Wakaf Dalam Perpspektif Islam dan Jual Beli

26 bagian yang empat perlima inilah kaum muslimin mendapatkan hak milk walaupun ghanimah itu bukan tujuan. Kemudian upah ujrah, ajrun juga merupakan salah satu cara seseorang untuk mendapatkan hak. Dengan melakukan satu prestasi, seseorang memperoleh imbalan pembayaran, baik berupa uang, maupun benda lainnya termasuk tanah. Mengenai hal ini Rasulullah memberikan petunjuknya dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Baihaqi sebagai berikut: Berikanlah kepada buruh itu upahnya sebelum keringatnya dan beritahukanlah jumlah pekerjaannya itu. Dalam pengertian dan bentuknya yang lebih luas pada waktu sekarang, upah ini dapat muncul dengan berbagai istilah seperti gaji, honorarium, insentif, imbalan, dan lain-lain. Imbalan atau gaji dalam hal ini bisa saja dalam bentuk yang paling lazim yaitu uang, tapi bisa juga dalam bentuk barang-barang atau bahkan tanah. Jadi pada dasarnya yang diberikan oleh penerima upah adalah pekerjaan atau jasa dan dengan itu mereka menerima suatu hak. Sehubungan dengan cara memperoleh hak seperti ini, kita mengenal pegawai negeri, pegawai swasta, dokter, pengacara, notaris, konsultan, pengusaha jasa angkutan, tukang, dan profesi lainnya. 14

C. Wakaf Dalam Perpspektif Islam dan Jual Beli

Wakaf adalah institusi sosial Islami yang tidak memiliki rujukan yang eksplisit dalam Al-Quran dan sunah. Ulama berpendapat bahwa perintah wakaf 14 Adijani Al-Alabij, Perwakafan Tanah di Indonesia Dalam Teori dan Praktek Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2004, Cet.5, h. 17-20 27 merupakan bagian dari perintah untuk melakukan al-khayr secara harfiah berarti kebaikan. Dasarnya adalah firman Allah s.w.t dalam Surat Al-Hajj ayat 77: θè=èøùρ Ž ö‚ø9 öΝà6‾=è9 χθßsÎ=ø è? -. ا : ٧٧ Artinya:Dan berbuatlah kebajikan agar kamu memperoleh kemenangan Q.s. Al- Hajj 15 Taqiy al-Din Abi Bakr Ibn Muhammad al-Husaini al-Dimasqi menafsirkan bahwa perintah untuk melakukan al-khayr berarti perintah untuk melakukan wakaf. Penafsiran menurut al-Dimasqi tersebut relevan munâsabau dengan firman Allah tentang wasiat. = ÏGä. öΝä3ø‹=æ Œ Î ŽØm ãΝä.‰n ßNöθϑø9 βÎ 8? —Žöz èπ§‹Ï¹θø9 Ç÷ƒ‰Ï9≡θù=Ï9 ΍ø{ρ Å∃ρã÷èϑø9Î ˆm ’?ã É−Fßϑø9 ة 0 ا : ١٨٠ Artinya:Kamu diwajibkan berwasiat apabila sudah didatangi tanda-tanda kematian dan jika kamu meninggalkan harta yang banyak untuk ibubapak dan karib kerabat dengan cara yang ma`ruf; ini adalah kewajiban atas orang- orang yang takwa Q.s. Al-Baqarah : 180 16 Dalam ayat tentang wasiat, kata al-khayr diartikan dengan harta benda. Oleh karena itu, perintah melakukan al-khayr berarti perintah untuk melakukan ibadah bendawi. Dengan demikian, wakaf sebagai konsep ibadah kebendaan berakar pada al-khayr. Allah memerintahkan manusia agar mengerjakannya. Ibadah bendawi merupakan kebaikan universal. la dianggap baik oleh semua orang, baik penganut agama maupun orang-orang yang tidak beragama. 