Analisis Faktor-Faktor Yang Mendorong Women Entrepreneur Dalam Mendirikan Usaha Salon Di Jalan Jamin Ginting.

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA PROGRAM STRATA-1

FAKULTAS EKONOMI MEDAN

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MENDORONG WOMEN

ENTREPRENEUR DALAM MENDIRIKAN

USAHA SALON DI JALAN JAMIN GINTING

DRAFT SKRIPSI

Oleh:

DINI ADLINA WANDANI 040502017

DEPARTEMEN MANAJEMEN

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Universitas Sumatera Utara Medan


(2)

ABSTRAK

Dini Adlina Wandani (2009), 040502017, Analisis Faktor-faktor yang Mendorong Women Entrepreneur Dalam Mendirikan Usaha Salon di Jalan Gaperta, di bawah bimbingan Ibu.Prof.Dr. Ritha F. Dalimunthe,SE, MSi. Dosen penguji I: Ibu Dra. Marhaini,MS. Dosen penguji II: Dr. Prihatin Lumban Raja,SE,MSi ; Departemen Manajemen Universitas Sumatera Utara.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui alasan-alasan yang mendorong women

entrepreneur dalam mendirikan usaha salon khususnya di jalan gaperta yang berjumlah

30 salon.

Penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Oleh karena penelitian ini berupa studi kasus maka populasi dan sampel penelitian ini adalah salon-salon yang ada di jalan Gaperta yang berjumlah 30 salon.

Ada tiga alasan yang mempengaruhi Women Entrepreneur dalam memulai usahanya yaitu: Alasan Keluarga, Alasan yang di sengaja, Alasan Pemaksa. Dari ketiga alasan tersebut , hasil penelitian ini menunjukkan bahwa alasan yang di sengaja merupakan alasan Alasan utama yang mempengaruhi Women Enterepreneur memulai usahanya.

Kata kunci : Women Entrepreneur, Wirausahawan, Alasan Keluarga, Alasan yang di sengaja, Alasan pemaksa.


(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan atas kehadirat Allah SWT atas rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Analisis Faktor-faktor yang mendorong women entrepreneur dalam mendirikan usaha salon di jalan Jamin Ginting “

Skripsi ini ditulis guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada :

1. Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec, selaku dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Prof. Dr. Ritha F Dalimunthe, SE,Msi, selaku Ketua Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan Dosen Pembimbing.

3. Ibu Dra. Nisrul Irawati, MBA selaku Sekretaris Jurusan Departemen Manajemen fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Dra. Marhaini MS,selaku dosen penguji I yang telah memberikan banyak saran kepada penulis.

5. Ibu Dr.Prihatin Lumbanraja SE,Msi selaku dosen penguji II yang telah banyak memberikan saran kepada penulis.

6. Seluruh dosen dan staff pegawai yang telah banyak membantu dalam masa perkuliahan khususnya Kak Vina, Kak Dani, Bang Jum thanks atas segala waktu dan bantuannya.


(4)

7. Kedua orang tuaku dan adikku yang telah banyak membantu baik do’a. pengorbanan, kasih sayang, dan perhatiannya

8. Dan seluruh teman-teman mahasiswa yang sudah banyak membantu selama masa perkuliahan.

Medan, September 2009 Penulis


(5)

Daftar Isi

Halaman

ABSTRAK……… i

KATA PENGANTAR………. ii

DAFTAR ISI

... v

DAFTAR TABEL……… vii

DAFTAR GAMBAR………... ix

Bab I Pendahuluan

A. Latar Belakang... 1

B. Perumusan Masalah... 1

C. Kerangka Konseptual... 4

D. Hipotesis... ... 4

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian... 5

2. Manfaat Penelitian... 5

F. Metode Penelitian 1. Batasan dan Indentifikasi Variabel Penelitian... 5

2. Definisi Operasional Variabel... 7

3. Skala Pengukuran Variabel... 7

4. Tempat dan Waktu Penelitian... 7

5. Populasi dan Sampel... 8

6. Jenis dan Sumber Data... 8

7. Tehnik Pengumpulan Data... 9

8. Metode Analisis Data... 9


(6)

Bab II

Uraian Teoritis

A. Penelitian

Terdahulu... 11 B. Pengertian

Wirausaha... 11 C. Manfaat Mendirikan Usaha

Kecil... 15 1. Potensi Penghasilan Tak

terbatas……….. 16 2. Memaksimalkan

kemampuan………... 16 3. Bebas mengatur ritme

kerja……….. 17 4. Sikap mental yang

mandiri………... 17 5. Kepuasan atas

keberhasilan……….. 18 D. Berbagai Macam Profil

Wirausaha………. 18 E. Faktor – Faktor Mendirikan Usaha

Kecil……… 21 F. Tahapan Menyusun

Rencana………... 23 1. Bidang

usaha………. 23 2. Visi dan

tujuan………... 24 3. Strategi………... 25 4. Aspek pasar……… 25 5. Aspek lokasi………... 26 6. Aspek produktif

/operasi……… 27 7. Aspek legalitas dan

manajemen………. 27 8. Aspek


(7)

G. Wirausahawan

Wanita……… 29

Bab III

Gambaran Umum Usaha Salon Di Jalan Jamin Ginting

Medan

A. Gambaran Umum Jalan Jamin

Ginting……….. 33 B. Gambaran Umum Usaha Salon Di Jalan Jamin

Ginting……… 35

Bab IV

Analisis Dan Evaluasi

A. Analisis

Responden……… 38 B. Analisis Faktor – Faktor Pendorong Wanita dalam

Berwirausaha… 43

Bab V

Kesimpulan Dan Saran

A.

Kesimpulan……… 48

B. Saran……….. 49


(8)

Daftar Tabel

No. Judul

Halaman

Tabel 1.2 Defenisi Operasional Variabel……… 7

Tabel 2.1 Kelebihan dan Kekurangan Lokasi Usaha dirumah…... 26

Tabel 3.1 Jumlah Usaha Salon di Jamin Ginting……….... 35

Tabel 4.1 Usia Responden……….. 38

Tabel 4.2 Status Responden……….... 39

Tabel 4.3 Pendidikan Formal Responden………... 40

Tabel 4.4 Kursus Salon………... 41

Tabel 4.5 Lama Responden Berwirausaha………. 41

Tabel 4.6 Jumlah Tenaga Kerja……….. 42

Tabel 4.7 Jenis Jasa dan Pelanggan Terbanyak………... 43

Tabel 4.8 Komposisi Berdasarkan Alasan Keluarga……….. 45

Tabel 4.9 Komposisi Berdasarkan Alasan yang di sengaja…….... 45


(9)

Daftar Gambar

No. Judul

Halaman


(10)

ABSTRAK

Dini Adlina Wandani (2009), 040502017, Analisis Faktor-faktor yang Mendorong Women Entrepreneur Dalam Mendirikan Usaha Salon di Jalan Gaperta, di bawah bimbingan Ibu.Prof.Dr. Ritha F. Dalimunthe,SE, MSi. Dosen penguji I: Ibu Dra. Marhaini,MS. Dosen penguji II: Dr. Prihatin Lumban Raja,SE,MSi ; Departemen Manajemen Universitas Sumatera Utara.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui alasan-alasan yang mendorong women

entrepreneur dalam mendirikan usaha salon khususnya di jalan gaperta yang berjumlah

30 salon.

Penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Oleh karena penelitian ini berupa studi kasus maka populasi dan sampel penelitian ini adalah salon-salon yang ada di jalan Gaperta yang berjumlah 30 salon.

Ada tiga alasan yang mempengaruhi Women Entrepreneur dalam memulai usahanya yaitu: Alasan Keluarga, Alasan yang di sengaja, Alasan Pemaksa. Dari ketiga alasan tersebut , hasil penelitian ini menunjukkan bahwa alasan yang di sengaja merupakan alasan Alasan utama yang mempengaruhi Women Enterepreneur memulai usahanya.

Kata kunci : Women Entrepreneur, Wirausahawan, Alasan Keluarga, Alasan yang di sengaja, Alasan pemaksa.


(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah

Usaha kecil adalah apabila pemilik dan manajer mengurusi secara langsung maupun tidak langsung dan mempunyai sistem komunikasi langsung dengan manajer-manajer bagian operasional dan mempunyai hubungan pribadi yang akrab dengan tenaga kerja termasuk semua pegawai-pegawainya (Harmein,2002:9).

Sekarang ini sudah banyak wanita-wanita di Indonesia yang sudah mampu memasuki lapangan pekerjaan seperti pekerjaan di bidang kesehatan, perdagangan, keamanan, dan sebagainya.Kita jumpai pula wanita yang bergerak dibidang bisnis yang lebih dikenal dengan istilah wanita pengusaha, wanita yang berwirausaha.

Wanita memegang peranan penting dalam seluruh aspek kehidupan berbangsa dan bernegara . Salah satu peran wanita yang sering terabaikan adalah adalah dibidang pengembangan ekonomi.(www.asppuk.or.id).(5 Maret 2009)

Saat ini, semua bidang usaha terbuka bagi wanita diIndonesia dan ini merupakan tantangan bagi kaum wanita yang selalu memperjuangkan hak emansipasi. Pandangan yang tertanam di masyarakat adalah bahwa pria adalah kepala rumah tangga. Namun kata “ibu rumah tangga” pada wanita tersebut tidak bisa dianggap enteng. Hasil penelitian Bank Dunia menyebutkan, meningkatkan porsi wanita untuk memeperoleh pendidikan menengah sebesar 1% atau sekitar 62 ribu wanita di Indonesia, diproyeksikan akan terjadi peningkatan Pendapatan Domestik Bruto (PDB) sebesar 735 juta dolar Amerika. (www.eksekutif.com).(15 Maret 2009)


(12)

Menurut pengamat Adler Haymas Manurung, wanita memang sebaiknya memilih bisnis yang disukainya agar risiko kerugian bisa dikurangi. Hal ini penting karena dalam berbisnis mereka jadi mengerti benar terhadap bidang usaha yang digelutinya. Adler yang juga menjabat Direktur Investasi PT Nikko Securities Indonesia ini menyarankan wanita dalam memulai bisnis sebaiknya melakukan 3 (tiga) hal, yaitu berawal dari skala kecil, mau belajar pemasaran, dan mengubah mentalitas menjadi aktif bersosialisasi.Mengenai lokasi usaha sebaiknya tidak jauh dari tempat tinggal sehingga waktunya tidak habis di luar rumah dan para wanita itu Sebaiknya memilih jenis usaha yang tidak jauh dengan aktivitas yang disukainya seperti salon.

