Implementasi Sistem Informasi Administrasi Kependudukan di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Medan

(1)

IMPLEMENTASI SISTEM INFORMASI ADMINISTRASI

KEPENDUDUKAN

(Studi Pada Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Medan)

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat SKRIPSI

Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

DICKY FACHROZI LUBIS

Disusun Oleh:

080903004

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di depan panitia penguji skripsi Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara oleh :

Nama : Dicky Fachrozi Lubis

NIM : 080903004

Departemen : Ilmu Administrasi Negara

Judul : IMPLEMENTASI SISTEM INFORMASI ADMINISTRASI

KEPENDUDUKAN (Studi pada Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Medan)

Yang dilaksanakan pada :

Hari :

Tanggal :

Pukul :

Tempat :

Panitia Penguji

Ketua : ( ...)

Anggota I : ( ...)


(3)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum.Wr.Wb.

Pertama-tama dan paling utama dengan mengucapkan rasa syukur kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat,hidayah serta rezeki akhirnya Penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini dalam rangka memenuhi dan melengkapi sebagai prasyarat untuk menyelesaikan program Sarjana pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara,Dengan judul “Implementasi Sistem Informasi Administrasi Kependudukan di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Medan”.

Hasil yang diperoleh dari penulisan skripsi ini bukan merupakan hal yang baru, namun diharapkan dapat dijadikan sebagai suatu sumbangan pemikiran bagi Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Medan dan dapat menjadi pedoman dalam melakukan penelitian di masa-masa yang akan datang.

Penulis menyadari bahwa banyak kekurangan yang perlu diperbaiki dalam skripsi ini, untuk itu berbagai saran dan kritik sangat penulis harapkan untuk perbaikan skripsi ini. Penulis juga menyadari bahwa banyak pihak yang berperan dan telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu, dengan segala hormat dan kerendahan hati penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis selama proses penyelesaian skripsi ini, yaitu:

1. Bapak Dr. Badarrudin, M.Si, selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs.M.Husni Thamrin Nasution, M.Si selaku Ketua Departemen Ilmu Administrasi Negara FISIP USU.

3. Ibu Dra. Elita Dewi, M.SP selaku Sekretaris Departemen Ilmu Administrasi Negara FISIP USU.

4. Bapak Drs. Kariono, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dan dengan sabar membimbing saya dalam menyelesaikan skripsi ini.


(4)

5. Bapak Prof Dr Marlon Sihombing, MA, selaku Dosen Wali yang telah banyak memberikan arahan dan masukan kepada Penulis selama duduk di bangku kuliah.

6. Seluruh dosen di Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang telah memberikan bekal berupa ilmu pengetahuan, arahan, dan bimbingan selama Penulis menimba ilmu di Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

7. Seluruh staf di Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, khususnya kak Mega dan kak Dian yang telah mempermudah Penulis di dalam mengurus berbagai keperluan administrasi selama Penulis menuntut ilmu di Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

8. Kepada Bapak Drs. Darussalam Pohan, M. AP selaku Kepala Dinas Kependuduk an dan Catatan Sipil Kotamadya Medan yang telah meluangkan waktunya untuk membantu penulis dalam melakukan penelitian.

9. Kepada Bapak Eddy Rosdianto,S.Sos selaku Kasi Penyuluhan yang telah banyak membantu saya pada kelancaran proses izin Penelitian dan Nasihat-nasihat yang diberikan kepada saya.Terima kasih banyak Pak.

10. Kepada Bapak Alvian Saragih selaku Kasubbag Penyusunan Program yang sabar mendengar saya selalu banyak pertanyaan dan argumen dalam membantu saya selama penelitian .Terima Kasih Pak telah meluangkan waktunya.

11. Kepada Pegawai Ibu Dewi dan Ibu Hetty yang telah banyak membantu saya dalam kelengkapan surat dan data yang dibutuhkan penulis dalam melakukan penelitian.

12. Terima kasih kepada seluruh pegawai Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kotamadya Medan yang telah meluangkan waktunya untuk membantu penulis dalam melakukan penelitian.


(5)

13. Teruntuk Kedua orang tua yang ku cinta karena-Nya. Almh Ibuku Yusdiana Sirait (14 November 2007) dimana saat waktu yang berat,mama pergi meninggalkan kasih sayang,tawa,perhatian,nasehat yang biasa ojy terima sama kak mira yang tanpa lelah memberikan support setiap hari ,mendoakan ku di setiap sujudnya.We all miss you moms .Bapakku Sayuti Lubis yang berjuang sepenuh hati bekerja demi kehidupan anaknya dan selalu sabar dengan anak-anaknya. Terima kasih kepada kedua orang tua ku yang telah membesarkan dan mendidik saya serta memberikan motivasi baik moril maupun materil yang tak ternilai harganya dengan apapun, maafkan aku yang selama ini menyusahkan kalian, mudah-mudahan ini dapat memberikan suatu kebanggaan dalam diri kedua orang tuaku, terimakasih juga telah menyadarkan aku terhadap pentingnya keluarga, ternyata keluargalah yang nomor satu dari apapun.

14. Untuk Nenek tersayang yang selalu mendo’akan disetiap sujudnya.dan dari masa kecil sudah diberikan kasih sayang yang tak terlupakan. “Youre the super grandmothers”

15. Buat Kakakku satu-satunya Miranda Rezky Lubis,S.sos terima kasih buat selama ini nasehat yang selalu membangun...mudah”an itu semua terkabul.Amiin dan buat Bg Alex Iskandar Syah Nst,SH terima kasih bg supportnya.

16. Buat Semua keluarga yang sudah mendukung baik itu Do’a,support semuanya ..thanks for everything , the family is still numero uno!

17. For the best friends when i was junior high school yessy (halo yess,jgn lupa sedia di tas hirup hirup obat hhee),Qisty,dimas,tiwik,selly, bagenkz,risty,zahara,saddam,ibnu ada waktu ngumpul yok..

18. For the best friends @ major Public Administration 08 hmmm hhaa (ntahhapa) buat genk Kece + hhhhhaaa


(6)

BUDIARTY ketua genk KECE + hmmmm buat ga ya ? hhhaa (jgn kek org susahhh lah!!!! hhhaaa...ayo ayyoo bun Sidang udh didepan mata hheee..semoga kita semua sukses ya bun.Amin..Ya.Rab, buat uyak kawan awak..salut buat kawan satu ni.berjuang terusss!!! SURYA “tampan” aka SD45 hmmm kata dia,walaupun ntah dri mana sisi tampan itu..’IYA KAN AJ’ biar senang hha *lirik tata,bunda

19. Buat Sally temen pmp,sharing,jalan bedua dri masuk kampus hitam putih, nonton konser sampe nginep di Inalum ”the house of mrs cold” (agak lebai kali yaa hehehe), Thanks for everything sally.Show your ambitions goes to Foreign of ministry at Jekardahhhh.Eimeen !

<(‾⌣‾)♉

\(´▽`)/

20. For the best friends in Communication 08. Minarny makasih ya mik buat semuanya dri SMA sama sama terus sampe kita emg ‘Terpilih’ masuk kekampus ini hhehe..sukses selalu ya mik, Buat “nty” belbie hehehe(ʃ⌣ƪ),Evo,Icaa,Shindy,Desy,Muna.thanksgod you have introduced me to people who are very

21. Seluruh teman-teman satu Magang “We love SIDOMUKTI” Bg Nawir, Uning, Inuy, Cha, Adek ”Siska”, Diba, Dila, Kesuma,Yuli hhe,Zikri,Echo medusa,Iyan,Dimen. Thanks for all that we do together in the team, keep contact ya…

good.

22. Untuk temanku RR ayu, Mayoonq,Dini,Nanda,Tikaa ‘Koro koro kita wee hhee.. Thanks for everything ..you are always in my heart ,although very short time given for joint. Success for all !

\(´▽`)/ \(´▽`)/

23. Untuk semua teman-temanku di AN O8 Pazy, bembenk,zikri akbar,jhon,rahmat ‘ajo’,darwin,tommy,Sangab,bg Dona “semangat” dan untuk Seluruh Angkatan 2008 yang ga aku sebut satu persatu...

WE ARE ONE!!! AN Satu AN Jaya !

24. Untuk seniorku bg Andre Moetamz, bg Arza thanks all for your strategy,build advice .I may not forget!!!


(7)

25. Untuk seniorku AN 07 kak Afaf (Kebab) ,kak tutik, kak tika,kak titin,kak viya makasi buat masukan selama penulis mengikuti perkuliahan..buat bg Ozik,bg dodik,bg bobby ,bg ilham,bg lintang...success for all

26. Untuk semua seniorku kaak Cenil 05, kak Ursula , kak Wiwid,kak Faniela,Bg Christ...Thanks for everything ,You are indeed a reliable senior

Terima kasih untuk semuanya Cerita yang telah kalian titipkan bersama ku.

Medan, Februari 2012 Penulis


(8)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR . ... ... i

DAFTAR ISI ...v

DAFTAR TABEL ...vii

DAFTAR LAMPIRAN ...viii

ABSTRAKSI ...ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

I.1. Latar Belakang ... 1

I.2. Perumusan Masalah ... 6

I.3. Tujuan Penelitian ... 7

I.4. Manfaat Penelitian ... 7

I.5. Kerangka Teori ... 8

I.5.1. Kebijakan Publik ... 8

I.5.2. Implementasi Kebijakan ... 13

I.5.2.1. Pengertian Implementasi ... 13

I.5.2.2. Kinerja Implementasi ... 16

I.5.3. Sistem Informasi Administrasi Kependudukan ……….. 18

I.5.3.1. Pengertian SIAK ... 18

I.5.3.2. Peranan SIAK dalam Administrasi Kependudukan ... 19

I.5.3.3. Manfaat SIAK ... 19

I.5.3.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi SIAK ... 20

I.6. Defenisi Konsep ... 21

I.7. Defenisi Operasional ... 22

I.8. Sistematika Penulisan ... 23

BAB II METODE PENELITIAN ... 24

II.1. Bentuk Penelitian ... 24

II.2. Lokasi Penelitian ... 24


(9)

II.4. Teknik Pengumpulan Data ... 26

II.5. Teknik Analisa Data ... 27

II.6. Jadwal Waktu dan Tahap Pelaksanaan Penelitian ...28

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN ... 29

III.1 Gambaran Umum Wilayah ... 29

III.1.1 Sejarah Singkat Kota Medan ... 29

III.1.2 Kondisi Geografis Wilayah ... 30

III.2 Kependudukan ... 31

III.3 Visi dan Misi Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Medan ... 37

III.3.1 Visi ... 37

III.3.2 Misi ... 38

III.4 Gambaran Umum Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Medan ... 40

III.4.1 Tugas Pokok dan Fungsi ... 40

III.4.2 Kondisi Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil ... 51

III.4.3 Struktur Organisasi Dinas ... 52

BAB IV PENYAJIAN DATA ... 53

IV.1 Identitas Responden ... 53

IV.2 Hasil Wawancara ... 54

1. Standart dan Sasaran Kebijakan ... 56

2. Sumber Daya ... 59

3. Komunikasi ... 62

4. Karakteristik Agen Pelaksana ... 64

5. Sikap Masyarakat ... 65

BAB V ANALISIS DATA ... 67

V.1 Standar dan Sasaran Kebijakan ... 67

V.2 Sumber Daya ... 70

V.3 Komunikasi ... 71

V.4 Karakteristik Agen Pelaksana ... 73


(10)

