7
sehingga tidak menimbulkan perbedaan makna. Akan tetapi, apa pun jenis kesalahan pelafalan itu sebaiknya dihindari pemakaiannya. Sehubungan dengan hal itu, berikut
dicantumkan sejumlah kata yang lazim dan yang benar pelafalannya dalam pemakaian bahasa Indonesia.
TERTULIS PELAFALAN
YANG LAZIM YANG BENAR abc, Ahad
abese; Ahat abece; Ahad BCA
Be Se A Be Ce A antropologi
antropolohi antropologi apotek; atlet
apotit; atlit apotek; atlet arkeologi
arkelohi arkeologi definisi; fonem
difinisi definisi emblem; fragmen
emblim; frahmen emblem; fragmen filologi
filolohi filologi geologi
geolohi geologi organisasi
orhanisasi organisasi
2.2 Kata Bersaing
Cakupan tataran morfologi yang dibicarakan pada kesempatan ini adalah pemakaian kata dan istilah. Kedua hal itu perlu dicermati dalam pemakaian bahasa Indonesia yang benar
karena ada aturan, norma, atau kaidah yang harus ditaati. Ketidaktepatan terhadap aturan atau norma yang dimaksudkan akan menghasilkan pemakaian bahasa yang tidak benar.
Masalah kebahasaan di Indonesia menyangkut tiga kelompok bahasa, yaitu bahasa Indonesia, bahasa daerah, dan bahasa asing. Bahasa-bahasa tersebut berpadu dalam
8
pemakaiannya di Indonesia Halim, 1980:15; Alwi, 1995:6. Adanya perpaduan ketiga bahasa itu menyebabkan terjadinya tuturan yang heterogen, baik dalam pemakaian kata
maupun istilah. Ketidakhomogenan atau keheterogenan tuturan yang terjadi cenderung disebabkan oleh tipe aglutinasi bahasa Indonesia, yang antara lain bersifat reseptif. Sifat
yang reseptif itulah yang memberikan peluang masuknya unsur bahasa lain, baik bahasa daerah maupun bahasa asing, ke dalam bahasa Indonesia. Penggunaan bahasa asing dalam
berbagai bidang kehidupan di Indonesia apabila dibiarkan tidak terkendali, cenderung akan semakin meningkat dan meluas.
Masuknya unsur-unsur bahasa lain itu memang menguntungkan dalam pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia. Dewasa ini di dalam tuturan bahasa Indonesia
tampak digunakan kata dan istilah yang tidak bersumber dari satu asal. Kata dan sitilah yang dipakai dalam bahasa Indonesia itu ada yang berasal dari bahasa daerah, bahasa
asing, dan bahasa Indonesia. Sumber utamanya adalah bahasa Indonesia sendiri. Akan tetapi, apabila di dalam bahasa Indonesia tidak ada kata atau istilah yang dimaksud, dapat
diambil dari bahasa serumpun, yaitu bahasa daerah dan terakhir diupayakan dari bahasa asing. Sehubungan dengan itu, bahasa asing dan bahasa daerah perlu dimanfaatkan dengan
sebaik-sebaiknya untuk keperluan pemantapan bahasa Indonesia. Tujuannya adalah agar bahasa Indonesia benar-benar dapat digunakan sebagai sarana atau wahana komunikasi
yang efektif dan efisien. Sementara itu, bahasa Indonesia yang baik dan benar perlu secara terus-menerus ditingkatkan mutu pemakaiannya.
Dalam upaya mempermantap pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia, pemerintah telah menetapkan Politik Bahasa Nasional yang merupakan aturan yang tegas.