Usaha yang bertempat di.Jalan Jamin Ginting banyak, dimulai dari salon hingga butik dan semuanya rata-rata dikelola oleh wanita. Hal ini menjadi fenomena tersendiri karena salon-salon itu bersaing secara sehat sejak belasan tahun yang lalu dan tetap eksis sampai sekarang. Merebaknya bisnis yang dijalankan para wanita ini semakin menambah jumlah pengusaha wanita. Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (IWAPI) mencatat jumlah wanita yang jadi pengusaha meningkat setiap tahunnya. Anggota IWAPI saat ini disebutkan telah mencapai lebih dari 16.000 orang. Bagi Adler, minat ibu rumah tangga untuk berbisnis itu tak menjadi masalah, selama dia bisa mengurus keluarga dengan baik, karena hal ini merupakan peran utama mereka dalam keluarga (web.bisnis.com).

Kesadaran akan beresiko dan ketidakpastian dalam hidup menyadarkan wanita untuk berbisnis. Badai krisis moneter atau kasus dalam keluarga memberi pelajaran pada kaum ibu untuk mempersiapkan masa depan. Resiko dalam kehidupan keluarga


(13)

memang akan ada terus. Tetapi, kemampuan mengantisipasi resiko itu yang lebih penting

Kewirausahaan (entrepreneurship) merupakan persoalan penting di dalam perekonomian suatu bangsa yang sedang membangun. Kemajuan atau kemunduran ekonomi suatu bangsa sangat ditentukan oleh keberadaan dan peranan dari kelompok wirausahaan ini (Didik J.Rahbini,2002 : xiv)

Wanita berdikari (berdiri di atas kaki sendiri), wanita berwirausaha sudah sejak lama menjadi pemikiran dan isi hati Ibu Kartini. Hal ini dapat kita buktikan dari hampir semua tulisan Ibu Kartini yang termuat di dalam kumpulan surat-suratnya yang dibukukan dengan judul Door duisternis Tot Licht (Habis Gelap Terbitlah Terang), hampir setiap halaman surat-suratnya penuh dengan kata-kata perlunya pengembangan watak diatas pendidikan otak, karena dengan pembetukan watak Ibu Kartini yakin wanita akan lebih mampu berdiri sendiri, tidak tergantung dari kerabat dan dari siapapun. Ibu Kartini memikirkan suatu pendidikan menuju Independent career (karir yang bebas), tidak saja bagi wanita tetapi juga para pria. Ibu Kartini tidak hanya memperjuangkan pendidikan sekedar ketrampilan kerumahtanggaan, tetapi lebih dari itu, Ibu Kartini berjuang untuk dilaksanakannya pendidikan berdikari. Ibu kartini sangat memperhatikan bidang bisnis terbukti dari usahanya dalam membantu keuangan dan pemasaran wood carving, textile weaving, dyeing works in gold and copper and tortoise

shell (ukiran kayu, tenunan, sepuhan emas tembaga dan kulit kura-kura).

Berdasarkan uraian ini, maka penulis tertarik untuk mengetahui faktor-faktor pendorong tersebut sehingga penulis membuat penelitian yang berjudul “Analisis


(14)

Faktor-faktor yang Mendorong Women Entrepreneur dalam Mendirikan usaha salon di jalan Jamin Ginting”

B.

Perumusan masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, maka penulis menetapkan masalah sebagai berikut :

1.

Faktor-faktor apakah yang mendorong women entrepreneur dalam mendirikan usaha kecil?

2.

Faktor-faktor apakah yang paling dominan mendorong women

entrepreneur dalam mendirikan usaha kecil?

C.

Kerangka konseptual

Berdasakan latar belakang dan perumusan masalah dapat di susun sebuah kerangka konseptual, yaitu :

Gambar : 1.1 kerangka konseptual Sumber : Panji Anoraga (2002) di olah

Alasan faktor keluarga

Alasan faktor yang Disengaja Mendirikan Usaha Kecil


(15)

D.

Hipotesis

1. Faktor-faktor yang mendorong wanita untuk berwirausaha adalah faktor keluarga, faktor yang disengaja, faktor pemaksa.

2. Faktor yang disengaja merupakan faktor yang paling dominan yang menjadi pendorong wanita dalam berwirausaha.

E.

Tujuan dan manfaat penelitian

1.

Tujuan penelitian

Tujuan penelitian yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah :

a. Mengetahui faktor-faktor yang mendorong women entrepreneurship untuk mendirikan usaha kecil.

b. Mengetahui faktor- faktor yang paling dominan yang mendorong women

entrepreneur dalam mendirikan usaha kecil.

2.

Manfaat penelitian

Manfaat penulis melakukan penelitian ini adalah :

a. Bagi perusahaan, sebagai bahan masukan untuk perusahaan dimasa yang akan datang.

b. Bagi peneliti, menambah dan memperluas wawasan peneliti sehingga dapat menambah cakrawala pemikiran dalam bidang usaha kecil khususnya.

c. Bagi pihak lain, sebagai referensi yang dapat memberikan perbandingan dalam melakukan penelitian pada bidang yang sama.


(16)

F.Metode Penelitian

1

.

Batasan dan indentifikasi variabel penelitian

Penelitian ini untuk menghindari kesimpangsiuran dalam membahas dan menganalisa permasalahan , maka penelitian ini dibatasi oleh faktor-faktor yang mendorong women entrepreneur dalam berwirausaha dan dalam hal ini wanita pengusahan salon di jalan Jamin Ginting Medan. Adapun variabel dalam penelitian ini adalah alasan faktor keluarga, alasan faktor yang di sengaja, alasan faktor pemaksa. 2

.

Defenisi operasional variabel

Dalam penelitian ini variabel-variabel yang dioperasionalkan adalah semua variabel yang termasuk dalam hipotesis yang telah di rumuskan. Untuk memberikan gambaran yang jelas dan memudahkan pelaksanaan penelitian, maka perlu defenisi variable-variabel yang akan di teliti sebagai berikut :

a. Faktor Keluarga.

Seseorang lahir atau dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang memang memiliki tradisi kuat dalam berwirausaha (confidence modalities).

b . Alasan Faktor Yang Di Sengaja.

Seorang wanita yang memang sengaja terjun ke dalam bisnis wirausaha

(emotion modalities).

c. Alasan Faktor Pemaksa.

Seorang wanita yang ingin membantu untuk mengatasi keadaan ekonomi keluarga (tension modalities). (Musrofi,2004 :3)


(17)

Tabel 1.2

Defenisi Operasional Variabel

NO. Variabel Indikator Skala

1 Alasan faktor keluarga 1. mencukupi kebutuhan ekonomi keluarga 2. ada anggota keluarga yang berwirausaha

Guttman

2 Alasan faktor yang disengaja

1. pendidikan

2. keinginan menjadi wirausaha 3. sumber informasi

Guttman

3 Alasan faktor pemaksa 1. mengisi waktu luang 2. penghasilan tambahan 3. tidak mendapatkan pekerjaan

Guttman

Sumber : hasil penelitian di olah (2008)

3.

Skala pengukuran variabel

Variabel faktor pendorong keberhasilan usaha kecil diukur dengan menggunakan skala Guttman. Skala pengukuran tipe ini, akan didapat jawaban yang tegas ,yaitu “ya-tidak” , “benar-salah”, “pernah-tidak pernah”, “positif-negatif” dan lain-lain. Data yang di peroleh dapat berupa data interval atau rasio dikhotomi (dua alternatif).penelitian ini menggunakan skala Guttman dilakukan bila ingin mendapatkan jawaban yang tegas terhadap suatu permasalahan yang ditanyakan.

Skala Guttman selain dapat dibuat dalam bentuk pilihan ganda, juga dapat dibuat checklist. Jawaban dapat dibuat skor tertinggi satu dan terendah nol,misalnya untuk jawaban setuju di beri skor 1 dan tidak setuju diberi skor 0.


(18)

4. Tempat dan waktu penelitian

Penelitian di lakukan disalon kecantikan di jalan Jamin ginting Medan. Penelitian akan di lakukan selama bulan April – Juni 2009.

5.

Populasi dan Sampel

Menurut Kuncoro (2003), Populasi adalah sekelompok elemen yang lengkap yang biasanya berupa orang, objek, transaksi, atau kejadian di mana kita tertarik untuk mempelajarinya atau objek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah women

entrepreneur yang mendirikan salon di jalan Jamin Ginting Medan yang berjumlah 30

orang.

Teknik pengambilan sample menggunakan metode Nonprobability Sampling yang merupakan teknik pengambilan sample yang tidak memberi peluang / kesempatan sama bagi setiap unsure atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sample. Metode

Nonprobability Sampling yang digunakan adalah teknik Sampling Jenuh yang

merupakan teknik penentuan sample bila semua anggota populasi digunakan sebagai sample. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relative kecil, kurang dari 30 orang. Dalam hal ini, populasi dari penelitian yang akan dilakukan adalah 30 responden, maka kedelapan responden itu akan langsung digunakan sebagai sample.

6. Jenis dan sumber data

Penelitian ini menggunakan dua jenis sumber data : a. Data primer


(19)

Data primer adalah data yang diperoleh dari responden terpilih pada lokasi penelitian. Berdasarkan masalah yang telah diuraikan dan tujuan penelitian ini, maka data primer yang diperlukan adalah

b. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui buku-buku,jurnal,majalah yang dianggap menjadi referensi pendukung,berupa teori-teori dan informasi yang berkaitan dengan penelitian.

7. Tehnik pengumpulan data

Dalam penelitian ini, peneliti mengumpulkan data primer melalui: a. Wawancara

Dalam hal ini peneliti melakukan wawancara tatap muka dengan responden terpilih. Wawancara di lakukan dengan menggunakan alat bantu berupa seperangkat daftar pertanyaan yang telah di persiapkan terlebih dahulu atau sering di sebut interview guide.

b. Kuesioner

Kuesioner merupakan tehnik pengumpulan data yang di lakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis kepada responden untuk di jawabnya.


(20)

8. Metode Analisis Data

Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa maksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi.

Tujuan penelitian adalah deskriptif yang terbatas pada upaya memberi suatu gambaran tentang variabel-variabel yang akan di teliti, teknis analisis yang sering digunakan adalah statistika dasar yang berkaitan dengan parameter statistik deskriptif

Termasuk dalam parameter statistik deskriptif antara lain adalah penyajian data melalui tabel, diagram lingkaran, pictogram, perhitungan modusm, median, mean, perhitungan desil, persentil, perhitungan penyebaran dan melalui perhitungan rata-rata dan standar deviasi,perhitungan presentase.


(21)

BAB II

URAIAN TEORITIS

A.

Penelitian Terdahulu

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Fazrinur”analisis yang mendorong wirausahawan untuk mendirikan usaha kecil” pada tahun 2007 , kesimpulan bahwa faktor yang paling umum di jumpai dari para wirausahawan untuk memulai usaha kecilnya adalah tension modalities (alasan faktor utama).

