Hak dan Kewajiban Para Pihak Dalam Perjanjian Pemborongan Kerja

keamanan. Dalam surat perjanjian biasanya berisi kesepakatan mengenai hak dan kewajiban masing-masing pihak yang saling mengikatkan diri untuk berbuat sesuatu atau tidak berbuat sesuatu. Selain kedua belah pihak, dalam surat perjanjian kadang melibatkan pihak ke tiga untuk menguatkan perjanjian tersebut. Secara klasifikasi surat perjanjian dibagi 2 jenis yaitu : 1. Perjanjian autentik, yaitu perjanjian yang disaksikan oleh pejabat pemerintah. 2. Perjanjian dibawah tangan, yaitu perjanjian yang tidak disaksikan oleh pejabat pemerintah. Namun demikian klasifikasi diatas tidak ada hubungannya dengan keabsahan sebuah surat perjanjian. Surat perjanjian tanpa notaris tetap sah selama memenuhi syarat dan ketentuan yang berlaku. Dalam surat perjanjian selain mencantumkan persetujuan mengenai batas-batas hak dan kewajiban masing- masing pihak, surat tersebut juga menyatakan jalan keluar yang bagaimana, yang akan ditempuh, seandainya salah satu pihak tidak melaksanakan kewajibannya. Jalan keluar disini bisa pemberian sanksi, ganti rugi, tindakan administrasi, atau gugatan ke pengadilan.

