31
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1  KARAKTERISTIK    LIMBAH  CAIR  PABRIK  KELAPA  SAWIT LCPKS
Bahan  baku  berupa  LCPKS  yang  digunakan  dalam  penelitian  ini  berasal dari  PTPN  IV  PKS  Adolina.  Berikut  hasil  analisis  karakteristik  LCPKS  yang
digunakan pada Tabel 4.1 dibawah ini Tabel 4.1 Hasil Analisis Karakteristik LCPKS dari PTPN IV PKS Adolina
No. Parameter
Satuan Hasil Uji
Metode Uji
1. pH
- 3,70-4,70
APHA 4500-H
2. Chemical Oxygen
Demand  COD mgL
48.300 Spektrofotometri
3. Total Solid TS
mgL 13.420-37.020
APHA 2540B
4. Volatile Solid VS
mgL 10.520-31.220
APHA 2540E
5. Total Suspended
Solid TSS mgL
2.080-27.040 APHA 2540D
6. Volatile Suspended
Solid VSS mgL
1.920-25.800 APHA 2540E
7. Oil and Grease
mgL 6,247
SNI 0 6.6989.10.2004
8. Protein
0,5253 Kjeldahl
9. Karbohidrat
Lane Eynon 10.
Volatile fatty acids - Asam asetat
- Asam propionat - Asam butirat
mgL 985,71
696,17 1829,26
Laporan hasil uji laboratorium terlampir Tabel  4.1  menunjukkan  analisis  dari  LCPKS  dari  PKS  Adolina  dimana
terdapat  beberapa  parameter  di  atas  ambang  baku  mutu  limbah  buangan.  Pada tabel  tersebut  dapat  dilihat  bahwa  LCPKS  memiliki  potensi  dalam  pencemaran
lingkungan. LCPKS  adalah  cairan  kental  berwarna  coklat  yang  bercampur  dengan
padatan-padatan tersuspensi yang bersifat asam merupakan air limbah yang sangat mencemari  baik  secara  langsung  maupun  tidak  langsung  terhadap  lingkungan
[28].  Analisis  pH  yang  diperoleh  yaitu  3,7 –  4,7,  dengan  demikian  LCPKS
termasuk  limbah  yang  sangat  mencemari  lingkungan  jika  tidak  diolah  terlebih dahulu  serta  dapat  menyebabkan  korosi.  Hasil  analisis  COD  diperoleh  48.300
Universitas Sumatera Utara
32 mgL,  hal  tersebut  menunjukkan  bahwa  kandungan  zat  organik  pada  LCPKS
sangat  tinggi,  sedangkan  menurut  Peraturan  Menteri  Negara  Lingkungan  Hidup [31]  bahwa  kadar  COD  limbah  yang  diizinkan  untuk  dibuang  adalah  350  mgL
dengan pH 6,0 – 9,0.
4.2 HASIL PENELITIAN PROSES
LOADING UP
Proses loading up pada penelitian ini dilakukan agar mikroorganisme yang berperan  dalam  proses  asidogenesis  dapat  beradaptasi  dan  berkembangbiak
dengan  baik  pada  starter  yang  berasal  dari  kolam  pengasaman  PTPN  III  PKS Torgamba,  sehingga  proses  asidogenesis  dapat  berlangsung  pada  HRT  operasi
target. Selama proses loading up, dilakukan variasi HRT yang dimulai dari HRT 20  kemudian  dilanjutkan  pada  HRT  15;  10;  5  hingga  HRT  4  hari  pada  keadaan
ambient  dengan laju pengadukan sebesar 250 rpm. Selama proses loading up, pH dikontrol  konstan  6  ±  0,2  dengan  penambahan  natrium  bikarbonat  NaHCO
3
. Pertumbuhan mikroba pada saat proses loading up dapat dilihat dari analisis VS,
VSS, COD, dan VFA.
4.2.1  Profil pH dan Alkalinitas Pada Proses Loading Up
Performa  proses  digestasi  anaerob  tahap  asidogenesis  sangat  dipengaruhi oleh perubahan pH. Pada proses asidogenesis diperlukan optimasi kondisi dengan
pH rendah ± 6 yang dapat meningkatkan kestabilan proses[42][53]. Oleh sebab itu, pada proses loading up digunakan pH 6 ± 0,2. pH dari bahan baku LCPKS
dijaga  konstan  dengan  dengan  cara  penambahan  NaHCO
3
,  dimana  bahan  baku LCPKS memiliki pH 3,5 - 4,5 sehingga diperoleh profil pH yang stabil. Profil pH
dan  Alkalinitas    pada  proses  loading  up  ditunjukkan  pada  Gambar  4.1  dibawah ini.