BAB VI PENUTUP ... 76

VI.1. Kesimpulan ... 76

VI.2. Saran ... 78


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel

Judul

Halaman

III.1 Penduduk Kota Medan menurut 32

Kecamatan dan Jenis Kelamin Tahun 2011

III.2 Distribusi Kartu Keluarga 34

III.3 Distribusi Kartu Tanda Penduduk 36 Menurut Kecamatan Tahun 2011

III.4 Daftar Nama Pegawai Dinas Kependudukan 52 dan Catatan Sipil Kota Medan

IV.1 Identitas Responden 53

IV.2 Karakteristik Responden Berdasarkan 54 Pendidikan


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Syarat Pengajuan Judul Skripsi 2. Permohonan Judul Skripsi 3. Penunjukan Dosen Pembimbing

4. Undangan Seminar Proposal Usulan Penelitian Skripsi 5. Jadwal Seminar Proposal Usulan Penelitian Skripsi

6. Daftar Hadir Peserta Seminar Proposal Usulan Penelitian Skripsi 7. Surat Izin Penelitian dari FISIP USU

8. Surat Rekomendasi Izin Penelitian dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kota Medan

9. Surat Rekomendasi/izin Penelitian dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Madya Medan

10. Bagan Struktur Organisasi Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Medan 11. Indikator Kinerja Kunci


(13)

Implementasi Sistem Informasi Administrasi Kependudukan Di Kota Medan

(Studi Pada Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil)

Nama : Dicky Fachrozi Lubis

Departemen : Ilmu Administrasi Negara

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Dosen Pembimbing : Drs. Kariono, M.Si

Melalui Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) diharapkan dapat meningkatkan produktivitas kerja para pegawai dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, tentang administrasi kependudukan. Medan sebagai salah satu daerah ibukota provinsi dan mengurus sendiri mengenai tata pemerintahannya juga telah menerapkan sistem ini dalam mengatur administrasi kependudukannya. Dengan adanya sistem ini diharapkan akan terlihat mengenai keadaan kependudukan yang sebenarnya dan diharapkan pula dengan adanya data kependudukan dapat membantu program pemerintah lainnya guna melanjutkan pembangunan ke arah yang lebih baik.

Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat dan menggambarkan pelaksanaan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) kepada masyarakat. Dalam penelitian ini juga akan dilihat realisasi pelayanan yang diberikan untuk tercapainya tujuan yang telah ditetapkan pemerintah. Metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode bentuk deskriptif dengan analisa data kualitatif, unit analisis yang terdiri dari informan kunci yaitu Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Medan, informan utama yaitu Kepala Bidang Pencatatan Sipil, Kepala Bidang Informasi Kependudukan dan Kepala Bidang Kebijakan dan Pendaftaran Kependudukan. Sedangkan Informan Tambahan adalah Kasi pencatatan Perkawinanan, Perceraian, Pengakuan, dan Pengesahan Anak,Kasubbag Keuangan dan Kepegawaian, serta Kasubbag Umum dan Perlengkapan.

Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah pelaksanaan pelayanan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan kepada masyarakat terlaksana secara baik yang sesuai dengan apa yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang. Dimana dapat dilihat bahwa pelayanan dan fasilitas yang diberikan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil telah dapat dikatakan baik, walaupun perlu dimaksimalkan lagi untuk pencapaian yang lebih baik lagi


(14)

ABSTRACT

Implementasi Sistem Informasi Administrasi Kependudukan at Medan Region

(Study at Department of Population and Civil)

Name : Dicky Fachrozi Lubis

Department : Science of Public Administration

Faculty : Social Science and Political Science

Lecturer : Drs. Kariono, M.Si

Through the Administrative Information Systems (SIAK) is expected to increase the productivity of the employees work in providing services to the community, such as where it has been regulated in Law Number 23 Year 2006 on population administration. Naidoo who has experience and manage their own autonomy regarding goverment has also adopted this system in regulating the administration of residence. This is seen in the Regulation of Medan on the implementation of SIAK. With the existence of this system is expected to appear on the actual state of residence and is also expected by the population data to assist other government programs in order to continue development into a better direction.

The purpose of this study is to see and describe the implementation of the Population Administration Information System (SIAK) to the public. In this study also will be the realization of the service provided to achieve the goals set by the government. The research methodology used in this research is descriptive method with the form of qualitative data analysis, the analysis unit consisting of a key informant is the Head of Population and Civil District Naidoo, head of the main informants Civil Registration, Chief Information Officer and Head of Population and Policy Population Register. Additional informants were Kasi while recording Perkawinanan, Divorce, Confession, and the Ratification of the Child, Kasubbag Finance and Personnel, and General Kasubbag and Supplies.

Conclusions obtained from this study is the implementation of the Population Administration Information System services to the community is well implemented in accordance with what has been stipulated in the Act. Which can be seen that the services and facilities provided by the Department of Population and Civil have to say either, although more needs to be maximized to achieve better


(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang jumlah penduduknya sangat besar. Sebagai negara kepulauan, penduduk Indonesia memiliki persebaran yang tidak merata. Berbagai masalah yang merupakan akibat dari persebaran penduduk yang tidak merata kerap kali muncul dan mendesak pemerintah untuk dapat sesegera mungkin bertindak untuk mengambil sebuah kebijakan.

Pertumbuhan penduduk yang sangat besar dengan persebaran tidak merata diserta rendahnya kualitas penduduk juga menjadi sumber permasalahan yang berkaitan dengan kependudukan di Indonesia. Berbagai permasalahan ini mengakibatkan muculnya berbagai permasalahan-permasalahan baru di bidang kependudukan yang antara lain adalah : kemiskinan, kesehatan, pengangguran. Keselarasan jumlah penduduk yang besar akan menuntut adanya keselarasan terhadap segi kualitas sumber daya manusia yang baik pula. Akan timbul permasalahan-permasalahan menyangkut penduduk di sebuah negara apabila terjadi ketimpangan yang nyata antara jumlah penduduk yang besar dengan dukungan sumber daya manusia yang relatif rendah. Kedua aspek itulah yang perlu dijaga keseimbangannya agar permasalahan-permasalahan tidak mudah mencuat dan mengganggu stabilitas pembangunan di suatu negara. Ketepatan dan ketersediaan data-data tentang penduduk yang lengkap dalam pembangunan di negara kita merupakan aspek yang memegang peran yang sangatlah penting. Ini menuntut kerja keras para penyelenggara negara mulai dari tingkat pusat sampai ke tingkat yang paling bawah di dalam mengumpulkan dan menjamin


(16)

ketersediaan data penduduk yang dibutuhkan dalam rangka dukungan informasi mengenai kependudukan yang baik untuk pihak yang berwenang dalam merumuskan suatu kebijakan di Indonesia.

Berkaitan dengan pembangunan kependudukan, pembangunan administrasi kependudukan sebagai sebuah sistem merupakan bagian yang tak terpisahkan dari administrasi pemerintahan dan administrasi negara dalam memberikan jaminan kepastian hukum dan perlindungan terhadap hak-hak individu penduduk. Perlindungan tersebut berupa pelayanan publik melalui penerbitan dokumen kependudukan seperti Nomor Induk Kependudukan (NIK), Kartu Tanda Penduduk (KTP), Kartu Keluarga (KK), dan akta-akta catatan sipil, termasuk Akta Kelahiran. Dengan jumlah penduduk yang cukup besar, serta maraknya berbagai kejahatan kriminal dan terorisme baik dalam skala nasional maupun internasional, dengan pemalsuan dokumen identifikasi kependudukan (termasuk paspor, KK, dan lain-lain), diperlukan adanya penataan agar administrasi kependudukan dapat lebih tertib dari tahun ke tahun dan terpadu secara nasional. Meningkatnya ketertiban dan keterpaduan administrasi kependudukan akan sangat berguna bagi perumusan kebijakan, perencanaan dan pelaksanaan berbagai program pembangunan. Kemajuan teknologi informasi dalam mendukung berbagai kegiatan, termasuk pelayanan administrasi kependudukan merupakan suatu tuntutan yang tidak bisa diabaikan.

Menyikapi berbagai permasalahan itu pemerintah berusaha memperoleh data tentang kependudukan di Indonesia yang akurat untuk mampu membuat pemetaan yang tepat guna menanggulangi masalah kependudukan baik di tingkat lokal dan nasional. Data tersebut diperlukan untuk mampu membuat sebuah program dalam rangka: pengendalian jumlah dan pertumbuhan penduduk, pemerataan persebaran penduduk.


(17)

Tetapi hingga saat ini perolehan data kependudukan di Indonesia masih sangat tergantung pada hasil sensus dan survei atau data administrasi yang diperoleh secara periodik dan masih bersifat agregat (makro). Kebutuhan data mikro penduduk untuk identifikasi calon pemilih pemilu, penyaluran dana jaringan pengaman sosial, bantuan untuk penduduk miskin, beasiswa untuk wajib belajar dan kegiatan perencanaan pembangunan dirasakan masih belum akurat karena tidak diperoleh dengan cara registrasi. Atas dasar pertimbangan tersebut maka diperlukan petunjuk pencatatan dan pemutakhiran biodata penduduk.

Pengelolaan pendaftaran penduduk merupakan tanggung jawab pemerintah kota/kabupaten, dimana dalam pelaksanaannya diawali dari desa/kelurahan selaku ujung tombak pendaftaran penduduk, hingga setiap warga terdaftar secara administrasi sebagai warga negara Indonesia dan sesuai dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang administrasi kependudukan. Dalam pelayanan tersebut perlu dilakukan dengan benar dan cepat agar penduduk sebagai pelanggan merasa dapat pelayanan yang memuaskan.

Sebagai salah satu langkah untuk membantu berbagai pekerjaan mengenai pendaftaran kependudukan yang sesuai dengan berbagai standar yang diperlukan maka pemerintah mulai membuat sebuah kebijakan dengan mengadakan program yang dahulu dikenal dengan Sistem Informasi Manajemen Kependudukan (SIMDUK) yang dibuat sekitar tahun 1996. SIMDUK adalah sebuah kebijakan yang diterapkan di daerah kabupaten/kota, dan ditujukan untuk menangani status kependudukan dengan segala perubahannya. SIMDUK itu sendiri merupakan suatu aplikasi untuk mengelola data kependudukan daerah yang meliputi Kartu Keluarga (KK), Kartu Tanda Penduduk (KTP), Akte Kelahiran, Sensus Penduduk, dan Demografi Penduduk. Aplikasinya dapat


(18)

digunakan untuk mengelola data kependudukan pada kecamatan atau kelurahan yang lokasinya terpisah, akan tetapi karena didasarkan pada basis internet maka dapat dikumpulkan di satu titik yaitu Internet Data Center.

Pada pelaksanaannya di lapangan ternyata didapati berbagai kelemahan SIMDUK sebagai sebuah sistem untuk mengelola data kependudukan. Dimana masih banyak terdapat pemalsuan identitas karena disebabkan kurang detailnya data-data mengenai penduduk. Seperti yang terdapat di ibukota Jakarta, ditemukannya berbagai identitas ganda dengan nomor identitas yang berbeda pula.

