Bodhisattva Kriteria Agama Buddha Indonesia

64 Kelas VII SMP Edisi Revisi Sedangkan Sangha adalah kumpulan mereka yang sungguh-sungguh menjalani Dharma Buddha dalam kehidupannya kini. Sangha komunitas Bhikkhu, pejalan kesucian patut dijadikan panutan karena melalui merekalah dianggap terdekat yang bisa menjadi cermin Buddha Dharma, terutama Sangha yang telah mencapai tingkat-tingkat kesucian. Dalam konteks ini terdapat dua jenis sangha: Samutti Sangha, pejalan kesucian, dan Ariya Sangha, mereka yang telah mencapai kesucian. Triratna: Buddha, Dharma, dan Sangha inilah yang menjadi inti keyakinan seorang Buddhis. Dikatakan bahwa seorang dikatakan menganut agama Buddha bila telah membacakan paritta suci berupa pernyataan perlindungan kepada Buddha, Dharma, dan Sangha. Buddhang Saranang Gacchami, Dhammang Saranang Gacchami, Sanghang Saranang Gachhami: Aku berlindung kepada Buddha, Aku Berlindung kepada Dharma dan Aku Berlindung kepada Sangha. Pembacaan paritta perlindungan ini selalu menyertai aktivitas ritual di dalam agama Buddha.

4. Hukum Empat Kebenaran Mulia

Hukum Kebenaran atau Dharma yang ditemukan dan diajarkan oleh Buddha menjelaskan setiap fenomena kehidupan seperti misalnya bahwa alam semesta dan kehidupan ini adalah selalu mengalami perubahan, ketidak langgengan, kesementaraan, seperti suka-duka silih berganti yang dialami manusia dalam kehidupannya, bahwa apa yang terjadi dalam hidup dan dunia ini bersifat relatif. Namun, bukan berarti yang relatif itu mutlak sehingga yang Mutlak terlepas sama sekali dari segala fenomena yang relatif. Fenomena dunia yang sementara itu juga wadah untuk penampakan Yang Mutlak, demikian pula Yang Mutlak dapat hadir dan ditemukan dalam segala fenomena ini. Menjadi tugas seorang Buddhis untuk bisa melihat atau menghadirkan Yang Mutlak, seperti misalnya dalam wujud nilai-nilai kebajikan luhur ditengah-tengah dunia yang relatif terbatas ini. Selama seorang Buddhis itu masih dalam perjalanan kesempurnaan, menjadi Buddhis atau ber- buddha tidak layak memandang dirinya sudah menjadi Buddha atau merasa memiliki kebenaran yang absolut. Karena pencapaian kebenaran atau memahami hukum Kebenaran itu senantiasa harus terus diupayakan, terutama bekerjanya hukum kesunytaan itu secara dialektis di dalam dunia kehidupan ini melalui kebenaran mutlak paramartha satya dan kebenaran relatif samvrti satya, serta realitas mutlak asankhata-dhamma dan realitas relatif sankhata dharma. Berbagai Hukum Kebenaran yang dibabarkan Buddha menjelaskan mengenai hakikat dan esksistensi hidup manusia dan alam semesta ini. Hukum-hukum Kebenaran itu membicarakan segala sesuatu yang sangat mendasar mengenai eksistensi manusia dan alam semesta, terutama yang dibabarkan pertama kalinya di Taman Rusa Isipatthana kepada lima orang pertapa, yaitu: Empat Kebenaran Mulia Cattari Ariya Saccani. Hukum Empat Kebenaran Mulia menjelaskan tentang eksistensi dan esensi manusia mengenai dukkha dan pembebasannya. Keempat Kebenaran Mulia itu terdiri atas: 1. Kebenaran Mulia tentang dukha 2. Kebenaran Mulia tentang sumber dukkha, yakni tanha atau keinginan nafsu: 3. kama-tanha, bhava-tanha, vibhava-tanha. 4. Kebenaran Mulia tentang lenyapnya dukkha atau nirvana yakni padamnya hawa nafsu 5. Jalan melenyapkan dukkha yang terdir i atas sila moralitas, pengembangan batin spiritual meditasi dan tumbuhnya pandangan terang panna.