Universitas Sumatera Utara
33 Gambar 4.1 Profil pH dan Alkalinitas pada proses Loading Up
Gambar  4.1  menunjukkan  bahwa  profil  pH  relatif  stabil  dari  mulai  HRT 20, 15, 10, 5 dan 4. pH yang diperoleh yaitu 6 ± 0,2. Fluktuasi pH yang terjadi
dikarenakan ketika penambahan umpan yang masuk ke dalam fermentor memiliki pH  yang  tidak  sama,  sehingga  menyebabkan  terjadinya  fluktuasi  Alkalinitas    di
dalam  fermentor.  Nilai  alkalinitas  yang  diperoleh  pada  proses  loading  up  yang dimulai  dari  HRT  20,  15,  10,  5  dan  4  yaitu  antara  2.100
–  4.200  mgL.  Nilai alkalinitas  yang  diperoleh  pada  proses  loading  up  ini  termasuk  dalam  rentang
yang masih wajar karena menurut penelitian sebelumnya pada prsoes asidogenesis diperoleh nilai alkalinitas dengan rentang 830 -7.000 mgL [23] [43] [44].
Oleh  karena  itu,  pada  proses  loading  up,  penurunan  HRT  tidak berpengaruh  secara  signifikan  terhadap  alkalinitas  dan  pH  yang  diperoleh.  pada
setiap  perubahan  HRT  terjadi  hal  yang  sama  seperti  HRT  sebelumnya  yaitu mengalami fluktuasi.
4.2.2  Pengaruh HRT terhadap Profil Pertumbuhan Mikroba
Pada  proses  digestasi  anaerob  pertumbuhan  mikroba  sangat  berpengaruh terhadap beberapa hal yaitu pH, alkalinitas, temperatur operasi, retention time dan
laju  pengadukan.  VSS  merupakan  cara  pengukuran  mikroorganisme  secara  tidak langsung  [14].  Oleh  karena  itu  pada  penelitian  ini  konsentrasi  VSS  digunakan
sebagai  salah  satu  parameter  untuk  meninjau  pertumbuhan  mikroba.  Adapun
1 2
3 4
5 6
7
500 1.000
1.500 2.000
2.500 3.000
3.500 4.000
4.500
15 30
45 60
75
pH Alk
a lin
it a
s m
g L
Hari ke-
Alkalinitas pH
HRT 20 HRT 15
HRT 10 HRT 5
HRT 4
Universitas Sumatera Utara
34 pengaruh  pH  dan  alkalinitas  terhadap  pertumbuhan  mikroba  ditunjukkan  pada
gambar 4.2.
Gambar 4.2 Pengaruh HRT terhadap Profil Pertumbuhan Mikroba Gambar 4.2 menunjukkan konsentrasi  VSS pada HRT 20, 15, 10, 5 dan 4
yang  diperoleh  mengalami  fluktuasi.  Pada  grafik  ditunjukkan  bahwa  fluktuasi konsentrasi VSS dipengaruhi oleh perubahan pH dan alkalinitas secara signifikan.
Penurunan  konsentrasi  VSS  dapat  terjadi  apabila  pH  di  dalam  fermentor mengalami  penurunan  yang  cukup  drastis.  Pertumbuhan  mikroling  tinggi  pada
proses  loading  up  ini  adalah  pada  HRT  15.  Walaupun  demikian  dapat  dilihat profil  pertumbuhan  mikroba  pada  HRT  20  dan  HRT  15  dari  3  titik  terus
mengalami  penurunan.  Begitu  pula  pada  HRT  10  dan  HRT  5  dari  3  titik  yang mengalami  fluktuasi.  Yang  artinya  pada  HRT  20,  15,  10  dan  5  pertumbuhan
mikroba belum dapat tumbuh dengan baik dan belum mencapai kestabilan, namun pada  HRT  4  menunjukkan  pertumbuhan  mikroba  yang  terus  meningkat  pada  3
titik,  yang  artinya  mikroba  sudah  dapat  beradaptasi  dan  dapat  tumbuh  dengan baik.  Perubahan  HRT  mempengaruhi  ketersediaan  nutrisi  bagi  bakteri
asidogenesis, dengan menurunkan HRT secara bertahap dari HRT 20 sampai HRT 4,  mikroba  mengalami  pertumbuhan  dengan  baik.  Menurut  penelitian  yang
dilakukan Yee-Shian Wong et al, 2013 dengan menggunakan bahan baku LCPKS
1 2
3 4
5 6
7
5.000 10.000
15.000 20.000
25.000 30.000
15 30
45 60
75 90
pH
Alk a
lin it
a s
m g
L
VSS m
g L
Hari ke-
Alkalinitas VSS
pH
HRT 20 HRT 15
HRT 10 HRT 5
HRT 4
Universitas Sumatera Utara
35 proses asidogenesis dengan HRT 12 sampai dengan 2 diperoleh HRT yang terbaik
pada HRT 2.
4.2.3  Pengaruh HRT terhadap Reduksi Chemical Oxygen Demand COD
Chemical  Oxygen  Demand  COD  merupakan  parameter  yang menunjukkan  banyaknya  senyawa  organik  yang  terdapat  dalam  bahan  baku
LCPKS sebagai influent dan keluaran dari fermentor sebagai effluent. Pada proses asidogenesis LCPKS ini diharapkan penurunan nilai COD yang tidak terlalu besar
dikarenakan hasil yang didapat merupakan produk intermediet berupa VFA yang nantinya  akan  dilanjutkan  pada  proses  metanogenesis.  Pengaruh  HRT  terhadap
Reduksi COD ditunjukkan pada Gambar 4.3 dibawah ini.