15 Jaih Mubarok, Wakaf Produktif, Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2008, h. 7 16 Ibid., h. 7 28 Meskipun demikian, wakaf untuk kepentingan umum secara empiris dapat dibedakan menjadi dua. Pertama, wakaf yang berguna bagi semua orang termasuk non-muslim, seperti wakaf tanah untuk jalan. Kedua, wakaf yang digunakan hanya oleh umat Islam, seperti wakaf untuk masjid dan taman pemakaman muslim. Dalam hadis dikatakan bahwa wakaf disebut dengan sedekah jariyah sadaqah jariyah. Dalam perspektif ini, wakaf dianggap sebagai bagian dari sedekah. Secara umum, sedekah dapat dibedakan menjadi dua: sedekah yang wajib dan sedekah yang sunah. Sedekah yang sunah pun dapat dibedakan menjadi dua pula: sedekah yang pahalanya tidak senantiasa mengalir, dan sedekah yang pahalanya senantiasa mengalir meskipun pihak yang menyedekahkan hartanya telah meninggal dunia. Sedekah yang terakhir disebut wakaf. Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah yang menyatakan bahwa Nabi Muhammad s.a.w bersabda: ﹴ ﻢـ ﹾ ﻠ ﻋ  ﻭﹶ ﺍ  ﺔ ﻳﹺ ﺭﺎ ﺟ  ﺔﹶ ﻗ ﺪ ﺻ  ﺔﹶ ﺛﹶ ﻼﹶ ﺛ  ﻦ ﻣ ﹼ ﻻﺍ  ﻪﹸ ﻠ ﻤ ﻋ  ﻪ ﻨ ﻋ  ﻊﹶ ﻄﹶ ﻘ ﻧ ﺍ ﹸ ﻥﺎ ﺴ ﻧ ﻻﺍ  ﺕ ﺎ ﻣ ﺍ ﹶ ﺫ ﺍ  ﻪﹶ ﻟ  ﻮ ﻋ ﺪ ﻳ ﹴ ﺢ ﻟ ﺎ ﺻ  ﺪﹶ ﻟ  ﻭ  ﻭﹶ ﺍ  ﻪﹺ ﺑ  ﻊﹶ ﻔ ﺘ ﻨ ﻳ Artinya:Seluruh pahala perbuatan manusia terputus apabila telah meninggal kecuali tigaperkara: sedekah jariah, ilmu yang bermanfaat, dan anak saleh yang mendoakannya 17 Imam Muslim menempatkan hadits tersebut tidak dibawah judul bab alwaqf, tetapi ditempatkan dengan judul Pahala yang Diperoleh Manusia Setelah Meninggal mâ yalhiq al-insân min al-tsawâb bad wafâtih. Judul bab al-waqf 17 Lihat Imam Muslim, Sahih Muslim, Bandung: Dahlan, t.th, juz II, h. 14. 29 ditempatkan setelah hadits tersebut. Oleh karena itu, terdapat kesan bahwa hadits ini bukan bagian dari hadits tentang wakaf. Meskipun demikian, dalam sejarah dijelaskan bahwa yang membuat judul hadits-hadits dalam kitab Shahih Muslim bukanlah Imam Muslim, melainkan oleh ulama sesudahnya. Selain sedekah jariyah, wakaf disebut pula dengan al-habs al-ahbas, jamak. Secara bahasa, al-habs berarti al-sijn penjara, diam, cegahan, rintangan, halangan, tahanan, dan pengamanan. Gabungan kata ahbasa al-habs dengan al-mâl harta berarti wakaf ahbasa al-mâl. Penggunaan kata al-habs dengan arti wakaf terdapat dalam beberapa riwayat. Pertama, dalam hadits riwayat Imam Bukhari dari Ibn Umar yang menjelaskan bahwa Umar Ibn al-Khatab datang kepada Nabi saw meminta petunjuk pemanfaatan tanah miliknya di Khaibar. Nabi saw bersabda: ﺎ ﺖ ﻗﺪﺼ ﺗﻭ ﺎﻬﻠﺻ ﺍ ﺖ ﺴﺒﺣ ﺖ ﺌﺷ ﻥﺍ Artinya:Bila engkau menghendaki, tahanlah pokoknya dan sedekahkanlah hasilnya manfaatnya” HR. Bukhari 18 Imam Bukhari selanjutnya mengutip penjelasan Ibn Umar yang mengatakan: ﰱ ﺙ ﺭﻮـ ﻳ ﻻﻭ ﺐ ﻬﻳ ﻻﻭ ﺎﻬﻠﺻ ﺍ ﻉﺎﺒﻳﻻ ﻪﻧﺍ ﺮﻤﻋ ﺎ ﻬﹺ ﺑ ﻕﺪﺼ ﺘﻓ ﻞﻴﺒﺴﻟ ﺍ ﻦﺑﺍ ﻭ ﻒ ﻴﻀ ﻟ ﺍ ﻭ ﷲﺍ ﻞﻴﺒﺳ ﰱﻭ ﺏ ﺎﻗﺮﻟ ﺍ ﻭ ﰊﺮﻘﻟ ﺍ ﻭ ﺀﺍ ﺮﻘﻔﻟ ﺍ ﻰﻠﻋ ﺡﺎﻨﺟﻻ ﻞﻛﺄﻳ ﻥﺍ ﺎﻬﻴﻟ ﻭ ﻦﻣ ﺎﻘﻳﺪﺻ ﻢﻌﻄﻳﻭﺍ ﻑ ﻭﺮﻌﳌﺎﺑ ﺎﻬﻨﻣ ﻪﻴﻓ ﻝﻮﻤﺘﻣ ﲑﻏ 18 Imam Bukhari, Sahih Bukhari Semarang: Thaha Putra, 1981, juz III, h. 196 30 Artinya:Umar ra menyedekahkan tanahnya di Khaibar. Tanah itu tidak dijual, tidak dihibahkan, dan tidak pula diwariskan kepada orang-orang fakir, kerabat, hamba, kepentingan umum, tamu, dan Ibn Sabil. Orang yang memeliharanya nazhir dibolehkan memakan hasil dari