Berdasarkan berbagai evaluasi terhadap kebijakan SIMDUK ini pemerintah merasa perlu menggantinya dengan sebuah kebijakan yang baru. Kebijakan baru itu tentunya juga lebih menjawab segala kebutuhan yang diperlukan untuk melengkapi data kependudukan. Berkenaan dengan hal tersebut untuk mempermudah penyelenggaraan administrasi kependudukan dengan adanya sistem pelayanan kependudukan dan pencatatan sipil yang terintegrasi dapat merealisasikan Data Base penduduk. Dengan demikian pelayanan yang dihasilkan tidak hanya sebatas dapat merealisasikan pengumpulan data base penduduk, tetapi sekaligus memberi Nomor Induk bagi setiap penduduk, sehingga dapat mengeliminasi terjadinya kepemilikan identitas ganda. Untuk mempermudah penyelenggaraan administrasi kependudukan dalam melakukan pengumpulan, pengolahan data penduduk yang berbasis teknologi informasi, Pemerintah Pusat dalam hal ini telah menyiapkan suatu sistem yang diberi nama “Sistem Informasi Administrasi Kependudukan” atau disingkat SIAK.

Secara hukum sistem ini sudah dikukuhkan dengan Keputusan Presiden Nomor 88 Tahun 2004 tentang Pengelolaan Informasi Administrasi Kependudukan.


(19)

SIAK merupakan suatu sistem informasi berbasis web yang disusun berdasarkan prosedur-prosedur dan memakai standarisasi khusus yang bertujuan menata sistem administrasi dibidang kependudukan sehingga tercapai tertib administrasi dan juga membantu bagi petugas dijajaran Pemerintah Daerah khususnya Dinas Kependudukan didalam menyelenggarakan layanan kependudukan.

SIAK bisa menjadi solusi dari masalah kependudukan yang ada. Dengan adanya pengelolaan data secara online maka kelemahan-kelemahan pengolahan data secara konvensional dapat ditekan. SIAK sendiri memberikan banyak manfaat antara lain, hasil perhitungan dan pengelolaan data statistik tersebut dapat digunakan sebagai bahan perumusan dan penyempurnaan kebijakan, strategi dan program bagi penyelenggaraan dan pelaksanaan pembangunan di bidang kualitas, kuantitas, dan mobilitas penduduk, serta kepentingan pembangunan lainnya.

Pada dasarnya sistem administrasi kependudukan merupakan sub sistem dari sistem administrasi negara, yang mempunyai peranan penting dalam pemerintahan dan pembangunan. Penyelenggaraan administrasi kependudukan diarahkan pada pemenuhan hak asasi setiap orang di bidang pelayanan administrasi kependudukan, pemenuhan data statistik kependudukan secara nasional, regional, dan lokal serta dukungan terhadap pembangunan sistem administrasi kependudukan guna meningkatkan pemberian pelayanoan publik tanpa diskriminasi.

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 pasal 13 tentang Nomor Induk Kependudukan maka pemerintah mengeluarkan sebuah peraturan baru yang tertuang dalam PP Nomor 37 Tahun 2007 yang memuat tentang pelaksanaan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006. Medan merupakan salah satu daerah yang telah menerapkan sistem ini. Salah satu latar belakang dibuatnya sistem ini tentunya untuk


(20)

mampu melakukan pemetaan yang tepat tentang komposisi penduduk Kota Medan, kepadatan penduduk, masalah kemiskinan yang dihadapi penduduk di pelosok, serta melihat kemajuan apa yang telah mampu dicapai oleh pemerintah untuk menanggulangi kemiskinan dan kesehatan Kota Medan. Tentunya tujuan ini perlu koordinasi dengan dinas lain yang bersangkutan. SIAK diharapkan mampu memberikan Nomor Induk Penduduk yang telah terdaftar di Depdagri untuk memudahkan pemerintah pusat dan daerah guna melihat permasalahan penduduk yang ada serta menjaga agar proyek pembangunan di daerah memang telah tepat sasaran. Namun hingga saat ini masih ada masyarakat Kota Medan yang belum memiliki nomor induk penduduk tersebut, sehingga masih banyak masyarakat yang belum masuk hitungan ataupun perkiraan dapat dibantu oleh pemerintah. Selain itu masyarakat yang terdapat di wilayah Kota Medan ada juga yang belum terjangkau pelayanan publik yang disediakan pemerintah daerah seperti kesehatan dan pendidikan sehingga belum tercapai standar pelayanan minimal yang menjadi tanggung jawab pemerintah.

Berdasarkan pemaparan diatas, penulis merasa tertarik untuk meneliti tentang implementasi program SIAK secara langsung di lapangan yang meliputi tahapan-tahapannya, manfaat, permasalahan dan hasil yang diperoleh oleh masyarakat. Oleh karena itu penulis mengangkatnya ke dalam sebuah penelitian yang berjudul Implementasi Sistem Informasi Administrasi Kependudukan di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Medan.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan, maka perumusan masalah dari penelitian ini adalah: “Bagaimana Implementasi Sistem Informasi


(21)

Administrasi Kependudukan (SIAK) di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Medan?”

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan jawaban terhadap perumusan masalah yang telah dikemukakan diatas, yakni untuk:

1. Untuk mengetahui bagaimana Penerapan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Medan). 2. Untuk mengetahui hambatan apa saja yang dialami dalam Implementasi Sistem

Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Medan.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini akan memberikan manfaat bagi berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Adapun manfaat tersebut adalah:

1. Manfaat secara ilmiah

Untuk menambah khasanah pengetahuan ilmiah didalam studi administrasi dan pembangunan umumnya dan pembangunan bidang pelayanan publik pada khususnya dengan implementasi Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK).

2. Manfaat secara praktis

Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat sebagai berikut:


(22)

a. Dapat dijadikan sebagai kontribusi terhadap pemecahan permasalahan yang terkait dengan operasional Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK).

b. Sebagai masukan baru bagi para penulis maupun dalam literatur perpustakaan yang berkaitan dengan masalah-masalah studi administrasi dan pembangunan.

3. Manfaat secara akademis.

Sebagai salah satu syarat dalam penyelesaian studi strata-1 di Depatemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

1.5 Kerangka Teori.

Teori merupakan seperangkat preposisi yang menggambarkan suatu gejala yang terjadi seperti ini. Untuk memudahkan penelitian diperlukan pedoman berfikir yaitu kerangka teori. Sebelum melakukan penelitian yang lebih lanjut peneliti perlu menyusun suatu kerangka teori sebagai landasan berfikir untuk menggambarkan dari sudut mana peneliti menyoroti masalah yang dipilih.

Kerangka teori ini diharapkan memberikan pemahaman yang jelas dan tepat bagi peneliti dalam memahami masalah yang diteliti.

1.5.1 Kebijakan Publik

Menurut Chandler dan Plano dalam Tangkilisan (2003) berpendapat bahwa kebijakan publik adalah adalah pemanfaatan yang strategis terhadap sumber daya-sumber daya yang ada untuk memecahkan masalah-masalah publik atau pemerintah. Dalam kenyataannya kebijakan tersebut telah banyak membantu para pelaksana pada


(23)

tingkat birokrasi pemerintah maupun para politisi untuk memecahkan masalah-masalah publik. Selanjutnya dikatakan bahwa Kebijakan Publik merupakan suatu bentuk intervensi yang dilakukan secara terus menerus oleh pemerintah demi kepentingan kelompok yang kurang beruntung dalam masyarakat agar mereka dapat hidup, dan ikut berpartisipasi dalam pembangunan secara luas.

Menurut H. Hugh Heglo dalam Abidin kebijakan adalah suatu tindakan yang bermaksud untuk mencapai suatu tujuan tujuan tertentu. Sedangkan Anderson dalam Abidin (2004:21) mendefenisikan kebijakan sebagai serangkaian tindakan yang mempunyai tujuan tertentu yang diikuti dan dilaksanakan oleh seorang pelaku atau sekelompok pelaku guna memecahkan suatu masalah tertentu.

Sedangkan menurut Woll dalam Tangkilisan kebijakan publik adalah sejumlah aktivitas pemerintah untuk memecahkan masalah dimasyarakat, baik secara langsung maupun melalui lembaga yang mempengaruhi kehidupan masyarakat. Dalam pelaksanaan kebijakan publik terdapat tiga tingkat pengaruh sebagai implikasi dari tindakan pemerintah yaitu:

a. Adanya pilihan kebijakan atau keputusan yang dibuat oleh politisi, pegawai pemerintah atau yang lainnya yang bertujuan menggunakan kekuatan publik untuk mempengaruhi kehidupan masyarakat.

b. Adanya output kebijakan, dimana kebijakan yang diterapkan pada level ini menuntut pemerintah untuk melakukan pengaturan, penganggaran, pembentukan personil dan membuat regulasi dalam bentuk program yang akan mempengaruhi kehidupan masyarakat.

c. Adanya dampak kebijakan yang merupakan efek pilihan kebijakan yang mempengaruhi kehidupan masyarakat.


(24)

Konsep kebijakan publik ternyata juga dimaknai dan dirumuskan secara beragam. Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa sebagian besar defenisi yang dikemukakan dipengaruhi oleh masalah-masalah tertentu yang ingin dilihat. Pandangan pertama, ialah pendapat para ahli yang mengidentikkan kebijakan publik dengan tindakan-tindakan yang dilakukan pemerintah. Beranggapan bahwa semua tindakan yang dilakukan oleh pemerintah pada dasarnya disebut sebagai kebijakan publik.

R.S Parker dalam Wahab, menyatakan bahwa kebijakan publik adalah suatu tujuan tertentu, atau serangkaian asas tertentu, atau tindakan yang dilaksanakan oleh pemerintah pada suatu waktu tertentu dalam kaitannya dengan suatu subjek atau sebagai respon terhadap keadaan yang kritis. Sedangkan Thomas R. Dye merumuskan kebijakan publik sebagai semua pilihan atau tindakan yang dilakukan pemerintah. Dalam hal ini Dye beranggapan bahwa kebijakan publik itu menyangkut pilihan-pilihan apapun yang dilakukan oleh pemerintah, baik untuk melakukan sesuatu ataupun untuk tidak berbuat sesuatu.

Pandangan yang kedua, ialah pendapat para ahli yang memusatkan perhatian pada implementasi kebijakan (policy implementation). Mereka melihat kebijakan publik sebagai keputusan-keputusan yang mempunyai tujuan-tujuan atau sasaran-sasaran tertentu dan mempunyai dampak dan akibat-akibat yang diramalkan (predictable), atau dapat diantisipasikan sebelumnya. Seperti apa yang dikemukakan Nakamura dan Smal Wood dalam Wahab, bahwa kebijakan publik adalah serentetan instruksi/perintah dari para pembuat kebijakan yang ditujukan kepada para pelaksana kebijakan yang menjelaskan tujuan-tujuan serta cara-cara untuk mencapai tujuan tersebut.

Namun pada hakekatnya, bahwa pendefenisian kebijakan tetap harus mempunyai pengertian mengenai apa yang sebenarnya dilakukan daripada apa yang


(25)

diusulkan dalam tindakan mengenai suatu persoalan tertentu. Hal ini dilakukan karena kebijakan merupakan suatu proses yang mencakup pula tahap implementasi dan evaluasi sehingga defenisi kebijakan yang hanya menekankan pada apa yang diusulkan menjadi kurang memadai.

Dalam memecahkan sebuah permasalahan yang dihadapi kebijakan publik, Dunn dalam Tangkilisan mengemukakan bahwa ada beberapa tahap analisis yang harus dilakukan, yaitu:

1. Agenda Setting (agenda kebijakan)

Tahap penetapan agenda kebijakan ini adalah penentuan masalah publik yang akan dipecahkan, dengan memberikan informasi mengenai kondisi-kondisi yang menimbulkan masalah. Dalam hal ini isu kebijakan dapat berkembang menjadi agenda kebijakan apabila memenuhi syarat, seperti: memiliki efek yang besar terhadap kepentingan masyarakat, dan tersedianya teknologi dan dana untuk menyelesaikan masalah publik tersebut.