Gambar 4.3 Pengaruh HRT terhadap Reduksi Chemical Oxygen Demand COD
Gambar  4.3  menunjukkan  bahwa  pada  perubahan  HRT  mulai  dari  HRT 20,  15,  10,  5  dan  4  profil  reduksi  COD  terhadap  perubahan  HRT  cenderung
menurun meskipun terjadi  peningkatan COD pada HRT 10.  Peningkatan reduksi COD  pada  HRT  10  dapat  terjadi  disebabkan  oleh  meningkatnya  OLR  Organic
Loading  Rate  [44].  Dengan  kata  lain  jumlah  substrat    yang  masuk  kedalam fermentor  pada  HRT  10    lebih  tinggi  dibandingkan  substrat  yang  masuk  pada
HRT 15, hal ini menyebabkan nilai reduksi COD yang lebih tinggi. Pada  penelitian  ini  reduksi  COD  yang  terlalu  besar  tidak  diperlukan
dikarenakan produk yang dihasilkan pada penelitian ini adalah produk intermediet berupa  VFA  yang  akan  dilanjutkan  pada  proses  metanogenesis.  Pada  HRT  4
59,04 53,97
56,52
31,38 29,93
10 20
30 40
50 60
70
15 30
45 60
75
Reduk si
CO D
HRT
20 15
10 5
4
Universitas Sumatera Utara
36 diperoleh  reduksi  COD  terkecil  dengan  nilai  29,93.  Hal  tersebut  sama  dengan
penelitian  yang  dilakukan  Yee-Shian  Wong  et  al,  2011  pada  HRT  terkecil  yang dijalankan diperoleh reduksi COD yang paling kecil pula.
4.2.4  Pengaruh HRT terhadap Pembentukan Volatile Fatty Acid VFA
Pada proses digestasi anaerobik, asidogenesis merupakan tahapan pertama yang  mengkonversikan  senyawa  organik  menjadi  VFA  berantai  pendek  yaitu
berupa  asam  asetat,  asam  propionat  dan  asam  butirat  [22].  Pengaruh  HRT terhadap pembentukan VFA ditunjukkan pada Gambar 4.4 dibawah ini.
Gambar 4.4 Pengaruh HRT Terhadap Pembentukan Volatile Fatty Acid VFA Gambar 4.4 menunjukkan profil pembentukan total VFA yang meningkat
dari HRT 20, HRT 15 dan HRT 10, kemudian terus mengalami  penurunan pada HRT  5  dan  4.  Total  VFA  yang  paling  tinggi  dihasilkan  pada  HRT  10  dengan
konsentrasi sebesar asam 7297,005 mgL. Total VFA yang tertinggi pada HRT 10 dapat  disebabkan  karena  HRT  10  merupakan  saat  dimana  laju  pertumbuhan
mikroba  mulai  mencapai  kestabilan  Sementara  itu    penurunan  total  VFA  yang terjadi  pada  HRT  5  dan  4  dikarenakan  jumlah  bahan  baku  LCPKS  yang  masuk
kedalam fermentor semakin banyak dengan waktu yang semakin cepat, sehingga mengurangi total VFA yang diperoleh.
Menurut  Wee  Shen  Lee  et  al,  2013  produksi  VFA  dari  LCPKS  bisa dilakukan  pada  HRT  yang  relatif  kecil,  misalnya  HRT  6  dengan  pertimbangan
untuk mengurangi volume reaktor dan luas area yang dibutuhkan. Pada penelitian
1.000 2.000
3.000 4.000
5.000 6.000
7.000 8.000
20 15
10 5
4 A. Asetat
A. Propionat A. Butirat
Total
VF A
m g
L
HRT hari
Universitas Sumatera Utara
37 ini  HRT  10  merupakan  HRT  yang  lebih  banyak  menghasilkan  VFA  dari  pada
HRT  20  dan  15.  Sementara  itu  pada  HRT  5  dan  HRT  4,  total  VFA  yang dihasilkan  lebih  kecil  dari  pada  HRT  10.  Walaupun  demikian,  HRT  yang  paling
kecil  yaitu  HRT  4  merupakan  HRT  yang  paling  optimal,  dikarenakan  pada penelitian  ini  volume  bahan  baku  LCPKS  yang  digunakan    dapat  lebih  besar
dengan  waktu  pengolahan  yang  lebih  cepat  dengan  melihat  total  VFA  yang dihasilkan dari HRT 4 dan HRT 10 yang tidak terlampau jauh berbeda.
4.2.5  Pengaruh HRT terhadap Rasio VFAAlkalinitas
Konsentrasi  VFA  ditunjukkan  oleh  konsentrasi  asam  asetat,  asam propionat  dan  asam  butirat.  Kestabilan  sistem  pada  poses  asidogenesis  digestasi
anaerob  dapat  ditunjukan  oleh  rasio  VFAAlkalinitas.  Pengaruh  HRT  terhadap rasio VFAAlkalinitas ditunjukkan pada Gambar 4.5 dibawah ini.
Gambar 4.5 Pengaruh HRT Terhadap Rasio VFAAlkalinitas Gambar  4.5  menunjukkan  bahwa  rasio  VFAAlkalinitas  yang  diperoleh
pada  perubahan  HRT  dari  20,  15,  10,  5  dan  4  mengalami  fluktuasi.  Rasio VFAAlkalinitas  paling  tinggi  terdapat  pada  HRT  10  yaitu    2,48.  Hal  ini
dikarenakan total VFA yang tertinggi pada proses loading up ini adalah pada HRT 10.  Penurunan  rasio  VFAAlkalinitas  pada  HRT  5  dan  4  terjadi  dikarenakan
adanya  penurunan  total  VFA  pada  HRT  tersebut.  Walaupun  rasio VFAAlkalinitas  pada  HRT  10  adalah  yang  paling  tinggi,  HRT  4  merupakan
meupakan HRT yang lebih optimal dikarenakan pada HRT 4 bahan baku LCPKS
1,22 1,72
2,48 1,94
1,72 1
2 3
4 5
20 15
10 5
4
HRT VFAAl
k a
li n
ita s
Universitas Sumatera Utara
38 yang  dapat  diolah  lebih  banyak  dengan  waktu  yang  lebih  cepat  dengan  rasio
VFAAlkalinitas yang tidak jauh berbeda. Menurut  Bambang  Trisakti  et  al,  2015  proses  asidogenesis  diasumsikan
stabil pada nilai rasio VFAAlkalinitas  1. Proses loading up pada penelitian ini diperoleh  rasio  VFAAlkalinitas  1.  Hal  ini  membuktikan  bahwa  proses
asidogenesis berjalan dengan baik sehingga diperoleh nilai VFA yang lebih besar dibandingkan nilai Alkalinitas. Dan dapat disimpulkan bahwa proses asidogenesis
layak dilakukan pada setiap HRT yang telah dilaksanakan.
4.3 HASIL PENELITIAN VARIASI LAJU PENGADUKAN
Pada  penelitian  ini  proses  digestasi  anaerobik  dijalankan  dan  dibatasi hingga proses asidogenesis saja dengan VFA sebagai  produk  intermediet. Proses
dilakukan  dengan  laju  pengadukan  yang  bervariasi  untuk  mendapatkan  laju pengadukan yang optimal dengan konsentrasi VFA yang paling tinggi.
Berdasarkan  hasil  analisis  yang  diperoleh  pada  proses  loading  up, diperoleh  hasil  yang  optimal  untuk  pertumbuhan  mikroba  dan  reduksi  COD
terkecil pada HRT 4 sehingga pada operasi target dengan variasi laju pengadukan digunakan HRT 4 pada keadaan ambient dengan pengontrolan pH 6. Pengontrolan
pH  dilakukan dengan cara menambahkan NaHCO
3
kedalam bahan baku LCPKS. Pada  operasi  target,  pengaruh  laju  pengadukan  pada  proses  asidogenesis  ditinjau
dengan memvariasikan laju pengadukan 150 rpm, 200 rpm, 250 rpm dan 300 rpm. Pertumbuhan  mikroba  pada  saat  variasi  laju  pengadukan    dapat  dilihat  dari
analisis VS, VSS, COD dan VFA.
4.3.1  Profil Alkalinitas Pada Variasi Laju pengadukan
Alkalinitas  pada  proses  asidogenesis  mencerminkan  kapasitas  buffer terhadap asam, dan juga dapat secara efektif menetralkan pH dengan cepat. Profil
Alkalinitas  pada  variasi  laju  pengadukan  ditunjukkan  pada  Gambar  4.6  dibawah ini.
Universitas Sumatera Utara
39 Gambar 4.6 Profil Alkalinitas pada variasi laju pengadukan
Gambar  4.6  menunjukkan  bahwa  pada  perubahan  laju  pengadukan  dari 300  rpm,  250  rpm,  200  rpm  dan  150  rpm  mengalami  fluktuasi  terhadap
Alkalinitas.  Hasil  alkalinitas  pada  laju  pengadukan  300  rpm  berada  pada  nilai 2.150
–  3.500  mgL,  pada  laju  pengadukan  250  rpm  berada  pada  nilai  2.750  – 4.500 mgL, pada laju pengadukan 200 rpm berada pada nilai 2.450
– 3.500 mgL dan pada laju pengadukan 150 rpm berada pada nilai 3.150
– 3.500 mgL. Profil pengaruh laju pengadukan terhadap rata-rata alkalinitas dapat dilihat pada Gambar
4.7 dibawah ini.
