2.4. Air
Pengambilan contoh air akan dilakukan pada beberapa lokasi yang bersifat mewakili kondisi perairan daerah yang disurvey. Adapun parameter-parameter sifat
air yang akan diukur dan dianalisis adalah parameter sifat air yang menjadi persyaratan baku mutu bagi kehidupan biota laut sesuai dengan peraturan yang
berlaku.
2.5. Lebar jalur hijau mangrove
Pengukuran lebar jalur hijau dilakukan mulai dari pinggir pantai atau sungai yang bervegetasi secara kontinyu ke arah darat sampai batas daerah yang tidak
bervegetasi. Sehingga kemudian didapatkan lebar jalur hijau terlebar dan tersempit.
2.6. Abrasi
Prakiraan besarnya laju abrasi di suatu lokasi ditentukan berdasarkan hasil wawancara penduduk asli setempat tentang riwayat kondisi pantai dan
perubahannya sampai saat penelitian. Dari data yang didapatkan kemudian dibuat rata-rata laju abrasi per tahun dengan cara membagi perubahan lebar pantai dengan
tahun selama perubahan tersebut. Jika lebar pantai semakin bertambah, maka yang terjadi adalah sedimentasi. Sedangkan dikatakan abrasi manakala lebar pantai
semakin berkurang.
2.7. Kondisi sosial-ekonomi
Data untuk mengetahui kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar kawasan didapatkan melalui wawancara dan pengumpulan data sekunder. Pemilihan
responden untuk wawancara dilakukan secara random dengan menggunakan media questionaire.
2.8. Penentuan tingkat kerusakan hutan mangrove
Penentuan tingkat kerusakan kawasan berpotensi mangrove ditentukan melalui formulasi yang sudah ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Reboisasi dan
Rehabilitasi Lahan, Departemen Kehutanan tahun 1997 Dirjen RRL, 1997, seperti terlihat pada Lampiran 2. Sedangkan penghitungan luas masing-masing kawasan
dilakukan melalui Peta Tingkat Kerusakan Kawasan Mangrove di Jawa Barat dan Banten yang dikeluarkan oleh Dirjen RRL tahun 1997.
2002 digitized by USU digital library
3
III. KONDISI BIOFISIK DAN SOSIAL EKONOMI
Tumbuhan mangrove secara ekologi akan tumbuh pada daerah pesisir yang terpengaruh oleh pasang surut air laut. Berdasarkan Peta Land System dan
pengamatan di lapangan, tanah-tanah pada land system PRT, KJP, KHY, PTG, UPG dan MKS di Jawa Barat dan Banten dapat ditumbuhi vegetasi mangrove, karena
dipengaruhi oleh pasang air laut.
Hasil pengamatan dan pengukuran kondisi biofisik kawasan mangrove serta hasil wawancara dan pengumpulan data sekunder tentang sosial ekonomi
masyarakat di sekitar kawasan mangrove di Jawa Barat dan Banten dijabarkan sebagai berikut:
3.1. Kondisi Biofisik a. Land System PRT
a.1. Vegetasi
Vegetasi mangrove yang terdapat di land system ini umumnya merupakan peralihan antara ekosistem mangrove dengan ekosistem hutan pantai. Dari hasil
pengamatan dijumpai 14 jenis vegetasi yang tersebar baik pada tingkat semai, pancang, maupun tingkat pohon yaitu api-api Avicennia marina, butun
Barringtonia asiatica, bogem Sonneratia caseolaris, buta-buta Excoecaria agallocha, tingi Ceriops tagal, dungun Heritiera littoralis, ketapang Terminalia
catappa, malapari Pongamia pinnata, bintoro Cerbera manghas, nyamplung Calophyllum inophyllum, nyiri Xylocarpus moluccense, tancang Bruguiera
cylindrica, duduk Lumnitzera littorea, waru Hibiscus tiliaceus, dan kipanggang Ficus microcarpa.
Berdasarkan hasil analisis vegetasi, jenis-jenis yang dominan pada tingkat pohon adalah E. agallocha INP = 101.51, H. tiliaceus INP = 67,5 dan A.
marina dengan nilai INP sekitar 40.5. Total kerapatan individu seluruh jenis sekitar
± 90 indha. Sedangkan untuk tingkat pancang jenis-jenis yang dominan antara lain E.
agallocha INP = 70.97, H. tiliaceus INP = 35.33 dan P. pinnata INP = 23.88. Total kerapatan individu seluruh jenis sekitar 272 indha.
Untuk tingkat semai jenis-jenis yang dominan adalah E. agallocha INP = 72.75, H. tiliaceus INP = 50.20 dan A. marina dengan nilai INP sekitar
12.55. Total kerapatan individu seluruh jenis sekitar 750 indha. Vegetasi bawah yang dominan di land system ini antara lain jerujon
Acanthus ilicifolius, paku laut Acrosticum aureum, bluntas Pluchea indica, Lantana camara, Pandanus sp. dan selanak wowo Flagellaria indica serta katang-
katang Ipomoea pes-caprae.
a.2. Jalur Hijau Mangrove
Pada land system PRT, jalur hijau mangrove hanya dijumpai di kiri kanan sempadan sungai saja dengan lebar rata-rata kurang dari 30 m dan panjang 100 -
1000 m. Rusaknya vegetasi mangrove di daerah ini disebabkan oleh pemanfaatan kayu mangrove secara intensif untuk kayu bakar dan bahan bangunan oleh
penduduk setempat yang dimulai sejak tahun 1980-an.
2002 digitized by USU digital library
4