C. Hak dan Kewajiban Para Pihak Dalam Perjanjian Pemborongan Kerja

Penyediaan Makanan Sebagaimana telah ditentukan sebelumnya di dalam Pasal 1320 KUH Perdata bahwa untuk sahnya suatu perjanjian diperlukan 4 empat syarat, yaitu: 1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya. 2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan 3. Suatu hal tertentu 4. Suatu sebab yang halal. Apabila keadaan dari Pasal 1320 KUH Perdata tersebut di atas dihubungkan dengan pelaksanaan dari terjadinya perjanjian pengadaan bahan makanan untuk penerima manfaat antara Kementerian Sosial RI Direktorat Jenderal Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf Sumatera Utara dengan CV. Tri Putra Manunggal maka setelah sepakatnya para pihak atas hal yang pokok dalam perjanjian tersebut, maka dapatlah dikatakan bahwa empat syarat di atas telah dipenuhi oleh para pihak tersebut. Sepakat para pihak dalam hal pokok yang ditentukan dalam perjanjian pengadaan bahan makanan untuk penerima manfaat antara Kementerian Sosial RI Direktorat Jenderal Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf Sumatera Utara dengan CV. Tri Putra Manunggal adalah dapat disebutkan sebagai berikut: 1. Dasar pekerjaan 2. Uraian pekerjaan 3. Harga BarangBahan 4. Lama pekerjaan 5. Terhitung 6. Sanksi 7. Pembayaran. 28 Hal-hal yang di ataslah yang mendasari hukum perjanjian pengadaan 28 Hasil Wawancara Dengan Bapak Pengalamen Surbakti selaku Pelaksana tugas PSPP Insyaf Sumut, tanggal 10 Juli 2014. bahan makanan untuk penerima manfaat antara Kementerian Sosial RI Direktorat Jenderal Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf Sumatera Utara dengan CV. Tri Putra Manunggal. Ditambah dengan keadaan- keadaan yang harus dipenuhi dari ketentuan bunyi pasal 1320 KUH Perdata di atas. Terhadap ketentuan Pasal 1320 KUH Perdata tersebut dapat dilakukan pembahasan. Keempat syarat yang ditentukan Pasal 1320 KUH Perdata tersebut apabila ditarik kepada pelaksanaan perjanjian pengadaan bahan makanan untuk penerima manfaat antara Kementerian Sosial RI Direktorat Jenderal Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf Sumatera Utara dengan CV. Tri Putra Manunggal. Dalam hal kedua syarat yang pertama yang oleh ahli hukum dinamakan syarat subjektif, karena kedua syarat tersebut mengenai subjek perjanjian, yang apabila dilihat dalam perjanjian pengadaan bahan makanan untuk penerima manfaat antara Kementerian Sosial RI Direktorat Jenderal Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf Sumatera Utara dengan CV. Tri Putra Manunggal maka kedua syarat tersebut adalah dilakukan oleh masing-masing pihak pimpinan yaitu pihak pimpinan yang memberikan pekerjaan dan satu pihak lagi adalah pihak pimpinan yang melakukan pekerjaan, merekalah yang membuat kesepakatan karena mereka dianggap layak untuk itu oleh masing- masing instansi baik itu pihak pemilik pekerjaan yaitu Kementerian Sosial RI Direktorat Jenderal Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf Sumatera Utara maupun pihak penerima pekerjaan yaitu kontraktor, atau karena pekerjaannya bertindak selaku kuasa perusahaannya. Sedangkan kedua syarat terakhir yang ditentukan Pasal 1320 KUH Perdata merupakan syarat objektif karena mengenai obyek dari perjanjian. Dalam perjanjian pengadaan bahan makanan untuk penerima manfaat antara Kementerian Sosial RI Direktorat Jenderal Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf Sumatera Utara dengan CV. Tri Putra Manunggal telah dapat dilihat jelas bahwa suatu hal tertentu yang antara lain adalah pekerjaan pengadaan bahan makanan untuk penerima manfaat antara Kementerian Sosial RI Direktorat Jenderal Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf Sumatera Utara sedangkan suatu sebab yang halal, bahwa pekerjaan perjanjian pengadaan bahan makanan untuk penerima manfaat antara Kementerian Sosial RI Direktorat Jenderal Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf Sumatera Utara tersebut karena kepentingannya tidaklah melanggar hukum. Selanjutnya akan dilihat mengenai saat-saat terjadinya perjanjian antara para pihak: 1. Teori kehendak wilstheorie mengajarkan bahwa kesepakatan terjadi pada saat kehendak pihak penerima dinyatakan, misalnya dengan menuliskan surat. 2. Teori pengiriman verzendtheorie mengajarkan bahwa kesepakatan terjadi pada saat kehendak yang dinyatakan itu dikirim oleh pihak yang menerima tawaran. 3. Teori pengetahuan vernemingstheorie mengajarkan bahwa pihak yang menawakan seharusnya sudah mengetahui bahwa tawarannya diterima. 4. Teori kepercayaan vertrouwenstheorie mengajarkan bahwa kesepakatan itu terjadi pada saat pernyataan kehendak dianggap layak diterima oleh pihak yang menawarkan. Uraian kutipan di atas maka dapatlah dipahami bahwa terjadinya pelaksanaan perjanjian pengadaan bahan makanan untuk penerima manfaat antara Kementerian Sosial RI Direktorat Jenderal Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf Sumatera Utara dengan CV. Tri Putra Manunggal ini adalah sebagaimana diuraikan di muka, yaitu telah disepakatinya hal-hal yang pokok dan diikuti dengan penandatanganannya hitam di atas putih. Sebelum pelaksanaan terjadinya perjanjian pengadaan bahan makanan untuk penerima manfaat antara Kementerian Sosial RI Direktorat Jenderal Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf Sumatera Utara dengan CV. Tri Putra Manunggal pemborongan kerja ini dalam prakteknya di Kementerian Sosial RI Direktorat Jenderal Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf Sumatera Utara, maka pihak pemberi pekerjaan melakukan pelelangan pekerjaan tersebut kepada rekanan pemborongan perusahaan. Berdasarkan hasil pelelangan inilah pemberian pekerjaan dilakukan. Pengadaan pelelangan ini biasanya dilakukan oleh pihak pemberi pekerjaan yang berstatus baik secara langsung maupun tidak langsung dikuasai oleh negara. Dalam hal pemberian pekerjaan ini dilalui terlebih dahulu dengan pelelangan, bukan dengan sistem penunjukkan. Pelaksanaan pelelangan pekerjaan dilakukan dengan adanya pelaksanaan penawaran dari pihak kontraktor tentang spesifikasi biaya bangunan dan juga bahan-bahan yang dipergunakan.

BAB IV ANALISIS PERJANJIAN PEMBORONGAN KERJA PENYEDIAAN