Gambar 4.7 Pengaruh laju pengadukan terhadap rata-rata Alkalinitas Error Bar Menyatakan Standar Deviasi
50 100
150 200
250 300
350
500 1000
1500 2000
2500 3000
3500 4000
4500
60 70
80 90
100 110
120
la ju
peng a
uk a
n rpm
Alk a
lin it
a s
m g
L
Hari ke-
Alkalinitas Laju pengadukan
150 rpm 250 rpm
250 rpm 300 rpm
500 1.000
1.500 2.000
2.500 3.000
3.500 4.000
100 150
200 250
300 350
Alk a
lin it
a s
m g
L
Laju Pengadukan rpm
Universitas Sumatera Utara
40 Gambar 4.7 menunjukkan profil rata-rata alkalinitas yang cenderung stabil
terhadap  perubahan  laju  pengadukan.    Menurut  Guang  Li  et  al,  2014  alkalinitas dapat mencerminkan kapasitas buffer pada sistem terhadap asam, dan juga dapat
secara  efektif  menetralkan  pH  dengan  cepat  dimana  pH  merupakan  parameter yang  penting.  Dengan  kata  lain,  perubahan  profil  alkalinitas  dipengaruhi  oleh
pengontrolan  pH  sebesar  6  ±0,2.  Sementara  itu,  laju  pengadukan  tidak berpengaruh terhadap perubahan profil pH dikarenakan pH dijaga stabil sebesar 6
dengan  cara  menambahkan  NaHCO3.  Rata-rata  alkalinitas  dan  standar  deviasi pada  laju  pengadukan  300  rpm  adalah  3373±175  mgL,  pada  laju  pengadukan
250  rpm  bernilai  3067±326  mgL,  pada  laju  pengadukan  200  rpm  bernilai 3230±430 mgL dan pada laju pengadukan 150 rpm bernilai 3210± 332 mgL.
Perubahan  nilai  rata-rata  Alkalinitas  terhadap  laju  pengadukan  cenderung stabil namun pada laju pengadukan 250 rpm nilai rata-rata Alkalinitas mengalami
penurunan  dan  kemudian  cenderung  stabil  kembali  pada  laju  pengadukan  300 rpm. Penurunan nilai alkalinitas dapat terjadi dikarenakan pH bahan baku LCPKS
yang  diproses  pada  laju  pengadukan  250  rpm  cukup  tinggi  dengan  pH    6,5 sehingga  penambahan  NaHCO
3
tidak  diperlukan.  Dari  data  standar  deviasi  yang diperoleh  rata-rata  nilai  alkalinitas  pada  variasi  laju  pengadukan  masih  dalam
rentang nilai yang masih wajar yaitu dalam rentang 830 - 7.000 mgL[23][43][44] Oleh  karena  itu  untuk  variasi  laju  pengadukan  pada  proses  asidogenesis
LCPKS  dengan  keadaan  ambient  ini  dapat  disimpulkan  bahwa  seiring bertambahnya  laju  pengadukan  tidak  menyebabkan  perubahan  alkalinitas  yang
signifkan dan nilai alkalinitas cenderung stabil.
4.3.2  Pengaruh Laju Pengadukan terhadap Profil Pertumbuhan Mikroba
Pertumbuhan mikroorganisme
pada proses
asidogenesis dengan
memvariasikan  laju  pengadukan  dapat  dilihat  dari  perubahan  VSS  dikarenakan VSS  merupakan  cara  pengukuran  mikroorganisme  secara  tidak  langsung  [14].
Dalam proses digestasi anaerob khususnya pada proses asidogenesis, pengadukan berperan  penting  dalam  mengembangbiakkan  mikroorganisme.  Hal  ini  terjadi
dikarenakan  dengan  pengadukan,  substrat  dalam  fermentor  akan  homogen  dan merata sehingga proses perombakan akan lebih efektif dan menghindari padatan-
Universitas Sumatera Utara
41 padatan terbuang ataupun mengendap  yang dapat  mengurangi  keefektifan proses
digestasi  [47][48]. Pengaruh  laju  pengadukan  terhadap  profil  pertumbuhan
mikroba ditunjukkan pada Gambar 4.8 dibawah ini.
Gambar 4.8 pengaruh laju pengadukan terhadap profil pertumbuhan mikroba Gambar 4.8 menunjukkan bahwa profil VSS pada variasi laju pengadukan
150  rpm,  200  rpm,  250  rpm  dan  300  rpm  mengalami  fluktuasi.  Pada  laju pengadukan    150  rpm  diperoleh  konsesntrasi  VSS  sebesar  10.200-11.900  mgL,
pada laju pengadukan 200 rpm sebesar 8.980-15.600 mgL, pada laju pengadukan 250  rpm  sebesar  16.120-19.080  mgL  dan  pada  laju  pengadukan  300  rpm
diperoleh  nilai  sebesar  8.820-16.660  mgL.  Kecenderungan  profil  pengaruh  laju pengadukan terhadap rata-rata VSS dapat dilihat dari Gambar 4.9 dibawah ini.
