masyarakat warga desa disekitar lokasi usaha dan pengusaha sebagai penggerak dan penyaji pelayanan wisata. Total responden yang terpilih untuk ditetapkan sebagai
responden adalah 10 x 4 lokasi = 40 responden pengusaha lokal yang berada disekitar lokasi destinasi wisata.
4.3 Definis Operasional Variabel
Penelitian mempergunakan 6 variabel latent yang diharapkan dapat memberikan jawaban atas tujuan penelitian yang diracang penelitian ini. Ke 6 variabel penelitian dijelaskan sebagai
berikut. a.
Destinasi wisata berbasis CBT, adalah pengukuran variabel latent tentang persepsi pengguna destinasi wisata, yaitu wisatawan. Sehubungan dengan terbatasnya
frekuensi kunjungan wisatawan dan pola kunjungan tidak teratur, maka untuk mendapatkan data tentang kualitas layanan wisata yang diinginkan oleh pengguna,
maka penelitian mempergunakan data proksi dengan memilih pramuwisata guide sebagai wakil pengguna jasa pariwisata. Besarnya jumlah responden pramuwisata
disesuaikan dengan pasangan sample lainnya, yaitu sebesar 40 sample. Notasi yang dipergunakan untuk variabvel destinasi wisata CBT adalah Y2.
b. Kolaborasi Y1 adalah didefinisikan sebagai komponen yang memiliki kekuatan
untuk mengatur, mengendalikan dan memiliki leadership yang memadai dalam rangka mengkombinasikan seluruh potensi yang ada dalam rangka mewujudkan kebersamaan
dalam gerak dan langkah dalam rangka mewujudkan destinasi wisata berbasis CBT. Komponen kolaborasi dinyatakan dengan Y1, adalah tokoh masyarakat dan adat, yang
digali karakter dan prilakunya berdasarkan penelitian persepsi yang dipandu dengan rekeman wawancara berdasarkan daftar pertanyaan.
c. Infrastruktur Infras X1 didefiniskan sebagai sarana penunjang yang memberikan
ruang bagi kenyamanan wisatawan, termasuk pelayanan keamanan, kenyamanan wisatawan, penataan lingkugan kebersihan, komunikasi dan dukungan masyarakat
terhadap atraksi wisata dan pelestarian alam Warnken, 2002, Philips dan Jones 2006. Notasi variabel untuk konstruk latent infrastruktur adaah X1. Penelitian
dipersepsikan sebagai prilaku dan partisipasi masyarakat dalam ikut serta mnewujudkan destinasi wisata yang memungkinkan wisatawan mendapatkan
kenyamanan, dan keramahan masyarakat sebagai obyek wisata, dengan didalamnya adalah budaya dan kehidupan keseharian masyarakat.
d. Commitment adalah sikap budaya masyarakat lokal yang akan menjadi penentu
terbentuknya kolaborasi masyarakat dalam menetapkan acuan pelayanan wisatawan. Pola prilaku yang dapat memberi jaminan bagi komunikasi yang terarah dan produktif
akan menjamin dukungan bagi kepentingan organisasi kemasyarakatan dalam menetapkan pelayanan wisatawan secara nyaman, konsisten dan berkesinambungan.
Notasi yang diberikan untuk pengukuran persepsi latent dari commitment adalah X2. Pemetaan terhadap persepsi commitment ditetapkan dari pengusaha lokal non
pariwisata. e.
Network adalah potensi modal sosial yang terpendam dalam struktur budaya kemasyarakatan. Network merupakan variabel latent yang dibentuk oleh variabel
pendukung lainnya, mencakup linkage, trust dan norma Putnam, 1994, yang membentuk
social capital
. Melalui pengembangan hierarchy latent variabel Lohlien, 2004, dapat diketahui peranan pembentuk latent variabel network dari pembentuk
latent dibawahnya.Network X3 dipetakan dari pengusaha lokal pariwisata f.
Peranan pemerintah melalui kebijakan pelayanan terhadap masyarakat juga menjadi penentu terbentuknya kolaborasi yang memungkinkan terciptanya kondisi awal bagi
terselenggaranya pelayanan pariwisata yang berdaya saing. Peran kebijakan pemerintah juga dapat berdampak secara langsung kepada destinasi wisata melalui
pembinaan pengusaha lokal, sehingga peluang bagi terbentuknya destinasi wisata yag berbasis komunitas CBT tidak dapat dilepaskan dari peran kebijakan pemerintah
dalam ikut serta membentuk dan mempengaruhi keberadaan destinasi wisata berbasis masyarakat CBT. Notasi peran pemerintah dinayatakan sebagai latent variabel X4.
Kebijakan pemerintah dipersepsikan dari pengguna layanan pemerintah terkait dengan wilayah destinasi, sehingga yang menjadi obyek peneliotian adalah masyarakat
pengguna layanan publik, termasuk masyarakat umum dan pengusaha.
4.4 Instrumen Penelitian