Dengan adanya hal itu terjadi kemunginan bahwa bahasa Indonesia yang digunakan hanya
9
mengarah kepada kepentingan bahasa yang baik. Hal itu berarti bahwa bahasa Indonesia yang benar akan semakin jauh dari harapan. Salah satu aturan yang erat kaitannya dengan
pemakaian kata dan istilah itu adalah sistem prioritas penerimaan atau pemasukan kata dan istilah. Ada tiga prioritas yang perlu diperhatikan dalam pemasukan kata dan istilah ke
dalam bahasa Indonesia. Ketiga prioritas yang dimaksud adalah a menggali bahasa Indonesia, b menggali bahasa serumpun atau bahasa daerah, dan c menyerap bahasa
asing Alwi,1995:6. Istilah adalah kata atau gabungan kata yang dengan cermat mengungkapkan suatu
makns konsep, proses, keadaan, atau sifat yang khas dalam bidang tertentu Pedoman Umum Pembentukan Istilah, 1994:5. Sejumlah contoh istilah adalah abortus, buku
besar, diagonal, embrio, fonem, irigasi, linguistik, matriks, moneter, pengacara, plankton, radiologi, dan vonis. Di pihak lain kata adalah unsur bahasa yang diucapkan
atau dituliskan yang merupakan perwujudan kesatuan perasaan dan pikiran yang dapat digunakan dalam berbahasa atau satuan bahasa terkecil yang dapat diujarkan sebagai
bentuk bebas dan dapat berdiri sendiri Depdikbud, 1995:451. Beberapa contoh kata ialah bermain, diambil, gemetar, makanan, mandi, menyapu, pemalu, pukul, dan tarik-
menarik. Contoh di atas menunjukkan bahwa istilah sebenarnya kata juga, tetapi dipakai
dalam bidang atau lapangan kehidupan terbatas, bersifat teknis, bermakna pasti, dan cenderung tidak dipengaruhi oleh konteks kalimat. Sebaliknya, kata dipakai dalam
berbagi bidang kehidupan dan maknanya tidak pasti karena sering begantung kepada konteks kalimat.
10
Pembicaraan ini menitikberatkan pada pemakaian kata bersaing dalam bahasa Indonesia. Kata bersaing muncul karena dalam bahasa Indonesia ditemukan sejumlah
kata yang bentuknya mirip, maknanya sama, dan distribusinya juga sama. Apabila tidak diperhatikan secara cermat, kata bersaing seolah-olah sama dengan kata bersinonim.
Akan tetapi, baik kata bersinonim maupun kata bersaing mempunyai kekhasan masing- masing. Kata bersinonim adalah kata yang bentuknya berbeda, maknanya mirip, dan
distribusinya kadang-kadang sama, kadang –kadang berbeda seperti tampak berikut ini. KATA BERSAING
KATA BERSINONIM apotek, apotik
asli, tulen, murni konkret, konkrit
besar, raya, agung penasihat, penasehat
buku, kitab personalia, personil
bundar, bulat penerjemah, penterjemah
kawan, teman, sahabat menyukseskan, mensukseskan
pokok, baku
Berikut dicantumkan sejumlah kata bersaing lain yang ditemukan di dalam pemakaian bahasa Indonesia. Kata-kata tersebut menyulitkan pemakai bahasa Indonsia
menggunakannya, khususnya dalam bahasa Indonesia ragam ilmiah. KATA BERSAING YANG BENAR
KATA BERSAING YANG LAZIM atlet
atlit bersistem
bersistim film
filem
11
kuitansi kwitansi
lazim lajim
manajemen managemen
menerapkan menterapkan
metode metoda
perubahan perobahan
rasional rasionil
terampil trampil
tim team
Semua pasangan kata tersebut dapat saling menggantikan. Akan teapi, kalau pemakaian bahasa Indonesia yang benar diinginkan, kata yang benar atau kata yang baku
yang digunakan, bukan kata yang lazim. Kata bersinonim tidak demikian keberadaannya karena kata-kata itu tidak selalu dapat saling menggantikan dalam semua konteks
pemakaian. Contoh:
3 … jaksa agung. Kata agung dalam konstruksi ini tidak mungkin digantikan dengan kata raya sehingga menjadi jaksa raya walaupun kata agng dan raya
merupakan kata yang bersinonim. 4 … pelajaran tata buku. Konstruksi ini pun tidak mungkin dapat digantikan
dengan tata kitab meskipun kedua kata itu—buku dan kitab—bersinonim.
12
2.3 Pola Pemasifan