Gambar 4.9 Pengaruh Laju Pengadukan terhadap Rata-Rata VSS Error Bar Menyatakan Standar Deviasi
0,0 50,0
100,0 150,0
200,0 250,0
300,0 350,0
5.000 10.000
15.000 20.000
25.000
60 70
80 90
100 110
120
L a
ju peng
a du
k a
n rpm
Hari ke-
VSS Laju pengadukan
150 rpm
VSS m
g L
200 rpm 250 rpm
300 rpm
5.000 10.000
15.000 20.000
100 150
200 250
300 350
VSS m
g L
Laju Pengadukan rpm
Universitas Sumatera Utara
42 Gambar 4.9 menunjukkan profil rata-rata VSS mengalami fluktuasi. Nilai
VSS  yang  paling  tinggi  diperoleh  pada  laju  pengadukan  250  rpm  yaitu  dengan nilai 16.120-16.660 mgL.  Nilai konsentrasi  VSS pada laju pengadukan 150 rpm
mengalami  peningkatan  sampai  pada  laju  pengadukan  200  rpm  dan  250  rpm. Menurut  penelitian  yang  dilakukan  Rungrawee  Yingyuad  et  al,  2007  kondisi
pengadukan  didalam  reaktor  menyebabkan  bakteri  berkembang  dengan  lebih cepat,  pengadukan  menjaga  keseragaman  didalam  fermentor  serta  menghambat
pengendapan. Dengan demikian pada laju pengadukan 150 rpm, 200 rpm dan 250 rpm bakteri didalam fermentor berkembang dengan baik seiring peningkatan laju
pengadukan.  Namun  pada  laju  pengadukan  300  rpm  nilai  VSS  mengalami penurunan.  Penurunan  nilai  VSS  pada  laju  pengadukan  300  rpm  dapat  terjadi
dikarenakan  pertumbuhan  mikroba  di  dalam  fermentor  terganggu  oleh  laju pengadukan  yang  terlalu  besar.  Menurut  Tabassum  Mumtaz  et  al,  2008
pertumbuhan  mikroba  dalam  fermentor  terganggu  secara  signifikan  akibat  dari pengadukan  yang  terlalu  cepat  dan  juga  menurut  penelitian  Alastair  David
brourgton,  2008  pengadukan  yang  berlebihan  memberikan  dampak  negatif terhadap digestasi anaerobik.
Oleh karena itu, pada proses asidogenesis LCPKS pada keadaan ambient, variasi  laju  pengadukan    memberikan  dampak  yang  signifikan  terhadap
konsentrasi  VSS,  dimana  laju  pengadukan  dapat  meningkatkan  pertumbuhan mikroba dalam fermentor sampai batas tertentu, kemudian mengalami penurunan
pertumbuhan  mikroba  pada  laju  pengadukan  yang  terlalu  cepat.  Pada  penelitian ini diperoleh lau pertumbuhan mikroba  yang paling tinggi  pada laju  pengadukan
250 rpm
4.3.3  Pengaruh Laju Pengadukan terhadap Volatile Solid VS
Proses  asidogenesis  merupakan  proses  konversi  senyawa  organik  terlarut menjadi komponen organik sederhana yaitu VFA dan sebagian besar  VFA terdiri
dari asam asetat, asam butirat dan asam propionat [21] [48]. Kemampuan mikroba untuk mengkonversi senyawa organik tersebut menjadi salah satu parameter yang
mempengaruhi jalannya proses asidogenesis, yaitu dapat dinyatakan sebagai nilai
Universitas Sumatera Utara
43 Volatile Solid VS. Pengaruh laju pengadukan terhadap Volatile Solid VS dapat
ditunjukkan pada Gambar 4.10 dibawah ini.
Gambar 4.10 Pengaruh Laju Pengadukan Terhadap Volatile Solid VS Gambar  4.10  menunjukkan  bahwa  pada  laju  pengadukan  150,  200,  250
dan 300 rpm profil VS menunjukkan nilai  yang fluktuatif. Pada laju pengadukan 150  rpm  diperoleh  VS  dengan  nilai  12.000
–  52.200  mgL,  pada  200  rpm diperoleh  VS  dengan  nilai  17.400
–  36.200  mgL,  pada  250  rpm  diperoleh  VS dengan nilai 14.080
– 33.840 mgL dan pada 300 rpm diperoleh VS dengan nilai 21.600
– 29.080 mgL.  Profil pengaruh laju pengadukan terhadap nilai rata-rata VS ditunjukkan pada Gambar 4.11 dibawah ini.
Gambar 4.11 pengaruh laju pengadukan terhadap rata-rata Volatile Solid VS Error Bar Menyatakan Standar Deviasi
50 100
150 200
250 300
350
10.000 20.000
30.000 40.000
50.000 60.000
60 70
80 90
100 110
120
la ju
peng a
du k
a n
rpm
VS m
g L
Hari ke-
VS effluent laju
pengadukan
300 rpm 250 rpm
200 rpm 150 rpm
5.000 10.000
15.000 20.000
25.000 30.000
35.000 40.000
45.000
100 150
200 250
300 350
Laju Pengadukan rpm VS
m g
L
Universitas Sumatera Utara
44 Gambar 4.11 menunjukkan bahwa profil rata-rata VS mengalami fluktuasi
terhadap  peningkatan  laju  pengadukan.  Nilai  VS  yang  fluktuatif  dapat  terjadi dikarenakan  pada  tiap  perubahan  laju  pengadukan  kemampuan  mikroba
mendegradasi bahan baku LCPKS berbeda-beda sehingga diperoleh nilai VS yang fluktuatif.  Hal  tersebut  dapat  dilihat  dari  nilai  rata-rata  VSS  pada  gambar  4.9
dimana diperoleh pertumbuhan mikroba yang paling tinggi pada laju pengadukan 250  rpm,  namun  demikian  jika  dilihat  dari  rata-rata  VS,  nilai  yang  paling  kecil
didapat pada laju pengadukan 200 rpm. Hal ini membuktikan bahwa pertumbuhan mikroba  yang  paling  tinggi  pada  laju  pengadukan  250  rpm  belum  tentu
menyebabkan nilai VS yang paling rendah pula. Nilai rata-rata VS  yang  paling rendah terdapat pada laju pengadukan 200
rpm dengan nilai rata-rata yaitu 24.708 ±6.446 mgL. Menurut Forster-Carnerio et al, 2014 Volatile Solid VS mengindikasikan kandungan organik dalam suatu
limbah  dimana  profil  VS  cenderung  sama  dengan  profil  Chemical  Oxygen Demand COD. Sehingga pada penelitian ini diharapkan reduksi konsentrasi VS
yang  tidak  terlalu  besar.  Hal  tersebut  dikarenakan  pada  proses  asidogenesis produk  yang  diperoleh  berupa  VFA  produk  intermediet  dimana  VFA  ini  akan
diolah  lebih  lanjut  pada  proses  metanogenesis  untuk  menghasilkan  gas  metana CH
4
. Oleh sebab itu pada proses asidogenesis LCPKS dengan keadaan ambient,
laju pengadukan yang optimum diperoleh  pada laju pengadukan 200 rpm variasi laju  pengadukan  memberikan  dampak  yang  signifikan  dimana  seiring  dengan
bertambahnya laju pengadukan diperoleh profil rata-rata VS yang fluktuatif.
