12
2.3 Pola Pemasifan
Upaya untuk mengutamakan bagian kalimat pada hakikatnya dapat ditempuh dengan empat cara. Cara-cara yang dimaksud adalah a mengubah bentuk kata, b
mengubah urutan kata, c menambah partikel, dan d memberikan tekanan keras pada bagian yang diutamakan. Cara lain yang dapat dilakukan dalam kaitan dengan
pengutamakan bagian kalimat di samping keempat cara di atas adalah pemasifan. Pemasifan yang benar harus mengikuti pola aspek + pelaku + tindakan. Pola inilah
yang harus diterapkan dalam pemakaian bahasa Indonesia yang benar, termasuk dalam karya tulis ilmiah.
Contoh: 5 Dana yang terkumpul akan kita ambil segera.
6Majalah tersebut belum kami terima hingga saat ini. 7 Surat Anda sudah saya baca.
Di dalam pemakaian bahasa Indonesia yang lazim ditemukan bukan seperti 5--7 di atas, melainkan sebagai berikut.
5a Dana yang terkumpul kita akan ambil segera. 6a Majalah tersebut kami belum terima hingga saat ini.
7a Surat Anda saya sudah baca. Contoh lain yang juga lazim ditemukan dalam pemakaian bahasa Indonesia
adalah seperti di bawah ini. 8 Surat kabar Kompas ia sedang baca.
9 Tugas tersebut kami belum laksanakan.
13
Struktur 5a—9 yang lazim digunakan dalam bahasa Indonesia ternyata tidak sesuai dengan kaidah atau pola pemasifan yang benar. Semua struktur tersebut berpola
pelaku + aspek + tindakan, sedangkan pola yang benar adalah aspek + pelaku + tindakan. Oleh karena itu, yang lazim belum tentu benar dan yang benar belum tentu lazim
digunakan. Hal itu terjadi karena sebagian besar penutur bahasa Indonesia sudah terbiasa menggunakan bentuk dan struktur yang lazim tanpa memperhatikan kaidah atau norma
yang berlaku.
2.4 Pemakaian Pleonasme
Ploenasme bermakna ‘pemakaian kata yang mubazir’. Hal itu berarti bahwa pleonasme sebenarnya termasuk dalam pembicaraan makna kata. Akan tetapi,
mengingat pleonasme itu berkaitan erat dengan struktur bahasa, lebih-lebih pembahasan frasa, maka di sini pleonasme dikaitkan dengan keberadaan kalimat.
Dengan demikian, pleonasme dibicarakan dalam konteks kalimat. Sejumlah tipe atau model pleonasme ditemukan dalam pemakaian bahasa
Indonesia. Apabila diinginkan pemakaian bahasa Indonesia yang benar, penggunaan kata yang mubazir harus dihindari. Maksudnya, hanya salah satu wujudnya yang perlu
dipertahankan dalam konteks. Hal yang selalu perlu diingat dalam hubungan dengan pleonasme adalah tidak setiap wujudnya dapat saling menggantikan mengingat
memang tidak ada sinonimi mutlak. Sehubungan dengan hal itu, berikut dikemukakan sejumlah model pleonasme yang lazim ditemukan dalam pemakaian bahasa Indonesia,
termasuk bahasa Indonesia karya ilmiah.
14
2.4.1 Pleonasme Kata dengan Frasa
Pleonasme tipe ini ditemukan dalam sejumlah kalimat. Kata dan frasa yang membentuknya saling berkaitan makna. Berdasarkan keterkaitan maknanya itulah
diperlukan adanya pertimbangan dan kecermatan pemakaiannya. Contoh:
10 Akhir-akhir ini nilai investasi di Indonesia terus merosot ke bawah. 11 Akibat ledakan bom itu mereka pasrah dan menengadah ke atas sambil berdoa.
12 Pasukan GAM yang semula bertahan itu akhirnya mundur ke belakang karena terus- menerus didesak oleh pasukan TNI.
Apabila diperhatikan secara saksama, ternyata ketiga contoh di atas menunjukkan bentuk yang sejenis. Artinya, dengan menggunakan satu unsur saja sebenarnya telah
memenuhi kaidah bahasa Indonesia yang benar dan tidak mubazir. Berdasarkan konteksnya, cenderung unsur pertama yang lebih tepat digunakan dalam ketiga contoh
tersebut. Apabila unsur yang kedua digunakan, makna yang terkandung di dalamnya akan berubah. Dengan demikian, tuturan yang lazim itu akan menjadi benar jika dijadikan
seperti berikut. 10a Akhir-akhir ini nilai investasi di Indonesia terus merosot.
