22 dari benih. Spora CMA disterilisasi dengan dua tahap yaitu 1 sterilisasi spora di
dalam larutan chloramine-T 2 dan Tween 20 selama dua menit, dan 2 sterilisasi spora di dalam larutan streptomycin 200 mgL dan gentamycin 100
mlL selama sepuluh menit. Setelah spora disterilisasi, spora ini diletakkan di atas media bacto agar dalam cawan petri. Kemudian cawan petri yang mengandung
spora CMA diinkubasi dalam inkubator pada suhu 25 C dalam keadaan gelap.
Inkubasi dilakukan selama 16 hari. Pengamatan terhadap germinasi spora dilakukan selang 4 hari dan diukur panjang hifa yang tumbuh. Pengamatan untuk
percobaan ini dilakukan dengan menggunakan mikroskop konfokal yang dilengkapi dengan software NIS-Elements pada perbesaran 40X.
6. Persentase infeksi CMA
Perhitungan persentase infeksi CMA dilakukan dengan cara sebagai berikut: sebanyak 0.1 g akar dari hasil panen dipotong kira-kira 1 cm dan
dimasukkan ke dalam botol vial yang telah berisi larutan 10 KOH untuk membersihkan inti akar yang mengandung lignin sehingga penetrasi zat warna
lebih mudah. Kemudian dibiarkan selama 3 hari, dan larutan KOH dibuang. Setelah itu dibilas dengan air dan direndam dalam larutan 0.1 N HCl untuk
menetralkan KOH selama 10 menit. Larutan HCl dibuang, ditambahkan larutan trypan blue
yang digunakan untuk mewarnai bagian-bagian CMA 0.01 dalam lactogliserol. Larutan trypan blue dibuang, kemudian dicuci akar dengan air dan
direndam di dalam larutan lactogliserol berfungsi untuk mengikat larutan trypan blue
untuk perhitungan infeksi di bawah mikroskop. Infeksi dihitung dengan metode Gridline intersect method Giovannetti and Mouse, 1980.
Pada metode ini, setiap potongan akar yang mengenai gridline dihitung sebagai infeksi jika salah satu hifa atau gabungan dari struktur arbuskula dan
vesikel ditemukan. Persen kolonisasi dan panjang akar dihitung sebagai berikut; kolonisasi
∑ infeksi ∑ interseksi
x100
Kolonisasi cm = ∑ infeksi x Line Grid x 1114. Panjang akar cm = ∑ total interseksi x Line Grid x 1114, Line Grid adalah panjang satu sisi dari kotak grid.
23
7. Jumlah spora
Perhitungan jumlah spora dilakukan berdasarkan metode wet sieving dan teknik sentrifugase Sylvia, 1998 yang dilakukan pada akhir penelitian dengan
cara pengamatan pada sampel media tanam sebanyak 100 g untuk masing-masing perlakuan. Sampel media tanam dimasukkan ke dalam gelas beker 500 ml dan
direndam dengan air selama 2 jam, kemudian diaduk, pasir dibiarkan mengendap, dan larutan tanah dituang ke dalam saringan 710-50 m. Hal tersebut dilakukan
sampai air bersih. Hasil saringan terkecil dipindahkan ke dalam tabung sentrifugase 50 ml, ditambahkan air dan ditimbang. Selanjutnya, hasil saringan
larutan tanah terkecil kemudian disentrifugase selama 5 menit pada kecepatan 5000 rpm untuk memisahkan tanah dari kotoran. Supernatan dibuang dan
ditambahkan air kembali sampai setengah, ditambahkan larutan gula 75 sampai penuh. Setelah itu, ditimbang dan disentrifugase kembali pada kecepatan 6000
rpm selama 20 detik. Spora dikumpulkan dengan menuangkan supernatan ke dalam saringan 50 m. Spora kemudian dicuci dengan air dan dituangkan ke
dalam cawan petri dan dihitung jumlah spora di bawah mikroskop Lampiran 11.
Total jumlah spora per pot dapat dihitung seperti berikut: Total jumlah spora per pot = ∑ spora100 g tanah x 2500 g tanah100.
8. Komponen panen per tanaman pada 12 MST