2. Policy Formulation (formulasi kebijakan)

Formulasi kebijakan berarti pengembangan sebuah mekanisme untuk menyelesaikan masalah publik. Dalam menentukan kebijakan pada tahap ini dapat menggunakan analisis biaya manfaat dan analisis keputusan, dimana keputusan yang harus diambil pada posisi tidak menentu dengan informasi yang serba terbatas. Pada tahap ini diidentifikasi kemungkinan kebijakan yang dapat digunakan melalui prsedur forecasting untuk memecahkan masalah yang di dalamnya terkandung konsekuensi dari setiap pilihan kebijakan yang akan dipilih.


(26)

3. Policy Adoption (adopsi kebijakan)

Merupakan tahap untuk menentukan pilihan kebijakan yang akan dilakukan. Terdapat di dalamnya beberapa hal yaitu identifikasi alternatif kebijakan yang dilakukan pemerintah untuk merealisasikan masa depan yang dinginkan dan juga mengidentifikasi alternatif-alternatif dengan menggunakan kriteria-kriteria yang relevan agar efek positif alternatif kebijakan lebih besar dari pada efek negative yang akan terjadi.

4. Policy Implementation (implementasi kebijakan)

Pada tahap ini suatu kebijakan telah dilaksanakan oleh unit-unit eksekutor (birokrasi pemerintah) tertentu dengan memobilisasikan sumber dana dan sumber daya lainnya (teknologi dan manajemen). Implementasi berkaitan dengan berbagai kegiatan yang diarahkan untuk merealisasikan program, dimana pada posisi ini eksekutif mengatur cara untuk mengorganisir, menginterpretasikan dan menerapkan kebijakan yang telah diseleksi. Sehingga dengan mengorganisir, seorang eksekutif mampu mengatur secara efektif dan efisien sumber daya, unit-unit dan teknik yang dapat mendukung pelaksanaan program.

5. Policy Assesment (evaluasi kebijakan)

Tahap akhir dari proses pembuatan kebijakan adalah penilaian terhadap kebijakan yang telah diambil dan dilakukan. Dalam penilaian ini semua proses implementasi dinilai apakah telah sesuai dengan yang telah ditentukan atau direncanakan dalam program kebijakan tersebut sesuai dengan ukuran-ukuran (kriteria-kriteria) yang telah ditentukan. Evaluasi kebijakan dapat dilakukan oleh lembaga independen maupun pihak birokrasi pemerintah sendiri (sebagai


(27)

eksekutif) untuk mengetahui apakah program yang dibuat oleh pemerintah telah mencapai tujuannya atau tidak. Apabila ternyata tujuan program tidak tercapai atau memiliki kelemahan, maka perlu diketahui apa penyebabnya sehinggga kesalahan yang sama tidak terulang di masa yang akan datang.

1.5.2 Implementasi Kebijakan

1.5.2.1 Pengertian Implementasi

Kamus Webster dalam Wahab, pengertian implementasi dirumuskan secara pendek bahwa “to implement” (mengimplementasikan) berarti “to provide means for carrying out; to give practical effect to” (menyajikan sarana untuk melaksanakan sesuatu; menimbulkan dampak/ berakibat sesuatu).

Implementasi kebijakan merupakan rangkaian kegiatan setelah suatu kebijakan dirumuskan. Tanpa suatu implementasi maka suatu kebijakan yang telah dirumuskan akan sia-sia belaka. Oleh karena itu implementasi kebijakan mempunyai kedudukan yang penting di dalam kebijakan publik. Bahkan Udoji dalam Wahab menyatakan bahwa pelaksanaan kebijakan adalah sesuatu yang penting, bahkan mungkin jauh lebih penting dari pembuatan kebijakan. Kebijakan-kebijakan hanya akan berupa impian atau rencana yang bagus, yang tersimpan rapi dalam arsip kalau tidak diimplementasikan.

Menurut Nakamura dan Smallwood dalam Tangkilisan, hal-hal yang berhubungan dengan implementasi kebijakan adalah keberhasilan dalam mengevaluasi masalah dan kemudian menerjemahkannya ke dalam keputusan yang bersifat khusus. Sedangkan Pressman dan Wildavsky (1984), menyatakan implementasi adalah sebagai interaksi antara penyusunan tujuan dengan sarana-sarana tindakan dalam mencapai tujuan tersebut, atau kemampuan untuk menghubungkan dalam hubungan kausal antara yang diinginkan dengan cara untuk mencapainya.


(28)

Jones dalam Tangkilisan, implementasi merupakan suatu proses yang dinamis yang melibatkan secara terus menerus usaha-usaha untuk mencari apa yang akan dan dapat dilakukan.

Dengan demikian implementasi mengatur kegiatan-kegiatan yang mengarah pada penempatan suatu program ke dalam tujuan kebijakan yang diinginkan. Tiga kegiatan utama yang paling penting dalam implementasi, yaitu

(1) penafsiran, yaitu merupakan kegiatan yang menerjemahkan makna program ke dalam pengaturan yang dapat diterima dan dapat dijalankan,

(2) organisasi, yaitu merupakan unit atau wadah untuk menempatkan program ke dalam tujuan kebijakan,

(3) penerapan yang berhubungan dengan perlengkapan rutin bagi pelayanan, upah, dan lain-lainnya.

Proses implementasi kebijakan itu sesungguhnya tidak hanya menyangkut perilaku badan administratif yang bertanggung jawab untuk melaksanakan program dan menimbulkan ketaatan pada diri kelompok sasaran, melainkan pula menyangkut jaringan kekuatan-kekuatan politik, ekonomi dan sosial yang langsung atau tidak langsung dapat mempengaruhi perilaku dari semua pihak yang terlibat dan yang pada akhirnya berpengaruh terhadap tujuan kebijakan, baik yang negatif maupun yang positif.

Kemudian dalam rangka untuk mengimplementasikan kebijakan publik ini dikenal dengan beberapa model, antara lain:

1. Model Gogin

Untuk mengimplementasikan kebijakan dengan model Gogin, maka perlu diidentifikasi variabel-variabel yang mempengaruhi tujuan-tujuan formal pada


(29)

keseluruhan implementasi yakni: (1) Bentuk dan isi kebijakan, termasuk di dalamnya kemampuan kebijakan untuk mensrukturkan proses implementasi, (2) Kemampuan organisasi dengan segala sumber daya berupa dana maupun insentif lainnya yang akan mendukung implementasi secara efektif, dan (3) Pengaruh lingkungan dari masyarakat dapat berupa karakteristik, motivasi, kecenderungan hubungan antar warga masyarakat, termasuk pola komunikasinya.

2. Model Grindle

Grindle menciptakan model implementasi sebagai kaitan antara tujuan dan hasil-hasilnya, selanjutnya pada model ini hasil kebijakan yang dicapai akan dipengaruhi oleh isi kebijakan yang terdiri dari: (1) kepentingan-kepentingan yang dipengaruhi, (2) jenis atau tipe manfaat yang dihasilkan, (3) derajat perubahan yang diharapkan, (4) letak pengambilan keputusan, (5) pelaksanaan program, dan (6) sumber daya yang dilibatkan. Pengaruh selanjutnya adalah lingkungan yang terdiri dari: kekuasaan, kepentingan, dan strategi aktor yang terlibat, karakteristik lembaga penguasa, dan kepatuhan serta daya tanggap.

3. Model Meter dan Horn

Model implementasi kebijakan oleh Meter dan Horn dipengaruhi oleh enam faktor, yaitu: (1) standar kebijakan dan sasaran yang menjelaskan rincian tujuan keputusan kebijakan secara menyeluruh; (2) sumber daya kebijakan berupa dana pendukung implementasi; (3) komunikasi inter organisasi dan kegiatan pengukuran digunakan oleh pelaksana untuk memakai tujuan yang hendak dicapai; (4) karakteristik pelaksanaan, artinya karakteristik organisasi merupakan faktor krusial yang akan menentukan berhasil tidaknya suatu program; (5) kondisi sosial ekonomi dan politik


(30)

yang dapat mempengaruhi hasil kebijakan, dan (6) sikap pelaksanaan dalam memahami kebijakan yang akan ditetapkan.

4. Model Deskriptif

William N. Dunn dalam Tangkilisan mengemukakan bahwa model kebijakan dapat diperbandingkan dan dipertimbangkan menurut sejumlah banyak asumsi, yang paling penting diantaranya adalah: (1) perbedaan menurut tujuan; (2) bentuk penyajian; dan (3) fungsi metodologis model. Dua bentuk pokok dari model kebijakan adalah: (1) Model deskriptif; dan (2) Model normatif. Tujuan model deskriptif adalah menjelaskan dan atau meramalkan sebab dan akibat pilihan-pilihan kebijakan. Model kebijakan ini digunakan untuk memonitor hasil tindakan kebijakan misalnya penyampaian laporan tahunan tentang keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan di lapangan.

1.5.2.2 Kinerja Implementasi

Sedangkan menurut Van Meter dan van Horn dalam Subarsono menyatakan bahwa ada enam variabel yang mempengaruhi kinerja implementasi yakni:

1. Standar dan Sasaran Kebijakan

Standar dan sasaran kebijakan harus jelas dan terukur sehingga dapat direalisasikan. Apabila standar dan sasaran kebijakan kabur, maka akan terjadi multi interpretasi dan mudah menimbulkan konflik diantara para agen implementasi.


(31)

2. Sumber Daya

Implementasi kebijakan perlu dukungan sumber daya, baik sumber daya manusia maupun sumber daya non manusia.

3. Komunikasi dan Penguatan Aktivitas

Dalam implementasi program perlu dukungan dan koordinasi dengan instansi lain. Untuk itu diperlukan koordinasi dan kerja sama antar instansi bagi keberhasilan suatu program.

4. Karakteristik agen pelaksana

Agar pelaksana mencakup struktur birokrasi, norma-norma, dan pola-pola hubungan yang terjadi dalam birokrasi, yang semuanya akan mempengaruhi implementasi suatu program.

5. Kondisi sosial, ekonomi dan politik

Variabel ini mencakup sumber daya ekonomi, lingkungan yang dapat mendukung keberhasilan implementasi kebijakan, sejauh mana kelompok-kelompok kepentingan dapat memberikan dukungan bagi implementasi kebijakan, karakteristik para partisipan yakni mendukung atau menolak, bagaimana sifat opini publik yang ada di lingkungan dan apakah elit politik mendukung implementasi kebijakan.

6. Disposisi implementor

Disposisi implementor ini mencakup tiga hal, yakni (a) respon implementor terhadap kebijakan, yang akan dipengaruhi kemauannya untuk melaksanakan kebijakan, (b) kognisi, yakni pemahamannya terhadap kebijakan, dan (c) intensitas disposisi implementor, yakni preferensi nilai yang dimiliki oleh imeplementor.


(32)

1.5.3 Sistem Informasi Admnistrasi Kependudukan (SIAK)

1.5.3.1 Pengertian Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK)

Defenisi Sistem Informasi Admnistrasi Kependudukan, yaitu suatu sistem berbasis web yang disusun berdasarkan prosedur-prosedur dan memakai standarisasi khusus yang bertujuan menata sistem administrasi kependudukan sehingga tercapai tertib administrasi dibidang kependudukan dan juga membantu bagi petugas dijajaran Pemerintah Daerah khususnya Dinas Kependudukan dalam menyelenggarakan layanan kependudukan.

