Penjualan Benda Kepunyaan Orang Lain

B. Penjualan Benda Kepunyaan Orang Lain

Dalam mengadakan perjanjian jual beli, tidak jarang terjadi bahwa barang yang diperjualbelikan titu adalah bukan kepunyaan si penjual. Sedangkan si pembeli tidak mengetahui bahwa sebenarnya ia berhadapan dengan orang yang bukan pemilik barang tersebut. Jual beli barang orang lain penjualan benda kepunyaan orang lain diatur dalam Pasal 1471 KUH Perdata, yang menyebutkan: “Jual beli benda milik orang lain adalah batal dan dapat memberikan dasar untuk penggantian bunga dan biaya kerugian, jika si pembeli tidak telah megetahui bahwa barang itu kepunyaan orang lain”. Karena jual beli menurut sistem BW adalah hanya perjanjian obligatoir saja dalam arti baru meletakkan hak dan kewajiban kepada kedua belah pihak dan belum memindahkan hak milik, maka ketentuan Pasal 1471 KUH Perdata itu sebetulnya sulit dimengerti. Seperti diketahui bahwa sistem perdata memperkenankan, mengadakan perjanjian jual beli mengenai barang yang pada detik diadakannya perjanjian belum merupakan hak miliknya si penjual. Yang penting di sini adalah pada saat ia harus menyerahkan barangnya tersebut, barang tersebut telah menjadi miliknya. Mengingat ini, maka layak ada pendapat yang dianut oleh kebanyakan ahli hukum bahwa pembatalan kini haris ditafsirkan sebagai pembatalan tidak mutlak relatif dalam arti bahwa pembatalan hanya dapat dituntut oleh si pembeli dan bahwa kalau si pembeli tidak minta pembatalan ini, jual beli tetap sah. Bahwa si pembeli tidak tahu, bahwa barang yang dibeli itu sebetulnya bukan milik si Universitas Sumatera Utara penjual, adalah persoalan lain, dan tidak mengakibatkan bahwa jual beli harus dianggap batal. 40 Menurut Eggens dan Pitlo bahwa “Pasal 1471 KUH Perdata adalah pasal yang tidak ada gunanya dalam BW. Dari jual beli barang bergerak, kejujuran dari seorang pembeli sangat berperan, dimana BW memperlindungi pembeli yang beritikad baik jujur itu dengan menentukan, bahwa seorang pemegang barang bergerak yang secara jujur mengira bahwa barang itu adaah miliknya diperlindungi sedemikian rupa, bahwa pemilik sejati dari barang itu tidak mungkin mendapatkan kembali barang itu. Apakah perjanjian jual belinya benar-benar batal seperti yang dikatakan oleh undang-undang ataukah hanya dapat dibatalkan atas permohonan pembeli kepada pengadilan, ataukah perjanjiannya adalah sah dan pembuat undang-undang yang hendak mengingatkan penyerahannya sajalah yang tidak dapat dilakukan, ketiga pendapat ini mempunyai penganutnya masing-masing. 41 Barangkali pertentangan pertama yangdijumpai di dalam penerapan Pasal 1471 KUH Perdata, yang disebutkan di atas adalah bertentangan dengan jual beli barang-barang bergerak. Sebagaimana diketahui sesuai dengan ketentuan Pasal 1977 KUH Perdata, yang menyebutkan bahwa pemegang atas barang bergerak dianggap sebagai pemilik yang sempurna, dengan demikian berarti seorang pegang barang bergerak kepunyaan orang lain kemudian menjual barangnya 40 Wirjono Prodjodikoro, Hukum Perdata tentang Persetujuan-persetujuan Tertentu, Bandung: Sinar Baru, 1981, hlm.28. 41 Hartono Soerjopraktiknjo, Aneka Perjanjian Jual Beli, Yogyakarta: Seksi Notariat Fak.Hukum UGM, 1982, hlm.3a. Universitas Sumatera Utara kepada pihak ketiga, jual beli dianggap sah, hal ini sesuai dengan ketentuan Pasal 1977 ayat 2 KUH Perdata. Dalam Pasal 1977 ayat 1 KUH Perdata menentukan bahwa mengenai barang bergerak, siapa yang menguasainya dianggap sebagai pemilik bezit geldt als volkomen title. Menurut ketentuan ini orang yang nampaknya keluar sebagai pemilik bezitter harus dipandanga sebagai pemilik dan barang siapa yang memperoleh suatu barang darinya dilindungi hukum. Dalam hubungan hukum ini adalah terkenal dengan ajaran tentang penghalusan hukum rechtsverfijning dari Pal Scholten yang menambahkan kepada ketentuan tersebut dua persyaratan, yaitu bahwa ketentuan tersebut hanya berlaku untuk transaksi perdagangan dan pihak yang menerima barang itu harus beritikad baik dalam arti bahwa ia sama sekali tidak mengetahui bahwa ia berhadapan dengan orang yang sebenarnya bukan pemilik. 42 Dengan demikian Pasal 1977 ayat 1 tidak dapat dipakai dalam halnya seorang yang secara tidak berhak menghadiahkan suatu barang kepada temannya, biarpun orang yang menerima barang ini jujur sekalipun, atau dalam suatu Dengan demikian, khusus mengenai penjualan barang bergerak kepunyaan orang lain, jual beli tidak dianggap batal. Jika Pasal 1471 KUH Perdata tersebut dipertemukan dengan Pasal 1977 KUH Perdata, jadi Pasal 1471 KUH Perdata baru dapat dikatakan berlaku sepenuhnya atas objek jual beli barang yang tidak bergerak. 42 R.Subekti, Op.cit, hlm.15. Universitas Sumatera Utara perjanjian jual beli dimana pembeli dari semula sudah tahu bahwa si penjual adalah orang yang tidak berhak menjual barangnya. Sebenarnya Pasal 1471 KUH Perdata, menunjukkan bahwa pasal tersebut bermaksud untuk melindungi pembeli yang beritikad baik dalam perjanjian jual beli dimana pembeli yang beritikad baik tidak mengetahui bahwa penjual bukan pemiliknya dapat menuntut dibatalkannya perjanjian.

C. Perlindungan Hukum Bagi Pembeli yang Beritikad Baik