Waktu dan Lokasi Penelitian Jenis dan Sumber Data Teknik Pengumpulan Data

60 penambahan populasi untuk ruminansia saat ini. Arahan kesesuaian ekologis lahan dapat direkomendasikan pada dua pola. Pertama, pola diversifikasi spasial, yaitu pengembangan pada lahan-lahan yang telah mempunyai peruntukan, antara lain untuk tanaman pangan dan perkebunan dalam bentuk pola keterpaduan. Kedua, pola ekstensifikasi spasial, yaitu pengembangan pada lahan kehutanan dan alang-alang. Dari hasil penelitian, rekomendasi arahan pengembangan lahan untuk ternak ruminansia di Provinsi Nusa Tenggara Timur adalah : a. Pola diversifikasi untuk kelompok ternak sapi potong banyak terdapat di lahan tegalan, sawah dan prkebunan, b. Pola ekstensifikasi banyak terdapat di lahan hutan dan alang-alang. Dilihat dari potensi daya dukung hijauan pakan di wilayah NTT pada umumnya masih melimpah dan masih mampu menambah ternak ruminansia sebanyak 2 395 384 ST dari populasi saat ini sebanyak 471 971 ST Sumanto et al. 2004. Suratman et al. 1998 pernah melakukan penelitian di Kecamatan Tanete Rilau dan Tanete Riaja Kabupaten Barru Propinsi Sulawesi Selatan, yang merupakan salah satu areal untuk pengembangan peternakan sapi potong. Dari hasil penelitian diperoleh nilai rata-rata indeks daya dukung IDD wilayah penelitian sebesar 2.46. Dengan menggunakan pedoman status batas aman daya dukung, daerah ini berada dalam status kritis, daya tampung rata-rata sebesar 0.52 STha. Lahan yang mempunyai prospek pengembangan cukup baik adalah lahan yang termasuk berpotensi tinggi dan sedang, seluas 2 125 ha. Hasil penelitian yang juga dilakukan oleh Suratman et al. 2003 di Provinsi Nusa Tenggara Barat dengan melakukan pengkajian data sumberdaya lahan tanah, lingkungan, iklim, informasi keadaan sosial ekonomi dan pola pengembangan peternakan, kemudian melakukan analisis evaluasi kesesuaian lahan untuk pakan ternak ruminansia dan penilaian kesesuaian lingkungan ternak sapi, dituangkan dalam bentuk Peta Arahan Pengembangan Peternakan Provinsi Nusa Tenggara Barat yang dibagi menjadi lahan ekstensifikasi seluas 35 500 dan pola integrasi seluas 334 000 ha.

III. METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian

61 Penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai dengan September 2006, meliputi tahap persiapan, pengumpulan data, identifikasi, pengecekan lapangan, analisis dan penulisan. Penelitian dilakukan di Kabupaten Lima puluh Kota, yang terdiri dari 13 Kecamatan dan terletak antara 0 ˚25’28’’LU - 0˚22’14’’LS serta antara 100 ˚16’13’’BT - 100˚50’47’’ BT, dengan batas-batas sebagai berikut : - Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Kampar dan Provinsi Riau. - Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Tanah Datar dan Kabupaten Sawahlunto Sijunjung. - Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Agam dan Kabupaten Pasaman. - Sebelah Timur berbatasan dengan Provinsi Riau Peta Lokasi penelitian disajikan pada Gambar 2, berupa peta administrasi yang mempunyai skala 1 : 250 000.

3.2. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder dan data primer. Data sekunder dikumpulkan dari berbagai sumber antara lain Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Lima Puluh Kota, BPS Kabupaten Lima Puluh Kota, Bappeda Kabupaten Lima Puluh Kota, Bakosurtanal, Puslitanak, dan Instansi lain yang terkait. Data yang dikumpulkan terdiri dari data kuantitatif yang berasal dari pengolahan data Podes, Data Statistik Peternakan, Kabupaten Lima Puluh Kota Dalam Angka, PDRB, RTRW Kabupaten Lima Puluh Kota, data yang berkaitan dengan kondisi fisik wilayah seperti data topografi, curah hujan, landuse, iklim dan data kemampuan lahan. Data lain yang juga digunakan adalah peta-peta, seperti peta administrasi, peta tanah, peta land system, peta penggunaan lahan, peta topografi, dan citra satelit. Untuk lebih jelasnya, jenis dan sumber data dapat dilihat pada Tabel 3. 62 Gambar 2 Peta lokasi penelitian Kabupaten Lima Puluh Kota Provinsi Sumatera Barat.

3.3. Teknik Pengumpulan Data

Data sekunder dikumpulkan dari berbagai sumber seperti diuraikan di atas, sedangkan data primer diambil melalui wawancara, pengisian kuesioner dan pengamatan langsung ke lokasi. Pemilihan responden dan pengambilan sampel dilakukan di daerah kunci key region. Sampel ditentukan dengan metode pengambilan sampel acak terstratifikasi Stratified Random Sampling, yaitu metode pemilihan sampel dengan cara membagi populasi ke dalam kelompok- kelompok yang homogen yang disebut strata, kemudian diambil sampel secara acak dari setiap strata Sugiarto et al. 2003. Besarnya sampel yang diambil dari tiap-tiap strata dapat sebanding dengan strata atau tidak sebanding Singarimbun dan Effendi 1995. Sebelum pengambilan sampel, terlebih dahulu dilakukan stratifikasi berdasarkan jumlah populasi sapi potong dan kelengkapan fasilitas peternakan terhadap 13 kecamatan di Kabupaten Lima Puluh Kota. Setelah itu dilakukan stratifikasi terhadap peternak berdasarkan jumlah kepemilikan ternak sapi potong. 63 Tabel 3 Jenis dan sumber data NO JENIS DATA SKALA THN BENTUK SUMBER DATA 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Peta Satuan Lahan dan Tanah LREP-I Peta Land SystemsLand Suitability RePPProT Citra Satelit Landsat PathRow : 127060 Peta Landuse Peta Curah Hujan Peta Rupa Bumi Peta Administrasi Data Keragaan Ternak Ruminansia Kab. Lima Puluh Kota Data Luas Panen Tanaman Pangan Kab. Lima Puluh Kota. Data Podes Kab. Lima Puluh Kota Revisi RTRW Kab. Lima Puluh Kota Tahun 19992000 1:250 000 1:250 000 - 1:250 000 1:1 000 000 1:250 000 1:500 000 - - - - 1990 1988 2005 2003 2003 2001 2003 2003- 2005 2003- 2005 2003- 2006 2000 Digital Digital Digital Digital Hardcopy Digital Digital Tabular Tabular Tabular Dokumen Puslittanak Bogor Bakosurtanal LAPAN Baplan Dephut Balitklimat Bogor Bakosurtanal Bakosurtanal Dinas Peternakan dan Perikanan Kab. Lima Puluh Kota BPS Kab. Lima Puluh Kota BPS Pusat Bappeda Kab. Lima Puluh Kota

3.4. Metode Identifikasi dan Teknik Analisis Data