11a Akibat musibah ledakan bom itu mereka pasrah dan menengadah dambil berdoa. 12a Pasukan GAM yang semula bertahan itu akhirnya mundur karena terus-menerus
didesak oleh pasukan TNI.
15
2.4.2 Pleonasme Partikel dengan Kata Ulang Berimbuhan
Pleonasme tipe ini menunjukkan kesejajaran makna antara partikel dan kata ulang yang membentuknya. Pola atau tipe pleonasme ini umumnya dibentuk oleh partikel
saling. Contoh:
13 Setiap orang cenderung berusaha saling tolong-menolong dengan sesamanya. Pemakaian konstruksi saling tolong-menolong di dalam kalimat itu mubazir
karena saling menyatakan makna ‘berulang-ulang’ dan tolong-menolong mencerminkan makna ‘perbuatan yang tidak hanya dilakukan satu kali’. Dengan demikian, kemubaziran
akan hilang jika konteks 13 dijadikan seperti berikut. 13a Setiap orang cenderung berusaha saling menolong dengan sesamanya.
13b Setiap orang cenderung berusaha tolong-menolong dengan sesamanya. Bentuk lain yang sejenis dengan pola itu adalah pemakaian pola saling tukar-
menukar dan saling bantu-membantu. Kedua bentuk tersebut seharusnya masing-masing diwujudkan menjadi saling menukar atau tukar-menukar dan saling membantu atau
bantu-membantu sehingga tidak memunculkan pola yang mubazir.
2.4.3 Pleonasme Kata Depan dengan Kata Ulang Murni
Pleonasme tipe ini ditemukan berupa pemakaian kata yang bermakna jamak digabungkan dengan kata ulang yang bermakna jamak juga. Penggabungan kata banyak,
para, dan semua dengan kata ulang cenderung menimbulkan kemubaziran. Contoh:
14 Semua provokator-provokator kerusuhan harus ditangkap dan diadili.
16
Pemakaian kata semua yang bergabung dengan kata ulang provokator-provokator pada kalimat 14 di atas menimbulkan kemubaziran. Konstruksi yang benar tampak di
bawah ini. 14a Semua provokator kerusuhan harus ditangkap dan diadili.
14b Provokator-provokator kerusuhan harus ditangkap dan diadili. Penggunaan kata banyak dan para yang lazim ditemukan dalam bentuk
pleonasme, misalnya sebagai berikut. 15 Sebelum krisis ekonomi dan moneter telah banyak daerah-daerah di Indonesia yang
berhasil meningkatkan taraf hidup warganya. 16 Para petugas-petugas wajib memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada
masyarakat.
2.5 Pemakaian Keposesifan
Keposesifan yang tidak sesuai dengan kaidah atau norma bahasa Indonesia, tetapi sangat lazim ditemukan adalah pemakaian kata dari dan daripada. Kedua kata
tersebut, baik dari maupun daripada tidak dapat digunakan untuk menyatakan keposesifan di dalam bahasa Indonesia. Kata dari berfungsi menyatakan tempat asal,
bahan, serta sama artinya dengan sejak dan sebab, sedangkan kata daripada berfungsi menyatakan perbandingan Suparni, 1991:96. Akan tetapi, kedua kata tersebut sering
digunakan sebagai penanda keposesifan. Contoh:
17 Rumah daripada para korban bencana alam itu akan diperbaikai oleh warga setempat.
17
18 Joice belum dapat melaksanakan kewajiban sesuai dengan kemauan dari ibunya. Kedua kalimat di atas masing-masing mengandung kata daripada dan dari yang
menunjukkan bahwa rumah itu dimiliki oleh para korban bencana alam dan kemauan dimiliki oleh ibu. Hubungan rumah dengan para korban pada 17 dan kemauan
dengan ibunya pada 18 sebenarnya telah menyatakan posesif. Adanya kata daripada dan dari justru menyebabkan ketidaktepatan . Jadi, struktur yang benar adalah sebagai
berikut. 17a Rumah para korban bencana alam itu akan diperbaikai oleh warga
setempat. 18a Joice belum dapat melaksanakan kewajiban sesuai dengan kemauan ibunya.
2.6 Upaya yang Dapat Ditempuh