4.3.4  Pengaruh  Laju  Pengadukan  terhadap  Reduksi Chemical  Oxygen
Demand COD
Chemical  Oxygen  Demand  COD  merupakan  parameter  yang menunjukkan  banyaknya  senyawa  organik  yang  terdapat  dalam  bahan  baku
LCPKS  sebagai  influent  dan  keluaran  dari  fermentor  sebagai  effluent.  Menurut Yee-Shian  Wong  et  al,  2011  COD  merupakan  salah  satu  parameter  yang
menentukan  kinerja  bakteri  didalam  fermentor.  Pengaruh  laju  pengadukan terhadap reduksi COD ditunjukkan pada Gambar 4.12 dibawah ini.
Universitas Sumatera Utara
45 Gambar 4.12. Pengaruh Laju Pengadukan terhadap Reduksi Chemical Oxygen
Demand COD Gambar  4.12  menunjukkan  bahwa  dengan  peningkatan  laju  pengadukan
dari  150  rpm,  200  rpm,  250  rpm  dan  300  rpm,  reduksi  COD  yang  diperoleh mengalami  fluktuasi.  Reduksi  COD  yang  paling  rendah  terdapat  pada  laju
pengadukan 200 rpm yaitu sebesar 22,22. Menurut Forster-Carnerio et al, 2014 Volatile  Solid  VS  mengindikasikan  kandungan  organik  dalam  suatu  limbah
dimana  profil  VS  cenderung  sama  dengan  profil  Chemical  Oxygen  Demand COD.  Hal  tersebut  dapat  dilihat  dari  pembahasan  pada  Gambar  4.11  dimana
profil VS yang diperoleh sama dengan profil COD yang dihasilkan, yaitu reduksi COD yang paling kecil terdapat pada laju pengadukan 200 rpm.
Menurut Yee-Shian Wong et al, 2013 efisiensi reduksi COD pada HRT 4 diperoleh yaitu 48,18 . Sementara itu menurut Piyarat  Boonsawang  et al, 2014
proses asidogenesis untuk menghasilkan VFA  dengan reduksi COD berkisar 33 –
48 . Dapat dikatakan bahwa reduksi COD pada proses asidogenesis tidak lebih besar dari 50 . Hal tersebut dikarenakan pada proses asidogenesis produk yang
diperoleh  berupa  VFA  produk  intermediet  dimana  VFA  ini  akan  diolah  lebih lanjut pada proses metanogenesis untuk menghasilkan gas metana CH
4
. Oleh  karena  itu  pada  proses  asidogenesis  LCPKS  pada  keadaan  ambient
dengan variasi laju pengadukan, laju pengadukan optimum yang diperoleh adalah pada 200 rpm,dimana diperoleh nilai reduksi COD yang palig kecil yaitu 22,22 ,
35,5 22,22
29,93 23,96
5 10
15 20
25 30
35 40
100 150
200 250
300 350
Reduk si
CO D
Laju pengadukan rpm
Universitas Sumatera Utara
46 perubahan  laju  pengadukan  menyebabkan  perubahan  reduksi  COD  yang  cukup
signifikan.
4.3.5  Pengaruh  Laju  Pengadukan  Terhadap  Pembentukan Volatile  Fatty
Acid VFA
Pada proses digestasi anaerobik, tahapan asidogenesis merupakan langkah pertama  yang mengkonversikan senyawa organik menjadi  VFA berantai  pendek,
dimana  VFA  merupakan  produk  intermediet  yang  dapat  digunakan  untuk penggunaan  yang  luas  termasuk  untuk  menghasilkan  bio-energi  dan  bio-plastik
[7] [22]. Kandungan VFA yang paling diperoeh yaitu asam asetat, asam propionat dan  asam  butirat.  Pada  penelitian  ini  konsentrasi  VFA  ditunjukkan  oleh
konsentrasi  asam  asetat,  asam  propionat  dan  asam  butirat.  Pengaruh  laju pengadukan terhadap pembentukan VFA ditunjukkan pada Gambar 4.13 dibawah
ini.