tanah tersebut dengan cara yang maruf atau dengan cara yang baik yang tidak berlebihan HR. Bukhari 19 Secara umum, pengelolaan harta dalam Islam dapat dikelompokkan menjadi tiga: Pertama, pengelolaan harta yang berhubungan dengan ekonomi masyarakat kerakyatan seperti mudarabah, syirkah, dan wadiah. Istilah teknis yang digunakan dalam ekonomi kemasyarakatan adalah al-mubadalat pertukaran, barter. Kedua, pengelolaan harta yang berhubungan dengan ekonomi negara seperti harta rampasan perang al-ghanimah, fay, kharaj, zakat, pajak, dan wakaf. Istilah teknis ekonomi negara adalah al-iqtihadiyyat. Oleh karena itu, konsep wakaf pada dasarnya berhubungan dengan pengelolaan harta yang menyangkut pemenuhan kepentingan publik umum yang dapat diatur oleh negara. Atas dasar pertimbangan tersebut, Mohammad Daud Ali menjelaskan sistem ekonomi Islam dengan hanya menjelaskan dua topik: zakat dan wakaf. Ketiga, pengelolaan harta yang berhubungan dengan ekonomi keluarga al-ahwal al-syakhsiyyah. Bidang- bidang yang termasuk ekonomi keluarga adalah nafkah materi, tirkah waris, dan hibah. 20 Secara umum, wakaf berhubungan dengan tiga kegiatan ekonomi. Pertama, wakaf berhubungan dengan ekonomi kerakyatan karena benda 19 Ibid., h. 196 20 Mubarok, wakaf produktif, h. 11 31 yang telah diwakafkan tidak boleh diperjualbelikan. Pembahasan mengenai jual- beli al-buyu termasuk al-mubadalat. Kedua, wakaf berhubungan dengan ekonomi negara karena benda wakaf bukan lagi milik perorangan, melainkan menjadi milik umum milk allah. Ketiga, wakaf berhubungan dengan ekonomi keluarga karena wakaf juga dapat dibedakan menjadi: wakaf umum khayri dan wakaf keluarga ahli. Wakaf yang berhubungan dengan ekonomi keluarga adalah wakaf ahli. 21 Akad lazim adalah akad yang menyebabkan terjadinya perpidahan kepemilikan intiqal al-milkiyyah, sementara akad gayr lazim adalah akad yang tidak menyebabkan terjadinya kepemilikan benda atau objek yang diakadkan. Di antara perbuatan hukum yang termasuk akad lazim adalah jual-beli, sedangkan diantara perbuatan hukum yang termasuk pada akad gayr lazim adalah pinjam dan sewa. 22 Salah satu ikhtilaf ulama dalam bidang perwakafan adalah mengenai kepemilikan dan hukum menjual benda yang telah diwakafkan. Menurut Abu Hanifah, benda yang telah diwakafkan masih tetap milik pihak yang mewakafkan karena akad transaksi wakaf termasuk akad gayr Iazim tidak menyebabkan pindahnya kepemilikan benda wakaf, kecuali: 1 wakaf untuk masjid, 2 wakaf yang ditetapkan dengan keputusan hakim, 3 wakaf wasiat, dan 4 wakaf untuk kuburan makam. Oleh karena itu, benda yang telah diwakafkan selain 21 Ibid., h. 12 22 Ibid., h. 40 32 empat wakaf tersebut, dapat dijual, diwariskan, dan dihibahkan. la benda wakaf berubah menjadi benda waris ketika pihak yang mewakafkan waqif, wakif telah meninggal dunia. 