Penelitian yang dilakukan proyek peningkatan peran usaha swasta (private

enterprise participation project) tentang wanita pengusaha di Indonesia pada

tahun 2003 menyebutkan, fakta bahwa wanita mengalami kesulitan administrasi dalam memperoleh pinjaman .(www.eksekutif.com) (17 Maret 2009).

B. Pengertian Wirausaha

Wirausaha istilahnya berasal dari bahasa perancis yaitu entrepreneur yang kemudian diterjemahkan kedalam bahasa Inggris dengan arti between taker atau go-between.Sebagai contoh dari pengertian go-between atau perantara yag di maksudkan dalam istilah bhs Perancis,entrepreneur adalah pada saat Marcopolo yang mencoba merintis jalur pelayaran ke timur jauh. Dia setuju untuk menandatangani kontrak untuk menjual barang dari seorang pengusaha. Kontrak ini memberikan pinjaman dagang kepada Marcopolo dengan bagian keuntugan sebesar 22,5% termasuk asuransi. Pemilik modal tidak menanggung resiko apa-apa sedangkan si pedagang yang berlayar menanggung resiko besar. Pada saat


(22)

pelayaran tiba ditujuan dan barang dagangan djual maka si pemilik rmodal menerima keuntungan lebih dari 75% sedangkan si pedagang menerima keuntungan yang lebih kecil.

Perkembangan teori dan istilah entrepreneur adalah sebagai berikut : 1. Abad pertengahan diartikan sebagai aktor atau orang yang

bertanggung jawab dalam proyek produksi besar.

2. Abad 17 di artikan sebagai orang yang menanggung resiko untung rugi dalam mengadakan kontrak pekerjaan dengan pemerintah dengan menggunakan fixed price (harga tetap).

3. Tahun 1725, Richard Cantillon menyatakan wirausaha sebagai orang yang menanggung resiko yang berbeda dengan orang yang memberi modal.

4. Tahun 1797, Bedeau menyatakan wirausaha adalah orang yang menanggung resiko, merencanakan, superviso, mengorganisasi dan memiliki.

Sumber : Robert d. Hisrich dan Michael P. Peters dalam Alma (2005 : 20)

Menurut Zimmerer (2005:3), seorang wirausaha adalah seseorang yang menciptakan sebuah bisnis dengan mengambil resiko dan ketidakpastian demi mencapai keuntungan dan pertumbuhan dengan cara mengindentifikasi peluang dan menggabungkan sumber daya yang diperlukan untuk mendirikannya.para


(23)

peneliti telah menghabiskan banyak waktu dan usaha dalam dasawarsa terakhir ini untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai kepribadian kewirausahaan. Walaupun penelitian ini berhasil mengindentifikasi beberapa karakteristik yang cenderung terlihat pada wirausahawan , tak ada satupun kajian ini yang berhasil memisahkan ciri-ciri yang di butuhkan untuk mencapai keberhasilan.

Profil kewirausahaan yaitu (Zimmerer 2003:3) : a. Menyukai tanggung jawab

Wirausahawan merasa bertanggung jawab secara pribadi atas hasil perusahaan tempat mereka terlibat. Mereka lebih menyukai dapat mengendalikan sumber-sumber daya mereka sendiri dan menggunakan sumber-sumber daya tersebut untuk mencapai cita-cita yang telah di tetapkan sendiri’

b. Lebih menyukai resiko menengah

Wirausahawan bukanlah seorang pengambil resiko liar , melainkan orang yang mengambil resiko yang di perhitungkan .Tak seperti penjudi, seorang wirausahawan jarang berjudi. Wirausahawan melihat sebuah bisnis dengan tingkat pemahaman resiko pribadinya. Mereka biasanya mengambil peluang didaerah yang sesuai dengan pengetahuan ,latar belakang dan pengalamannya yang akan meningkatkan kemungkinan keberhasilannya. c. Keyakinan atas kemampuan mereka untuk berhasil

Wirausahawan biasanya memiliki banyak keyakinan atas kemampuannya untuk berhasil. Mereka cenderung optimis terhadap peluang keberhasilan


(24)

dan optimisme biasanya berdasarkan kenyataan. Salah satunya penelitian dari National federation of Independent Bussines (NFIB) menyatakan bahwa sepertiga dari wirausahawan menilai peluang berhasil mencapai 100%. Tingkat optimism yang tinggi kiranya dapat menjelaskan mengapa kebanyakkan wirausaha yang berhasil juga pernah gagal dalam bisnis sebelum berhasil’

d. Hasrat untuk mendapatkan umpan balik langsung

Wirausahawan ingin mengetahui sebaik apa mereka bekerja dan terus menerus mencari pengukuhan.

e. Tingkat energi yang tinggi

Wirausahawan lebih energetik dibandingkan orang kebanyakan. Energy ini merupakan faktor penentu mengingat luar biasanya bisnis yang di perlukan untuk mendirikan suatu perusahaan. Kerja keras dalam waktu yang lama merpakan suatu yang biasa.

f. Orientasi ke depan

Wirausahawan memiliki indra yang kuat dalam mencari peluang. Mereka melihat ke depan dan tidak mempersoalkan apa yang telah dikerjakan kemarin melainkan lebih mempersoalkan apa yang di kerjakan besok. Bila manajer tradisional memperhatikan pengelolaan sumber daya yang ada, wirausahawan lebih tertarik mencari dan memanfaatkan peluang.


(25)

Membangun perusahaan “dari nol” dapat dibayangkan seperti menghubungkan potongan-potongan sebuah gambar besar. Para wirausahawan mengetahui cara pengumpulan orang-orang yang tepat untuk menyelesaikan suatu tugas.penggabungan orang dan pekerjaan secara efektif memungkinkan para wirausahawan untuk mengubah pandangan ke depan menjadi kenyatan.

Menurut undang-undang R.I No.9 “tentang usaha kecil”yang di maksud usaha kecil adalah :kegiatan ekonomi rakyat berskala kecil dan memenuhi criteria kekayaan bersih atau hasil penjualan umum tahunan serta kepemilikan sebagaimana yang diatur dalam undang-undang tersebut.

Usaha kecil adalah apabila pemilik dan manajer mengurusi secara langsung maupun tidak langsung dan mempunyai sistem komunikasi langsung dengan manajer-manajer bagian operasional dan mempunyai hubungan pribadi yang akrab dengan tenaga kerja termasuk semua pegawai-pegawainya (Harmein,2002:9)

Usaha kecil dapat digunakan dengan berbagai ukuran. Ada yang menggunakan ukuran jumlah pekerja,ada juga yang menggunakan ukuran jumlah pekerja,tenaga listrik yang dipakai dan besarnya modal yang di tahan, bahkan jenis pembeli dan daerah pemasaran sering dipakai patokan. Di Indonesia dulu,usaha digolongkan kecil jika menggunakan tenaga listrik 5 KVA,atau menggunakan tenaga kerja 50 orang, kemudian digunakan ukuran modal untuk menentukan besar kecilnya usaha, dikatakan kecil apabila:


(26)

1. Modal pedagang /jasa yang di jalankan memiliki modal tidak lebih dari Rp.40 juta (empat puluh juta).

2. Usaha produksi./industri jasa atau jasa kontruksi yang mampunyai modal tidak lebih dari Rp.100 juta (seratus juta)

Ciri-ciri lain yang dapat digunakan sebagai ukuran apakah suatu usaha tergolong kecil adalah:

1. Usaha yang dimiliki secara bebas, terkadang tidak berbadan hukum.

2. Operasinya tidak memperlihatkan keunggulan yang mencolok. 3. Usaha yang dimiliki dan di kelola oleh satu orang.

4. Usahanya tidak memiliki pekerja.

5. Modalnya dikumpulkan dari tabungan pemilik pribadi, atau perorangan.

6. Wilayah pasarnya bersifat lokal dan tidak terlalu jauh dari pusat usahanya

C.

Manfaat mendirikan usaha kecil

Kebanyakan wirausahawan mendirikan usahanya sendiri untuk kepuasan sendiri. Rutinitas yang membosankan,kreativitas yang dihambat-hambat dan di matikan, birokrasi yang panjang dan kaku, atau suasana kerja yang tidak menyenangkan, budaya perusahaan yang tidak cocok merupakan hal-hal yang bisa menciptakan motif dan mendorong orang untuk segera


(27)

mencari kebebasan. Jika mereka bekerja sebagai orang gajian , maka semua yang mereka lakukan hanyalah untuk bos atau pimpinan perusahaan saja.

Ada beberapa keuntungan yang bisa didapatkan dari membuka usaha. (Sarosa,2003:5)

1. Potensi penghasilan tak terbatas

Membuka usaha berbeda dengan bekerja sebagai karyawan di perusahaan orang lain. Kalau bekerja sebagai karyawan , penghasilan adalah sebesar gaji (mungkin dengan di tambah tunjangan-tunjangan bila ada), di mana gaji dan tunjangan-tunjangan tersebut telah di tetapkan berdasarkan jabatan atau masa kerja oleh bos atau pemilik perusahaan. Disini seseorang hanya bisa menerima keputusan yang di buat oleh pemilik perusahaan, sebaliknya jika membuka usaha sendiri, maka penghasilan yang didapatkan dalam jumlah yang besar, bahkan tidak terbatas, bahkan tidak terbatas tergantung dari kinerja dan pengelolaan usaha . wirausahawan bebas menentukan berapa yang akan di dapatkannya, potensi menerima penghasilan yang tak tebatas ini merupakan daya tarik yang membuat seseorang ingin mendirikan usaha sendiri.

2. Memaksimalkan kemampuan

Kemampuan yang di maksud bisa berupa ide-ide kreatif , ataupun kemampuan yang lain seperti kemampuan menjual, bernegosiasi, dan lain-lain sebagainya. Dengan memiliki kebebasan seluas-luasnya untuk berkreasi dengan ide-ide tersebut , untuk bekerja tanpa adanya


(28)

batasan – batasan yang mungkin akan sering ditemui jika memilih untuk bekerja sebagai karyawan disuatu perusahaan. Sudah tentu adanya kebebasan bekerja dan berkreasi secara maksimal maka semangat kerjapun akan menjadi berlipat ganda. Semangat kerja yang tinggi inilah yang sangat diharapkan dapat membuahkan hasil yang maksimal pula bagi usaha sendiri. Sering kali seseorang merasa gerah di tempat kerjanya , karena merasa ide-ide atau pemikirannya tidak berkembang. Jika bekerja sebagai orang kantoran , ide-ide tidak begitu di butuhkan , karena semuanya sudah berjalan dengan system yang ada. Sudah pasti pimpinan atau bos dikantor tersebut telah membuat sistem yang harus di patuhi semua bawahannya . dengan berwirausaha seseorang bebas berkreasi. Maju tidaknya usaha tersebut, tergantung bagaimana mengelolanya.

