LATAR BELAKANG Product Development Of Vanilla-Flavored Spreadable Margarine

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Margarin pertama ditemukan pada tahun 1870 oleh Mouries Mega di Perancis. Margarin pada awalnya ditujukan sebagai pengganti mentega. Penampilan, bau, konsistensi, rasa, dan nilai gizi dibuat hampir sama dengan mentega. Margarin merupakan salah satu produk emulsi air dalam minyak wo, yaitu fase air berada dalam fase minyak Ketaren, 2008. Lemak yang digunakan untuk pembuatan margarin dapat berasal dari lemak hewani atau lemak nabati. Margarin yang terbuat dari minyak tumbuh-tumbuhan mengandung asam lemak tidak jenuh yang lebih banyak dibandingkan asam lemak jenuhnya, 13-15 asam lemak jenuh dan 85-87 asam lemak tidak jenuh. Selain itu, bahan lain yang biasa ditambahkan dalam produksi margarin adalah air, emulsifier, fortifikasi vitamin A, D, E, dan K Kataren, 2008. Ciri-ciri margarin yang paling menonjol adalah bersifat plastis, padat pada suhu ruang, agak keras pada suhu rendah, teksturnya mudah dioleskan, serta segera dapat mencair di dalam mulut. Margarin mempunyai titik beku yang tinggi di atas suhu kamar dan titik cair sekitar suhu badan Kataren, 2008. Minyak sawit dan fraksi-fraksinya banyak digunakan untuk pembuatan margarin. Sebagai produsen terbesar kedua kelapa sawit di dunia Carrere, 2006, Indonesia memiliki potensi yang besar untuk mengembangkan produk margarin. Hal ini juga dibuktikan oleh tingginya produksi margarin di Indonesia. Tabel 1 menunjukkan data produksi margarin di Indonesia. Berdasarkan tabel tersebut terlihat bahwa produksi margarin dalam negeri cukup besar, meskipun beberapa tahun mengalami penurunan produksi yang dikarenakan persaingan di pasar margarin dari tahun ke tahun semakin ketat. Penurunan produksi margarin ini tidak diikuti oleh penurunan nilai jual margarin tersebut yang terbukti nilainya dari tahun ke tahun semakin besar, sehingga pengembangan produk margarin masih memberikan peluang yang besar. Tabel 1. Produksi margarin di Indonesia Tahun Produksi Margarin kg Nilai x 1000 Rp 2008 45.079.120 873.446.279 2005 36.791.417 126.711.269 2004 86.414.581 190.689.983 2002 108.253.676 403.392.142 Sumber: BPS 2008 a , 2005 a , 2004 a , 2002 a Konsumsi margarin di Indonesia juga cukup tinggi. Tingginya konsumsi margarin ini tidak terlepas dari penggunaan margarin yang cukup luas, misalnya digunakan untuk membuat roti, kue, bahkan untuk keperluan menumis atau menggoreng Supriyatna, 2010. Tabel 2 menunjukkan konsumsi margarin oleh penduduk Indonesia dari tahun ke tahun. Berdasarkan tabel tersebut terlihat bahwa konsumsi margarin rata-rata perkapita oleh penduduk Indonesia cukup tinggi dan konsumsi penduduk perkotaan lebih besar daripada penduduk pedesaan. Tingginya konsumsi di daerah perkotaan tidak terlepas dari gaya hidup masyarakat perkotaan yang lebih sering mengonsumsi roti 2 sebagai makanan utama, khususnya untuk sarapan. Tingginya pengeluaran untuk konsumsi margarin oleh penduduk Indonesia ini menambah peluang pengembangan produk margarin. Tabel 2. Pengeluaran untuk konsumsi margarin penduduk Indonesia Tahun Konsumsi Perkapita per tahun ons Perkotaan Perdesaan Perkotaan+Perdesaan 2009 0,816 0,144 0,480 2008 0,960 0,192 0,576 2007 1,488 0,288 0,864 2005 1,296 0,240 0,672 2004 1,248 0,336 0,720 2003 0,816 0,240 0,480 2002 1,536 0,192 0,816 Sumber: BPS 