Dalam implementasinya, SIAK menerapkan Nomor Induk Kependudukan (NIK) yang merupakan nomor identitas penduduk yang bersifat unik atau khas, tunggal dan melekat pada seseorang yang terdaftar sebagai penduduk Indonesia, yang berlaku selamanya. Dalam SIAK, database antara kecamatan, kabupaten-kota, provinsi dan Departemen Dalam Negri (Depagri) akan terhubung dan terintegrasi. Seseorang tidak bisa memiliki identitas ganda dengan adanya Nomor Identitas Kependudukan (NIK). Sebab, nomor bersifat unik dan akan keluar secara otomatis ketika instansi pelaksana memasukkannya ke database kependudukan.

Tujuan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK), yaitu:

a. Database kependudukan terpusat melalui pemberlakuan Nomor Induk Kependudukan (NIK) nasional dalam rangka mewujudkan tertib administrasi kependudukan.

b. Database kependudukan dapat diintegrasikan untuk kepentingan lain (statistika, pajak, imigrasi, dan lain-lain).


(33)

c. Sistem SIAK terintegrasi (RT/RW, Kelurahan, Kecamatan, Pendaftaran Penduduk, Catatan Sipil, dan lain-lain).

d. Standarisasi Nasional; melindungi hak-hak individu penduduk, melalui pelayanan penerbitan dokumen kependudukan (KK, KTP dan Akta-Akta Catatan Sipil) dengan mencantumkan NIK Nasional.

1.5.3.2 Peranan SIAK dalam Administrasi Kependudukan.

Sistem Informasi Administrasi Kependudukan mempunyai peranan antara lain: 1. Perekaman, pengiriman dan pengolahan data hasil pendaftaran penduduk dan

pencatatan sipil.

2. Penerbitan NIK Nasional.

3. Memfasilitasi validasi dan verifikasi individu pendudukan untuk pelayanan publik lainnya.

4. Penyajian data dan informasi yang mutakhir bagi instansi terkait dalam rangka perencanaan pembangunan dan pelaksanaan program pemerintah.

1.5.3.3 Manfaat Sistem Informasi Administrasi Kependudukan.

Sistem Informasi Administrasi Kependudukan memiliki beberapa manfaat, antara lain:

1. Tercapainya tertib administrasi kependudukan, karena dengan adanya NIK maka permasalahan seperti KTP ganda tidak akan terjadi.

2. Tercapainya efisiensi dan efektifitas dalam layanan publik (short time response), sehingga masyarakat tidak perlu repot harus bolak-balik untuk mengurus kepentingan mereka.


(34)

3. Terhubungnya landasan bagi pengembangan sistem di masa yang akan datang menuju integrasi secara menyeluruh yang diharapkan dapat diterapkan secepatnya di semua provinsi di Indonesia.

4. Tercapainya Good Coorporate Governance dalam public services di Dinas Kependudukan, dimana biasanya masyarakat selalu beranggapan membuat KTP/KK itu susah karena harus bolak-balik dan ada biaya yang mahal.

5. Untuk menyediakan data individu penduduk (mikro) dan data agregat (makro) penduduk. Penyediaan data tersebut melalaui pengembangan SIAK dengan membangun Bank Data Kependudukan Nasioanal yang dapat menyajikan berbagai profil kependudukan untuk kepentingan individu, masyarakat, pemerintah, dan kepentingan pembangunan lainnya.

6. Untuk pengeolahan data statistik vital (vital statistic) baik yang berhubungan dengan peristiwa penting (lahir, mati, kawin, cerai dan lain-lain) maupun peristiwa kependudukan (perubahan alamat, pindah datang dan perpanjangan KTP). Hasil perhitungan dan pengolahan data statistik tersebut sebagai bahan perumusan dan penyempurnaan kebijakan, strategi dan program bagi para penyelenggara dan pelaksana pembangunan dibidang kualitas, kuantitas, dan mobilitas penduduk, serta kepentingan pembangunan lainnya.

1.5.3.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi Implementasi Sistem Informasi

Administrasi Kependudukan.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi implementasi SIAK terutama dalam hal pengurusan Kartu Tanda Penduduk (KTP), yaitu:


(35)

1. Faktor Komunikasi

Faktor komunikasi yaitu suatu proses penyampaian informasi dari pejabat atau instansi tertentu secara hirarkis berkedudukan lebih tinggi, kepada pejabat atau instansi tertentu untuk melaksanakan kegiatan sesuai dengan informasi yang diberikan yang dilihat dari aspek transmisi atau pengiriman berita, aspek kejelasan dan konsistensi.

2. Faktor Sumber daya

Sumber daya yaitu sarana yang digunakan dalam implementasi, hal ini dilihat dari aspek staf/personil, informasi dan fasilitas.

3. Faktor Sikap

Yaitu sikap dari para pelaksana dalam melayani masyarakat, dilihat dari aspek pembagian tugas dan aspek insentif.

4. Faktor Struktur Birokrasi

Yaitu tatanan organisasi yang mengatur tentang pedoman kerja dan penjabaran wilayah tanggung jawab bagi pelaksanaan, dan dilihat dari aspek prosedur standart operasi dan pembagian wilayah tanggung jawab.

1.6 Defenisi Konsep

Konsep adalah suatu hasil pemaknaan dalam intelektual manusia yang memang merujuk ke gejala nyata kedalam empirik. Konsep adalah sarana merujuk kedua empiris, dan bukan merupakan refleksi sempurna (mutlak) dunia empiris bahkan konsep bukanlah dunia empiris itu sendiri.


(36)

Untuk memberikan batasan yang jelas tentang penelitian yang akan dilakukan maka penulis lebih memfokuskan pada Implementasi SIAK yang merupakan tindakan yang diambil pemerintah untuk mencapai tujuan dalam menata sistem administrasi kependudukan sehingga tercapai tertib administrasi dibidang kependudukan dan juga membantu bagi petugas dijajaran Pemerintah Daerah khususnya Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil dalam menyelenggarakan layanan kependudukan.

1.7 Defenisi Operasional

Yang menjadi operasionalisasi dalam penelitian ini adalah dengan memasukkan sejumlah indikator maupun faktor yang mempengaruhi implementasi Sistem Informasi Administrasi Kependudukan tersebut, yaitu:

1. Standart dan sasaran kebijakan, yaitu kesesuaian antara tujuan adanya SIAK dengan manfaat yang diperoleh. Disini penulis akan melihat bagaimana garis besar pelaksanaan telah dapat dilaksanakan dilapangan, apakah telah sesuai dengan sasaran dari kebijakan itu sendiri.

2. Sumber daya, yaitu berupa dana dan pelaksana yang mendukung implementasi program SIAK. Disini peneliti melihat apakah alokasi dana yang diberikan telah dipergunakan sesuai dengan apa yang telah dianggarkan.

3. Komunikasi dan penguatan aktifitas yaitu meliputi koordinasi internal (Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil) dan sosialisasi eksternal antara pelaksana dan masyarakat. Pada saat pelaksanaan program penulis akan melihat bagaimana koordinasi yang dilakukan demi berlangsungnya kebijakan tersebut.

4. Karakteristik agen pelaksana, yaitu meliputi kompetensi dari implementor atau pelaksana. Pada point ini peneliti akan melihat bagaimana kemampuan dari


(37)

orang-orang yang terlibat dalam proses pelaksanaan sebuah program yang akan dilaksanakan.

5. Sikap masyarakat dalam memahami pelaksanaan program SIAK yang ditetapkan. Pada tahap terakhir penulis akan melihat bagaimana respon yang akan diberikan oleh masyarakat terhadap sebuah perubahan kebijakan.

1.8 Sistematika Penulisan

Bab I : Pendahuluan

Bab ini memuat latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori,defenisi konsep, defenisi operasional, dan sistematika penulisan.

Bab II : Metode Penelitian

Bab ini memuat bentuk penelitian, lokasi penelitian, populasi, dan sampel penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisa data.

Bab III: Deskripsi Lokasi Penelitian

Bab ini menguraikan tentang gambaran atau karakteristik lokasi penelitian.

Bab IV: Penyajian Data

Bab ini memuat hasil penelitian yang diperoleh dari lapangan dan dokumentasi yang akan dianalisa, serta memuat pembahasan atau interpretasi dari data-data yang disajikan pada bab sebelumnya.

Bab V : Analisa Data


(38)

Bab VI: Penutup

Bab ini memuat kesimpulan dan saran atas hasil penelitian yang telah dilakukan.


(39)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang jumlah penduduknya sangat besar. Sebagai negara kepulauan, penduduk Indonesia memiliki persebaran yang tidak merata. Berbagai masalah yang merupakan akibat dari persebaran penduduk yang tidak merata kerap kali muncul dan mendesak pemerintah untuk dapat sesegera mungkin bertindak untuk mengambil sebuah kebijakan.

Pertumbuhan penduduk yang sangat besar dengan persebaran tidak merata diserta rendahnya kualitas penduduk juga menjadi sumber permasalahan yang berkaitan dengan kependudukan di Indonesia. Berbagai permasalahan ini mengakibatkan muculnya berbagai permasalahan-permasalahan baru di bidang kependudukan yang antara lain adalah : kemiskinan, kesehatan, pengangguran. Keselarasan jumlah penduduk yang besar akan menuntut adanya keselarasan terhadap segi kualitas sumber daya manusia yang baik pula. Akan timbul permasalahan-permasalahan menyangkut penduduk di sebuah negara apabila terjadi ketimpangan yang nyata antara jumlah penduduk yang besar dengan dukungan sumber daya manusia yang relatif rendah. Kedua aspek itulah yang perlu dijaga keseimbangannya agar permasalahan-permasalahan tidak mudah mencuat dan mengganggu stabilitas pembangunan di suatu negara. Ketepatan dan ketersediaan data-data tentang penduduk yang lengkap dalam pembangunan di negara kita merupakan aspek yang memegang peran yang sangatlah penting. Ini menuntut kerja keras para penyelenggara negara mulai dari tingkat pusat sampai ke tingkat yang paling bawah di dalam mengumpulkan dan menjamin


(40)

ketersediaan data penduduk yang dibutuhkan dalam rangka dukungan informasi mengenai kependudukan yang baik untuk pihak yang berwenang dalam merumuskan suatu kebijakan di Indonesia.

Berkaitan dengan pembangunan kependudukan, pembangunan administrasi kependudukan sebagai sebuah sistem merupakan bagian yang tak terpisahkan dari administrasi pemerintahan dan administrasi negara dalam memberikan jaminan kepastian hukum dan perlindungan terhadap hak-hak individu penduduk. Perlindungan tersebut berupa pelayanan publik melalui penerbitan dokumen kependudukan seperti Nomor Induk Kependudukan (NIK), Kartu Tanda Penduduk (KTP), Kartu Keluarga (KK), dan akta-akta catatan sipil, termasuk Akta Kelahiran. Dengan jumlah penduduk yang cukup besar, serta maraknya berbagai kejahatan kriminal dan terorisme baik dalam skala nasional maupun internasional, dengan pemalsuan dokumen identifikasi kependudukan (termasuk paspor, KK, dan lain-lain), diperlukan adanya penataan agar administrasi kependudukan dapat lebih tertib dari tahun ke tahun dan terpadu secara nasional. Meningkatnya ketertiban dan keterpaduan administrasi kependudukan akan sangat berguna bagi perumusan kebijakan, perencanaan dan pelaksanaan berbagai program pembangunan. Kemajuan teknologi informasi dalam mendukung berbagai kegiatan, termasuk pelayanan administrasi kependudukan merupakan suatu tuntutan yang tidak bisa diabaikan.