3. Bebas mengatur ritme kerja

Dengan menjadi karyawan , sebenarnya seseorang telah melakukan suatu transaksi dengan perusahaan tempat bekerja yaitu transaksi jual beli. Seseorang telah menjual waktu dan kemampuannya untuk di gunakan oleh perusahaanya dan mendapat gaji sebagai imbalannya. Jika bekerja sebagai karyawan , maka ada keterbatasan untuk bisa mengatur waktu. Sebagian besar waktu di habiskan di luar rumah. Akan tetapi , seseorang dapat mengatur waktunya sendiri jika memulai untuk membuka usahanya sendiri, bahkan jika usahnya mengambil tempat di rumah, maka seseorang tidak perlu


(29)

meninggalkan rumah. Wirausahawan seperti orang bebas yang mempunyai tanggung jawab.

4. Sikap mental yang mandiri

Sebagai bos dalam suatu usaha sendiri , maka bersikap mandiri dalam menjalankan usaha merupakan tuntunan yang harus di lakukan. Sikap mental yang kuat dan mandiri ini sering kali sangat dibutuhkan pada saat usaha sedang menghadapi masalah yang berat sehingga menuntut untuk dapat mengambil tindakan yang cepat dan tepat. Pada saat situasi seperti itu tidak ada siapapun yang dapat di andalkan selain diri sendiri karena wirausahawan merupakan bos bagi usahanya. Justru wirausahawan tersebut yang diharapkan oleh para karyawan untuk dapat mengatasi masalah yang sedang di hadapi seseorang wirausaha harus dapat menjadi contoh bagi para bawahannya. Keteraturan hidup sangat di perlukan untuk menjadi wirausahawan. Kehidupan yang terencana dengan baik merupakan satu hal yang harus dilakukan. Taat ibadahnya, baik hubungan sosialnya, dan berkembang usahanya, merupakan gambaran dari seorang wirausahawan yang sukses.

5. Kepuasan atas keberhasilan

Sering kali terdengar bahwa salah satu faktor kuat yang mendorong para pengusaha untuk membuka usaha sendiri adalah rasa puas jika telah berhasil menghasilkan sesuatu. Hal ini menimbulkan motivasi


(30)

tersendiri bagi para pengusaha untuk terus dan terus berusaha supaya bisa menjadi yang lebih baik.

D.

Berbagai macam profil wirausaha

Menurut Zimmerer dan Scarborough (2002 : 13), jika diperhatikan

enterepreneur

Yang ada dimasyarakat sekarang ini, maka di jumpai berbagai macam profil.

1. Women entrepreneur

Banyak wanita yang terjun ke dalam bidang bisnis. Alasan mereka menekuni bidang bisnis ini di dorong oleh faktor-faktor antara lain ingin memperlihatkan kemampuan prestasinya, membantu ekonomi rumah tangga, frustasi terhadap pekerjaan sebelumnya dan sebagainya.

2. Minority entrepreneur

Kaum minoritas terutama di Negara kita Indonesia kurang memiliki kesempatan kerja dilapangan pemerintahan sebagaimana layaknya warga negara pada umumnya. Oleh sebab itu, mereka berusaha menekuni kegiatan bisnis dalam kehidupan sehari-hari. Demikian pula para perantau dari daerah tertentu yang menjadi kelompok minoritas pada suatu daerah, mereka juga berniat mengembangkan bisnis. Kegiatan bisnis mereka ini makin lama makin maju, dan mereka membentuk suatu organisasi minoritas di kota-kota tertentu.


(31)

3. Imigrant entrepreneur

Kaum pedagang yang memasuki suatu daerah biasanya sulit untuk melakukan pekerjaan formal. Oleh karena itu,mereka lebih leluasa terjun ke dalam pekerjaan yang bersifat non-formal yang di mulai dari berdagang kecil-kecilan sampai berkembang menjadi perdagangan tingkat menengah.

4. Part- time entrepreneur

Memulai bisnis dalam mengisi waktu luang atau part-time merupakan pintu gerbang untuk menjadi usaha besar. Bekerja

part-time tidak mengorbankan pekerjaan dibidang lain misalnya seorang

karyawan pada sebuah kantor ingin mengembangkan hobinya untuk berdagang atau mengembangkan suatu hobi yang menari. Hobi ini akhirnya mendatangkan keuntungan yang lumayan. Ada kalanya orang ini beralih profesi, dan beralih profesi,dan berhenti menjadi pegawai dan beralih ke bisnis yang merupakan bisnis yang merupakan hobinya.

5. Home-based entrepreneur

Ada pula ibu-ibu rumah tangga yang memulai kegiatan bisnisnya dari rumah tangganya misalnya ibu-ibu yang pandai membuat kue atau memasak aneka masakan mengirim kue-kue ke toko eceran di sekitar tempatnya. Akhirnya usaha makin lama makin maju. Usaha katering banyak di mulai dari rumah tangga yang bisa


(32)

masak. Kemudian usaha ini berkembang melayani pesanan untuk pesta.

6. Family – owned business

Sebuah keluarga yang memulai membuka berbagai jenis cabang usaha. Mungkin saja usaha keluarga ini dimulai lebih dulu oleh bapak setelah usaha bapak ini maju maka di buka cabang baru dan di buka oleh ibu. Kedua perusahaan ini maju dan membuka beberapa cabang lain mungkin jenis usahanya berbeda atau lokasinya berbeda. Masing-masing usahanya ini bisa dikembangkan untuk kemudian dikelola oleh anak-anak mereka. Dalam keaadan sulitnya lapangan pekerjaan pada saat ini maka kegiatan semacam ini perlu dikembangkan.

7. Copreneurs

Copreneurs are entrepreneurial couples who work togheter as co-owners of their business.(copreneurs adalah pasangan wirausaha

yang bekerja bersama-sama sebagai pemilik bersama dari usaha mereka).

Copreneurs ini berbada dari usaha keluarga yang disebut usaha Mom and Pop (pop as bos and mom as subordinate / ayah sebagai pemimpin dan ibu berada di bawah kekuasan ayah).

Copreneurs di buat dengan cara menciptakan pembagian


(33)

Orang-orang yang ahli di bidang ini di angkat menjadi penanggung jawab divisi-divisi tertentu dari bisnis yang sudah ada.

E.

Faktor-faktor mendirikan usaha kecil

Setiap orang pasti mempunyai alasan yang berbeda-beda ketika ditanya mengapa untuk pendirianpun berasal dari modal sendiri, dengan kata lain bukan hutang yang berasal dari pinjaman. Dengan begitu kekuatan usaha tersebut akan lebih teruji.

Faktor apa yang menggerakkan orang-orang untuk memiliki usaha sendiri. Pertanyaaan ini kerap muncul ketika kesuksesan di ekspos media. Pengakuan ini bukanlah sesuatu yang mudah di dapatkan. Ditengah kondisi ekonomi bangsa ini yang belum bisa dibilang normal sepenuhnya, siapa lagi yang berani menjadi wirausahawan.

Lust of power atau haus akan kekuasaan merupakan salah satu alasan

seseorang ingin menjadi wirausahawan. Mereka yakin bahwa jika saja mereka punya power , mereka bisa melakukan seegala sesuatunya lebih lancar dan lebih efisien. Dengan pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki mereka ingin mengubah cara pengerjaan sesuatu apapun dengan caranya mereka tahu akan berjalan dan memberikan hasil yang lebih baik.

Kata power seperti yang di sebut di atas , sebenarnya juga cerminan dari rasa ingin mandiri. Mandiri dalam arti mendapatkan kebebasan (freedom), baik kebebasan mengontrol diri sendiri, mengatur waktu dan mengatur kegiatan-kegiatan bisnisnya sendiri. Ingin bebas atau mandiri


(34)

merupakan akibat adanya keterkungkungan atau kebebasan yang di terima ketika (mungkin saat ini) bekerja dikantor atau peruahaan.

Faktor-faktor yang mendorong seseorang untuk menjadi wirausahawan,dapat di kelompokkan menjadi tiga:

1. Confidence modalities

Seseorang lahir dan dibesarkan didalam lingkungan keluarga yang memiliki tradisi kuat dalam berwirausaha,sehingga secara sengaja atau tidak sengaja cukup menjiwai pekerjaan semacam itu. Biasanya jenis usaha seperti ini akan di wariskan secara turun temurun. Dari satu generasi ke generasi berikutnya. Untuk mengelola sebuah usaha dirasakan bukan merupakan sesuatu hal yang baru, dikarenakan telah terbiasa sedari kecil. Hal ini akan menimbulkan rasa percaya diri yang kuat dalam mengelola usaha tersebut.

2. Emotion modalities

Sengaja mempersiapkan diri untuk untuk berwirausaha , barangkali karena seringnya melihat peluang penhasilan yang lebih tinggi , atau karena alasan lain. Media-media elektronik, seperti televisi, radio, internet, surat kabar maupun buku merupakan sumber informasi yang begitu berlimpah. Banyak di jumpai informasi-infomasi mengenai profil-profil pengusaha sukses jika saja mau mencarinya. Dengan seringnya membaca profil pengusaha sukses, kiat- kiat mereka yang sukses ke depan juga merupakan salah satu yang menyebabkan seseorang tertarik dalam berwirausaha akan menumbuhkan jiwa kewirausahawan dalam diri. Gambaran-gambaran mengenai peluang ingin memiliki usaha.


(35)

Biasanya orang-orang seperti ini, dari awalnya tidak berniat ingin bekerja di kantor atau yang lebih dikenal sebagai orang gajian. Jadi, dari jauh-jauh hari sebelumnya, mereka telah mempersiapkan diri untuk berwirausaha. Orang-orang yang mempunyai alasan seperti ini besar kemungkinannya akan sukses. Karena mereka mereka mencurahkan segenap pengetahuan dan tenaganya bagi usaha yang di rintisnya (di bangunnya).

3. Tention modalities

Adanya faktor keterpaksaan keadaan sehingga tidak memiliki pilihan lain selain kewirausahaan. Alasan seperti ini biasanya datang dari orang-orang yang meenjadikan usahanya sebagai usaha sampingan atau usaha “daripada” maksudnya, mereka membangun suatu usaha bukan timbul dari keinginan sendiri tetapi dari faktor keadaan ekonomi ataupun lainnya. Maka timbul istilah daripada tidak kerja sama sekali lebih baik membuka usaha,ataupun usaha untuk mengisi waktu luang.biasanya usaha yang akan dijalankan seperti ini, tingkat kemungkinannya untuk berkembang sangat kecil. Hal ini dikarenakan usaha tersebut tidak ditekuni dengan sungguh-sungguh. Usaha tersebut kemungkinan hanya akan jalan di tempat, ataupun mungkin mengalami kebangkrutan. Tetapi tidak tertutup kemungkinan juga pemikiran orang-orang yang mengawali membuka usaha karena alasan tention modalities akan berubah. Hal ini dapat disebabkan mendapat penghasilan yang tinggi dalam menjalankan usaha tersebut.


