7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 PERKEMBANGAN KELAPA SAWIT DI INDONESIA
Indonesia berada pada posisi terdepan industri kelapa sawit dunia. Panen rata-rata tahunan minyak sawit mentah Indonesia meningkat sebesar tiga persen
pada 10 tahun terakhir, sedangkan wilayah yang ditanami kelapa sawit meningkat selama sembilan tahun terakhir. Indonesia juga mengalami peningkatan produksi
minyak sawit mentah dari 28,5 juta metrik ton pada tahun 2014 [24]. Saat ini Indonesia merupakan salah satu produsen minyak sawit terbesar dunia. Namun
demikian, industri pengolahan kelapa sawit menyebabkan permasalahan lingkungan yang perlu mendapat perhatian, antara lain adalah mesokarp, serat,
tempurung, tandan kosong kelapa sawit, dan limbah cair [25].
Tabel 2.1 Produksi Minyak Kelapa Sawit di Indonesia [26]
2009 2010
2011 2012
2013
19.324.294 21.958.120
23.096.541 26.015.518
27.746.125
Minyak kelapa sawit secara umum digunakan sebagai bahan makanan dan juga sebagai bahan bakar pada berbagai macam industri selain industri makanan.
Minyak kelapa sawit merupakan salah satu agroindustri yang paling penting terutama di negara-negara beriklim tropis seperti indonesia dan Malaysia. Akan
tetapi produksi minyak kelapa sawit tersebut menghasilkan Limbah Cair Pabrik Kelapa sawit LCPKS atau yang sering disebut Palm Oil Mill Effluent POME
dalam jumlah yang sangat besar [27].
2.2 LIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWIT LCPKS Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit LCPKS adalah air limbah yang
dihasilkan dari proses produksi minyak kelapa sawit yang biasanya ditempatkan secara konvensional pada suatu kolam atau juga tangki digestasi terbuka open
digesting tanks [5]. LCPKS adalah cairan kental coklat yang merupakan air
Universitas Sumatera Utara
8 limbah yang sangat mencemari baik secara langsung maupun tidak langsung
terhadap lingkungan [28]. LCPKS merupakan sumber pencemaran air ketika dibuang ke sungai ataupun danau jika dibuang tanpa proses pengolahan terlebih
dahulu. Pada proses milling penggilingan LCPKS dihasilkan melalui proses perebusan sterilization , klarifikasi clarification dan unit hydro-cyclone [29].
Secara umum, untuk produksi 1 ton CPO dibutuhkan 5 - 7,5 ton air, dan lebih dari 50 menjadi LCPKS, yang berasal dari proses clarification 60, sterilization
36 dan hydro-cyclone unit 4 [30]. Tabel 2.2 Karakteristik LCPKS sebelum dilakukan pengolahan [28]
Parameter LCPKS
pH Biological Oxygen Demand BOD
Chemical Oxygen Demand COD Total Solid TS
Suspended Solid SS Oil Grease
4,5 31.500 mg L
65.000 mg L 39.000 mg L
18.900 mg L 3970 mg L
Tabel 2.3 Baku Mutu Limbah Cair Pabrik Minyak Kelapa Sawit Menurut Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup [31]
Parameter Kadar
Maksimum mgL
Beban Pencemaran Maksimum kgton
BOD
5
100 0,4
COD 350
3,0 Minyak dan Lemak
25 0,18
Nitrogen Total 50
0,12 pH
6,0-9,0 Debit Limbah Maksimum
4,5 m
3
per ton CPO
Salah satu masalah penting industri kelapa sawit Indonesia masalah penanganan LCPKS. Selain menimbulkan bau tidak sedap LCPKS juga dapat
menghasilkan gas metana yang merupakan gas rumah kaca GRK 20-30 kali
Universitas Sumatera Utara
9 lebih kuat dibandingkan dengan gas Karbon Dioksida jika tidak ditangani lebih
lanjut. Pemerintah Indonesia menargetkan 60 pabrik kelapa sawit Indonesia harus memiliki fasilitas pendukung seperti methane capture penangkap gas
metan pada tahun 2020, untuk mengurangi jumlah gas metan yang terlepas ke udara bebas. Sehingga diperlukan strategi yang tepat untuk mempercepat
implementasi penanganan LCPKS menjadi energi listrik [32].
2.3 POTENSI PRODUKSI BIOGAS DARI LCPKS