Menyikapi berbagai permasalahan itu pemerintah berusaha memperoleh data tentang kependudukan di Indonesia yang akurat untuk mampu membuat pemetaan yang tepat guna menanggulangi masalah kependudukan baik di tingkat lokal dan nasional. Data tersebut diperlukan untuk mampu membuat sebuah program dalam rangka: pengendalian jumlah dan pertumbuhan penduduk, pemerataan persebaran penduduk.


(41)

Tetapi hingga saat ini perolehan data kependudukan di Indonesia masih sangat tergantung pada hasil sensus dan survei atau data administrasi yang diperoleh secara periodik dan masih bersifat agregat (makro). Kebutuhan data mikro penduduk untuk identifikasi calon pemilih pemilu, penyaluran dana jaringan pengaman sosial, bantuan untuk penduduk miskin, beasiswa untuk wajib belajar dan kegiatan perencanaan pembangunan dirasakan masih belum akurat karena tidak diperoleh dengan cara registrasi. Atas dasar pertimbangan tersebut maka diperlukan petunjuk pencatatan dan pemutakhiran biodata penduduk.

Pengelolaan pendaftaran penduduk merupakan tanggung jawab pemerintah kota/kabupaten, dimana dalam pelaksanaannya diawali dari desa/kelurahan selaku ujung tombak pendaftaran penduduk, hingga setiap warga terdaftar secara administrasi sebagai warga negara Indonesia dan sesuai dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang administrasi kependudukan. Dalam pelayanan tersebut perlu dilakukan dengan benar dan cepat agar penduduk sebagai pelanggan merasa dapat pelayanan yang memuaskan.

Sebagai salah satu langkah untuk membantu berbagai pekerjaan mengenai pendaftaran kependudukan yang sesuai dengan berbagai standar yang diperlukan maka pemerintah mulai membuat sebuah kebijakan dengan mengadakan program yang dahulu dikenal dengan Sistem Informasi Manajemen Kependudukan (SIMDUK) yang dibuat sekitar tahun 1996. SIMDUK adalah sebuah kebijakan yang diterapkan di daerah kabupaten/kota, dan ditujukan untuk menangani status kependudukan dengan segala perubahannya. SIMDUK itu sendiri merupakan suatu aplikasi untuk mengelola data kependudukan daerah yang meliputi Kartu Keluarga (KK), Kartu Tanda Penduduk (KTP), Akte Kelahiran, Sensus Penduduk, dan Demografi Penduduk. Aplikasinya dapat


(42)

digunakan untuk mengelola data kependudukan pada kecamatan atau kelurahan yang lokasinya terpisah, akan tetapi karena didasarkan pada basis internet maka dapat dikumpulkan di satu titik yaitu Internet Data Center.

Pada pelaksanaannya di lapangan ternyata didapati berbagai kelemahan SIMDUK sebagai sebuah sistem untuk mengelola data kependudukan. Dimana masih banyak terdapat pemalsuan identitas karena disebabkan kurang detailnya data-data mengenai penduduk. Seperti yang terdapat di ibukota Jakarta, ditemukannya berbagai identitas ganda dengan nomor identitas yang berbeda pula.

Berdasarkan berbagai evaluasi terhadap kebijakan SIMDUK ini pemerintah merasa perlu menggantinya dengan sebuah kebijakan yang baru. Kebijakan baru itu tentunya juga lebih menjawab segala kebutuhan yang diperlukan untuk melengkapi data kependudukan. Berkenaan dengan hal tersebut untuk mempermudah penyelenggaraan administrasi kependudukan dengan adanya sistem pelayanan kependudukan dan pencatatan sipil yang terintegrasi dapat merealisasikan Data Base penduduk. Dengan demikian pelayanan yang dihasilkan tidak hanya sebatas dapat merealisasikan pengumpulan data base penduduk, tetapi sekaligus memberi Nomor Induk bagi setiap penduduk, sehingga dapat mengeliminasi terjadinya kepemilikan identitas ganda. Untuk mempermudah penyelenggaraan administrasi kependudukan dalam melakukan pengumpulan, pengolahan data penduduk yang berbasis teknologi informasi, Pemerintah Pusat dalam hal ini telah menyiapkan suatu sistem yang diberi nama “Sistem Informasi Administrasi Kependudukan” atau disingkat SIAK.

Secara hukum sistem ini sudah dikukuhkan dengan Keputusan Presiden Nomor 88 Tahun 2004 tentang Pengelolaan Informasi Administrasi Kependudukan.


(43)

SIAK merupakan suatu sistem informasi berbasis web yang disusun berdasarkan prosedur-prosedur dan memakai standarisasi khusus yang bertujuan menata sistem administrasi dibidang kependudukan sehingga tercapai tertib administrasi dan juga membantu bagi petugas dijajaran Pemerintah Daerah khususnya Dinas Kependudukan didalam menyelenggarakan layanan kependudukan.

SIAK bisa menjadi solusi dari masalah kependudukan yang ada. Dengan adanya pengelolaan data secara online maka kelemahan-kelemahan pengolahan data secara konvensional dapat ditekan. SIAK sendiri memberikan banyak manfaat antara lain, hasil perhitungan dan pengelolaan data statistik tersebut dapat digunakan sebagai bahan perumusan dan penyempurnaan kebijakan, strategi dan program bagi penyelenggaraan dan pelaksanaan pembangunan di bidang kualitas, kuantitas, dan mobilitas penduduk, serta kepentingan pembangunan lainnya.

Pada dasarnya sistem administrasi kependudukan merupakan sub sistem dari sistem administrasi negara, yang mempunyai peranan penting dalam pemerintahan dan pembangunan. Penyelenggaraan administrasi kependudukan diarahkan pada pemenuhan hak asasi setiap orang di bidang pelayanan administrasi kependudukan, pemenuhan data statistik kependudukan secara nasional, regional, dan lokal serta dukungan terhadap pembangunan sistem administrasi kependudukan guna meningkatkan pemberian pelayanoan publik tanpa diskriminasi.

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 pasal 13 tentang Nomor Induk Kependudukan maka pemerintah mengeluarkan sebuah peraturan baru yang tertuang dalam PP Nomor 37 Tahun 2007 yang memuat tentang pelaksanaan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006. Medan merupakan salah satu daerah yang telah menerapkan sistem ini. Salah satu latar belakang dibuatnya sistem ini tentunya untuk


(44)

mampu melakukan pemetaan yang tepat tentang komposisi penduduk Kota Medan, kepadatan penduduk, masalah kemiskinan yang dihadapi penduduk di pelosok, serta melihat kemajuan apa yang telah mampu dicapai oleh pemerintah untuk menanggulangi kemiskinan dan kesehatan Kota Medan. Tentunya tujuan ini perlu koordinasi dengan dinas lain yang bersangkutan. SIAK diharapkan mampu memberikan Nomor Induk Penduduk yang telah terdaftar di Depdagri untuk memudahkan pemerintah pusat dan daerah guna melihat permasalahan penduduk yang ada serta menjaga agar proyek pembangunan di daerah memang telah tepat sasaran. Namun hingga saat ini masih ada masyarakat Kota Medan yang belum memiliki nomor induk penduduk tersebut, sehingga masih banyak masyarakat yang belum masuk hitungan ataupun perkiraan dapat dibantu oleh pemerintah. Selain itu masyarakat yang terdapat di wilayah Kota Medan ada juga yang belum terjangkau pelayanan publik yang disediakan pemerintah daerah seperti kesehatan dan pendidikan sehingga belum tercapai standar pelayanan minimal yang menjadi tanggung jawab pemerintah.

Berdasarkan pemaparan diatas, penulis merasa tertarik untuk meneliti tentang implementasi program SIAK secara langsung di lapangan yang meliputi tahapan-tahapannya, manfaat, permasalahan dan hasil yang diperoleh oleh masyarakat. Oleh karena itu penulis mengangkatnya ke dalam sebuah penelitian yang berjudul Implementasi Sistem Informasi Administrasi Kependudukan di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Medan.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan, maka perumusan masalah dari penelitian ini adalah: “Bagaimana Implementasi Sistem Informasi


(45)

Administrasi Kependudukan (SIAK) di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Medan?”

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan jawaban terhadap perumusan masalah yang telah dikemukakan diatas, yakni untuk:

1. Untuk mengetahui bagaimana Penerapan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Medan). 2. Untuk mengetahui hambatan apa saja yang dialami dalam Implementasi Sistem

Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Medan.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini akan memberikan manfaat bagi berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Adapun manfaat tersebut adalah:

1. Manfaat secara ilmiah

Untuk menambah khasanah pengetahuan ilmiah didalam studi administrasi dan pembangunan umumnya dan pembangunan bidang pelayanan publik pada khususnya dengan implementasi Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK).

2. Manfaat secara praktis

Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat sebagai berikut:


(46)

a. Dapat dijadikan sebagai kontribusi terhadap pemecahan permasalahan yang terkait dengan operasional Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK).

b. Sebagai masukan baru bagi para penulis maupun dalam literatur perpustakaan yang berkaitan dengan masalah-masalah studi administrasi dan pembangunan.

3. Manfaat secara akademis.

Sebagai salah satu syarat dalam penyelesaian studi strata-1 di Depatemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

1.5 Kerangka Teori.

Teori merupakan seperangkat preposisi yang menggambarkan suatu gejala yang terjadi seperti ini. Untuk memudahkan penelitian diperlukan pedoman berfikir yaitu kerangka teori. Sebelum melakukan penelitian yang lebih lanjut peneliti perlu menyusun suatu kerangka teori sebagai landasan berfikir untuk menggambarkan dari sudut mana peneliti menyoroti masalah yang dipilih.

Kerangka teori ini diharapkan memberikan pemahaman yang jelas dan tepat bagi peneliti dalam memahami masalah yang diteliti.

1.5.1 Kebijakan Publik

Menurut Chandler dan Plano dalam Tangkilisan (2003) berpendapat bahwa kebijakan publik adalah adalah pemanfaatan yang strategis terhadap sumber daya-sumber daya yang ada untuk memecahkan masalah-masalah publik atau pemerintah. Dalam kenyataannya kebijakan tersebut telah banyak membantu para pelaksana pada


(47)

tingkat birokrasi pemerintah maupun para politisi untuk memecahkan masalah-masalah publik. Selanjutnya dikatakan bahwa Kebijakan Publik merupakan suatu bentuk intervensi yang dilakukan secara terus menerus oleh pemerintah demi kepentingan kelompok yang kurang beruntung dalam masyarakat agar mereka dapat hidup, dan ikut berpartisipasi dalam pembangunan secara luas.

Menurut H. Hugh Heglo dalam Abidin kebijakan adalah suatu tindakan yang bermaksud untuk mencapai suatu tujuan tujuan tertentu. Sedangkan Anderson dalam Abidin (2004:21) mendefenisikan kebijakan sebagai serangkaian tindakan yang mempunyai tujuan tertentu yang diikuti dan dilaksanakan oleh seorang pelaku atau sekelompok pelaku guna memecahkan suatu masalah tertentu.

Sedangkan menurut Woll dalam Tangkilisan kebijakan publik adalah sejumlah aktivitas pemerintah untuk memecahkan masalah dimasyarakat, baik secara langsung maupun melalui lembaga yang mempengaruhi kehidupan masyarakat. Dalam pelaksanaan kebijakan publik terdapat tiga tingkat pengaruh sebagai implikasi dari tindakan pemerintah yaitu:

a. Adanya pilihan kebijakan atau keputusan yang dibuat oleh politisi, pegawai pemerintah atau yang lainnya yang bertujuan menggunakan kekuatan publik untuk mempengaruhi kehidupan masyarakat.

b. Adanya output kebijakan, dimana kebijakan yang diterapkan pada level ini menuntut pemerintah untuk melakukan pengaturan, penganggaran, pembentukan personil dan membuat regulasi dalam bentuk program yang akan mempengaruhi kehidupan masyarakat.

c. Adanya dampak kebijakan yang merupakan efek pilihan kebijakan yang mempengaruhi kehidupan masyarakat.