(36)

F.

Tahapan menyusun rencana usaha

Penyusunan rencana usaha bisa di lakukan dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut : (Musrofi,2004:139).

1. Bidang usaha

Sebelum memulai suatu usaha tentu timbul pertanyaan darimana memulainya. Hal tersebut dimulai dari ide usaha yang sudah dipilih dan ditetapkan dan selanjutnya ditindak lanjuti. Persoalan yang sebenarnya usaha yang dijalankan tersebut bergerak di bidan apa. Kebanyakan wirausahawan terjebak dalam persoalan ini. Mereka tidak menyadari atau mengetahui dalam bidang apa sebenarnya usaha yang sedang dijalankannya bergerak.

2. Visi dan tujuan

Seseorang yang memulai usaha dari nol, biasanya tidak mau berfikir nasib usahanya dalam jangka panjang. Yang penting jalan dan menguntungkan, begitu kira-kira yang sering ada di benak orang. Inipun tidak masalah. Namun , jauh lebih baik apabila ada visi, meski usaha itu di mulai dari kecil.

Dengan adanya visi, di harapkan orang akan tekun dan terus-menerus termotivasi menuju visi tersebut. Kalau kita punya visi, maka kita tidak begitu mudah berganti ganti usaha.

Orang tanpa visi,hanya terfokus pada keuntungan jangka pendek. Ketika usaha usaha kelihatan kurang menguntungkan langsung mencari-cari usaha baru. Usaha yang satu gagal, ganti usaha yang lain. Usaha


(37)

yang lain gagal, ganti usaha yang lain lagi, begitu seterusnya, atau bisa juga berhenti dan trauma memulai usaha lagi karena takut gagal lagi.

Visi dapat diraih melalui beberapa tahapan. Setiap tahapan diungkap ke dalam tujuan-tujuan jangka pendek. Tujuan yang baik adalah tujuan yang dapat diperiksa dan diukur (verifiable) apakah tujuan tersebut tercapai atau tidak. Tujuan yang verifiable memenuhi lima kriteria “SMART” (cerdas) yakni :

S – specific (spesifik) : Rumuskan setepat-tepatnya apa yang ingin dicapai untuk usaha secara rinci.

M - Measurable (terukur) : Tentukan bagaimana mengukur kemajuan usaha, yang terpenting, bisa mangetahui apakah usahanya telah mencapai sasaran atau belum. Jika bisa mengukur tujuan, maka tujuan tersebut bisa dikelola. Jika tujuan bisa dikelola, maka tujuan tersebut bisa dicapai. A – Accontability (pertanggung jawaban) : Buatlah niat bulat secara pribadi mengenai tanggung jawab terhadap tercapainya sasaran usaha. R – Realistic (realistik) : Patoklah sasaran-sasaran yang ambisius namun dapat dicapai, tidak boleh mematok sasaran yang di mustahil.

T - Time line (terjadwal) : buatlah jadwal untuk mencapai sasaran usaha tersebut.

3. Strategi

Jawaban dari pertanyaan bagaimana cara mencapai apa yang ingin dituju mempunyai implikasi pada semua aspek usaha, yakni aspek


(38)

pemasaran, aspek teknik/produksi, aspek lokasi, aspek manajemen dan aspek keuangan.

4. Aspek pasar

Pemasaran merupakan pertukaran produk atau jasa dengan uang. Pasar merupakan sekelompok orang yang akan memanfaatkan produk atau jasa tersebut. Sebelum menjual produk atau jasa keadaan pasar, yang pertama kali harus dilakukan adalah mengindentifikasi pasar tersebut.

Proses pemasaran strategis, dengan aktivitas utama berupa pemilihan nilai yang mencakup aktivitas :

a. Segmentasi pasar (segmentation). b. Penentuan target pasar (targeting). c. Penentuan posisi pasar (positioning).

Proses pemasaran taktis, dengan aktivitas inti berupa penciptaan nilai dan komunikasi nilai , yang mencakup 4P, yakni :

a Spesifikasi produk atau jasa (product). b Penetapan harga jual (price).

c Sistem distribusi (place/distribution). d Promosi (promotion).

5. Aspek lokasi

Lokasi adalah faktor terpenting dalam usaha. Jika seseorang akan melalui usaha, pemikiran dan pertimbangannya hanya terfokus pada


(39)

keberhasilan jangka pendek. Hal ini berakibat faktor lokasi kurang di pertimbangkan dengan seksama.

Perlu pertimbangan lebih mendalam apabila usaha yang akan di bangun bisa mengakibatkan suara-suara bising karena kerja mesin, polusi udara, polusi air, dan sebagainya

Usaha yang didirikan dirumah atau diindustri rumah tangga akan mengubah berbagai kebiasaan lama ,misalnya waktu melihat televisi, perubahan penggunaan telepon, penggunaan air, dan lain sebagainya. Secara sederhana apabila ingin membangun usaha di rumah bisa di pertimbangkan lebih dahulu kelebihan dan kekurangannya

Tabel 2.1

Kelebihan dan kekurangan lokasi usaha di rumah

Kelebihan Kekurangan Biaya investasi dapat ditekan Lokasi kurang strategis, jauh dari

bahan baku, tidak mudah di kenal konsumen

Biaya tetap yang rendah Keterbatasan ruang

Fleksibel usaha Campur tangan anggota keluarga lain

Alat angkutan yang bisa masuk ke pekarangan rumah

Lalu lintas tansportasi mengganggu tetangga

Sumber : Musrofi, 2004 : 164

6. Aspek produksi / operasi

Rencana aspek produksi pada dasarnya mencakup bagaimana proses produksi atau mekanisme usaha, penentuan apa saja fasilitas


(40)

produksi yang diperlukan , berapa kapasitas produksinya, bagaimana penyediaan bahan baku dan bahan pembantu, penyediaan mesin, alat, dan perlengkapan dan sebagainya.

7. Aspek legalitas dan manajemen

Tentang pendirian badan usaha tidak perlu membuat satu badan usaha lebih dahulu untuk merealisasikan usaha dari hobi, bisa terbelit urusan birokrasi. Badan usaha bisa diwujudkan setelah usaha berjalan baik. Badan usaha dibentuk dan didirikan secara notarial berdasarkan hokum dan peraturan yang berlaku. Hukum dan peraturan tersebut merumuskan hak dan kewajiban setiap individu yang melakukan usaha secara sendiri-sendiri atau dalam wadah organisasi atau badan usaha dan merumuskan pola batas tanggung jawab individu-individu tersebut. 8. Aspek keuangan

Aspek paling kritis dari rencana usaha adalah aspek keuangan. Sebelum aspek ini disusun secara rinci, adalah yang terpenting untuk memahami dasar-dasar akuntasi. Apabila tidak memahami aspek keuangan dari bisnis, maka posisi seorang wirauasaha kurang baik untuk menjalankan usaha agar menguntungkan.

Pada umumnya begitu mudah orang mengatakan bahwa ia tidak bisa memulai usaha karena terbentur soal modal awal. Kemudian akan malas menghitung berapa modal awal yang di butuhkan untuk usaha tersebut. Kemalasan membuat rencana usaha khususnya aspek keuangan ini menjadikan seseorang tidak bisa berkomunikasi dengan orong-orang


(41)

yang sekiranya mempunyai uang berlebih untuk di ajak kerja sama. Dengan adanya rencana aspek keuangan paling tidak akan di ketahui :

a. Modal sebenarnya yang diperlukan untuk memulai usaha. b. Jumlah modal minimum yang di perlukan sehingga usaha bisa

berjalan dan bertahan

c. Usaha tersebut menguntungkan atau tidak baik dalam janka panjang maupun pendek.

Masalah modal (uang) tentunya tidak begitu menjadi masalah bagi orang yang mempunyai kelebihan dana, tetapi bagi yang mempunyai dana yang relatif kecil, itu memang menjadi masalah. Namun,kedua orang itu ketika akan memulai usaha jelas mempunyai keeinginan yang sama, yakni ingin tahu berapa sebenarnya modal (uang) yang di perlukan.

Modal bisa di bagi dua, yakni modal investasi dan modal kerja yang diperlukan untuk memulai usahanya . untuk menghitung modal investasi,bisa di uraikan pos-pos pengeluaran untuk berinvestasi, misalnya :

1. Persiapan pendirian

Pada tahap ini perlu dilakukan kegiatan-kegiatan,meliputi : a. Biaya penelitian pasar.

b. Biaya pembentukan badan usaha. c. Biaya perizinan.


(42)

Harta tetap dapat berupa tanah, gedung, fasilitas, mesin, alat,dan sebagainya yang itu semua bersifat tetap. Ini semua perlu di hitung sampai dalam keadaan siap pakai.

Sedang kan modal kerja biasanya diperlukan untuk membeli bahan baku dan bahan pembantu (untuk usaha manufaktur), membeli barang (untuk usaha pemasaran/retail), dan perlengkapan kantor (terutama untuk usaha jasa). Selain itu modal kerja digunakan untuk membiayai operasional mesin/alat, pemasaran, untuk perediaan alat tulis kantor, untuk pembayaran gaji dan lain sebagainya. Demi kelancaran usaha, biasanya modal kerja yang dibutuhkan di hitung selama tiga bulan.jadi modal kerja tersebut di kalikan tiga. Kemudian modal investasi dan modal kerja tersebut di jumlahkan, dan dengan demikian akan diketahui jumlah total kebutuhan modal untuk memulai usahanya. G. Wisausahawan wanita (women entrepreneur)

Menurut Zimmerer dan Scarborough (2002 :13), meskipun demikian di perjuangkan selama bertahun-tahun secara legislatif, wanita tetap mengalami diskriminasi di tempat kerjanya. Meskipun demikian, bisnis kecil telah menjadi pelopor dalam menawarkan peluang dibidang ekonomi baik pekerjaan maupun kewirausahaan. Seorang penulis mengatakan, “Kewirausahaan telah bersifat unisex seperti celana jeans, di mana di sini wanita dapat mengembangkan impian maupun harapan terbesarnya”. Semakin banyak wanita yang menyadari menjadi wirausahawan adalah cara terbaik untuk


(43)

mmenembus dominasi pria yang menghambat peningkatan karir waktu ke puncak orgnisasi melalui bisnis mereka sendiri.

