7
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Hakikat Penjaminan Mutu Pendidikan
1. Definisi Penjaminan Mutu Pendidikan
Arcaro 2006: 47 mendefinisikan mutu sebagai proses terstruktur yang membantu orang menetapkan apakah sasaran yang
diharapkan tercapai dengan memperbaiki setiap proses pendidikan. Arcaro 2006: 75 menyatakan bahwa mutu adalah sebuah proses
terstuktur untuk memperbaiki keluaran yang dihasilkan, mutu bukanlah benda magis atau sesuatu yang rumit, mutu didasarkan pada
akal sehat. Wartanto 2010: 1 menyatakan bahwa mutu adalah sebuah
terminologi subyektif dan relatif yang dapat diartikan dengan berbagai cara dimana setiap definisi bisa didukung oleh argumentasi yang sama
baiknya. Wartanto 2010: 1 mengungkapkan secara luas mutu dapat diartikan sebagai agregat karakteristik dari produk atau jasa yang
memuskan kebutuhan konsumen pelanggan. Dari berbagai pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa mutu
merupakan proses yang dilakukan dalam rangka memperbaiki sistem agar terjadi keselarasan antara perencanaan dan hasil keluaran sesuai
dengan tujuan yang dicita-citakan. Mutohar 2013: 135 menjelaskna bahwa proses pendidikan
dapat dinyatakan bermutu apabila mampu menciptakan suasana
8
pembelajaran yang aktif, kreatif, inovatif, dan menyenangkan sehingga tujuan pendidikan bisa tercapai dengan baik. Mutohar 2013 : 277
menyatakan bahwa pendidikan yang bermutu adalah pendidikan yang mampu menghasilkan lulusan yang memiliki kemamuan atau
kompetensi, baik kompetensi akademik maupun kompetensi kejuruan, yang dilandasi oleh kompetensi personal dan sosial, yang secara
menyeluruh disebut sebagai kecakaan hidup. Dalam pendidikan, mutu adalah suatu keberhasilan proses
belajar yang menyenangkan dan memberikan kenikmatan berupa kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik. Lebih lanjut Wartanto,
2010: 1 menjelaskan bahwa mutu dalam suatu lembaga adalah jasa pelayanan atau produk yang menyamai atau melebihi kebutuhan dan
harapan pelanggannya. Sallis 2010: 29 mengungkapkan bahwa bagi setiap institusi, mutu adalah agenda utama dan meningkatkan mutu
merupakan tugas yang paling penting. Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa secara umum
suatu pendidikan dapat dikatakan bermutu apabila mampu menjadikan lulusannya memiliki kompetensi secara kognitif, afektif, serta
psikomotor. Pendidikan merupakan instrument penting dalam membangun
cita-cita bangsa dan negara. Dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisitem Pendidikan Nasional Sisdiknas menyebutkan
bahwa:
9
“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan Negara”.
Pada kenyataannya berbagai fenomena di dunia pendidikan baru-baru ini memperlihatkan beberapa masalah-masalah yang kurang
membanggakan. Syarifuddin 2002: 5 menjelaskan bahwa pendidikan nasional sedang menghadapi berbagai isu krusial yang berkisar pada
masalah otonomi, pendidikan, relevansi pendidikan, akuntabilitas, profesionaisme, dan sebagainya. Pembangunan pendidikan yang masih
lemah maka perlu adanya usaha pemerintah terkait dengan kegiatan seperti halnya penjaminan mutu pendidikan.
Fattah 2012: 1 mengungakapkan bahwa sistem penjaminan mutu pendidikan merupakan kegiatan yang sistemi dan terpadu pada
penyelenggaraan pendidikan untuk meningkatkan tingkat kecerdasan kehiduan bangsa. Lebih lanjut Fattah 2012: 2 menyebutan bahwa
kegiatan penjaminan mutu tertuju pada proses untuk membangun kepercayaan dengan cara melakukan pemenuhan persyaratan atau
standar minimum pada komponen input, komponen proses, dan outcome sesuai yang diharapkan oleh stakeholder
”. Sedangkan Fattah 2012: 3 berpendapat bahwa sistem penjaminan mutu pendidikan
dalam kegiatannya fokus terhadap peningkatan mutu secara
10
berkelanjutan dengan cara mengukur dan menilai mutu sisitem pendidikan, kinerja institusi pendidikan, dan mutu program studi.
Tujuan penjaminan mutu pendidikan dalam Pasal 2 ayat 2 Permendiknas No. 63 Tahun 2009 adalah:
a. Terbangunnya budaya mutu pendidikan formal, nonformal,
danatau informal. b.
Pembagian tugas dan tanggung jawab yang jelas dan proporsional dalam penjaminan mutu pendidikan formal danatau nonformal
pada satuan atau program pendidikan, penyelenggara satuan atau program pendidikan, pemerintah kabupaten atau kota, pemerintah
provinsi, dan pemerintah. c.
Ditetapkannya secara rasional acuan mutu dalam penjaminan mutu pendidikan formal danatau nonformal.
d. Terpetakannya secara nasional mutu pendidikan formal dan
nonformal yang dirinci menurut provinsi, kabupaten atau kota, dan satuan program pendidikan.
e. Terbangunnya sistem informasi mutu pendidikan formal dan
nonformal berbasis teknologi informasi dan komunikasi yang handal, terpadu, dan tersambung yang menghubungkan satuan atau
program pendidikan, penyelenggara satuan atau program pendidikan, pemerintah kabupaten atau kota, pemerintah provinsi,
dan Pemerintah.
11
Sesuai Permendiknas No. 63 tahun 2009, penjaminan mutu pendidikan baik formal maupun nonformal dilaksanakan oleh satuan
atau program pendidikan. Dalam kegiatannya melaksanakan penjaminan mutu pendidikan, peyelenggara satuan atau program
pendidikan harus menyediakan sumber daya yang diperlukan untuk terlaksananya penjaminan mutu.
2. Pelaksanaan Program Penjaminan Mutu Pendidikan