(48)

Konsep kebijakan publik ternyata juga dimaknai dan dirumuskan secara beragam. Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa sebagian besar defenisi yang dikemukakan dipengaruhi oleh masalah-masalah tertentu yang ingin dilihat. Pandangan pertama, ialah pendapat para ahli yang mengidentikkan kebijakan publik dengan tindakan-tindakan yang dilakukan pemerintah. Beranggapan bahwa semua tindakan yang dilakukan oleh pemerintah pada dasarnya disebut sebagai kebijakan publik.

R.S Parker dalam Wahab, menyatakan bahwa kebijakan publik adalah suatu tujuan tertentu, atau serangkaian asas tertentu, atau tindakan yang dilaksanakan oleh pemerintah pada suatu waktu tertentu dalam kaitannya dengan suatu subjek atau sebagai respon terhadap keadaan yang kritis. Sedangkan Thomas R. Dye merumuskan kebijakan publik sebagai semua pilihan atau tindakan yang dilakukan pemerintah. Dalam hal ini Dye beranggapan bahwa kebijakan publik itu menyangkut pilihan-pilihan apapun yang dilakukan oleh pemerintah, baik untuk melakukan sesuatu ataupun untuk tidak berbuat sesuatu.

Pandangan yang kedua, ialah pendapat para ahli yang memusatkan perhatian pada implementasi kebijakan (policy implementation). Mereka melihat kebijakan publik sebagai keputusan-keputusan yang mempunyai tujuan-tujuan atau sasaran-sasaran tertentu dan mempunyai dampak dan akibat-akibat yang diramalkan (predictable), atau dapat diantisipasikan sebelumnya. Seperti apa yang dikemukakan Nakamura dan Smal Wood dalam Wahab, bahwa kebijakan publik adalah serentetan instruksi/perintah dari para pembuat kebijakan yang ditujukan kepada para pelaksana kebijakan yang menjelaskan tujuan-tujuan serta cara-cara untuk mencapai tujuan tersebut.

Namun pada hakekatnya, bahwa pendefenisian kebijakan tetap harus mempunyai pengertian mengenai apa yang sebenarnya dilakukan daripada apa yang


(49)

diusulkan dalam tindakan mengenai suatu persoalan tertentu. Hal ini dilakukan karena kebijakan merupakan suatu proses yang mencakup pula tahap implementasi dan evaluasi sehingga defenisi kebijakan yang hanya menekankan pada apa yang diusulkan menjadi kurang memadai.

Dalam memecahkan sebuah permasalahan yang dihadapi kebijakan publik, Dunn dalam Tangkilisan mengemukakan bahwa ada beberapa tahap analisis yang harus dilakukan, yaitu:

1. Agenda Setting (agenda kebijakan)

Tahap penetapan agenda kebijakan ini adalah penentuan masalah publik yang akan dipecahkan, dengan memberikan informasi mengenai kondisi-kondisi yang menimbulkan masalah. Dalam hal ini isu kebijakan dapat berkembang menjadi agenda kebijakan apabila memenuhi syarat, seperti: memiliki efek yang besar terhadap kepentingan masyarakat, dan tersedianya teknologi dan dana untuk menyelesaikan masalah publik tersebut.

2. Policy Formulation (formulasi kebijakan)

Formulasi kebijakan berarti pengembangan sebuah mekanisme untuk menyelesaikan masalah publik. Dalam menentukan kebijakan pada tahap ini dapat menggunakan analisis biaya manfaat dan analisis keputusan, dimana keputusan yang harus diambil pada posisi tidak menentu dengan informasi yang serba terbatas. Pada tahap ini diidentifikasi kemungkinan kebijakan yang dapat digunakan melalui prsedur forecasting untuk memecahkan masalah yang di dalamnya terkandung konsekuensi dari setiap pilihan kebijakan yang akan dipilih.


(50)

3. Policy Adoption (adopsi kebijakan)

Merupakan tahap untuk menentukan pilihan kebijakan yang akan dilakukan. Terdapat di dalamnya beberapa hal yaitu identifikasi alternatif kebijakan yang dilakukan pemerintah untuk merealisasikan masa depan yang dinginkan dan juga mengidentifikasi alternatif-alternatif dengan menggunakan kriteria-kriteria yang relevan agar efek positif alternatif kebijakan lebih besar dari pada efek negative yang akan terjadi.

4. Policy Implementation (implementasi kebijakan)

Pada tahap ini suatu kebijakan telah dilaksanakan oleh unit-unit eksekutor (birokrasi pemerintah) tertentu dengan memobilisasikan sumber dana dan sumber daya lainnya (teknologi dan manajemen). Implementasi berkaitan dengan berbagai kegiatan yang diarahkan untuk merealisasikan program, dimana pada posisi ini eksekutif mengatur cara untuk mengorganisir, menginterpretasikan dan menerapkan kebijakan yang telah diseleksi. Sehingga dengan mengorganisir, seorang eksekutif mampu mengatur secara efektif dan efisien sumber daya, unit-unit dan teknik yang dapat mendukung pelaksanaan program.

5. Policy Assesment (evaluasi kebijakan)

Tahap akhir dari proses pembuatan kebijakan adalah penilaian terhadap kebijakan yang telah diambil dan dilakukan. Dalam penilaian ini semua proses implementasi dinilai apakah telah sesuai dengan yang telah ditentukan atau direncanakan dalam program kebijakan tersebut sesuai dengan ukuran-ukuran (kriteria-kriteria) yang telah ditentukan. Evaluasi kebijakan dapat dilakukan oleh lembaga independen maupun pihak birokrasi pemerintah sendiri (sebagai


(51)

eksekutif) untuk mengetahui apakah program yang dibuat oleh pemerintah telah mencapai tujuannya atau tidak. Apabila ternyata tujuan program tidak tercapai atau memiliki kelemahan, maka perlu diketahui apa penyebabnya sehinggga kesalahan yang sama tidak terulang di masa yang akan datang.

1.5.2 Implementasi Kebijakan

1.5.2.1 Pengertian Implementasi

Kamus Webster dalam Wahab, pengertian implementasi dirumuskan secara pendek bahwa “to implement” (mengimplementasikan) berarti “to provide means for carrying out; to give practical effect to” (menyajikan sarana untuk melaksanakan sesuatu; menimbulkan dampak/ berakibat sesuatu).

Implementasi kebijakan merupakan rangkaian kegiatan setelah suatu kebijakan dirumuskan. Tanpa suatu implementasi maka suatu kebijakan yang telah dirumuskan akan sia-sia belaka. Oleh karena itu implementasi kebijakan mempunyai kedudukan yang penting di dalam kebijakan publik. Bahkan Udoji dalam Wahab menyatakan bahwa pelaksanaan kebijakan adalah sesuatu yang penting, bahkan mungkin jauh lebih penting dari pembuatan kebijakan. Kebijakan-kebijakan hanya akan berupa impian atau rencana yang bagus, yang tersimpan rapi dalam arsip kalau tidak diimplementasikan.

Menurut Nakamura dan Smallwood dalam Tangkilisan, hal-hal yang berhubungan dengan implementasi kebijakan adalah keberhasilan dalam mengevaluasi masalah dan kemudian menerjemahkannya ke dalam keputusan yang bersifat khusus. Sedangkan Pressman dan Wildavsky (1984), menyatakan implementasi adalah sebagai interaksi antara penyusunan tujuan dengan sarana-sarana tindakan dalam mencapai tujuan tersebut, atau kemampuan untuk menghubungkan dalam hubungan kausal antara yang diinginkan dengan cara untuk mencapainya.


(52)

Jones dalam Tangkilisan, implementasi merupakan suatu proses yang dinamis yang melibatkan secara terus menerus usaha-usaha untuk mencari apa yang akan dan dapat dilakukan.

Dengan demikian implementasi mengatur kegiatan-kegiatan yang mengarah pada penempatan suatu program ke dalam tujuan kebijakan yang diinginkan. Tiga kegiatan utama yang paling penting dalam implementasi, yaitu

(1) penafsiran, yaitu merupakan kegiatan yang menerjemahkan makna program ke dalam pengaturan yang dapat diterima dan dapat dijalankan,

(2) organisasi, yaitu merupakan unit atau wadah untuk menempatkan program ke dalam tujuan kebijakan,

(3) penerapan yang berhubungan dengan perlengkapan rutin bagi pelayanan, upah, dan lain-lainnya.

Proses implementasi kebijakan itu sesungguhnya tidak hanya menyangkut perilaku badan administratif yang bertanggung jawab untuk melaksanakan program dan menimbulkan ketaatan pada diri kelompok sasaran, melainkan pula menyangkut jaringan kekuatan-kekuatan politik, ekonomi dan sosial yang langsung atau tidak langsung dapat mempengaruhi perilaku dari semua pihak yang terlibat dan yang pada akhirnya berpengaruh terhadap tujuan kebijakan, baik yang negatif maupun yang positif.

Kemudian dalam rangka untuk mengimplementasikan kebijakan publik ini dikenal dengan beberapa model, antara lain:

1. Model Gogin

Untuk mengimplementasikan kebijakan dengan model Gogin, maka perlu diidentifikasi variabel-variabel yang mempengaruhi tujuan-tujuan formal pada


(53)

keseluruhan implementasi yakni: (1) Bentuk dan isi kebijakan, termasuk di dalamnya kemampuan kebijakan untuk mensrukturkan proses implementasi, (2) Kemampuan organisasi dengan segala sumber daya berupa dana maupun insentif lainnya yang akan mendukung implementasi secara efektif, dan (3) Pengaruh lingkungan dari masyarakat dapat berupa karakteristik, motivasi, kecenderungan hubungan antar warga masyarakat, termasuk pola komunikasinya.

2. Model Grindle

Grindle menciptakan model implementasi sebagai kaitan antara tujuan dan hasil-hasilnya, selanjutnya pada model ini hasil kebijakan yang dicapai akan dipengaruhi oleh isi kebijakan yang terdiri dari: (1) kepentingan-kepentingan yang dipengaruhi, (2) jenis atau tipe manfaat yang dihasilkan, (3) derajat perubahan yang diharapkan, (4) letak pengambilan keputusan, (5) pelaksanaan program, dan (6) sumber daya yang dilibatkan. Pengaruh selanjutnya adalah lingkungan yang terdiri dari: kekuasaan, kepentingan, dan strategi aktor yang terlibat, karakteristik lembaga penguasa, dan kepatuhan serta daya tanggap.

3. Model Meter dan Horn

Model implementasi kebijakan oleh Meter dan Horn dipengaruhi oleh enam faktor, yaitu: (1) standar kebijakan dan sasaran yang menjelaskan rincian tujuan keputusan kebijakan secara menyeluruh; (2) sumber daya kebijakan berupa dana pendukung implementasi; (3) komunikasi inter organisasi dan kegiatan pengukuran digunakan oleh pelaksana untuk memakai tujuan yang hendak dicapai; (4) karakteristik pelaksanaan, artinya karakteristik organisasi merupakan faktor krusial yang akan menentukan berhasil tidaknya suatu program; (5) kondisi sosial ekonomi dan politik


(54)

yang dapat mempengaruhi hasil kebijakan, dan (6) sikap pelaksanaan dalam memahami kebijakan yang akan ditetapkan.