23 Dua argumentasi Abu Hanifah mengenai kebolehan menjual benda wakaf adalah: Pertama, argumentasi rasional yang berupa qiyas, yakni Abu Hanifah menganalogikan wakaf kepada pinjam al-ariyah. Akad pinjam termasuk gayr lazim sehingga bendanya masih tetap milik pihak yang meminjamkan. Kedua, argumentasi berupa hadis yang kemudian diriwayatkan oleh Imam al-Baihaqi yang menyatakan bahwa Nabi Muhammad saw pemah menjual benda wakaf. Secara umum, wakaf dibedakan menjadi dua: wakaf ahli khusus dan wakaf khayri umum. Akan tetapi, dalam perjalanannya, wakaf ahli wakaf khusus untuk keluarga tidak pernah diatur dalam peraturan perundang-undangan. Salah satu topik wakaf yang berhubungan dengan Undang-undang Nomor 41 Tahun 2004 adalah kelanggengan wakaf. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 28 tahun 1977 tentang Perwakafan Tanah Milik ditetapkan bahwa wakaf bersifat muabbad selamanya. Ketentuan yang sama juga terdapat dalam Kompilasi Hukum Islam. Sementara dalam Undang-undang Nomor 41 Tahun 2004 ditetapkan bahwa benda wakaf dimanfaatkan untuk selamanya atau untuk jangka waktu tertentu. Oleh karena itu, membicarakan kelanggengan dan kesementaraan wakaf penting dilakukan. 24 23 Ibid., h. 41 24 Ibid.,h. 43 33 Pada prinsipnya, tanah dibedakan menjadi dua: i tanah hak milik, clan 2 tanah negara. Dari segi penggunaan, tanah hak milik dapat digunakan langsung oleh pemegang hak, dan dapat juga digunakan oleh pihak lain. Dalam hal penggunaannya, apabila tanah hak milik digunakan oleh pihak lain akan melahirkan tujuh macam hak: 1 hak guna bangunan HGB, 2 hak pakai HP, 3 hak sewa untuk bangunan HSUB, 4 hak gadai, 5 hak usaha bagi hasil, 6 hak menumpang, dan 7 hak sewa tanah pertanian. Sementara apabila tanah negara digunakan oleh pihak lain akan melahirkan macam hak: 1 hak guna usaha HGU dan 2 hak pakai. Dalam Undang-undang Nomor 41 tahun 2004 ditetapkan bahwa benda yang dapat diwakafkan dibedakan menjadi dua: 1 wakaf benda tidak bergerak , dan 2 wakaf benda bergerak. 25 Benda wakaf yang termasuk benda tidak bergerak mencakup: 1 hak atas tanah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, baik yang sudah maupun yang belum terdaftar; 2 bangunan atau bagian bangunan yang berdiri di atas tanah yang diwakafkan; 3 tanaman dan benda lain yang berkaitan dengan tanah; 4 hak milik atas satuan rumah susun sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku; 5 benda tidak bergerak lain sesuai dengan ketentuan syariah dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam peraturan pemerintah ditetapkan bahwa secara umum, objek wakaf 25 Ibid., h. 73. 34 dibedakan menjadi tiga: 1 benda tidak bergerak yang berupa tanah, bangunan, tanaman, dan benda lain yang terkait dengan tanah; 2 benda bergerak selain uang; dan 3 benda bergerak berupa uang. Benda tidak bergerak yang berupa tanah dan bangunan meliputi 1 hak atas tanah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, baik yang sudah maupun yang belum terdaftar; 2 bangunan atau bagian dan bangunan yang berdiri di atas tanah; 3 tanaman dan benda lain yang berkaitan dengan tanah; 4 hak milik atas suatu rumah susun sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan; 5 benda tidak bergerak lain sesuai dengan ketentuan prinsip syariah dan peraturan perundang-undangan. Hak atas tanah yang dapat diwakafkan adalah 1 hak milik atas tanah, baik yang sudah maupun yang belum terdaftar; 2 hak guna bangunan, hak guna usaha, atau hak pakai di tanah negara; 3 hak guna bangunan atau hak pakai di atas hak pengelolaan atau hak milik, wajib mendapat izin tertulis pemegang hak pengelolaan atau hak milik; dan 4 hak milik atas satuan rumah susun. Benda wakaf tidak bergerak yang berupa hak atas tanah dapat diwakafkan berikut bangunan, tanaman, dan benda-benda lain yang berkaitan dengan tanah. Sementara wakaf hak atas tanah yang diperoleh dari instansi pemerintah, pemerintah daerah, BUMNBUMD, atau pemerintahan desa, wajib mendapat izin dari pejabat yang berwenang. Syarat-syarat wakaf hak atas tanah hak milik, hak guna bangunan, hak guna 35 usaha, dan hak pakai di atas tanah negara adalah bahwa hak-hak tersebut wajib dimiliki dan dikuasai oleh wakaf secara sah, serta bebas dari segala sitaan, perkara, sengketa, dan tidak dijaminkan. 26 Pada prinsipnya, wakaf tanah hanya dapat dilakukan secara muabbad untuk selama-lamanya sebab dalam Peraturan Pemerintah Nomor 42 tahun 2006 ditetapkan bahwa benda wakaf tidak bergerak berupa tanah hanya dapat diwakafkan untuk jangka waktu selama-lamanya. Akan tetapi, wakaf hak atas tanah yang berupa hak guna bangunan dan hak guna pakai di atas hak pengelolaan atau hak milik boleh dilakukan dalam jangka waktu tertentu muaqqat. Pertama,dalam kaitannya dengan wakaf, hak guna bangunan perlu diperhatikan dari segi asalnya. Berdasarkan asal-usul tanah, hak guna bangunan dibedakan menjadi tiga: 1 hak guna bangunan atas tanah negara; 2 hak guna bangunan atas tanah hak pengelolaan, dan 3 hak guna bangunan atas tanah hak milik. Tiga macam hak guna bangunan dari segi asal-usulnya dapat diwakafkan menurut peraturan perundang-undangan. Hanya saja, wakaf hak guna bangunan di atas tanah negara hanya boleh dilakukan secara muabbad untuk selama-lamanya. Sementara wakaf hak guna bangunan di atas hak pengelolaan, dan wakaf hak guna 26 Ibid., h. 74. 36 bangunan di atas hak milik boleh dilakukan secara muaqqat dalam jangka waktu tertentu. 27 Sebelum menjelaskan wakaf hak guna bangunan di atas hak pengelolaan HPL, kiranya hak pengelolaan yang dimaksud perlu dijelaskan terlebih dahulu. Hak pengelolaan adalah hak menguasai dari negara yang kewenangan pelaksanaannya sebagian dilimpahkan kepada pemegangnya. Subjek atau pemegang hak pengelolaan dapat berupa: 1 instansi pemerintah termasuk pemerintah daerah, 2 Badan Usaha Milik Negara; Badan Usaha Milik Daerah, 4 PT Persero, 5 badan otoritas, clan, 6 badan-badan hukum pemerintah lainnya yang ditunjuk pemerintah. Secara umum, status tanah yang dibebani hak pengelolaan adalah tanah negara. Dengan demikian, tanah negara dapat dibebani hak pengelolaan. Hak pengelolaan dapat dibebani hak guna bangunan. Hak guna bangunan di atas hak pengelolaan dapat diwakafkan secara muaqqat. Dengan demikian, instansi pemerintah, baik pusat maupun daerah, Badan Usaha Milik Negara atau Badan Usaha Milik Daerah, PT Persero, badan otoritas, dan badan-badan hukum pemerintah lainnya yang ditunjuk pemerintah, dapat mewakafkan — untuk sementara waktu — sebagian hak yang dimilikinya yaitu berupa hak pengelolaan. Kedua, objek wakaf yang dapat dilakukan secara muaqqat adalah hak, yaitu hak untuk menggunakan danatau memungut hasil dari tanah yang dikuasai 27 Ibid., h. 74. 