Wanita yang membuka bisnis 2,4 kali lebih banyak daripada pria. Meskipun bisnis yang dibuka oleh wanita cenderung lebih kecil dari dari yang dibuka laki-laki, tetapi dampaknya sama sekali tidak kecil. Perusahaan-perusahaan yang dimiliki wanita mempekerjakan lebih dari 15, juta karyawan atau 35% lebih banyak dari semua karyawan fortune 500 diseluruh dunia. Wanita memiliki 36% persen dari semua bisnis. Meskipun bisnis mereka cenderung tumbuh lebih lambat dari perusahaan yang dimiliki oleh pria, wanita pemilik bisnis memiliki daya hidup lebih tinggi daripada keseluruhan bisnis. Meskipun 72% bisnis yang dimiliki wanita terpusat dalam bidang eceran dan jasa (seperti juga kebanyakan bisnis), wirausahawan wanita berkembang dalam industri yang sebelumnya dikuasai laki-laki, seperti pabrik, konstruksi, transportasi dan pertanian (www.eksekutif.com)(20 April 2009)

H. Pandangan terhadap kewiraushawan

Menurut Sukirno (2004:369), defenisi dan pandangan terhadap kewirausahawan banyak dipengaruhi oleh pertimbangan ekonomi, psikologi, dan sosiologi. Seorang yang bertekad untuk berkecimpung di bidang perusahaan dapatdi dorong oleh keinginan sendiri (psikologi) yang didasarkan oleh bentuk dan cara berfikir. Keputusan seseorang untuk berdagang juga di dasarkan oleh kebutuhan ekonomi dan karena


(44)

adanya masyarakat disekelilingnya yang menjadi potensi langganannya. Berikut adalah pandangan-pandangan tentang kewirausahawan mengikuti perspektif yang berbeda yaitu menurut bidang ekonomi, psikologi, sosiologi serta menurut Islam.

1. Perspektif kewirausahawan menurut Bidang ekonomi.

Kewirausahawan dari sudut pandang bidang ekonomi, adalah sebagian dari input atau faktor produksi selain bahan mentah , tanah, dan modal. Biaya untuk bahan mentah ialah harga biaya untuk tanah ialah sewa dan biaya untuk modal ialah bunga. Untuk seorang wirausaha ganjarannya ( nilai atau perolehan) adalah keuntungan. Keuntungan adalah ganti rugi yang di bayar karena resiko yang di ambil oleh seorang wirausaha.

2. Perspektif kewirausahawan Bidang Psikologi

Sifat kewirausahawan didalam bidang psikologi,dikaitkan dengan perilaku diri yang lebih cenderung kepada fokus dari dalam diri (di mana keberhasilandi capai dari hasil kekuatan dan usaha diri, bukannya karena faktor nasib). Ini termasuk sifat- sifat pribadi seperti tekun , rajin, inovatif, kreatif, dan semangat yang terus menerus berkembang untuk bersifat independen.

3. Perspektif kewirausahawan Bidang Sosiologi

Seorang wirausaha dari sudut pandang pengkaji sosial ialah seorang oportunitis yang pandai mengambil peluang dan kesempatan yang ada dalam lingkungannya. Seorang wirausaha adalah orang yang pandai bergaul,


(45)

mempengaruhi masyarakat untuk meyakinkan mereka bahwa apa yang ditawarkan olehnya sangat berguna untuk masyarakat.

4. Perspektif kewirausahawan Menurut Islam

Kesemua kegiatan manusia haruslah di hubungkan dengan pemiliknya. Amalan ekonomi didalam semua cabangnya termasuk mengelola perusahaan dan segala aktifitas yang berkaitan dengan-Nya hendaklah berlandaskan etika dan peraturan yang telah digariskan oleh syariat Islam. Termasuk di dalamnya aspek halal/haram, waji/sunat, dan harus/makruhnya. Dengan berlandaskan dasar-dasar dan ruang lingkup ciri-cirinya, nyata bahwa tujuan ekonomi Islam adalah bersifat ibadah dan melaksanakannya sebagian dari ibadah yang menyeluruh.

Kewirausahawan dan segala aktifitasnya baik kecil maupun besar merupakan usaha yang dipandang sebagai ibadah dan diberi pahala jika dilakukan menurut syarat-syarat yang telah ditetapakan baik dari segi memenuhi tuntutan aqidah, akhlak maupun syariat. Berikut ini adalah beberapa dasar pertimbangan yang menjadikan aktivitas ekonomi yang dilakukan di pandang sebagai :

a. Ibadah seperti aqidah harus benar

Umat Islam berkeyakinan bahwa amalan dalam sistem ekonomi Islam adalah satu-satunya sistem yang mendapat ridha dari Allah SWT.


(46)

Niat yang lurus memiliki kaitan dengan kesucian hati. Segala kegiatan ekonomi mestilah di niatkan untuk Allah SWT, yaitu mendapatkan keridhaan-Nya bukan bertujuan untuk selain-Nya, seperti bermegah-megah dan memamerkan diri. Niat ikhlas ini lahir dari keyakinan yang kukuh terhadap kemanfaatan dunia dan akhirat dengan mengamalkan perintah-perintah Allah SWT.

c. Cara melakukan kerja yang sesuai dengan ajaran Islam

Ini meliputi tekun, sabar, amanah, berbudi, berkepribadian mulia, bersyukur dan tidak melakukan penindasan dan perjudian.

d. Hasilnya betul dan membawa faedah kepada masyarakat luas

Hasil ekonomi harus dibelanjakan kearah yang benar dan sesuai dengan kehendak Islam. Disamping digunakan untuk keperluan sendiri dan keluarga, hasil ini perlu dimanfaatkan untuk keperluan orang banyak. Disini timbulnya kewajiban membayar zakat dan kemuliaan bersedekah.

e. Tidak meninggalkan ibadah wajib yang khusus

Kegiatan perusahaan yang berbentuk ibadah umum tidak seharusnya menjadi alasan untuk meninggalkan ibadah khusus seperti shalat dan puasa. Kesibukan mencari rezeki tidak seharusnya menyebabkan pengabaian tanggung jawab terhadap Allah SWT.


(47)

BAB III

GAMBARAN UMUM USAHA SALON DI JALAN JAMIN GINTING

MEDAN

A. Gambaran umum jalan Jamin Ginting

Jalan Jamin Ginting adalah salah satu jalan yang ada di kota Medan. Oleh sebab

Itu dalam membicarakan jalan Jamin Ginting tidak lepas dari kota Medan. Kota Medan adalah ibukota provinsi Sumatera Utara. Kota yang dinamis ini adalah kota terbesar di Sumatera dan ketiga terbesar di Indonesia, setelah Jakarta dan Surabaya. Medan berbatasan dengan kabupaten Deli Serdang di sebelah barat, timur dan selatan dan dengan Selat Malaka disebelah utara. Penduduk asli kota Medan adalah orang Melayu, tetapi saat ini kota Medan merupakan kota multi etnis yang menarik. Mayoritas sekarang adalah suku Batak, tetapi di kota ini banyak tinggal pula orang keturunan India dan Tionghoa. Komunitas Tionghoa di kota Medan cukup besar, sekitar 25% jumlah total. (http://www.pemkomedan .go.id)

Keanekaragaman etnis di Medan terlihat dari jumlah masjid, gereja, dan vihara Tionghoa yang banyak tersebar di kota Medan. Daerah sekitar jalan Zainul Arufin bahkan dikenal sebagai Kampung Keling (Kampung India). Saat ini Medan sedang mengalami pekembangan yang cukup pesat. Di satu sisi ini membuat kota semakin ‘hidup’, namun di sisi lain kota Medan juga semakin semrawut karenanya. Papan-papan iklan yang besar maupun yang kecil


(48)

bertebaran dimana-mana hingga hamper memenuhi seluruh jalan-jalan utama. Selain itu, jumlah becak dan angkot yang banyak ditambah kesadaran berkendara yang buruk yang membuat kota Medan selalu dilanda kemacetan.

Koordinat geografis kota Medan adalah 30 30’ – 30 43’ LU dan 980 35’ - 980 44’ BT. Permukaan tanahnya cenderung miring ke Utara dan berada pada ketinggian 2,5 – 37,5 meter di atas permukaan laut.

Medan mempunyai 21 kecamatan dan 151 kelurahan. Kecamatn – kecamatan tersebut adalah :

1. Medan Tuntungan 2. Medan Johor 3. Medan Amplas 4. Medan Denai 5. Medan Area 6. Medan Kota 7. Medan Maimun 8. Medan Polonia 9. Medan Baru 10. Medan Selayang 11. Medan Sunggal 12. Medan Helvetia 13. Medan Petisah 14. Medan Barat


(49)

15. Medan Timur 16. Medan Perjuangan 17. Medan Tembung 18. Medan Deli 19. Medan Labuhan 20. Medan Marelan 21. Medan Belawan

Jalan Jamin Ginting berada di wilayah kecamatan Medan Baru kelurahan Padang Bulan. Jalan Padang Bulan merupakan salah satu jalan yang padat dilalui orang dan kendaraan karena Jalan Padang Bulan disamping berada disekitar Universitas Sumatera Utara juga merupakan pintu keluar menuju Kabupaten Karo sehingga jalan ini selalu dipadati kendaraan baik roda dua, kendaraan pribadi, angkutan umum, dan transportasi lainnya.

B. Gambaran Umum Usaha Salon Di Jalan Jamin Ginting

Berdasarkan data yang diperoleh di Kantor Padang Bulan di sepanjang jalan Jamin Ginting terdapat 30 usaha salon yang umumnya dikelola oleh wanita pribumi. Adapun salon yang ada di Jalan Jamin Ginting Medan dapat dilihat pada tabel dibawah ini.


(50)

Tabel 3.1

Jumlah Usaha Salon, Jumlah Karyawan dan Tahun Berdiri di jalan Jamin Ginting Medan

No Nama Salon Jlh Karyawan Alamat Tahun Berdiri 1 Stanley salon 1 Jl. Jamin Ginting No.14 1995

No Nama Salon Jlh Karyawan Alamat Tahun Berdiri 2 Utama Salon 2 Jl. Jamin Ginting No.19 2003

3 Bunda Salon 2 Jl. Jamin Ginting No.24 2000 4 Yamano Salon 2 Jl. Jamin Ginting No.275 2003 5 Bertha Salon 3 Jl. Jamin Ginting No 260 2001 6 Gain Salon 2 Jl. Jamin Ginting No 271 2008 7 Ana Salon 2 Jl. Jamin Ginting No 255 2007 8 Erda Salon 3 Jl. Jamin Ginting No 266 2000 9 VE Salon 1 Jl. Jamin Ginting No 44 2000 10 Pin 88 Salon 4 Jl. Jamin Ginting No 88 1999 11 Triple 8 Salon 1 Jl. Jamin Ginting No 333 2000 12 Artha Salon 1 Jl. Jamin Ginting No 417 2001 13 UZ Salon 1 Jl. Jamin Ginting No 513 2002 14 Cory Salon 1 Jl. Jamin Ginting No 524 2000 15 Mita Salon 5 Jl. Jamin Ginting No 547 2001 16 Erich Salon 1 Jl. Jamin Ginting No 52 1999 17 Dian Salon 1 Jl. Jamin Ginting No 59 2002


(51)

s s a

B e

r d a s a r k

an tabel 3.1 diatas diketahui bahwa usaha salon yang ada di jalan Jamin Ginting berjumlah 30 usaha salon. Hal ini dapat dikatakan bahwa keberadaan salon di jalan Jamin Ginting cukup untuk melayani jasa salon untuk masyarakat di sekitarnya.

