BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 Model Kerangka Pikir
Penyusunan kerangka piker penelitian dirumuskan berdasarkan konsep teori yang telah disajikan pada BAB 2, serta berdasarkan rumusan tujuan penelitian yang telah
ditetapkan, maka model teoritik disusun untuk menjawab tujuan penelitian yang telah dirumuskan pada BAB 1.
Model kerangka penelitian yang akan disusun merupakan pendekatan pemecahan masalah yang disusun berdasarkan teori, berdasarkan kerangka teoritik tersebut diharapkan
menjadi panduan dalam rangka memilih variabel penelitian yang relevan dengan tujuan penelitian ini.
Penelitian ini melakukan kajian tentang peluang dan kemungkinan pengembangan community-based tourism di wilayah kabupaten Buleleng, yaitu suatu tatanan industri
pariwisata masyarakat berbasis masyarakat, dimana masyarakat lokal bertindak sebagai pemilik atas inustri pariwisata tersebut Cavaye, 2000. Model bisnis pariwisata berbentuk
CBT tersebut hanya akan bisa diwujudkan jika pada masyarakat lokal bersangkutan memiliki fondasi social capital yang kuat Aref dan Redzuan, 2009. Basis industri pariwisata
setdaknya diharapkan dapat mewujudkan kolaborasi tiga pilar industry, yaitu masyarakat lokal dimana destinasi wisata itu diselenggarakan, pengusaha lokal dan pemerintah kabupaten
sebagai fasilitator dan legasi atas keberadaan destinasi wisata yang terbangun. Kerangka konsep hubungan CBT dengan basis komunitas disajikan pada Gambar 3.1
Masterplan Pengembangan Destinasi Wisata
Berbasis Komunitas Masyarakat Lokal Community-based Tourism
Destinasi Wisata Berbasis
Masyarakat Lokal CBT
PARTISIPASI PENGUSAHA
LOKAL DALAM RANGKA
PELAYANAN PRODUK
WISATA PARTISIPASI
MASYARAKAT DALAM RANGKA
MENCIPTAKAN KONDISI
KENYAMANAN PARIWISATA
FASILITAS HOTEL AKOMODASI WISATA
RESTAURANT ATRAKSI WISATA
PRAMUWISATA INFORMATION CENTER
PELAYANAN KESEHATAN SOUVERNIR DAN
CENDRAMATA
Gambar 3.1 Model Kerangka Pikir Partisipasi Masyarajat Umum dan Pengusaha terhadap Pembangunan
Destinasi Wisata Berkelanjutan
S.C. Narayan 2005 menggambarkan potensi social capital yang telah tersedia pada masyarakat dapat dimanfaatkan dalam rangka memantapkan dan penguatan struktur
kemasyarakatan, seperti kebutuhan hidup berkelompok, keseragaman cara pandang masyarakat yang melahirkan aturan tertulis atau tidak tertulis yang disefakati sebagai aturan
yang mengikat masyarakat norms, pola prilaku sosial kemasyarakatan yang mengutamakan kepentingan organisasi sosial dan kebersamaan togetherness, kebutuhan untuk hidup
bersosialisasi dalam jaringan komunikasi dalam cara pandang tertentu, membangun jaringan komunikasi dalam pelbagai kepentingan yang berbasis kepada kebersamaan. Kerangka
konsep CBT sebagaimana dipetakan berbasis kepada modal social disajikan pada Gambar 3.1.
Berdasarkan Gambar 3.1 diatas, maka secara operasional kebijakan pemerintah Kabupaten Buleleng dalam rangka perumusan strategi pembangunan yang berbasis ekonomi
kerakyatan pada industri pariwisata dapat dilakukan melalui pemberdayaan masyarakat capacity building, untuk menggerakkan potensi modal sosial sebagai basis kebersamaan
better together mencakup potensi norma dan budaya masyarakat, potensi network masyarakat Buleleng, serta membangkitkan rasa percaya diri, kebersamaan dalam organisasi
kemasyarakatan, serta menempatkan aparat pemerintah sebagai motivator dan fasilitator untuk membangkitkan kepercayaan masyarakat dalam merumuskan kepentingan mereka
melalui pola kekerabatan dan kebersamaan. Pemerintah diharapkan dapat memberikan dorongan bagi pembentukan trust pada
masyarakat sebagai modal dasar bagi pembangunan kawasan, Hilde Benny 2005, Pepfar 2000, UNEP 2005. Pengembangan potensi social capital trust akan berdampak
positif bagi etos kerja kebersamaan sebagai modal kerja masyarakat diluar modal dalam bentuk uang dan fasilitas financial lainnya.
Kajian peneliti Noya Clarence 2009, dan Kimmo 2010, menyatakan pembentukan social capital merupakan proses yang berkaitan dengan dukungan tradisi, norma masyarakat
serta semangat tradisi kebersamaan yang berjalan searah dengan dinamika masyarakat menuju terwujudnya kesejahtraan yang dikelola bersama.
2.3 Kerangka Pikir Penelitian