Gambar 4.13 Pengaruh Laju Pengadukan terhadap pembentukan Volatile Fatty Acid VFA
Gambar  4.13  menunjukkan  profil  pembentukan  total  VFA  dimana  pada laju  pengadukan  150  rpm,  200  rpm,  250  rpm  dan  300  rpm  terjadi  fluktuasi  total
VFA.  Total  VFA  yang  paling  besar  diperoleh  pada  laju  pengadukan  200  rpm dengan nilai 6019,657 mgL. Nilai total VFA yang paling besar pada penelitian ini
sesuai dengan pembahasan pada Gambar 4.11 dan Gambar 4.12 dimana pada laju
1.000 2.000
3.000 4.000
5.000 6.000
7.000
150 200
250 300
A. Asetat A. Propionat
A. Butirat Total
VF A
m g
L
Laju Pengadukan rpm
Universitas Sumatera Utara
47 pengadukan 200 rpm diperoleh nilai  VS  dan nilai  COD  yang paling rendah. Hal
ini  menunjukkan  bahwa  pada  nilai  VS  dan  reduksi  COD  yang  paling  rendah diperoleh nilai total VFA yang paling tinggi pula. Menurut Johan Lindmark et al,
2014  pengadukan  sangat  mempengaruhi  komposisi  mikroba  sehingga  dapat meningkatkan  produksi  VFA.  Namun  pada  laju  pengadukan  yang  terlalu  cepat,
menurut  Tabassum  Mumtaz  et  al,  2008  pertumbuhan  mikroba  dalam  fermentor terganggu  secara  signifikan.  hal  tersebut  dapat  dilihat  pada  laju  pengadukan  250
rpm dan 300 rpm. Oleh  karena  itu  pada  proses  asidogenesis  LCPKS  pada  keadaan  ambient
dengan variasi laju pengadukan, laju pengadukan optimum yang diperoleh adalah pada  200  rpm,dimana  diperoleh  total  VFA  yang  paling  besar  yaitu  6019,657
mgL, perubahan laju pengadukan menyebabkan perubahan total VFA yang cukup signifikan.
4.3.6  Pengaruh Laju Pengadukan terhadap Rasio VFAAlkalinitas
Menurut  penelitian  yang  dilakukan  Yans  Guardia-Puebla  et  al,  2014 konsentrasi VFA yang dihasilkan dari proses asidogenesis sangat sensitif terhadap
terhadap perubahan pH. Sementara itu pada penelitian ini nilai alklalinitas sangat berpengaruh  terhadap  pengontrolan  pH  yang  dilakukan.  Dengan  kata  lain  nilai
VFAAlkalinitas  sangat  dipengaruhi  oleh  pengontrolan  pH.  Pengaruh  laju pengadukan  terhadap  rasio  VFAAlkalinitas  ditunjukkan  pada  Gambar  4.14
dibawah ini.
Universitas Sumatera Utara
48 Gambar 4.14 Pengaruh Laju Pengadukan terhadap Rasio VFAAlkalinitas
Gambar  4.14  menunjukkan  bahwa  profil  VFAAlkalinitas  fluktuatif terhadap  perubahan  laju  pengadukan  dari  150  rpm,  200  rpm,  250  rpm  dan  300
rpm. Profil rasio VFAAlkalinitas yang diperoleh mengalami fluktuasi. Pada tiap laju  pengadukan  diperoleh  nilai  VFAAlkalinitas  masing-masing  bernilai  1,58
mgL; 1,96 mgL; 1,71 mgL dan 1,36 mgL. Rasio VFAAlkalinitas yang paling tinggi terdapat pada laju pengadukan 200 rpm. Hal ini sesuai dengan pembahasan
pada  Gambar  4.13  dimana  pada  laju  pengadukan  200  rpm  diperoleh  total  VFA yang paling tinggi.
Menurut  Funda  Cansu  Ertem,  2011  stabilitas  dari  suatu  proses  digestasi anaerob  dapat  dilihat  dari  rasio  VFAAlkalinitas.  Semakin  besar  nilai  rasio
VFAAlkalinitas pada proses asidogenesis membuktikan bahwa konsentrasi VFA yang dihasilkan lebih tinggi daripada alkalinitas. Menurut Bambang trisakti et al,
2015 proses asidogenesis diasumsikan stabil pada nilai rasio VFAAlkalinitas  1. Nilai rasio VFAAlkalinitas yang diperoleh pada penelitian ini  berada pada nilai
1. Oleh  sebab  itu  pada  proses  asidogenesis  LCPKS  pada  keadaan  ambient,
diperoleh  Rasio  VFAAlkalinitas  yang  optimal  pada  laju  pengadukan  200  rpm. perubahan laju pengadukan menyebabkan perubahan rasio VFAAlkalinitas yang
cukup signifikan.
1,59 1,96
1,72 1,38
1 2
3
150 200
250 300
VF AAlk
a lin
it a
s
Laju Pengadukan rpm
Universitas Sumatera Utara
49
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN