perusahaan dalam mengelola seluruh aktiva perusahaan dalam menghasilkan penjualan lebih efisien pada saat sebelum merger dan
akuisisi.
5. Earnings Per Share Berbeda antara Sebelum dan Sesudah Merger dan
Akuisisi pada Perusahaan Pengakuisisi
Hasil uji wilcoxon menunjukkan bahwa tingkat signifikansi satu tahun setelah merger dan akuisisi sebesar 0.173; dua tahun setelah merger dan
akuisisi sebesar 0.594; dan tiga tahun setelah merger dan akuisisi sebesar 0.139; dimana nilai signifikansi selama tiga tahun sesudah merger dan
akusisisi lebih besar dari tingkat signifikansi yang telah ditetapkan yakni 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penelitian ini belum
mampu membuktikan hipotesis kelima yang menyatakan “Earnings Per Share berbeda antara sebelum dan sesudah merger dan akuisisi pada
perusahaan pengakuisisi”. Earning Per Share EPS adalah rasio yang menunjukkan seberapa
besar keuntungan bersih yang diperoleh investor atas per lembar saham yang beredar selama suatu periode, dan merupakan indikator laba yang
diperhatikan oleh para investor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan Earning Per Share EPS antara sebelum dan sesudah
merger dan akuisisi pada perusahaan pengakuisisi, hal ini disebabkan karena adanya perusahaan yang belum mampu menghasilkan peningkatan
laba yang cukup tinggi setelah melakukan merger dan akuisisi. Selain itu, terjadinya penurunan laba perusahaan setelah merger dan akuisisi
disebabkan karena tidak adanya sinergi positif yang terjadi dalam aktivitas merger dan akuisisi.
6. Current Ratio Berbeda antara Sebelum dan Sesudah Merger dan
Akuisisi pada Perusahaan Pengakuisisi
Hasil uji wilcoxon menunjukkan bahwa tingkat signifikansi satu tahun setelah merger dan akuisisi sebesar 0.374; dua tahun setelah merger dan
akuisisi sebesar 0.214; dan tiga tahun setelah merger dan akuisisi sebesar 0.594; dimana nilai signifikansi selama tiga tahun sesudah merger dan
akusisisi lebih besar dari tingkat signifikansi yang telah ditetapkan yakni 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penelitian ini belum
mampu membuktikan hipotesis keenam yang menyatakan “Current Ratio berbeda antara sebelum dan sesudah merger dan akuisisi pada perusahaan
pengakuisisi”. Current ratio menunjukkan kemampuan perusahaan untuk melunasi
kewajiban jangka pendeknya dari aktiva lancarnya. Rasio ini dihitung dengan membagi aktiva lancar dengan kewajiban jangka pendek. Rasio ini
sering pula disebut rasio modal kerja working capital ratio karena modal kerja merupakan kelebihan aktiva lancar di atas utang lancar. Perbandingan
aktiva lancar dengan hutang lancar mengindikasikan likuiditas perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan Current
Ratio antara sebelum dan sesudah merger dan akuisisi pada perusahaan pengakuisisi, hal ini disebabkan karena terjadi penurunan likuiditas
perusahaan pengakuisisi terutama pada asset lancar perusahaan. Pada
umumnya perusahaan pengakuisisi memiliki kinerja baik, sedangkan perusahaan yang diakuisisi memiliki kinerja kurang baik yang digambarkan
dengan rasio likuiditas. Selain itu, eriode pengamatan yang terlalu pendek, sehingga pengaruh merger dan akuisisi belum terlihat. Manajemen
perusahaan masih menyesuaikan diri dengan lingkungan perusahaan yang baru karena merger dan akuisisi menyebabkan penyatuan dua budaya
perusahaan yang berbeda.
7. Debt to Equity Ratio Berbeda antara Sebelum dan Sesudah Merger dan