37 langsung oleh negara atau tanah milik orang lain. Yang memberi wewenang dan kewajiban ditentukan oleh pejabat yang berwenang memberikannya atau dengan perjanjian dengan pemiliknya yang bukan perjanjian sewa atau pengolahan tanah. Subjek hak pakai adalah 1 warga negara Indonesia; 2 badan hukum yang didirikan menurut hukum Indonesia dan berkedudukan di Indonesia; 3 departemen, lembaga pemerintah non-departemen, dan pemerintah daerah; 4 badan-badan kegamaan dan sosial; 5 orang asing yang berkedudukan di Indonesia; 6 badan hukum asing yang memunyai perwakilan di Indonesia; dan 7 perwakilan negara asing dan perwakilan badan internasional. Jangka waktu hak pakai dibedakan menjadi dua: 1 hak pakai di atas tanah arab dan tanah hak pengelolaan, dan 2 hak pakai di atas tanah hak milik. Jangka waktu hak pakai di atas tanah negara dan tanah hak pengelolaan adalah 25 tahun, dapat diperpanjang dan juga dapat diperbarui; sedangkan jangka waktu hak pakai di atas hak milik paling lama 25 tahun dan tidak dapat diperpanjang. Akan tetapi, kesepakatan antara pemegang hak pakai dengan pemegang hak milik dapat dijadikan dasar untuk memperbarui hak pakai yang baru dengan akta yang dibuat oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah dan hak tersebut wajib didaftarkan. Hak pakai atas tanah hak pengelolaan dapat beralih dan dialihkan serta dapat dijadikan jaminan. Pengalihan hak pakai atas hak pengelolaan terjadi dengan carat 1 jual-beli, 2 tukar-menukar, 3 penyertaan dalam modal, 4 hibah, dan 5 pewarisan. 38 Dari segi pengalihan, hak pakai memang dapat diwakafkan dalam jangka waktu tertentu mengingat hak tersebut merupakan hak ikutan tabaiyah, bukan hak pokok ashliyyah. Jika jangka waktu hak pakai berakhir, hukum wakaf yang mengikutinya juga berakhir. 28 Wakaf adalah akad lazim harus dilaksanakan yang tidak boleh dibatalkan, bersifat tetap yang tidak mungkin diubah dan tidak boleh dibatalkan. Sebab, ia termasuk salah satu sedekah yang dikeluarkan karena Allah Taala, sehingga ia tidak boleh diambil kembali, seperti halnya sedekah. Ketika seseorang mengucapkan: Aku wakafkan rumahku, atau aku wakafkan mobilku, atau Aku wakafkan bukuku, maka akad tersebut harus dilaksanakan, tidak ada khiyâr al-majlis hak memilih untuk melanjutkan atau membatalkan ketika masih di tempat akad, tidak seperti wasiat. Sebab, wasiat adalah akad yang tidak dilaksanakan pada saat pengucapan. Namun, baru dilaksanakan setelah seseorang yang berwasiat itu meninggal. 29 Bahwasannya keluarnya harta dengan derma pemberian bisa berupa hibah, hadiah dan sedekah. Jika tujuannya adalah untuk mendapatkan pahala akhirat, maka dinamakan sedekah. Jika dimaksudkan untuk kasih sayang dan mempererat hubungan, maka dinamakan hadiah. Sedangkan jika dimaksudkan agar orang yang diberi, dapat memanfaatkannya, akan dinamakan hibah. 30 28 Ibid., h. 76. 29 Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin. Panduan Wakaf Hibah dan Wasiat Menurut Al-Quran dan as-Sunnah, Jakarta: Pustaka Imam Asy-Syafi’I, 2008, h. 84-85. 30 Ibid., h. 101. 39 a. AI-Hibah, yakni pemberian sesuatu kepada yang lain untuk dimiliki zatnya tanpa mengharapkan penggantian balasan atau dijelaskan oleh Imam Taqiy al-Din Abi Bakr Ibnu Muhammad al-Husaini dalam kitab Kifayat al- Akhyar l bahwa al-Hibah ialah: ﺽ ﻮﻋ ﲑﻐﺑ ﻚ ﻠﻤﺘﻟ ﺍ Artinya: “Pemilikan tanpa penggantian b. Sadaqah, yakni pemberian zat benda dari seseorang kepada yang lain tanpa mengganti dan hal ini dilakukan karena ingin memperoleh ganjaran pahala dari Allah Yang Maha Kuasa. c. Wasiat, yang dimaksud dengan washiat menurut Hasbi AshSiddiqie ialah: ﻩﲑﻐﻟ ﻝﺎﻣ ﻦﻣ ﺎﻋﺰﺒﺗ ﻪﺗ ﺎﻴﺣ ﰲ ﻥﺎﺴﻧﻻﺍ ﻪﺑ ﺐ ﺟﻮﻳ ﺪﻘﻋ ﺪﻌﺑ ﻓﻭ ﻪﺗﺎ Art inya:Suatu akad yang dengan akad itu mengharuskan di masa hidupnya mendermakan hartanya untuk orang lain yang diberikan sesudah wafatnya. Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa washiyyat adalah pemberian seseorang kepada yang lain yang diakadkan ketika hidup dan diberikan setelah yang mewasiatkan meninggal dunia. Sebaga i catatan perlu diketahui bahwa t idak semua wasiat itu termasuk pemberian. 40 d. Hadiah, yang dimaksud dengan hadiah ialah pemberian dari seseorang kepada orang lain tanpa adanya penggantian dengan maksud memuliakan. 31 Tanah wakaf tidak untuk diperjuabelikan. Terutama apabila jual beli dimaknai sebagai suatu perjanjian, dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu kebendaan, dan pihak yang lain untuk membayar harga yang telah dijanjikan. 32 31 Hendi Suhendi, Fiqh Muamallah, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008, h. 210-211. 32 R. Subekti R. Tjitrosudibio, Kitab Undang-undang Hukum Perdana, Jakarta: PT Pradnya Paramita, 2004, h. 366.

BAB III TINJAUAN UMUM TPU PONDOK GEDE DAN TPU PONDOK RANGON

A. Gambaran Umum

. TPU Pondok Gede a. Sejarah Singkat TPU Pondok Gede terletak di Desa Jatimakmur, Kecamatan Pondok Gede, Kabupaten Bekasi. Dari zaman Belanda keberadaan pemakaman ini sudah ada sejak puluhan tahun yang lalu. Tanah kuburan yang terletak di desa Jatimakmur Kecamatan Pondok Gede pada waktu itu masih dalam keadaan hutan jati dan tidak ada yang mengurus. Tanah tersebut adalah tanah yang diwakafkan oleh warga pada zaman dahulu. Pada waktu itu masih zaman mandor, karena tidak ada yang mengurus, maka tanah wakaf tersebut diurus oleh Engkong Ayat dan warga setempat dan dilindungi oleh pihak kelurahan. Dari zaman mandor sampai zaman lurah, belum ada susunan pengurus, mulai dari lurah Damar, lurah Tongo, lurah Mingu, sampai lurah H. Abdul Majid. Lurah H.Abdul Majid adalah lurah yang paling lama menjabat saat itu, sampai tahun lamanya. Pada masa jabatan lurah H. Abdul Majid dibuat kepengurusan pemakaman dengan mengadakan rapat satu kelurahan dengan mengundang perwakilan warga melalui RTRW di masing-masing tempat dan tokoh-tokoh agama setempat. Rapat tersebut bertempat di Kantor Kelurahan, dipimpin oleh lurah H. Abdul