Teknis Uji Parsial Uji t
34 parity index. Pemerintah menetapkan harga acuan daging sapi di pasar adalah
Rp 75 000kg. Jika terjadi kenaikan harga diatas 15 dari harga acuan maka secara otomatis akan dilakukan impor sapi bakalan. Kedua, menunjuk Bulog
sebagai stabilisator harga oleh karena itu Bulog mendapatkan kuota sebanyak 3000 ton daging sapi beku dari Australia sepanjang tahun 2013. Hal ini ditetapkan
dalan peraturan menteri perdagangan nomor 699 tahun 2013. Selanjutnya Bulog melakukan operasi pasar dan melakukan kerjasama dengan pedagang eceran yang
tergabung dalam asosiasi serta menjual secara langsung ke pedagang lapak di pasar. Adapun harga yang ditetapkan oleh Bulog yaitu Rp 70 000kg hingga Rp
80 000kg.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengadaan Daging Sapi di Indonesia
Dalam rangka memenuhi kebutuhan nasional terhadap daging sapi, produksi daging sapi di Indonesia dipenuhi oleh sumber lokal dan impor. Sumber lokal
dipasok oleh peternakan rakyat yang menghasilkan daging sapi dari sapi lokal yang berasal dari semua sentra produksi di wilayah Indonesia. Produksi daging
sapi lokal dalam kurun waktu enam tahun yaitu dari tahun 2008 hingga tahun 2013 rata-rata sebesar 71 dari total kebutuhan nasional. Angka ini menunjukkan
kurangnya kemampuan peternakan rakyat dalam memproduksi daging sapi. Kurangnya kemampuan peternakan rakyat dalam memasok kebutuhan daging sapi
nasional mendorong pemerintah untuk melakukan impor. Impor tersebut berupa daging sapi dan sapi bakalan.
Tabel 5 Penyediaan dan konsumsi daging sapi di Indonesia tahun 2008-2013 No Uraian
Tahun 2008
2009 2010
2011 2012
2013 000 Ton
1 Produksi lokal
233.6 250.8
283 292
399 470
2 Daging sapi bakalan
impor feedlotters 104.8
74.3 40.8
92 51.5
30.2 3
Daging impor 45.6
67.9 90.5
65 33.5
45.5 4
Stok sebelumnya 8.5
11.5 22.1
36.3 24.9
5 Daging
impor +
daging sapi bakalan impor feedlotters
150.4 142.2
131.3 157
85 75.7
Daging impor + daging sapi
bakalan impor
feedlotters 39
36 32
35 18
14
Total Produksi 392.5
404.5 436.5
485.3 508.9
545.6 Total Kebutuhan
384 393
414.3 449
484 549.7
35 Sebelum ditetapkannya kebijakan swasembada daging sapi yang dimulai
pada tahun 2010, pasokan daging sapi yang berasal dari daging sapi impor dan sapi bakalan impor cukup tinggi yaitu 150.4 ribu ton pada tahun 2008 dan 142.2
ribu ton pada tahun 2009. Pada tahun 2010 daging sapi dan sapi bakalan impor menyumbang 131.3 ribu ton untuk memenuhi kebutuhan nasional. Kemudian
sejak ditetapkannya kebijakan swasembada daging sapi mulai ada penurunan total impor daging sapi dan sapi bakalan meskipun hal ini baru dapat terealisasi pada
tahun 2012. Pada tahun 2011 daging yang berasal dari daging sapi dan sapi bakalan impor mencapai 157 ribu ton yang menyumbang 35 persen dari total
kebutuhan nasional. Persentase tersebut cukup tinggi namun turun signifikan menjadi 18 persen di tahun 2012 dan 14 persen di tahun 2013.
Sumber Lokal
Produksi daging sapi dipengaruhi oleh jumlah populasi ternak sapi. Populasi sapi potong di Indonesia selama periode 2008 hingga 2013 mengalami kenaikan
dari 12.3 juta ekor menjadi 16.6 juta ekor. Dari total keseluruhan populasi sapi potong di Indonesia distribusi tertingggi berada di propinsi Jawa Timur yaitu
sekitar 29.1 persen kemudian diikuti oleh propinsi Jawa Tengah sebesar 12.3 persen dan Sumatera Utara sebesar 8.8 persen. Jika dibandingkan dengan tahun
2011 populasi sapi potong di beberapa provinsi mengalami penurunan meskipun secara nasional mengalami peningkatan. Pertumbuhan populasi sapi potong
nasional dari tahun 2008 ke tahun 2012 sebesar 6.28 persen. Pertumbuhan paling signifikan terjadi di daerah Kepulauan Riau yaitu sebesar 27.5 persen kemudian
diikuti oleh Lampung sebesar 18.3 persen dan Papua sebesar 11.8 persen. Secara umum populasi sapi potong mengalami pertumbuhan positif namun sejumlah 10
provinsi di Indonesia mengalami penurunan.
Populasi sapi potong cukup besar namun tidak semuanya masuk RPH untuk dipotong. Hasil sensus peternakan mencatat jumlah sapi potong yang dipotong di
Rumah Pemotongan Hewan dan di luar Rumah Potong Hewan setiap tahunnya hanya sekitar 9.64 persen dari total populasi yang ada. Pada tahun 2011 terdapat
1.5 juta ekor dari 14.8 juta ekor sapi potong sedangkan pada tahun 2012 terdapat 1.4 juta ekor dari 15.9 juta ekor sapi potong yang mengalami pemotongan. Setelah
mengalami pemotongan kemudian daging ternak sapi tersebut dijual ke pasar. Biasanya supply daging ini berasal dari daerah yang memiliki populasi ternak sapi
dalam jumlah besar. Di Indonesia, tiga wilayah yang memproduksi daging sapi terbesar yaitu Jawa Timur sebesar 23.3 persen, Jawa Barat 16.4 persen dan Jawa
Tengah 11.8 persen. Jika dilihat dari jumlah populasi sapi potong, Jawa Barat bukanlah daerah sentra sapi potong. Populasi Sapi potong di Jawa Barat hanya 2.8
persen dari total populasi sapi potong di Indonesia namun daerah ini merupakan daerah produsen daging sapi terbesar urutan kedua setelah Jawa Timur. Hal ini
disebabkan di Jawa Barat konsumsi penduduk terhadap daging sapi relatif tinggi sehingga banyak terjadi pemotongan sapi potong oleh RPH. RPH di Jawa Barat
biasanya mendapatkan sapi dari berbagai daerah seperti Jawa Timur, Lampung, Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Jawa Tengah, dan sebagainya.
Sumber lokal yang berasal dari peternakan sapi potong rakyat diusahakan oleh 3.6 juta rumah tangga di Indonesia dengan jumlah ternak 2-6 ekor per rumah
tangga. Jenis ternak sapi yang diusahakan merupakan sapi yang telah lama