18 Tara’s Salon 1 Jl. Jamin Ginting No 124 2002 19 Pasti Salon 2 Jl. Jamin Ginting No 137 2003 20 Inrey Salon 1 Jl. Jamin Ginting No 146 2001 21 Anna Salon 1 Jl. Jamin Ginting No 151 2006 22 Jenni Salon 3 Jl. Jamin Ginting No 503 2008 23 Ratu Salon 1 Jl. Jamin Ginting No 338 2004 24 Ima Salon 1 Jl. Jamin Ginting No 40 2005 25 Elsara Salon 1 Jl. Jamin Ginting No 482 1999 26 Dipa Salon 4 Jl. Jamin Ginting No 50 2003 27 Melur Salon 1 Jl. Jamin Ginting No 528 2002 28 Juli salon 5 Jl. Jamin Ginting No 385 2001 29 Sastika Salon 3 Jl. Jamin Ginting No 34 2000 30 Rini Salon 3 Jl. Jamin Ginting No 72 2001


(52)

BAB IV

ANALISIS DAN EVALUASI

Analisi data dilakukan terhadap dua macam data yaitu analisis responden dan analisis faktor-faktor yang mendorong wanita pengusaha dalam mendirika usaha salon. Data yang disajikan adalah data yang diperoleh melalui kuesioner penelitian.

A. Analisis Responden

Responden dalam penelitian ini adalah wanita pengusaha salon di jl.Jamin

Ginting Medan yang terpilih menjadi sampel penelitian. Hal-hal yang dianalisis dari responden adalah menyangkut identitas responden yang terdiri dari usia, status, pendidikan, kursus salon, lama berwiausaha, jumlah tenaga kerja, jasa salon yang diunggulkan.

1. Usia Responden

Tabel 4.1

Usia responden

Usia (Tahun) Jumlah Persentase (%) 20 – 30 1 3,3

31 – 40 20 66,7 41 – 50 9 30,0 Total 30 100,0

Sumber : Hasil Kuesioner, 2009

Berdasarkan tabel 4.1 diketahui bahwa responden terdiri atas 3 kelompok usia. Kelompok yang paling banyak adalah usia 31 – 40 tahun


(53)

sebanyak 20 orang (66,7%), sedangkan jumlah terkecil adalah usia 20 – 30 sebanyak satu orang (3,3%). Hal ini berarti wanita pengusaha salon di jalan Jamin Ginting berusia antara 31 – 40 tahun yang di kategorikan usia produktif.

2. Status

Tabel 4.2 Status responden

Status Jumlah Presentase (%) Menikah 22 73,3 Belum menikah 5 16,7 Pernah menikah 3 10,0 Total 30 100,0 Sumber : hasil kuesioner,2009

Berdasarkan tabel 4.2 diketahui bahwa status responden terdiri atas 3 kelompok. Kelompok yang paling banyak adalah status menikah sebanyak 22 orang (73,3%) dan jumlah terkecil yang pernah menikah sebanyak tiga orang (10%). Hal ini berarti sebagian besar wanita pengusaha salon di Jl Jamin Ginting berstatus sudah menikah.

3. Pendidikan

Pendidikan yang di maksud adalah pendidikan formal yang dimiliki oleh responden. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut ini.


(54)

Tabel 4.3

Pendidikan formal responden

Pendidikan formal Jumlah Persentase (%) SD 2 6,7 SLTP 4 13,3 SLTA 16 53,3 Diploma 5 16,7 Sarjana (S1) 3 10,0 Total 30 100,0 Sumber : Hasil kuesioner, 2009

Berdasarkan tabel 4.3 diketahui bahwa pendidikan formal responden bervariasi mulai dari tamatan SD sampai Sarjana (S1). Jumlah terbesa adalah tamatan SLTA sebanyak 16 orang (53,3%) dan jumlah terkecil tamatan SD sebanyak 2 orang (6,7%).

4. Kursus salon

Kursus salon adalah merupakan pendidikan non formal yang diikuti responden. Hal ini adalah pendukung dari pendidikan formal bidang ketrampilan wanita pengusaha salon.


(55)

Tabel 4.4 Kursus salon

Lama kursus Jumlah Presentase (%) Tidak pernah 18 60,0 1 tahun 10 33,3 2 tahun 2 6,7 total 30 100,0 Sumber : Hasil Kuesioner,2009

Berdasarkan tabel 4.4 diketahui bahwa terdapat 18 responden (60%) yang tidak pernah mengikuti kursus salon, 10 responden (33,3%) yang tidak pernah mengikuti kursus selama 1 tahun dan 2 responden yang mengikuti kursus selama 2 tahun.

5. Lama berwirausaha

Tabel 4.5

Lama responden berwirausaha Lama berwirausah

salon

(tahun) Jumlah

Presentase (%)

3 – 4 tahun 2 6,7

5 – 6 tahun 10 33,3

Lebih dari 6 tahun 18 69.0

Total 30 100,0

Sumber : Hasil kuesioner, 2009

Berdasarkan tabel 4.5 diketahui bahwa lama responden berwirausaha salon mulai 3 tahun hingga lebih dari 6 tahun. Jumlah yang


(56)

terbesar adalah lebih dari 6 tahun sebanyak 18 orang (53,3%) dari jumlah terkecil 3 – 4 tahun tahun sebanyak 2 orang (6,7%).

6. Jumlah tenaga kerja

Tabel 4.6 Jumlah tenaga kerja

Jumlah tenaga kerja Jumlah Presentase (%)

2 14 46,7 3 9 30,0 4 5 16,7

Lebih dari 4 2 6,6

Total 30 100,0

Sumber : Hasil kuesioner, 2009

Berdasarkan tabel 4.6 diketahui bahwa salon terbanyak adalah yang memiliki karyawan 2 orang sebesar 46,7% yang memiliki karyawan 3 orang sebesar 30%, yang memiliki karyawan 4 orang sebesar 46,7%, dan yang memiliki karyawan lebih dari 4 orang sebesar 16,6%.

7. Pelanggan terbanyak

Usaha salon terdiri dari banyak jasa seperti creambath, cuci dan blow, make up dan sanggul, cat rambut. Masing- masing salon memiliki pelanggan yang dominan, hal ini dapat dilihat pada tabel berikut.


(57)

Tabel 4.7

Jenis jasa dan pelanggan terbanyak

Jenis jasa Jumlah Presentase (%)

Pangkas 8 26,7

Creambath 3 10,0

Cuci dan blow 4 13,3

Make up dan sanggul 13 43,3

Cat rambut 2 6,7

Total 30 100,0

Sumber : Hasil kuesioner, 2009

Berdasarkan tabel 4.7 diketahui bahwa jenis pelanggan wirausaha salon yang terbesar adalah make up dan sanggul sebanyak 13 orang (43,3%) dan jumlah terkecil 2 tahun sebanyak 2 orang (6,7%).

B. Analisis faktor – faktor pendorong wanita dalam berwirausaha 1.Analisis keluarga

Alasan keluarga yang dimaksud di bawah ini bahwa latar belakang keluarga mempengaruhi wanita untuk mendirikan usaha kecil.


(58)

Tabel 4.5

Komposisi berdasarkan alasan keluarga

NO Uraian Kategori Jumlah Persentase

1

Menutupi Kebutuhan Ekonomi

Ya 22 73,3

Tidak 8 26,7

2

Anggota Keluarga Wirausaha

Ya 30 100%

Tidak 0 0%

Sumber : hasil kuesioner, 2009

Berdasarkan tabel 4.1 diatas diketahui responden yang menganggap bahwa mencukupi kebutuhan ekonomi keluarga merupakan faktor pendorong untuk mencukupi kebutuhan ekonomi keluarga sebesar 73,3%, sisanya 8 orang tidak menganggap bahwa mencukupi ekonomi keluara bukan sebagai faktor pendorong.

2.Alasan yag di sengaja

Alasan yang disengaja yang di maksud dalam penelitian ini bahwa keinginan kuat daripada para wirausahawan mencari informasi dan pengetahuan yang berhubungan dengan usaha yang mereka jalankan.


(59)

Tabel 4.2

Komposisi berdasarkan alasan yang di sengaja

No Uraian Kategori Jumlah Persentase

1 Pendidkan

Ya 24 80,0

Tidak 6 20,0 2 Keinginan menjadi

Wirausaha

Ya 22 73,3 Tidak 8 26,7

3 Sumber informasi

Media cetak 0 0

Media elektronik 0 0

Teman 30 100 Sumber : Hasil kuesioner 2009

Berdasarkan tabel diatas sebagian besar mengikuti pendidikan pendidikan sebanyak 80%, dan keinginan menjadi wirausaha sebesar 73,3%, dan semua responden menjawab bahwa mereka mencari informasi ttg usaha salon sebanyak 30%.

3.Alasan faktor pemaksa

Alasan faktor pemaksa yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hal – hal lain yang menyebabkan seseorang memulai usah kecil, seperti keadaan ekonomi yang belum mapan, tidak adanya pekerjaan, PHK, ingin menambah penghasilan dan lain – lain.


(60)

Tabel 4.3

Komposisi berdasarkan alasan pemaksa

No Uraian Kategori Jumlah Presentase

1 Mengisi waktu luang

Ya 5 16,7 Tidak 25 83,3

2 Penghasilan tambahan

Ya 18 60,0 Tidak 12 40,0

3 Tidak mendapat pekerjaan

Ya 7 23,3 Tidak 23 76,7 Sumber : hasil kuesioner,2009

Berdasarkan kuesioner diatas 83,3% responden menjawab mengisi waktu luang adalah faktor yang memaksa wanita mendirikan usaha kecil sedangkan 16,7% responden menjawab mengisi waktu luang bukan merupakan faktor pemaksa. Sebanyak 60% responden menjawab ingin mendapatkan penghasilan tambahan merupakan alasan faktor pemaksa, sedangkan 40% responden menjawab penghasilan tambahan bukan merupakan alasan faktor pemaksa. Responden menjawab 76,7% tidak mendapatkan pekerjaan merupakan faktor pemaksa, sedangkan 23,3% menjawab tidak mendapatkan pekerjaan bukan merupakan alasan faktor pemaksa.


(61)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.

Kesimpulan

Ada tiga alasan yang membuat para wanita mendirikan usaha kecil yaitu : Alasan keluarga, Alasan factor yang disengaja, Alasan factor pemaksa. Hal ini mungkin terjadi jika factor pendoromg berwirausaha merupakan kombinsai dari ketiga alasan tersebut.

Sebagian besar responden ingin mencukupi kebutuhan ekonomi keluarga sebanyak 73,3% dan usaha yang mereka jalankan ini telah mendapat persetujuan dari pasangan mereka masing – masing. Mereka memulai usaha ini sejak awal hingga berjalan dengan lancer hingga saat ini.

Semua responden 100% mencari informasi yang berhubungan dengan usaha salon dan mendapatkan informasi dari teman mereka yang sudah berhasil membuka usaha yang sama di daerah yang lain. Dan yang mengikuti pendidikan kursus salon sebesar 80% , sisanya yang 20% hanya berdasakan learning by doing.

Sebagian besar responden 83,3% menjawab bahwa mengisi waktu luang bukan merupakan alasan pemaksa untuk mendirikan usaha tersebut. Mereka membuka usaha ini di karenakan ingin mendapat penhasilan tambahan (60%) dan sebagian kecil responden menjawab tidak mendapatkan pekerjaan (23,3) adalah alasan pemaksa mereka mendirikan usaha ini.


(62)

Alasan yang di sengaja merupakan alasan yang utama yang menyebabkan para wanita mendirikan usaha ini.

B.

Saran

Adapun saran penulis adalh sebagai berikut :

1. Para wanita sebaiknya membekali diri dengan pengetahuan yang berhubungan debgan pengelolaan usaha sehingga usah mereka dapat berkembang dengan baik.

2. Pemerintah sebaiknya memberikan pelatihan kepada para pengusaha kecil sehingga para wirausahawan memperoleh pengetahuan yang cukup untuk menghadapi persaingan usaha yang semakin senang.

3. Peneliti lanjutan sebaiknya menambah alasan – alasan lain seperti masalah produk, harga, pemasaran, modal dan lain – lain yang berhubungan dengan usaha kecildan menggunakan analisis data statistic sehingga memperoleh hasil yang lebih baik lagi.


(63)

DAFTAR PUSTAKA

Alma,Buchari,2005 Kewirausahaan,Bandung,Penerbit Alfabeta ,Cetakan ke Sembilan Anoraga, Pandji. 2002. Koperasi Kewirausahaan dan Usaha Kecil. PT, Rineka Cipta. Jakarta

Fazrinur,2008. Faktor-faktor yang mendorong wirausahawan mendirikan usaha kecil, Medan. Skripsi. Fakultas Ekonomi USU ( tidak dipublikasikan ) Musrofi. M. 2004. Kunci Sukses Berwirausahaan. PT. Elex Media Komputindo, Jakarta

Sarosa, Pietra. 2003 .Kiat Peraktis Membuka Usaha. PT. Elex Media Komputindo, Jakarta

Sitepu ,Erin karina,2008. Faktor-faktor yang menghambat women entrepreneur dalam mendirikan usaha kecil. Medan. Skripsi. Fakultas Ekonomi USU ( tidak dipublikasikan )

Suharno,Bambang,2006 Langkah jitu memulai usaha dari nol Penebar Swadaya,Jakarta.

Sukirno ,Sadono dkk,2004,Pengantar bisnis,Jakarta,penerbit Predana Media,edisi pertama

Suryana ,2003. Kewirausahaan. PT.Salemba Empat Patria,Jakarta.

Sugiono. 2004. Metodologi Penelitian Bisnis.Cetakan ke lima,penerbit Alfabeta. Bandung.

W. Zimmerer, Thomas. M. Scarborough, Norman. 2002. Pengantar Kewirausahaan dan Manajemen Bisnis Kecil. Prenhallindo, Jakarta.

www. Asppuk.or.id /di akses oleh Dini tanggal 5 Maret 2009 pukul 09.45 WIB. www. Eksekutif.com /di akses oleh Dini tanggal 15 Maret 2009 pukul 10.00 WIB.


(1)

Tabel 4.5

Komposisi berdasarkan alasan keluarga

NO Uraian Kategori Jumlah Persentase

1

Menutupi Kebutuhan Ekonomi

Ya 22 73,3

Tidak 8 26,7

2

Anggota Keluarga Wirausaha

Ya 30 100%

Tidak 0 0%

Sumber : hasil kuesioner, 2009

Berdasarkan tabel 4.1 diatas diketahui responden yang menganggap bahwa mencukupi kebutuhan ekonomi keluarga merupakan faktor pendorong untuk mencukupi kebutuhan ekonomi keluarga sebesar 73,3%, sisanya 8 orang tidak menganggap bahwa mencukupi ekonomi keluara bukan sebagai faktor pendorong.

2.Alasan yag di sengaja

Alasan yang disengaja yang di maksud dalam penelitian ini bahwa keinginan kuat daripada para wirausahawan mencari informasi dan pengetahuan yang berhubungan dengan usaha yang mereka jalankan.


(2)

Tabel 4.2

Komposisi berdasarkan alasan yang di sengaja

No Uraian Kategori Jumlah Persentase

1 Pendidkan

Ya 24 80,0

Tidak 6 20,0

2 Keinginan menjadi Wirausaha

Ya 22 73,3

Tidak 8 26,7

3 Sumber informasi

Media cetak 0 0

Media elektronik 0 0

Teman 30 100

Sumber : Hasil kuesioner 2009

Berdasarkan tabel diatas sebagian besar mengikuti pendidikan pendidikan sebanyak 80%, dan keinginan menjadi wirausaha sebesar 73,3%, dan semua responden menjawab bahwa mereka mencari informasi ttg usaha salon sebanyak 30%.

3.Alasan faktor pemaksa

Alasan faktor pemaksa yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hal – hal lain yang menyebabkan seseorang memulai usah kecil, seperti keadaan ekonomi yang belum mapan, tidak adanya pekerjaan, PHK, ingin menambah penghasilan dan lain – lain.


(3)

Tabel 4.3

Komposisi berdasarkan alasan pemaksa

No Uraian Kategori Jumlah Presentase

1 Mengisi waktu luang

Ya 5 16,7

Tidak 25 83,3

2 Penghasilan tambahan

Ya 18 60,0

Tidak 12 40,0

3 Tidak mendapat pekerjaan

Ya 7 23,3

Tidak 23 76,7

Sumber : hasil kuesioner,2009

Berdasarkan kuesioner diatas 83,3% responden menjawab mengisi waktu luang adalah faktor yang memaksa wanita mendirikan usaha kecil sedangkan 16,7% responden menjawab mengisi waktu luang bukan merupakan faktor pemaksa. Sebanyak 60% responden menjawab ingin mendapatkan penghasilan tambahan merupakan alasan faktor pemaksa, sedangkan 40% responden menjawab penghasilan tambahan bukan merupakan alasan faktor pemaksa. Responden menjawab 76,7% tidak mendapatkan pekerjaan merupakan faktor pemaksa, sedangkan 23,3% menjawab tidak mendapatkan pekerjaan bukan merupakan alasan faktor pemaksa.


(4)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.

Kesimpulan

Ada tiga alasan yang membuat para wanita mendirikan usaha kecil yaitu : Alasan keluarga, Alasan factor yang disengaja, Alasan factor pemaksa. Hal ini mungkin terjadi jika factor pendoromg berwirausaha merupakan kombinsai dari ketiga alasan tersebut.

Sebagian besar responden ingin mencukupi kebutuhan ekonomi keluarga sebanyak 73,3% dan usaha yang mereka jalankan ini telah mendapat persetujuan dari pasangan mereka masing – masing. Mereka memulai usaha ini sejak awal hingga berjalan dengan lancer hingga saat ini.

Semua responden 100% mencari informasi yang berhubungan dengan usaha salon dan mendapatkan informasi dari teman mereka yang sudah berhasil membuka usaha yang sama di daerah yang lain. Dan yang mengikuti pendidikan kursus salon sebesar 80% , sisanya yang 20% hanya berdasakan learning by doing.

Sebagian besar responden 83,3% menjawab bahwa mengisi waktu luang bukan merupakan alasan pemaksa untuk mendirikan usaha tersebut. Mereka membuka usaha ini di karenakan ingin mendapat penhasilan tambahan (60%) dan sebagian kecil responden menjawab tidak mendapatkan pekerjaan (23,3) adalah alasan pemaksa mereka mendirikan usaha ini.


(5)

Alasan yang di sengaja merupakan alasan yang utama yang menyebabkan para wanita mendirikan usaha ini.

B.

Saran

Adapun saran penulis adalh sebagai berikut :

1. Para wanita sebaiknya membekali diri dengan pengetahuan yang berhubungan debgan pengelolaan usaha sehingga usah mereka dapat berkembang dengan baik.

2. Pemerintah sebaiknya memberikan pelatihan kepada para pengusaha kecil sehingga para wirausahawan memperoleh pengetahuan yang cukup untuk menghadapi persaingan usaha yang semakin senang.

3. Peneliti lanjutan sebaiknya menambah alasan – alasan lain seperti masalah produk, harga, pemasaran, modal dan lain – lain yang berhubungan dengan usaha kecildan menggunakan analisis data statistic sehingga memperoleh hasil yang lebih baik lagi.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Alma,Buchari,2005 Kewirausahaan,Bandung,Penerbit Alfabeta ,Cetakan ke Sembilan Anoraga, Pandji. 2002. Koperasi Kewirausahaan dan Usaha Kecil. PT, Rineka Cipta. Jakarta

Fazrinur,2008. Faktor-faktor yang mendorong wirausahawan mendirikan usaha kecil, Medan. Skripsi. Fakultas Ekonomi USU ( tidak dipublikasikan ) Musrofi. M. 2004. Kunci Sukses Berwirausahaan. PT. Elex Media Komputindo, Jakarta

Sarosa, Pietra. 2003 .Kiat Peraktis Membuka Usaha. PT. Elex Media Komputindo, Jakarta

Sitepu ,Erin karina,2008. Faktor-faktor yang menghambat women entrepreneur dalam mendirikan usaha kecil. Medan. Skripsi. Fakultas Ekonomi USU ( tidak dipublikasikan )

Suharno,Bambang,2006 Langkah jitu memulai usaha dari nol Penebar Swadaya,Jakarta.

Sukirno ,Sadono dkk,2004,Pengantar bisnis,Jakarta,penerbit Predana Media,edisi pertama

Suryana ,2003. Kewirausahaan. PT.Salemba Empat Patria,Jakarta.

Sugiono. 2004. Metodologi Penelitian Bisnis.Cetakan ke lima,penerbit Alfabeta. Bandung.

W. Zimmerer, Thomas. M. Scarborough, Norman. 2002. Pengantar Kewirausahaan dan Manajemen Bisnis Kecil. Prenhallindo, Jakarta.

www. Asppuk.or.id /di akses oleh Dini tanggal 5 Maret 2009 pukul 09.45 WIB. www. Eksekutif.com /di akses oleh Dini tanggal 15 Maret 2009 pukul 10.00 WIB.