3
BAHASA INDONESIA: KAJIAN BENTUK YANG BENAR DAN LAZIM
DALAM PEMAKAIANNYA
1. Pendahuluan
Ketika “Gerakan Disiplin Nasional” dicanangkan pada acara peringatan hari Kebangkitan Nasional, 20 Mei 1995 Presiden Soeharto mengajak seluruh bangsa Indonesia untuk
menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Ajakan yang melibatkan seluruh warga bangsa itu cukup arif dan wajar karena bahasa Indonesia dituturkan oleh bangsa Indonesia
sehingga upaya pembinaan dan pengembangannya merupakan tanggung jawab bangsa Indonesia juga. Hal itu berarti bahwa semua warga negara Indonesia mempunyai tanggung
jawab moral terhadap upaya pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia. Salah satu upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah dalam hubungannya dengan pembinaan bahasa
Indonesia adalah dilaksanakannya penghapusan tiga butatuna dalam kehidupan bangsa Indonesia. Satu di antara penghapusan tiga butatuna yang dimaksud adalah “butatuna bahasa
Indonesia”. Kegiatan ini tentu saja mempunyai dampak yang positif terhadap pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia.
Pada prinsipnya upaya pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia dilakukan melalui berbagai jalur. Upaya itu ditempuh mengingat pembinaan bahasa berarti pembinaan pikiran,
gagal berbahasa juga berarti gagal berpikir Widyamartaya, 1990:4. Jalur pembinaan yang ditempuh, misalnya melalui pendidikan formal di sekolah-sekolah semua jenis dan jenjang
pendidikan. Pembinaan bahasa Indonesia juga diadakan di media massa, baik media massa cetak surat kabar maupun media massa elektronik televisi. Di samping itu, juga ada
pembinaan dalam bentuk lain, seperti penataran-penataran, ceramah-cermah, dan kursus-
4
kursus. Semua upaya yang dilakukan itu dimaksudkan untuk mempercepat proses pemasyarakatan pemakaian bahasa Indonesia, terutama bahasa Indonesia yang benar dan baik.
Sesungguhnya pemakaian bahasa Indonesia yang benar dan baik sudah lama didengung- dengungkan oleh pemerintah melalui Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Jakarta.
Bahkan, hampir setiap kesempatan dimanfaatkan oleh pemerintah untuk keperluan pemasyakatan konsep itu, lebih-lebih sejak dicanangkannya Bulan Bahasa 1980 yang
kemudian dinamakan Bulan Bahasa dan Sastra. Sejak Bulan Bahasa 1980 itulah upaya pemasyarakatan konsep bahasa Indonesia yang benar dan baik lebih terarah dalam kegiatan
perayaan Bulan Bahasa yang diselenggarakan setiap tahun, yaitu bertepatan dengan peringatan Sumpah Pemuda bulan Oktober. Hingga saat ini kegiatan Bulan Bahasa dan
Sastra sudah berlangsung lebih dari tiga puluh kali. Akan tetapi, ternyata hasil yang dicapai dalam upaya pemasyarakatan pemakaian bahasa Indonesia yang benar dan baik belum
memuaskan. Belum memuaskannya hasil pemasyarakatan konsep bahasa Indonesia yang benar dan baik itu cenderung disebabkan oleh faktor kelaziman. Faktor kaidah sebagai
penentu bahasa yang benar dan situasi sebagai faktor yang berpengaruh terhadap pemakaian bahasa yang baik tidak diperhatikan akibat keterbiasaan menggunakan bentuk atau struktur
yang lazim. Sehubungan dengan hal itu, berikut dibicarakan secara ringkas konstruksi yang benar dan lazim dalam pemakaian bahasa Indonesia. Pembicaraan ini pun hanya meliputi
beberapa hal yang frekuensi pemakaiannya cukup mencolok.
2. Bahasa Indonesia: Kajaian Bentuk yang Benar dan Lazim dalam Pemakaiannya