4. Model Deskriptif

William N. Dunn dalam Tangkilisan mengemukakan bahwa model kebijakan dapat diperbandingkan dan dipertimbangkan menurut sejumlah banyak asumsi, yang paling penting diantaranya adalah: (1) perbedaan menurut tujuan; (2) bentuk penyajian; dan (3) fungsi metodologis model. Dua bentuk pokok dari model kebijakan adalah: (1) Model deskriptif; dan (2) Model normatif. Tujuan model deskriptif adalah menjelaskan dan atau meramalkan sebab dan akibat pilihan-pilihan kebijakan. Model kebijakan ini digunakan untuk memonitor hasil tindakan kebijakan misalnya penyampaian laporan tahunan tentang keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan di lapangan.

1.5.2.2 Kinerja Implementasi

Sedangkan menurut Van Meter dan van Horn dalam Subarsono menyatakan bahwa ada enam variabel yang mempengaruhi kinerja implementasi yakni:

1. Standar dan Sasaran Kebijakan

Standar dan sasaran kebijakan harus jelas dan terukur sehingga dapat direalisasikan. Apabila standar dan sasaran kebijakan kabur, maka akan terjadi multi interpretasi dan mudah menimbulkan konflik diantara para agen implementasi.


(55)

2. Sumber Daya

Implementasi kebijakan perlu dukungan sumber daya, baik sumber daya manusia maupun sumber daya non manusia.

3. Komunikasi dan Penguatan Aktivitas

Dalam implementasi program perlu dukungan dan koordinasi dengan instansi lain. Untuk itu diperlukan koordinasi dan kerja sama antar instansi bagi keberhasilan suatu program.

4. Karakteristik agen pelaksana

Agar pelaksana mencakup struktur birokrasi, norma-norma, dan pola-pola hubungan yang terjadi dalam birokrasi, yang semuanya akan mempengaruhi implementasi suatu program.

5. Kondisi sosial, ekonomi dan politik

Variabel ini mencakup sumber daya ekonomi, lingkungan yang dapat mendukung keberhasilan implementasi kebijakan, sejauh mana kelompok-kelompok kepentingan dapat memberikan dukungan bagi implementasi kebijakan, karakteristik para partisipan yakni mendukung atau menolak, bagaimana sifat opini publik yang ada di lingkungan dan apakah elit politik mendukung implementasi kebijakan.

6. Disposisi implementor

Disposisi implementor ini mencakup tiga hal, yakni (a) respon implementor terhadap kebijakan, yang akan dipengaruhi kemauannya untuk melaksanakan kebijakan, (b) kognisi, yakni pemahamannya terhadap kebijakan, dan (c) intensitas disposisi implementor, yakni preferensi nilai yang dimiliki oleh imeplementor.


(56)

1.5.3 Sistem Informasi Admnistrasi Kependudukan (SIAK)

1.5.3.1 Pengertian Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK)

Defenisi Sistem Informasi Admnistrasi Kependudukan, yaitu suatu sistem berbasis web yang disusun berdasarkan prosedur-prosedur dan memakai standarisasi khusus yang bertujuan menata sistem administrasi kependudukan sehingga tercapai tertib administrasi dibidang kependudukan dan juga membantu bagi petugas dijajaran Pemerintah Daerah khususnya Dinas Kependudukan dalam menyelenggarakan layanan kependudukan.

Dalam implementasinya, SIAK menerapkan Nomor Induk Kependudukan (NIK) yang merupakan nomor identitas penduduk yang bersifat unik atau khas, tunggal dan melekat pada seseorang yang terdaftar sebagai penduduk Indonesia, yang berlaku selamanya. Dalam SIAK, database antara kecamatan, kabupaten-kota, provinsi dan Departemen Dalam Negri (Depagri) akan terhubung dan terintegrasi. Seseorang tidak bisa memiliki identitas ganda dengan adanya Nomor Identitas Kependudukan (NIK). Sebab, nomor bersifat unik dan akan keluar secara otomatis ketika instansi pelaksana memasukkannya ke database kependudukan.

Tujuan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK), yaitu:

a. Database kependudukan terpusat melalui pemberlakuan Nomor Induk Kependudukan (NIK) nasional dalam rangka mewujudkan tertib administrasi kependudukan.

b. Database kependudukan dapat diintegrasikan untuk kepentingan lain (statistika, pajak, imigrasi, dan lain-lain).


(57)

c. Sistem SIAK terintegrasi (RT/RW, Kelurahan, Kecamatan, Pendaftaran Penduduk, Catatan Sipil, dan lain-lain).

d. Standarisasi Nasional; melindungi hak-hak individu penduduk, melalui pelayanan penerbitan dokumen kependudukan (KK, KTP dan Akta-Akta Catatan Sipil) dengan mencantumkan NIK Nasional.

1.5.3.2 Peranan SIAK dalam Administrasi Kependudukan.

Sistem Informasi Administrasi Kependudukan mempunyai peranan antara lain: 1. Perekaman, pengiriman dan pengolahan data hasil pendaftaran penduduk dan

pencatatan sipil.

2. Penerbitan NIK Nasional.

3. Memfasilitasi validasi dan verifikasi individu pendudukan untuk pelayanan publik lainnya.

4. Penyajian data dan informasi yang mutakhir bagi instansi terkait dalam rangka perencanaan pembangunan dan pelaksanaan program pemerintah.

1.5.3.3 Manfaat Sistem Informasi Administrasi Kependudukan.

Sistem Informasi Administrasi Kependudukan memiliki beberapa manfaat, antara lain:

1. Tercapainya tertib administrasi kependudukan, karena dengan adanya NIK maka permasalahan seperti KTP ganda tidak akan terjadi.

2. Tercapainya efisiensi dan efektifitas dalam layanan publik (short time response), sehingga masyarakat tidak perlu repot harus bolak-balik untuk mengurus kepentingan mereka.


(1)

BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Sistem Informasi Administrasi Kependudukan yang selanjutnya disingkat menjadi SIAK, adalah sistem informasi yang memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk memfasilitasi pengelolaan informasi Administrasi Kependudukan di tingkat penyelenggara dan instansi pelaksana sebagai satu kesatuan. SIAK itu sendiri bertujuan untuk : meningkatkan kualitas pelayanan pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil; menyediakan data dan informasi skala nasional dan daerah mengenai hasil pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil yang akurat, lengkap, mutahir dan mudah diakses; mewujudkan pertukaran data secara sistematik melalui sistem pengenal tunggal, dengan tetap menjamin kerahasiaan.

Dalam Implementasi Sistem Informasi Administrasi Kependuduka n di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Medan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan mulai dari bagaimana tahapannya, kemampuan para pelaksananya, ketersediaan berbagai sumber daya yang dipakai, komunikasi yang terbangun, kesesuaian pedoman dengan pelaksanaannya, serta tanggapan yang diberikan oleh masyarakat.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan yaitu :


(2)

cukup baik. Dimana setiap tahapan hampir berjalan dengan lancar karena dilakukan dengan mengacu pada prosedur dan mekanisme yang ada dalam ketentuan. Dan bila didasarkan oleh beberapa aspek pengukurnya maka di dapatkan hasil :

• Standart dan sasaran kebijakan. Pelaksanaanya sudah mulai mengikuti berbagai aturan atau standar yang berlaku, walaupun masih ditemukan ada beberapa kekurangan. Standar pelaksanaan sebaiknya di fokuskan pada tahapannya yaitu ; standar pelayanan minimum, dan standar penerbitan dokumen.

• Sumber daya. Didalam pelaksanaan siak ini banyak yang diperlukan baik sumber daya manusia, maupun barang-barang atau benda, dan yang tidak kalah pentingnya adalah dana. Untuk proses implementasi program ini sudah memiliki anggaran tersendiri.

• Komunikasi. Di dalam proses implementasi ini terdapat dua jenis komunikasi yaitu internal dan eksternal. Keduanya memiliki peranan yang cukup penting. Tetapi dari kesemuanya itu komunikasi yang dibentuk kepada masyarakat merupakan yang terutama, dikarenakan masyarakat merupakan objek dari kebijakan ini.

• Karakteritik agen pelaksana. Seharusnya didalam melaksanakan suatu program yang telah dirancangkan adalah orang yang mengerti secara detail tentang program tersebut. Dan pada pelaksanaannya adalah orang yang terlibat dalam proses implementasi merupakan orang yang sudah mendapatkan pelatihan tentang tugas yang akan dipikulnya.


(3)

• Sikap masyarakat. Kondisi masyarakat dengan tingkat kesibukan yang tinggi membuat proses penerapannya berjalan sedikit terhambat, baik pada proses sosialisasi maupun pada proses penerapan secara langsung. Akan tetapi lambat laun masyarakat mulai sadar akan pentingnya dan manfaat dari program ini.

2. Keberhasilan ini tidak terlepas dari peran implementornya, komunikasi yang baik antar bagian di dalamnya, karakteristik dari tiap agen pelaksana, serta masyarakat yang memberikan respon yang cukup baik.

Ada beberapa kendala atau hambatan yang terjadi dalam proses Implementasi Sistem Informasi Administrasi Kependudukan di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Medan, yaitu menyangkut masalah kurangnya sumber daya manusia yang mampu menjalankan berbagai peralatan informatika yang dipergunakan selama implementasi. Kedua adalah kurang maksimal serta efisiennya sosialisasi dan penyuluhan yang diberikan kepada masyarakat agar pelaksanaannya dapat lebih maksimal pula.

6.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh penulis tekait Implementasi Sistem Informasi Administrasi Kependudukan di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Medan, maka penulis ingin memberikan masukan atau saran, yaitu: Sebaiknya sosialisasi dan penyuluhan yang ditujukan pada masyarakat lebih maksimal lagi, agar masyarakat mengetahui apa maksud dari program itu serta apa manfaat bagi diri mereka.


(4)

Disisi lain perlu dilakukan pendidikan dan latihan bagi pegawai yang akan ditempatkan pada posisi penting di implementasi ini agar dapat menjawab semua kebutuhan di dinas. Juga perlu adanya penambahan sarana dan prasarana yang dipergunakan untuk menunjang kesuksesan implementasi, karena dirasakan sarana yang ada masih kurang dan mengakibatkan tidak efektif


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Said Zainal.2004. Kebijakan Publik. Jakarta : Yayasan Pancur Siwah.

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.

Hadari, Nawawi. 1990. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta : Gajah Mada University Press.

Putra, Fadillah. 2003. Paradigma Kritis dalam Studi Kebijakan Publik. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Singarimbun, Masri. 1995. Metode Penelitian Survai. Jakarta : LP3ES

Subarsono, AG.2005. Analisis Kebijakan Publik Konsep,Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta.

Suyanto, Bagong. 2005. Metode Penelitian Sosial Berbagai Alternatif Pendekatan. Jakarta: Prenada Media.

Tangkilisan, Hesel Nogi. 2003. Implementasi Kebijakan Publik. Yogyakarta: Lukman Offset YPAPI.

Tangkilisan, Hesel Nogi. 2003. Kebijakan Publik Yang Membumi. Yogyakarta: Lukman Offset YPAPI.

Winarno, Budi. 2002. Teori dan Proses kebijakan Publik. Yogyakarta: Media Pressindo.


(6)

Sumber lain :

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2007 tentang pelaksanaan UU No. 23 Tahun 2006.

Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 2 Tahun 2009 berisi tentang pedoman penyelenggaraan pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil di Kota Medan. Kebijakan Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan.

Situs Internet: