21
Lalu Allah SWT mengutus dua ekor burung gagak yang saling membunuh dan salah satunya mati terbunuh dan yang lainnya dengan cakarnya menggaruk-
garuk tanah membuat lubang untuk menanam kawannya itu. Dengan penjelasan dari ayat tersebut bahwa Habil adalah orang yang
pertama kali meninggal dunia di muka bumi ini. Namun setelah Islam datang, terdapat ketentuan-ketentuan yang wajib
dilakukan terhadap suatu mayat bagi orang-orang masih hidup. Maka ada beberapa kewajiban yang berhubungan antara yang masih hidup dengan mayat
apabila seorang muslim meninggal, maka fardu kifayah atas orang hidup menyelenggarakan 4 perkara yaitu: memandikan mayat, mengafani mayat,
mensalatkan mayat, dan menguburkan mayat.
8
a. Memandikan Mayat
Syarat memandikan mayat : 1
Mayat tersebut adalah seorang muslim. 2
Mayat tersebut bukan anak yang gugur lahir dalam keadaan mati memandikan anak yang gugur itu tidak wajib.
3 Badan mayat itu masih ada sebatas ukuran adanya, sekalipun sedikit.
4 Mayat tersebut bukan seorang yang mati syahid yang terbunuh ketika
menegakkan kalimat Allah perang sesuai dengan sabda Rasulullah SAW tentang orang-orang yang terbunuh ketika perang Uhud:
8
H. Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam, Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2003, h. 164
22
ﺔ
ﻣﺎ ﻴ
ﻘﹾ ﻟ
ﺍ
ﻡ ﻮ
ﻳ ﺎﹰ ﻜ
ﺴ ﻣ
ﺡ ﻮﹸ
ﻔ ﻳ ﹴ
ﻡ ﺩ ﱡ
ﻞﹸ ﻛ
ﻭﹶ ﺃ
ﹴ ﺡ
ﺮ ﺟ ﱡ
ﻞﹸ ﻛ ﹾ
ﻥﹺ ﺈﹶ
ﻓ ﻢ
ﻫ ﻮﹸ
ﻠِ ﺴ
ﻐ ﺗ ﹶ
ﻻ
ﻢﹺ ﻬ
ﻴﹶ ﻠ
ﻋ ّ ﹺ
ﻞ ﺼ
ﻳ ﻢﹶ
ﻟ
ﻭ ﺪﲪ ﺃ
ﻩﺍ ﻭﺭ
Artinya:Janganlah kalian memandikan mereka orang-orang yang terbunuh dalam perang karena sesungguhnya setiap luka pada badannya atau
setiap tetesan darahnya akan berbau semerbak pada hari kiamat laksana semerbak minyak kasturi dan mereka disembahyangkan
H.R. Imam Ahmad
9
b. Mengafani mayat
Mengafani mayat adalah fardu kifayah atas orang yang hidup setelah memandikan mayat. Batas minimal kain kafan bagi mayat adalah yang dapat
menutup badannya. Baik dari mayat tersebut laki-laki maupun perempuan.
c. Mensalatkan mayat
10
Dalam mensalatkan jenazah, terdapat beberapa rukun salat jenazah yang harus ditaati yaitu sebagai berikut:
11
1. Niat. 2. Takbir-takbir, yaitu empat kali takbir termasuk takbiratul ihram.
3. Berdiri sampai salat jenazah tersebut sempurna. 4. Berdoa untuk mayat.
5. Salam setelah takbir yang keempat.
9
Abdurrahman Al-Juzairi, Fiqh Empat Madzhab jilid ke-3 bagian ibadat II, Darul Ulum Press, 1994, h. 243
10
Ibid., h. 269
11
Al-Juzairi, Fiqh Empat Madzhab, h. 281
23
d. Menguburkan mayat
Para ahli fiqh sependapat mengatakan mengebumikan jenazah adalah fardu kifayah atas yang hidup, karena suatu tindakan meninggalkan mayat di atas
bumi adalah merusak kehormatannya dan baunya mengganggu orang ramai. Asas penguburan mayat terdapat dalam Al-quran Surat Al-Mursalat ayat
25-26 :
óΟ9 È≅èøgΥ
Ú ö‘{
? Ï. ∩⊄∈∪
[‹ôm Y?≡θøΒρ
∩⊄∉∪ ت
ا :
٢٥ ٢٦
Artinya:Bukankah kami telah menjadikan bumi sebagai tempat penampungan dan penghimpun penduduknya yang hidup dan yang mati
Q.s. Almursalat : 25-26
Firman Allah s.w.t dalam Surat Al-Maidah ayat 31 mengenai pengebumian Habil :
]è7ù \äî
ß]sö7ƒ ’Îû
ÇÚö‘{ …ç ƒÎãÏ9
ø‹. ”Í‘≡θãƒ
οöθ™ Ï ‹Åz
4
...
ة+ ا :
٣١
Artinya:Kemudian Allah menyuruh seekor burung gagak menggali-gali di bumi untuk memperlihatkan kepadanya Qabil bagaimana ia harus
menguburkan mayat saudaranya Q.s. Al Maidah : 31
Bila tidak memungkinkan untuk dikuburkan seperti halnya apabila ia mati didalam kapal laut yang jauh dari pantai dan sulit untuk mendarat di suatu tempat
yang memungkinkan untuk menguburnya di tempat tersebut sebelum baunya berubah, maka hendaklah ia diikat dengan suatu beban yang berat lalu
dijatuhkan ke dalam air. Dan ketika memungkinkan untuk dikubur,maka
24
hendaklah ia digalikan lubang di tanah. Ukuran minimal dalamnya adalah sebatas dapat mencegah terciumnya bau mayit dan mencegah kemungkinan
dibongkar oleh binatang buas.
12
Setelah memandikan mayat, mengafani, dan mensalatkan, maka kewajiban yang keempat adalah menguburkan yaitu dengan beberapa tahapan:
13
1. Penggalian tanah dengan ukuran minimal dalamnya adalah sebatas dapat mencegah terciumnya bau mayat dan mencegah kemungkinan dibongkarnya
oleh binatang buas. 2. Lalu mayat diletakkan kedalam liang lahat yang telah digali dan hendaknya
diberi langit-langit. Mayat wajib dimiringkan kekanan menghadap kiblat. 3. Lalu mayat ditimbun dengan tanah sehingga tanah menutup kuburan. Namun
sebelum ditutup lahad tersebut haruslah dibuka tali-tali yang mengikat kepala dan kaki mayat.
Terkait dengan peristiwa pemakaman, dalam hukum fiqih Islam dikenal berbagai sebutancara untuk memperoleh hak. Cara itu antara lain melalui: Jual-
beli, tukar-menukar, infak, sedekah, hadiah, wasiat, wakaf, warisan, hibah, zakat, dan ihyaul mawat.
Hukum Islam tidak secara khusus membedakan mana titelcara memperoleh hak yang hanya untuk tanah saja, dan mana yang untuk benda lain
non tanah. Namun dari bentuk-bentuk di atas, ihyaul mawat adalah istilah untuk
12
Abdurahman Al-Juzairi, Fiqh Empat Madzhab, Jakarta; Darul Umum Press, 1999, h.304
13
Ibid., h. 544
25
membuka tanah baru, jadi satu-satunya cara yang langsung dihubungkan dengan tanah. Sedangkan untuk zakat, kalau dikaitkan dengan tanah, maka lazimnya yang
dizakatkan atau dipindahkan haknya bukanlah tanahnya sendiri, tetapi hanya hasil tanah seperti pertanian atau perkebunan. Mengenai wakaf, akan dibicarakan
secara khusus dalam sub-bab berikut. Dengan demikian titel lainnya secara umum dapat dilakukan baik untuk tanah maupun benda lainnya non tanah.
Sedekah, hibah dan hadiah adalah merupakan bentuk pemberian secara umum. Sedekah adalah memberikan satu benda atau hak milik semata-mata
karena mengharapkan keridhaan dan balasan dari Allah SWT. Sedekah ini merupakan kebajikan yang sangat dianjurkan oleh Islam. Dalam Al-quran, istilah
sedekah digunakan juga untuk zakat seperti pada Surat Al-Taubah 60 yang menjelaskan tentang delapan jenis atau golongan yang berhak menerima zakat.
Adapun hibah ialah memberikan harta secara suka rela ketika masih hidup kepada seseorang. Menurut Imam Abu Hanifah dan Ahmad, hibah baru sah kalau ada
ijab, qabul dan penyerahan barang. Sedangkan Imam Malik dan Ahmad dalam riwayat lainnya berpendapat bahwa hibah sudah sah dengan adanya ijab dan qabul
tidak perlu diiringi secara riil. Satu cara lain untuk memperoleh hak milik yang dikenal dalam Islam
adalah melalui ganimah atau harta rampasan perang. Semua yang diperoleh pasukan Islam dari orang kafir dalam pertempuran, dijadikan ghanimah atau harta
rampasan perang, kecuali tanah. Seperlima dari harta rampasan itu diserahkan kepada Negara, dan yang empat perlima dibagikan kepada para pejuang. Melalui
26
bagian yang empat perlima inilah kaum muslimin mendapatkan hak milk walaupun ghanimah itu bukan tujuan.
Kemudian upah ujrah, ajrun juga merupakan salah satu cara seseorang untuk mendapatkan hak. Dengan melakukan satu prestasi, seseorang memperoleh
imbalan pembayaran, baik berupa uang, maupun benda lainnya termasuk tanah. Mengenai hal ini Rasulullah memberikan petunjuknya dalam sebuah hadits yang
diriwayatkan oleh Baihaqi sebagai berikut: Berikanlah kepada buruh itu upahnya sebelum keringatnya dan beritahukanlah jumlah pekerjaannya itu.
Dalam pengertian dan bentuknya yang lebih luas pada waktu sekarang, upah ini dapat muncul dengan berbagai istilah seperti gaji, honorarium, insentif,
imbalan, dan lain-lain. Imbalan atau gaji dalam hal ini bisa saja dalam bentuk yang paling lazim yaitu uang, tapi bisa juga dalam bentuk barang-barang atau
bahkan tanah. Jadi pada dasarnya yang diberikan oleh penerima upah adalah pekerjaan atau jasa dan dengan itu mereka menerima suatu hak. Sehubungan
dengan cara memperoleh hak seperti ini, kita mengenal pegawai negeri, pegawai swasta, dokter, pengacara, notaris, konsultan, pengusaha jasa angkutan, tukang,
dan profesi lainnya.
14
C. Wakaf Dalam Perpspektif Islam dan Jual Beli