Analisis Aplikasi Manajemen Mutu di Sekolah

13 menyebutkan bahwa, SNP sendiri terdiri atas standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian pendidikan yang harus ditingkatkan secara berencana dan berkala. c. Standar Mutu Pendidikan di atas SNP Menurut pasal 10 ayat 2 Permendiknas No. 63 Tahun 2009, yang dimaksud dengan standar mutu pendidikan di atas SNP adalah, Standar mutu di atas SNP yang berbasis keunggulan lokal, dan standar mutu di atas SNP yang mengadopsi danatau mengadaptasi standar internasional tertentu.

3. Analisis Aplikasi Manajemen Mutu di Sekolah

Secara umum, setiap lembaga pendidikan selalu berusaha keras untuk mewujudkan tujuan yang ditentukan, namun kendala-kendala juga selalu muncul sehingga implementasi Total Quality Manajement belum terlaksana dengan baik. Hal tersebut dapat dilihat dari analisis secara umum sesuai yang dipaparkan oleh Zazin 2011: 7: a. Visi dan misi lembaga belum jelas, bahkan ada yang tidak memiliki visi dan misi. Kalaupun ada, terkadang juga tidakbelum disosialisasikan dan dilaksanakan. b. Pemberdayaan SDM yang produktif belum maksimal, cenderung ada yang pilih kasih, dan tidak memberikan kewenangan secara proporsional. c. Kurang kompak, bahkan saling menjatuhkan. d. Kurang adanya dukungan stakeholder dari pihak lain, bahkan tidak mau dipengaruhi atau mendapat bantuan pihak lain. e. Kepemimpinan yang arogan dan tidak mau menerima saran bawahan. f. Kurangnya dukungan dana. g. Kurang seriusnya semua pihak dalam mewujudkan visi dan misi. Zazin 2011: 81 mengungkapkan bahwa, ada dua faktor yang dapat menjelaskan sebab upaya perbaikan mutu pendidikan selama ini kurang atau tidak berhasil. 14 “Pertama, strategi pembangunan pendidikan selama ini lebih bersifat input oriented. Strategi yang demikian lebih bersandar kepada asumsi bahwa bila semua input pendidikan telah dipenuhi, seperti penyediaan buku-buku materi ajar, alat belajar lainnya, penyediaan sarana pendidikan, pelatihan guru, dan tenaga kependidikan lainnya, secara otomatis lembaga pendidikan sekolah akan dapat menghasilkan output keluaran yang bermutu sebagaimana yang diharapkan. Kedua, pengelolaan pendidikan selama ini lebih bersifat macro- oriented, diatur oleh jajaran birokrasi ditingkat pusat. Akibatnya, banyak faktor yang diproyeksikan ditingkat makro pusat tidak terjadi atau tidak berjalan sebagaimana mestinya ditingkat mikro sekolah. Atau, dengan singkat dapat dikatakan bahwa kompleksitas cakupan permasalahan pendidikan seringkali tidak dapat terpikirkan secara utuh dan akurat oleh birokrasi pusat”. Agar mutu tetap terjaga dan agar proses peningkatan mutu tetap terkontrol, harus ada standar yang diatur dan disepakati secara nasional untuk dijadikan indikator evaluasi keberhasilan peningkatan mutu tersebut Zazin, 2011: 82.

4. Pemenuhan Standar Mutu Pendidikan