ç÷ƒ‰Ï9≡θù=Ï9 Îø{ρ
Å∃ρã÷èϑø9Î ˆm
’?ã É−Fßϑø9
ة 0 ا :
١٨٠
Artinya:Kamu  diwajibkan  berwasiat  apabila  sudah  didatangi  tanda-tanda kematian  dan  jika  kamu  meninggalkan  harta  yang  banyak  untuk  ibubapak
dan karib kerabat dengan cara yang ma`ruf; ini adalah kewajiban atas orang- orang yang takwa
Q.s. Al-Baqarah : 180
16
Dalam  ayat  tentang  wasiat,  kata  al-khayr  diartikan  dengan  harta  benda. Oleh  karena  itu,  perintah  melakukan  al-khayr  berarti  perintah  untuk  melakukan
ibadah  bendawi.  Dengan  demikian,  wakaf  sebagai  konsep  ibadah  kebendaan berakar pada al-khayr. Allah memerintahkan manusia agar mengerjakannya.
Ibadah  bendawi  merupakan  kebaikan  universal.  la  dianggap  baik  oleh semua  orang,  baik  penganut  agama  maupun  orang-orang  yang  tidak  beragama.
15
Jaih Mubarok, Wakaf Produktif, Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2008, h. 7
16
Ibid.,  h. 7
28
Meskipun demikian, wakaf untuk kepentingan umum secara empiris dapat dibedakan menjadi dua. Pertama, wakaf yang berguna bagi semua orang termasuk non-muslim,
seperti  wakaf  tanah  untuk  jalan.  Kedua,  wakaf  yang  digunakan  hanya  oleh  umat Islam, seperti wakaf untuk masjid dan taman pemakaman muslim.
Dalam  hadis  dikatakan  bahwa  wakaf  disebut  dengan  sedekah  jariyah sadaqah  jariyah.
Dalam  perspektif  ini,  wakaf  dianggap  sebagai  bagian  dari sedekah. Secara umum, sedekah dapat dibedakan menjadi dua: sedekah yang wajib
dan sedekah  yang sunah. Sedekah  yang sunah pun dapat dibedakan  menjadi dua pula:  sedekah  yang  pahalanya  tidak  senantiasa  mengalir,  dan  sedekah  yang
pahalanya  senantiasa  mengalir  meskipun  pihak  yang  menyedekahkan  hartanya telah  meninggal  dunia.  Sedekah  yang  terakhir  disebut  wakaf.  Imam  Muslim
meriwayatkan dari Abu Hurairah yang menyatakan bahwa Nabi Muhammad s.a.w bersabda:
ﹴ ﻢـ ﹾ
ﻠ ﻋ  
ﻭﹶ ﺍ
 ﺔ
ﻳﹺ ﺭﺎ
ﺟ   ﺔﹶ
ﻗ ﺪ
ﺻ    ﺔﹶ
ﺛﹶ ﻼﹶ
ﺛ  ﻦ
ﻣ  ﹼ ﻻﺍ
 ﻪﹸ
ﻠ ﻤ
ﻋ   ﻪ
ﻨ ﻋ  
ﻊﹶ ﻄﹶ
ﻘ ﻧ
ﺍ ﹸ
ﻥﺎ ﺴ
ﻧ ﻻﺍ
 ﺕ ﺎ
ﻣ  ﺍ ﹶ
ﺫ ﺍ
 ﻪﹶ
ﻟ 
ﻮ ﻋ
ﺪ ﻳ ﹴ
ﺢ ﻟ
ﺎ ﺻ  
ﺪﹶ ﻟ
 ﻭ 
ﻭﹶ ﺍ
 ﻪﹺ
ﺑ  ﻊﹶ
ﻔ ﺘ
ﻨ ﻳ
Artinya:Seluruh pahala perbuatan manusia terputus apabila telah meninggal kecuali tigaperkara:  sedekah  jariah,  ilmu  yang  bermanfaat,  dan  anak  saleh  yang
mendoakannya
17
Imam Muslim menempatkan hadits tersebut tidak dibawah judul bab alwaqf, tetapi  ditempatkan  dengan  judul  Pahala  yang  Diperoleh  Manusia  Setelah
Meninggal mâ yalhiq al-insân min al-tsawâb bad wafâtih. Judul bab al-waqf
17
Lihat Imam Muslim, Sahih Muslim, Bandung: Dahlan, t.th, juz II, h. 14.
29
ditempatkan setelah  hadits tersebut. Oleh karena  itu, terdapat kesan bahwa hadits ini  bukan  bagian  dari  hadits  tentang  wakaf.  Meskipun  demikian,  dalam  sejarah
dijelaskan bahwa yang membuat judul hadits-hadits dalam kitab Shahih Muslim bukanlah Imam Muslim, melainkan oleh ulama sesudahnya.
Selain  sedekah  jariyah,  wakaf  disebut  pula  dengan  al-habs  al-ahbas, jamak. Secara bahasa, al-habs berarti al-sijn penjara, diam, cegahan, rintangan,
halangan,  tahanan,  dan  pengamanan.  Gabungan  kata  ahbasa  al-habs  dengan al-mâl
harta  berarti  wakaf  ahbasa  al-mâl.  Penggunaan  kata  al-habs  dengan arti wakaf terdapat dalam beberapa riwayat. Pertama, dalam hadits riwayat Imam
Bukhari dari Ibn Umar yang menjelaskan bahwa Umar Ibn al-Khatab datang kepada Nabi  saw  meminta  petunjuk  pemanfaatan  tanah  miliknya  di  Khaibar.  Nabi  saw
bersabda:
ﺎ ﺖ ﻗﺪﺼ ﺗﻭ ﺎﻬﻠﺻ ﺍ ﺖ ﺴﺒﺣ ﺖ ﺌﺷ ﻥﺍ
Artinya:Bila  engkau  menghendaki,  tahanlah  pokoknya  dan  sedekahkanlah hasilnya manfaatnya”
HR. Bukhari
18
Imam Bukhari selanjutnya mengutip penjelasan Ibn Umar yang mengatakan:
ﰱ  ﺙ ﺭﻮـ ﻳ ﻻﻭ  ﺐ ﻬﻳ ﻻﻭ  ﺎﻬﻠﺻ ﺍ ﻉﺎﺒﻳﻻ  ﻪﻧﺍ
ﺮﻤﻋ  ﺎ ﻬﹺ
ﺑ ﻕﺪﺼ ﺘﻓ ﻞﻴﺒﺴﻟ
ﺍ ﻦﺑﺍ
ﻭ  ﻒ ﻴﻀ ﻟ ﺍ
ﻭ  ﷲﺍ ﻞﻴﺒﺳ  ﰱﻭ  ﺏ ﺎﻗﺮﻟ
ﺍ ﻭ  ﰊﺮﻘﻟ
ﺍ ﻭ  ﺀﺍ
ﺮﻘﻔﻟ ﺍ
ﻰﻠﻋ ﺡﺎﻨﺟﻻ ﻞﻛﺄﻳ ﻥﺍ
ﺎﻬﻴﻟ ﻭ ﻦﻣ
ﺎﻘﻳﺪﺻ  ﻢﻌﻄﻳﻭﺍ ﻑ ﻭﺮﻌﳌﺎﺑ ﺎﻬﻨﻣ
ﻪﻴﻓ ﻝﻮﻤﺘﻣ ﲑﻏ
18
Imam Bukhari, Sahih Bukhari Semarang: Thaha Putra, 1981, juz III, h. 196
30
Artinya:Umar  ra  menyedekahkan  tanahnya  di  Khaibar.  Tanah  itu  tidak  dijual, tidak dihibahkan, dan tidak pula diwariskan  kepada orang-orang fakir,
kerabat,  hamba,  kepentingan  umum,  tamu,  dan  Ibn  Sabil.  Orang  yang memeliharanya  nazhir  dibolehkan  memakan  hasil  dari  tanah  tersebut
dengan  cara  yang  maruf  atau  dengan  cara  yang  baik  yang  tidak berlebihan
HR. Bukhari
19
Secara umum, pengelolaan harta dalam Islam dapat dikelompokkan menjadi  tiga:  Pertama,  pengelolaan  harta  yang  berhubungan  dengan  ekonomi
masyarakat  kerakyatan  seperti  mudarabah,  syirkah,  dan  wadiah.  Istilah  teknis yang  digunakan  dalam  ekonomi  kemasyarakatan  adalah  al-mubadalat  pertukaran,
barter.  Kedua,  pengelolaan  harta  yang  berhubungan  dengan  ekonomi  negara seperti  harta  rampasan  perang  al-ghanimah,  fay,  kharaj,  zakat, pajak, dan wakaf.
Istilah  teknis  ekonomi  negara  adalah  al-iqtihadiyyat.  Oleh  karena  itu,  konsep  wakaf pada  dasarnya  berhubungan  dengan  pengelolaan  harta  yang  menyangkut
pemenuhan  kepentingan  publik  umum  yang  dapat  diatur  oleh  negara.  Atas  dasar pertimbangan  tersebut,  Mohammad  Daud  Ali  menjelaskan  sistem  ekonomi  Islam
dengan hanya menjelaskan dua topik: zakat dan wakaf. Ketiga, pengelolaan harta yang  berhubungan  dengan  ekonomi  keluarga  al-ahwal  al-syakhsiyyah.  Bidang-
bidang yang termasuk ekonomi keluarga adalah nafkah materi, tirkah waris, dan hibah.
20
Secara  umum,  wakaf  berhubungan  dengan  tiga  kegiatan  ekonomi. Pertama,
wakaf  berhubungan  dengan  ekonomi  kerakyatan  karena  benda
19
Ibid., h. 196
20
Mubarok, wakaf produktif,  h. 11
31
yang telah diwakafkan tidak boleh diperjualbelikan. Pembahasan mengenai jual- beli  al-buyu  termasuk  al-mubadalat.  Kedua,  wakaf  berhubungan  dengan
ekonomi  negara  karena  benda  wakaf  bukan  lagi  milik  perorangan,  melainkan menjadi  milik  umum  milk  allah.  Ketiga,  wakaf  berhubungan  dengan  ekonomi
keluarga karena wakaf  juga dapat dibedakan  menjadi: wakaf umum khayri dan wakaf keluarga ahli. Wakaf yang berhubungan dengan ekonomi keluarga adalah
wakaf ahli.
21
Akad  lazim  adalah  akad  yang  menyebabkan  terjadinya  perpidahan kepemilikan  intiqal  al-milkiyyah,  sementara  akad  gayr  lazim  adalah  akad
yang  tidak  menyebabkan  terjadinya  kepemilikan  benda  atau  objek  yang diakadkan. Di antara perbuatan hukum yang termasuk akad lazim adalah jual-beli,
sedangkan diantara perbuatan hukum yang termasuk pada akad gayr lazim adalah pinjam dan sewa.
22
Salah  satu  ikhtilaf  ulama  dalam  bidang  perwakafan  adalah  mengenai kepemilikan  dan  hukum  menjual  benda  yang  telah  diwakafkan.  Menurut  Abu
Hanifah, benda yang telah diwakafkan masih tetap milik pihak yang mewakafkan karena  akad  transaksi  wakaf  termasuk  akad  gayr  Iazim  tidak  menyebabkan
pindahnya  kepemilikan  benda  wakaf,  kecuali:  1  wakaf  untuk  masjid,  2 wakaf yang ditetapkan dengan keputusan hakim, 3
wakaf wasiat, dan 4 wakaf untuk  kuburan  makam.  Oleh  karena  itu,  benda  yang  telah  diwakafkan  selain
21
Ibid., h. 12
22
Ibid., h. 40
32
empat wakaf tersebut, dapat dijual, diwariskan, dan dihibahkan. la benda wakaf berubah  menjadi  benda  waris  ketika  pihak  yang  mewakafkan  waqif,  wakif
telah meninggal dunia.
23
Dua argumentasi Abu Hanifah mengenai kebolehan menjual benda wakaf adalah:  Pertama,  argumentasi  rasional  yang  berupa  qiyas,  yakni  Abu  Hanifah
menganalogikan  wakaf  kepada  pinjam  al-ariyah.  Akad  pinjam  termasuk  gayr lazim
sehingga  bendanya  masih  tetap  milik  pihak  yang  meminjamkan.  Kedua, argumentasi  berupa  hadis  yang  kemudian  diriwayatkan  oleh  Imam  al-Baihaqi
yang menyatakan bahwa Nabi Muhammad saw pemah menjual benda wakaf. Secara umum, wakaf dibedakan menjadi dua: wakaf ahli khusus dan wakaf
khayri umum.  Akan  tetapi,  dalam  perjalanannya,  wakaf  ahli  wakaf  khusus
untuk keluarga tidak pernah diatur dalam peraturan perundang-undangan. Salah satu  topik  wakaf  yang  berhubungan  dengan  Undang-undang  Nomor  41  Tahun
2004 adalah  kelanggengan  wakaf.  Dalam  Peraturan  Pemerintah  Nomor  28  tahun
1977  tentang  Perwakafan  Tanah  Milik  ditetapkan  bahwa  wakaf  bersifat  muabbad selamanya.  Ketentuan  yang  sama  juga  terdapat  dalam  Kompilasi  Hukum  Islam.
Sementara dalam Undang-undang Nomor 41 Tahun  2004 ditetapkan bahwa  benda
wakaf dimanfaatkan untuk selamanya atau untuk jangka waktu tertentu. Oleh karena itu, membicarakan kelanggengan dan kesementaraan wakaf penting dilakukan.
24
23
Ibid., h. 41
24
Ibid.,h. 43
33
Pada  prinsipnya,  tanah  dibedakan  menjadi  dua:  i  tanah  hak  milik,  clan 2  tanah  negara.  Dari  segi  penggunaan,  tanah  hak  milik  dapat  digunakan
langsung oleh pemegang hak, dan dapat juga digunakan oleh pihak lain. Dalam hal penggunaannya, apabila tanah hak milik digunakan oleh pihak
lain akan melahirkan tujuh macam hak: 1 hak guna bangunan HGB, 2 hak pakai HP, 3 hak sewa untuk bangunan HSUB, 4 hak gadai, 5 hak usaha bagi hasil,
6  hak  menumpang,  dan  7  hak  sewa  tanah  pertanian.  Sementara  apabila tanah negara  digunakan  oleh  pihak  lain  akan  melahirkan  macam  hak: 1  hak  guna usaha
HGU dan 2 hak pakai. Dalam Undang-undang Nomor 41 tahun 2004 ditetapkan bahwa benda yang
dapat diwakafkan dibedakan menjadi dua: 1 wakaf benda tidak bergerak , dan 2 wakaf benda bergerak.
25
Benda wakaf yang termasuk benda tidak bergerak mencakup: 1 hak atas tanah sesuai  dengan  ketentuan  peraturan  perundang-undangan  yang  berlaku,  baik  yang
sudah  maupun  yang  belum  terdaftar;  2  bangunan  atau  bagian  bangunan  yang berdiri  di  atas  tanah  yang  diwakafkan;  3  tanaman  dan  benda  lain  yang  berkaitan
dengan  tanah;  4  hak  milik  atas  satuan  rumah  susun  sesuai  dengan  ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku; 5 benda tidak bergerak  lain  sesuai
dengan ketentuan syariah dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam peraturan pemerintah ditetapkan bahwa secara umum, objek wakaf
25
Ibid., h. 73.
34
dibedakan  menjadi  tiga:  1  benda  tidak  bergerak  yang  berupa  tanah,  bangunan, tanaman,  dan  benda  lain  yang  terkait  dengan  tanah;  2  benda  bergerak  selain
uang; dan 3 benda bergerak berupa uang.
Benda tidak bergerak yang berupa tanah dan bangunan meliputi 1 hak atas tanah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, baik
yang sudah maupun yang belum terdaftar; 2 bangunan atau bagian dan bangunan yang berdiri di atas tanah; 3 tanaman dan benda lain yang berkaitan dengan tanah; 4
hak  milik  atas  suatu  rumah  susun  sesuai  dengan  ketentuan  peraturan  perundang- undangan;  5  benda  tidak  bergerak  lain  sesuai  dengan  ketentuan  prinsip  syariah  dan
peraturan perundang-undangan.
Hak atas tanah yang dapat diwakafkan adalah 1 hak milik atas tanah, baik
yang  sudah  maupun  yang  belum terdaftar; 2 hak guna  bangunan,  hak guna usaha, atau  hak  pakai  di  tanah  negara;  3  hak  guna  bangunan  atau  hak  pakai  di  atas  hak
pengelolaan atau hak milik, wajib mendapat izin tertulis pemegang hak pengelolaan atau hak milik; dan 4 hak milik atas satuan rumah susun.
Benda  wakaf  tidak  bergerak  yang  berupa  hak  atas  tanah  dapat  diwakafkan berikut  bangunan,  tanaman,  dan  benda-benda  lain  yang  berkaitan  dengan  tanah.
Sementara wakaf hak atas tanah yang diperoleh dari instansi pemerintah, pemerintah daerah,  BUMNBUMD,  atau  pemerintahan  desa,  wajib  mendapat  izin  dari  pejabat
yang berwenang. Syarat-syarat wakaf hak atas tanah hak milik, hak guna bangunan, hak guna
35
usaha, dan  hak pakai  di atas tanah  negara adalah  bahwa  hak-hak tersebut wajib dimiliki dan dikuasai oleh wakaf secara sah, serta bebas dari segala sitaan, perkara,
sengketa, dan tidak dijaminkan.
26
Pada  prinsipnya,  wakaf  tanah  hanya  dapat  dilakukan  secara  muabbad untuk  selama-lamanya  sebab  dalam  Peraturan  Pemerintah  Nomor  42  tahun  2006
ditetapkan  bahwa  benda  wakaf  tidak  bergerak  berupa  tanah  hanya  dapat diwakafkan untuk  jangka waktu selama-lamanya. Akan tetapi, wakaf hak atas tanah yang
berupa  hak  guna  bangunan  dan  hak  guna  pakai  di  atas  hak  pengelolaan  atau  hak  milik boleh dilakukan dalam jangka waktu tertentu muaqqat.
Pertama,dalam  kaitannya  dengan  wakaf,  hak  guna  bangunan  perlu diperhatikan  dari  segi  asalnya.  Berdasarkan  asal-usul  tanah,  hak  guna  bangunan
dibedakan  menjadi  tiga:  1  hak  guna  bangunan  atas  tanah  negara;  2  hak  guna bangunan  atas  tanah  hak  pengelolaan,  dan  3  hak  guna  bangunan  atas tanah  hak
milik. Tiga  macam  hak  guna  bangunan  dari  segi  asal-usulnya  dapat  diwakafkan
menurut peraturan perundang-undangan. Hanya saja, wakaf hak guna bangunan di atas tanah negara hanya boleh dilakukan secara muabbad untuk selama-lamanya.
Sementara wakaf hak guna bangunan di atas hak pengelolaan, dan wakaf hak guna
26
Ibid., h. 74.
36
bangunan  di  atas  hak  milik  boleh  dilakukan  secara  muaqqat  dalam  jangka  waktu tertentu.
27
Sebelum  menjelaskan wakaf  hak guna  bangunan  di  atas  hak pengelolaan HPL, kiranya hak pengelolaan yang dimaksud perlu dijelaskan terlebih dahulu.
Hak  pengelolaan  adalah  hak  menguasai  dari  negara  yang  kewenangan pelaksanaannya sebagian dilimpahkan kepada pemegangnya.
Subjek  atau  pemegang  hak  pengelolaan  dapat  berupa:  1  instansi pemerintah  termasuk  pemerintah  daerah,  2  Badan  Usaha  Milik  Negara;  Badan
Usaha  Milik  Daerah,  4  PT  Persero,  5  badan  otoritas,  clan,  6  badan-badan hukum  pemerintah  lainnya  yang  ditunjuk  pemerintah.  Secara  umum,  status  tanah
yang  dibebani  hak  pengelolaan  adalah  tanah  negara.  Dengan  demikian,  tanah negara dapat dibebani  hak pengelolaan. Hak pengelolaan dapat dibebani hak guna
bangunan.  Hak  guna  bangunan  di  atas  hak  pengelolaan  dapat  diwakafkan  secara muaqqat.
Dengan demikian, instansi pemerintah, baik pusat maupun daerah, Badan Usaha Milik Negara atau Badan Usaha Milik Daerah, PT Persero, badan otoritas,
dan  badan-badan  hukum  pemerintah  lainnya  yang  ditunjuk  pemerintah,  dapat mewakafkan  —  untuk  sementara  waktu  —  sebagian  hak  yang  dimilikinya  yaitu
berupa hak pengelolaan. Kedua,
objek  wakaf  yang  dapat  dilakukan  secara  muaqqat  adalah  hak, yaitu hak untuk menggunakan danatau memungut hasil dari tanah  yang dikuasai
27
Ibid., h. 74.
37
langsung  oleh  negara  atau  tanah  milik  orang  lain.  Yang  memberi wewenang dan kewajiban  ditentukan  oleh  pejabat  yang  berwenang  memberikannya  atau  dengan
perjanjian dengan pemiliknya yang bukan perjanjian sewa atau pengolahan tanah. Subjek  hak  pakai  adalah  1  warga  negara  Indonesia;  2  badan  hukum
yang  didirikan  menurut  hukum  Indonesia  dan  berkedudukan  di  Indonesia;  3 departemen,  lembaga  pemerintah  non-departemen,  dan  pemerintah  daerah;  4
badan-badan kegamaan dan sosial; 5 orang asing yang berkedudukan di Indonesia; 6 badan hukum asing yang memunyai perwakilan di Indonesia; dan 7 perwakilan
negara  asing  dan  perwakilan  badan  internasional.  Jangka  waktu  hak  pakai  dibedakan menjadi dua: 1 hak pakai di atas tanah arab dan tanah hak pengelolaan, dan 2 hak pakai
di atas tanah hak milik. Jangka  waktu  hak  pakai  di  atas  tanah  negara  dan  tanah  hak  pengelolaan
adalah 25 tahun, dapat diperpanjang dan juga dapat diperbarui; sedangkan jangka waktu hak pakai di atas hak milik paling lama 25 tahun dan tidak dapat diperpanjang.
Akan  tetapi,  kesepakatan  antara  pemegang  hak  pakai  dengan  pemegang  hak  milik dapat  dijadikan  dasar  untuk  memperbarui  hak  pakai  yang  baru  dengan  akta  yang
dibuat oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah dan hak tersebut wajib didaftarkan. Hak pakai atas tanah hak pengelolaan dapat beralih dan dialihkan serta dapat
dijadikan jaminan. Pengalihan hak pakai atas hak pengelolaan terjadi dengan carat 1  jual-beli,  2 tukar-menukar,  3  penyertaan  dalam  modal,  4  hibah,  dan  5
pewarisan.
38
Dari segi pengalihan, hak pakai  memang dapat diwakafkan dalam jangka waktu tertentu mengingat hak tersebut merupakan hak ikutan tabaiyah, bukan
hak  pokok  ashliyyah.  Jika  jangka  waktu  hak  pakai  berakhir, hukum wakaf yang mengikutinya juga berakhir.
28
Wakaf  adalah  akad  lazim  harus  dilaksanakan  yang  tidak  boleh dibatalkan,  bersifat  tetap  yang  tidak  mungkin  diubah  dan  tidak  boleh  dibatalkan.
Sebab,  ia  termasuk  salah  satu  sedekah  yang  dikeluarkan  karena  Allah  Taala, sehingga ia tidak boleh diambil kembali, seperti halnya sedekah. Ketika seseorang
mengucapkan:  Aku  wakafkan  rumahku,  atau  aku  wakafkan  mobilku,  atau Aku  wakafkan  bukuku,  maka  akad  tersebut  harus  dilaksanakan,  tidak  ada
khiyâr  al-majlis hak  memilih  untuk  melanjutkan  atau  membatalkan  ketika
masih  di  tempat  akad,  tidak  seperti  wasiat.  Sebab,  wasiat  adalah  akad  yang  tidak dilaksanakan pada saat pengucapan. Namun, baru dilaksanakan setelah seseorang
yang berwasiat itu meninggal.
29
Bahwasannya keluarnya  harta dengan derma  pemberian  bisa  berupa hibah,  hadiah dan  sedekah.  Jika tujuannya adalah untuk mendapatkan pahala
akhirat,  maka  dinamakan  sedekah.  Jika  dimaksudkan  untuk  kasih  sayang  dan mempererat hubungan, maka dinamakan hadiah. Sedangkan jika dimaksudkan agar
orang yang diberi, dapat memanfaatkannya, akan dinamakan hibah.
30
28
Ibid., h. 76.
29
Syaikh  Muhammad  bin  Shalih  al-‘Utsaimin.  Panduan  Wakaf  Hibah  dan  Wasiat Menurut Al-Quran dan as-Sunnah,
Jakarta: Pustaka Imam Asy-Syafi’I, 2008, h. 84-85.
30
Ibid., h. 101.
39
a. AI-Hibah,  yakni  pemberian  sesuatu  kepada  yang  lain  untuk  dimiliki
zatnya tanpa mengharapkan penggantian balasan atau dijelaskan oleh Imam Taqiy  al-Din  Abi  Bakr  Ibnu  Muhammad  al-Husaini  dalam  kitab  Kifayat  al-
Akhyar
l
bahwa al-Hibah ialah:
ﺽ ﻮﻋ ﲑﻐﺑ ﻚ ﻠﻤﺘﻟ ﺍ
Artinya: “Pemilikan tanpa penggantian b.
Sadaqah,  yakni  pemberian  zat  benda  dari  seseorang  kepada  yang  lain  tanpa mengganti dan  hal  ini dilakukan karena  ingin  memperoleh ganjaran pahala
dari Allah Yang Maha Kuasa. c.
Wasiat,  yang  dimaksud  dengan  washiat  menurut  Hasbi  AshSiddiqie ialah:
ﻩﲑﻐﻟ ﻝﺎﻣ  ﻦﻣ  ﺎﻋﺰﺒﺗ ﻪﺗ ﺎﻴﺣ  ﰲ  ﻥﺎﺴﻧﻻﺍ ﻪﺑ ﺐ ﺟﻮﻳ ﺪﻘﻋ
ﺪﻌﺑ ﻓﻭ
ﻪﺗﺎ
Art inya:Suatu  akad  yang  dengan  akad  itu  mengharuskan  di  masa hidupnya  mendermakan  hartanya  untuk  orang  lain  yang  diberikan
sesudah wafatnya.
Dari  definisi  tersebut  dapat  diketahui  bahwa  washiyyat adalah  pemberian  seseorang  kepada  yang  lain  yang  diakadkan  ketika
hidup dan diberikan setelah yang mewasiatkan meninggal dunia. Sebaga i catatan  perlu  diketahui  bahwa  t idak  semua  wasiat  itu  termasuk
pemberian.
40
d. Hadiah,  yang  dimaksud  dengan  hadiah  ialah  pemberian  dari
seseorang  kepada  orang  lain  tanpa  adanya  penggantian  dengan  maksud memuliakan.
31
Tanah wakaf tidak untuk diperjuabelikan. Terutama apabila jual beli dimaknai  sebagai  suatu  perjanjian,  dengan  mana  pihak  yang  satu  mengikatkan
dirinya  untuk  menyerahkan  suatu  kebendaan,  dan  pihak  yang  lain  untuk membayar harga yang telah dijanjikan.
32
31
Hendi Suhendi, Fiqh Muamallah, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008, h. 210-211.
32
R. Subekti  R. Tjitrosudibio, Kitab Undang-undang Hukum Perdana, Jakarta: PT Pradnya Paramita, 2004, h. 366.
BAB III TINJAUAN UMUM TPU PONDOK GEDE DAN TPU PONDOK RANGON
A. Gambaran Umum
.  TPU Pondok Gede a.   Sejarah Singkat
TPU Pondok Gede terletak di Desa Jatimakmur, Kecamatan Pondok Gede, Kabupaten  Bekasi.  Dari  zaman  Belanda  keberadaan  pemakaman  ini  sudah  ada
sejak  puluhan  tahun  yang  lalu.  Tanah  kuburan  yang  terletak  di  desa  Jatimakmur Kecamatan  Pondok  Gede  pada  waktu  itu  masih  dalam  keadaan  hutan  jati  dan
tidak  ada  yang  mengurus.  Tanah  tersebut    adalah  tanah  yang  diwakafkan  oleh warga pada zaman dahulu. Pada waktu itu masih zaman mandor, karena tidak ada
yang mengurus, maka tanah wakaf tersebut diurus oleh Engkong Ayat dan warga setempat dan  dilindungi  oleh  pihak  kelurahan. Dari  zaman  mandor  sampai  zaman
lurah,  belum  ada  susunan  pengurus,  mulai  dari  lurah  Damar,  lurah  Tongo,  lurah Mingu,  sampai  lurah  H.  Abdul  Majid.  Lurah  H.Abdul  Majid  adalah  lurah  yang
paling lama menjabat saat itu, sampai tahun lamanya.
Pada masa jabatan lurah H. Abdul Majid dibuat kepengurusan pemakaman dengan  mengadakan  rapat  satu  kelurahan  dengan  mengundang  perwakilan  warga
melalui  RTRW  di  masing-masing  tempat  dan  tokoh-tokoh  agama  setempat. Rapat  tersebut  bertempat  di  Kantor  Kelurahan,  dipimpin  oleh  lurah  H.  Abdul