2009, 2008 b , 2007 a , 2005 b , 2004 b , 2003 a , 2002 b Konsumsi dan produksi margarin yang tinggi ini membuka peluang yang besar untuk membuat inovasi produk margarin. Salah satunya melalui pengembangan produk margarin beraroma panili. Panili merupakan salah satu flavor yang paling disukai dan banyak digunakan dalam pembuatan makanan Ruhnayat et.al, 1998. Panili juga merupakan flavor yang cukup sering digunakan dalam pembuatan produk pangan yang berasosiasi di dalam penggunaan margarin seperti produk bakery atau roti-rotian. Margarin mempunyai nilai penggunaan yang cukup tinggi sebagai bahan baku roti-rotian, begitu pula panili yang digunakan sebagai penambah aroma dalam roti-rotian. Jika diproduksi margarin beraroma panili, penambahan flavor panili di dalam produksi roti-rotian dapat ditekan. Tabel 3 menunjukkan nilai penggunaan margarin dan panili sebagai bahan baku roti-rotian. Berdasarkan tabel tersebut terlihat bahwa penggunaan margarin dan flavor panili dari tahun ke tahun cenderung mengalami peningkatan. Hal ini tidak terlepas dari semakin banyaknya produksi dan pengembangan produk roti-rotian. Margarin beraroma panili tidak hanya terbatas penggunaannya sebagai bahan baku, margarin ini juga dapat digunakan sebagai pengoles pada roti yang siap makan atau keperluan lain seperti menumis atau menggoreng seperti layaknya penggunaan margarin biasa. Margarin yang dikembangkan akan memiliki daya oles yang cukup baik, sehingga dapat digunakan secara langsung sebagai margarin siap makan atau margarin oles. Aroma panili yang khas diharapkan mampu meningkatkan penerimaan konsumen terhadap produk baru margarin. Margarin beraroma panili ini juga harus memenuhi kriteria mutu dan selera konsumen agar layak diproduksi dan dikonsumsi. Oleh karena itu, pengembangan produk margarin ini juga diikuti dengan analisis berbagai mutu margarin. Analisis yang dilakukan meliputi analisis kimia, fisik, stabilitas, dan organoleptik. Analisis kimia dilakukan untuk mengetahui sifat-sifat margarin yang ditentukan berdasarkan reaksi spesifik dengan pereaksi tertentu. Analisis fisik dimaksudkan untuk mengetahui karakteristik margarin yang berkaitan dengan aplikasi dalam pengolahan. Analisis stabilitas dimaksudkan untuk mengetahui kestabilan penggabungan fase air dan fase minyak di dalam margarin. Analisis organoleptik merupakan salah satu analisis subjektif yang langsung menggunakan panelis untuk menilai margarin yang dihasilkan. Analisis organoleptik yang dilakukan meliputi analisis terhadap karakteristik dari atribut mutu dan analisis terhadap penerimaan atribut dari margarin yang dikembangkan. Analisis yang tepat diharapkan mampu memberikan gambaran tentang kriteria mutu dari margarin beraroma panili, sehingga dapat dikembangkan margarin beroma panili dengan karakteristik mutu yang baik namun tetap disukai konsumen. 3 Tabel 3. Nilai penggunaan margarin dan flavor panili pada produk roti-rotian Tahun Margarin Flavor Panili Jumlah kg Nilai 000 Rp Jumlah kg Nilai 000 Rp 2008 10.978.478 39.287.222 12.889 2.142.281 2007 10.068.870 33.216.060 15.043 745.601 2006 9.956.048 73.733.788 20.190 940.767 2005 610.237 6.330.688 14.895 1.587.546 2003 209.244 2.424.323 16.175 630.633 2002 292.379 2.476.777 22.980 624.531 2000 114.678 726.079 17.585 480.326 Sumber: BPS 2008 c , 2007 b , 2006, 2005 c , 2003 b , 2002 c , 2000

1.2 TUJUAN PENELITIAN